Anda di halaman 1dari 19

mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan

pasangannya akan mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam,


dan/atau rasa bersalah.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai
conselor atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan
prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi
pilihan yang telah dipilih (aborsi).
A. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan asas etik keperawatan
2. Mengetahui definisi aborsi
3. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
4. Mengetahui dampak aborsi
5. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
6. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Asas Etik Keperawatan


A. Pengertian Prinsip Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi pokok dasar atau
patokan seorang perawat untuk berpikir, bertindak membuat keputusan yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap prinsip-
prinsip etika keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika dapat dihindarkan.
B. Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan
Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman
pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu
keperawatan. Prinsip utamanya adalah moral dan etika keperawatan. Untuk
menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus
berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi:
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan setiap tindakan
yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari
kecacatan. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan
pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari. Jadi, apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada
tanggung-jawab moral dan profesi dan merahasiakan apapun tentang pasien
kecuali jika sebagai saksi dalam kasus hukum ().
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Respek
a) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. Hak-
hak pasien,penerapan inforned consent
b) Perilaku perawat menghormati sejawat
c) Tindakan eksplisit maupun implisit
d) Simpatik, empati kepada orang lain.

C. Teori Etik Keperawatan


1) Teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan fenomena dan
akibatnya, dimana seseorang yang melakukan pendekatan terhadap etika
dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan – keputusan etis. Secara singkat,
pendekatan tersebut mengemukakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan the
end justifies the ineans (pada akhirnya, yang membenarkan secara hukum
tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis). Contoh :
seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan karena tidak ada bidan
dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat memberikan pertolongan sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan pasien.
2) Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang’.
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi :
a) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban
b) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik
c) Niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum
moral universal
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat
(imperatif kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang
pada segala situasi dan tempat.
a) Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang
menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan hal yang
diinginkan dan dikehendaki oleh orang tersebut.
b) Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa
syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan
apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tsb atau tidak.
B. Aborsi
1. Pengertian Aborsi
Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah terpencarnya
embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia
adalah :
1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat
kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1)
UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu, yaitu aborsi.
Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan
berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu,
disebut kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan
biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi berbeda-beda,
termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika mengetahui
janin memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).
C.Jenis Aborsi
Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Aborsi
ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi
perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim,
serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
2. Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens,
yakni pada kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana
janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher
rahim(dengan dilatasi serviks)
3. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim
4. Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di
keluarkan
5. Abortus provokatus
Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan tidak diharapkan
tapi tindakan abortus harus dilakukan. Maka pengertian aborsi atau abortus jenis
provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan, yakni dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau
kira-kira sebelum berat janin mencapai setengah kilogram.
Abortus provakatus dibagi menjadi 2 jenis:
a) Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di indinesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Indikasi medis yang
dimaksud misalnya: calon ibu yang sedang hamil tapi punya penyakit yang
berbahaya seperti penyakit jantung, bila kehamilan diteruskan akan
membahayakan nyawa ibu serta janin, sekali lagi keputusan menggugurkan akan
sangat dipikirkan secara matang.
b) Abortus provokatus kriminalis, istilah ini adalah kebalikan dari abortus
provokatus medisinalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Dalam proses menggugurkan janin pun kurang
mempertimbangkan srgala kemungkinan apa yang akan terjadi kepada wanita /
calon ibu yang melakukan tindakan aborsi ilegal. Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
1. Abortus habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit ( kebiasaan) yang
terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.

2. Missed abortion
Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus dikeluarkan. Missed
abortion digolongkan kepada abortus imminens.
3. Abortus septik
Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja
(dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi. Perlu diwaspadai
adalah tindakan abortus yang semacam bisa membahayakan hidup dan kehidupan
D.Penyebab Aborsi
Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa
penyebab aborsi dilakukan :
a. Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus. Apalagi untuk
calon ibu yang merasa masih terlalu muda secara emosional,fisik belum matang,
tingkat pendidikan rendah dan masih terlalu tergantung pada orang lain masalah
umur yang terlalu tua untuk mengandungpun menjadi penyebab abortus
b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika tidak
dilakukan abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang baik, bahkan
menimbulkan pendarahan hal itu disebabkan karena keadaan rahim yang belum
pulih benar
c. Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita. Resiko
paritas tinggi , banyak wanita melakukan abortus.
d. Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan dilakukan
abortus lagi . penyebabnya yang lainnya masih banyak, seperti calon ibu yang
memiliki penyakit berat hingga takut bila ia melahirkan anaknya, anaknya akan
tertular penyak it pula, ada juga masalah ekonomi banyak anak banyak
pengeluaran dan lain sebagainya.
Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
1. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan, tembakaou dan
alcohol
b) Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena hipotensi
menahun.
c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
toksoplasmosis.
d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.
5. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis
Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa
bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitustres yang
disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).

6. Ketentuan Hukum pada Aborsi


Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran
janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus
Criminalis ”
Yang menerima hukuman adalah :
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:


A. Pasal 229
1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
B. Pasal 314
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.

C. Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
D. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
E. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
F. Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
G. Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
H. Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. Perbedaan aborsi
dalam hal dokter tidak dapat dituntut dalam tindakan aborsi.
I. Pasal 194 uu no 36 th 2009

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

J. Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan


berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik

berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi


korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 80 ayat 1 uu no.23/1992

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 15

(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu.

(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :

a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;


b) Oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli;
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d) Pada sarana kesehatan tertentu.

Kasus Aborsi

MAHASISWI ABORSI PAKAI PIL SAKIT KEPALA


TERNATE, KOMPAS.com — Warga Kota Ternate Utara, Kamis (3/5/2012),
dibuat heboh dengan kasus aborsi yang dilakukan seorang mahasiswi di salah satu
universitas ternama di Ternate berinisial IK. IK diketahui merupakan anak
seorang pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Pulau Morotai.
IK diketahui hamil bersama kekasihnya J yang juga sebagai salah satu mahasiswa
di universitas berbeda di Ternate. Keduanya langsung dibekuk polisi ke Mapolres
Ternate, Kamis. Di hadapan penyidik, J mengisahkan, awalnya dia mengajak IK
untuk menikah lantaran mengetahui kekasihnya hamil dua bulan.
Namun, IK yang mengaku takut kepada keluarganya memilih menggugurkan
kandungan dengan meminum pil sakit kepala yang dicampur dengan minuman
bersoda. Namun, diduga IK tidak hanya mengaborsi sendiri dengan cara
meminum obat sakit kepala dicampur minuman bersoda. “Waktu saya datang ke
rumahnya, semua sudah bersih (sudah diaborsi),” ungkap J.
Karena takut, J lantas menguburkan ari-ari janinnya di belakang rumah IK di
Akehuda, Ternate Utara. Sepulang dari kampus, J lantas mengambil janin yang
masih di rumah IK, lalu dibawa ke Bula, Ternate Utara, untuk dibuang ke pantai.
Warga sekitar baru mengetahuinya pada Selasa (1/5/2012), meski hanya segelintir
orang.
Warga makin heboh saat aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. J dan IK
bahkan sempat menjadi amukan beberapa anggota keluarganya. Petugas polisi
baru mengetahuinya pada Kamis ini, dan langsung membekuk keduanya ke
Mapolres Ternate.
“Kita belum bisa berikan keterangan karena masih dalam penyelidikan,” ucap
seorang penyidik. Untuk kepentingan penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa ke
rumah sakit guna menjalani visum. “Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan
itu janin atau ari-ari,” tambah petugas penyidik tersebut.
Editor :
Aloysius Gonsaga Angi E
Pembahasan
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas dasar
malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin
memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi
yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan meminum pil sakit
kepala bercampur minuman bersoda.
Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas
diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki pelaku
aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk melakukan aborsi
tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi, melanggar asas
beneficience (berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas bukanlah merupakan
tindakan yang baik dan tidak memberikan manfaat apa pun, sekalipun alasannya
karena takut atau malu atas janin yang dikandungnya pada keluarga dan orang
lain.
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan
yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami
perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah
(Perry&Potter, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja
dan saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi abortus atau
aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea, abortus
provokatus, abortus habitualis, missed abortion dan abortus septik. aborsi dapat
terjadi karena beberapa sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
kelainan pada plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia dan malu
(aborsi ilegal).
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil
pada kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada
kasus aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas
manfaat / berbuat baik) sebab, aborsi ilegal bukan perbuatan baik dan dapat
membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut.
B. Saran
Saran penulis, seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan
melakukan aborsi, hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat
berdiskusi secara terbuka tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap
asas-asas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, Nila. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta:Widya Medika.


Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.
Jakarta:Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Jakarta:Media Aesculapius.
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika.
Hidayat, A.A. Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika.
Magnis, Franz Dr. Suseno. 1989. Etika Dasar/ Masalah-masalah pokok filsafat
moral, Yogyakarta : Pustaka Filsafat.
Mohammad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan

Sumber Online:
Aborsi.org. 2004. Resiko Aborsi. Alamat : http://www.aborsi.org/resiko.htm.
Kompas.com.2012. Mahasiswa Aborsi Pakai Pil Sakit Kepala. Alamat
: http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.Aborsi.P
akai.Pil.Sakit.Kepala.
4syamm. 2010. Etika Keperawatan. Alamat
: http://4syamm.wordpress.com/2010/12/01/etika-keperawatan.
Aborsi dalam KUHP dan UU no 36 tahun 2009
: https://dukunhukum.wordpress.com/2012/04/13/aborsi-dalam-kuhp-dan
uu-no-36-tahun-2009/

Anda mungkin juga menyukai