Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Dzaky Arrahman

11171120000045
Ilmu Politik 5/A
Resume Buku : “Memahami Terorisme: Sejarah, Konsep, dan Model”
Penulis : Ali Munhanif dan Testriono

Bagian 1
Definisi dan Konsep Terorisme
Bab 1: Terorisme: Sebagai Persoalan Definisi
Eelemen utama dari definisi terorisme bermuara pada fakta bahwa terorisme
merupakan instrument dari sebuah “proyek politik” atau agama di mana para pelakunya terus
berupaya mencari dukungan dengan melakukan serangkaian aksi kekerasan public yang
demonstrative, yang diikuti oleh berbagai ancaman dakan rangka untuk menekan,
mengintimidasi dan atau memaksa dengan kekerasan atas terget atau sasaran. (hal.5)
Elemen Aksi Teror
Ada beberapa elemen utama dalam definisi terorisme yang penting untuk didiskusikan
untuk mendapatkan pemahaman lebih detail dan lengkap. Elemen-elemen itu antara lain;
tujuan atao motif politik; kekerasa; dan kelompok sasaran atau audiensi. (hal.12).
Kekerasan dan Target Sasaran
Kekerasan dalam terorisme merupakan sebuah ‘teknik yang efektif’ yang menjadi
andalan bagi sebuah kelompok yang nyata-nyata terbiasa dan menunjukan kemampuan dan
keinginan untuk melakuna dan menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan. Tujuan dari
kekerasan ini adalah untuk menciptakan ketakutan yang massif.
Yang menjadi target sasaran adalah: Mereka yang dianggap musuh oleh kelompok
teroris, dan ini seirng kali adalah pemerintah yang sah; atau mereka yang dianggap mendukung
musuh yakni masyarakat atau mereka yang dianggap bagian dari pemerintah; individual yang
menjadi target termasuk keluarga dan kawan; wilayah public yang cukup netral; wilayah yang
diklaim sebagai wilayah yang bisa dikuasai atau dimiliki kelompok teroris; kepentingan atau
property asing yang dianggap musuh; kelompok lain yang bersebrangan dan media. (hal.150)
Bab 2: Fenomena Terorisme: Persfektif Sejarah, Politik dan Gerakan
Sepanjang sejarah, aksi-aksi kekerasan dan terorisme bukan melulu masalah agama,.
Terorisme sering kali berawal dari pergulatan politik dan perebutan kekuasaan. (hal.17)
Teror dalam Lintas Sejarah: Tipologi dan Kasus
Terdapat empat tipologi, yaitu: (1) aksi-aksi terror melawan pemerintahan yang sah (2)
aksi terror yang didukung negara guna menumpas lawan-lawan politik (3) aksi terror yang
berkarakter ratu adil (4) aksi terror atas nama agama.
Kisah Pemimpin Tiran dan Penaklukan Negara: Aristoteles dalam Politics
Dalam kisah-kisah yang diceritakan di dalam politics, sekelompok orang melakukan
perlawanan terhadap penguasa. Mereka melawan kekuasaan para pemimpin yang tidak adil
yang dia bahasakan juga sebagai, tyrants atau kaum tiran.
Selanjutnya, di dalam politics, Aristoteles juga berkisah bagaimana aksi-aksi terror
dilakukan oleh negara terhadap bangsa lain. Hal itu dilakukan dalam konteks memperluas
kekuasaan politik oleh nehgara terhadap bangsa lain.
Revolusi Prancis dan Kemunculan The Reign of Terror
The Reign of Terror penting untuk diingat bukan hanya sebagai peristiwa terror politik
semata, melanikan kelanjuatan yang lebih relistik dan makna sadis dari terror dalam konsep
phobos di masa Aristoteles pada masa Yunani Kuno dulu.
Terorisme Perlawanan “Orang-orang Kalah”
Proses dominasi bisa terjadi dalam berbagai proses dan cara Gramsci mengatakan
bahwa pada titik dimana kekuatan tidak seimbang, maka lambat laun akan terjadi Hegemoni.
Osama bin Laden dan Al-Qaeda: Serangan 9/11
Al-Qaeda dan Osama bin Laden meyebutkan setidaknya tiga alasan utama mengapa
aksi terror 9/11 dilakukan. Mereka melakukan pembalasan atas tiga hal ini: (1) dukungan
Amerika Serikat terhadap Israel yang semakin kuat dan tiada henti, (2) kehadiran pasukan
Amerika Serikat di Arab Saudi yang dianggap “mengotori” kesucian tanah Arab dan negeri
Muslim, dan (3) perlakuan dan sanksi-sanksi Anerika Serikat terhadap Irak.
Bab 3 Terorisme dan Negara
Negara adala sebuah pengaturan institusi dan oraganisasi yang fungsi sosialnya adalah
untuk mendefinisikan dan memaksa keputusan-keputusan uang mengikay secara kolektof
terhadap anggota masyarakatnya untuk ketertiban dan kepentingan Bersama.
Untuk bisa disebut terorisme. Suatu kekerasan harislah bersifat politik. Kekerasan
dalam terorisme menjadi ciri utama interaksi politik antara negara dan jaringan atau organisasi
teroris. Karenanya, para teroris berupaya menempatkan tindakan mereka dalam konteks
politik.
Bab 4 Bom Bunuh Diri: Apa yang Dicari?
Tujuan dari bom bunuh diri adalah ingin menyampaikan pesan kepada pihak tertentu
dengan menebar ketakutan bagi siapa pun. Disinilah pelaku bom bunuh diri diidentikan dengan
teroris (artinya tindakan menebar ketakutan). (hal.66)
Ilhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin bergerak di bidang Pendidikan dan kesehatan. Organisasi ini
banyak terlihat dalam pemberdayaan masyarakat. Mereka membantu masyarakat miskin dan
terpinggirkan, membangun sekoalh dan rumah sakit, dan meluncurkan program perekonomian
kerakyatan. (hal.69)
Hamas
Hamas adalah Gerakan nasionalis-kegamaan yang menggabungkan dakwah damai
Islam dengan prinsip dan stratego perjuangan bersenjata. Hamas memang Gerakan Islamis
yang berjuang dalam pembebasan bangsanya yang tejajah melawan penjajajh asing Israel.
(hal.72)
Hizbullah
Hzbullah lahir dari Rahim perang sipil di Lebanon yang berlangsung antara 1975-1990.
Hizbullah hadir sebagai bentuk puncak kemarahan rakyat Lebanon beragama Islam-Syiah
terhadap penduduk asing di negeri mereka: Israel.
Al-Qaeda
Al-Qaeda lahir dari perang Afghanistan melawan Uni Soviet 1979-1989. Tanzim Al-
Qaeda yang ada di Peshawar Pakistan didirikan pada 1988, tetapi Al-Qaeda di bawah
kepemimpinan Osama bin Laden berdiri setelah kedatangannya yang kedua ke Afghanistan
pada 1996.
ISIS
ISIS merupakan anak kandung dari Rahim peperangangan di Irak sejak invasi Amerika
Serikat 2003 dan perang Suriah sejak 2011. ISIS ingin membenruk kekhalifaham dengan
kekerasan sebagai cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.
Bagian 2
Pencegahan dan Pemberantasan Kejahatan Terorisme
Bab 5 Pringatan Dini Terhadap Terosime
Terrorism Early Warning (TEW) adalah proses penghimpunan informasi strategis oleh
pihak berwajib tentang sebuaj rencana yang akan terjadi pada masa yang akan dating. TEW
dikembangkan menyusul serangan kelompok yang semakin massif dilakukan terhadap negara
tersebut atau fasilitasnya di berbagai belahan dunia, (hal.89)
TEW: Konsep dan Pendekatan
Cara kerja TEW mengandalkan pada kecepatan arus informasi dan kecepatan Analisa
berbagai situasi yang ada. Proses ini disebut “All Source/All Phase”, penggabungan unit kerja
menjadi satu kesatuan system, dari tingkat local, reginonal sampai global. Operasi intelejen
yang dilakukan TEW hamper mirip dengan operasi intelejen militer. (hal.94)
Ptogram-program yang dijalankan TEW ada yang berkala ada juga yang insidential,
tergantung kebutuhan dilapanagan. Namun yang jelas program yang dijalankan haruslah
berstruktur, skala, dan dampak yang jelas., target operasi yang jelas. System ini membutuhkan
suber daya yang andal, terintegrasi dengan system birokrasi dan masyarakat secara luas.
Bab 6 Implikasi, Motivasi, dan Unsur Kejutan dalam Tindakan Teror
Serangan terorisme telah berlipat ganda sejak 1970. Alasannya banyak, salah satunya
berhubungan dengan kegagalan proyek negara bangsa di dunia yang berdampak buruk.
Kejahatan teroris adalah upaya untuk mecari perhatian public dan menimbulkan efek
menakutkan yang luar biasa. Kelompok teroris menginginkan agar setiap serangan yang
dilakukan diliput, direkam dan disebarkan ke masyarakat luas, dan dengan peliputan tersebut
public makin ketakutan. Media menjadi pisau bermata dua. (hal.112)
Aks Teror sebagai Cara, Bukan Tujuan
Para ahli terorisme berpendapat bahwa serangan terorisme adalah sebuah cara untuk
mencapai tujuan bukan tujuan itu sendiri. Misalnya, kalau kelompok teroris teretntu mengebom
Gedung dan menewaskan banyak orang, tujuan sebenaranya bukan Gedung dan menewaskan
banyak orang, namun sesuatu yang lain. Bisa jadi itu adala cara mereka untuk menekan
penguasa agara memenuhi tuntutan mereka. Tindakan oengahncuran Gedung dengan korban
yang bergelimpangan hanyalah cara untuk menarik perhatian media dan bernegosiasi dengan
penguasa. (hal.112)
Hierarki, Karir, dan Makna
Organisasi Teroris pada hakikatnya berbentuk piramid. Paling atas diisi oleh pimpinan
yang mengatur seluruh urusan organisasi (aksi, biaya, perekrutan, jaringan). Bagian tengah
kebawah diisi oleh para pendukung yang menjalankan organisasi, menyediakan dukungan baik
moril maupun materiil kepada organisasi. Dan yang terakhir adalah pendukung yang terdiri
atas berbagai lapis masyarakat yang merasa menjadi korban ketidak adilan system,
kerimpangan ekonomi, penjajahan, dan lain sebagainya.
Perang Psikologis
Perang psikologis terjadi ketika sebuah kelompok secara sitematis menanyangkan
berbagai informasi bahwa kelompok A adalah teroris, penjahat dan seterusnya. Penaayanagn
it uterus dilakukan berulang-ulang sampai tertanam di benak public bahwa kelompok A adalah
demikian adanya. (hal.118)
Contoh perang psikologis yang sring dilakukan media Barat adalah pemberitaan yang
tidak berimban mengenai konflik Israel-Palestina. Di Barat, Palestina digambarkan sebagai
kelompok teroris yang menggunakan anak kecil sebagai tameng, teroris menggunakan rumah
sakit, sekolah, dan tempat umum lainnya sebagai tameng, yang dari situ kemudian mereka
melakuakan serangan terhadap Israel. Yang penting dalam perang psikologis adalah siapa yang
kuat dia yang menang. (hal.119)
Unsur Kejutan dalam Tindakan Teror
Unsur kejutan (surprise) adalah hal penting dalam tindak kejahatan terorisme.
Tujuannya adalah, dengan kejutan tersebut aksi mereka bisa menjadi maksimal dan
menimbulkan efek yang luar biasa kepada publik. (hal.128)
Bab 7 Terorisme dan Dunia Virtual
Cyber Terrorism (Terorisme siber) merupakan konsep kegiatan terorisme di dunia
virtual. Dampai detik ini masih jarang sekali tindakan terorisme siber yang pernah terjadi di
dunia ini. Terorisme yang menggunakan internet umumnya mempunyai banyak anggota yang
tersebar di seluruh belahan dunia Bahkan, bila diumpamakan sebagai Franchise, kelompok
terorisme yang menggunakan internet umunya memiliki banyak cabang di berbagai belahan
dunia. (hal.134)
Terorisme siber atau terorisme yang menggunakan internet, dalam beberapa kasus,
sangat mungkin untuk dibedakana. Namn garis pembeda diantara mereka kian hari kian buram.
Terorisme siber tidak memanifestasikan diri mereka sendiri, tetapi menyembunyikan niatnya
paling tidak sampai serangan siber asli besar telah dilakukan di berbagai belahan dunia.
Dalam konteks terorisme, internet juga telah menjadi ‘online university of terorism’
yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjadi teroris secara ototdidak.
Internet menjadi arena baru dalam melakukan aktifitas terorisme seperti, propaganda,
perekrutan, pelatihan, penyediaan logistic, pemebentukan peran militer, perencanaan,
pelaksaan serangan teroris, persembunyian dan pendanaan. Dengan satu klik mouse tersebut
proses seseorang mendapatkan pengetahuan mengenain kelompok teroris merupakan
keniscayaan. Seseorang yang tadinya tidak radikal sangat mungkin untuk menjadi radikal
hanya dengan jarak satu klik mouse tersebut.
Daftar Pustaka
Munhanif Ali dan Testriono. 2016. Memahami Terorisme Sejarah, Konsep, dan Model.
Tanggerang Selatan : Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai