Anda di halaman 1dari 7

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas

pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis
dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm,
berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
yang merupakan hasil dari

Megaureter yang terhambat membutuhkan intervensi bedah untuk menjaga fungsi ginjal.

Meskipun dalam kebanyakan kasus, intervensi definitif adalah reimplantasi ureter, intervensi

lain telah diusulkan sebagai (tindakan sementara). Antara lain:12

 Stent JJ sementara

 Dilatasi balon endoskopi

 Endoureterotomy

 Refluks ureterosistotomi

 Ureterostomi cuttaneus

Tindakan Lanjutan:

 Reimplantasi Ureter

Pengimplantasi ulang ureter memungkinkan potongan aperistaltik, sempit, dan ureter

dimasukkan ke dalam kandung kemih dengan cara anti-refluks. Terowongan harus

setidaknya lima kali diameter ureter menjadi efektif, teknik populer yang digunakan untuk

menjahit megaureter adalah aplikasi seperti yang dilaporkan Kalicinski et al.13 ia

menggambarkan suatu teknik pelipatan dimana bagian lateral, avaskular dari ureter

dikeluarkan dari lumen oleh jahitan longitudinal yang berjalan, dan kemudian dilipat

posterior sebelum implantasi ulang.

 Endoscopic procedures

Shenoy dan Rance melaporkan penggunaan stent JJ sebagai tindakan sementara pada
bayi dengan obstruktif primer.14 Prosedur ini melibatkan pemasangan stent pigtail ganda
4,7 F atau 5,2 F, secara endoskopi jika memungkinkan. Obstruksi UVJ yang ketat dapat
menghalangi insersi endoskopi, dalam hal ini insersi terbuka melalui sistostomi yang
dikombinasikan dengan dilatasi lubang ureter menggunakan probe lachrymal dapat
dilakukan. Stent dilisensikan untuk tetap in-situ selama enam bulan, setelah itu, mereka
harus dihapus atau diganti. Megaureter harus dipasang sampai bayi berusia lebih dari satu
tahun, pada saat mana reimplantasi ureter dapat dilakukan dengan aman 43. Bayi harus
tetap menggunakan antibiotik profilaksis saat stent berada di tempat, karena risiko infeksi
stent, dan harus dipantau dengan ultrasonografi untuk memastikan dekompresi sistem, dan
untuk memeriksa posisi stent. Pemindaian ultrasound dan renografi MAG-3 dilakukan tiga
bulan setelah pengangkatan stent akan mengarahkan manajemen lebih lanjut. Dengan
adanya dilatasi dan drainase yang lebih baik, dan fungsi yang dipertahankan, tidak
diperlukan intervensi lebih lanjut. Dilatasi yang terus-menerus atau memburuk setelah
periode pemasangan stent, atau infeksi lebih lanjut, merupakan indikasi untuk pemasangan
kembali ureter. Sebuah studi hasil jangka panjang mengungkapkan bahwa dalam 56%
kasus, tidak diperlukan intervensi lebih lanjut setelah pengangkatan stent. Namun, dua
pertiga pasien memerlukan pemasangan stent terbuka, dan sepertiga menderita komplikasi
(migrasi, pembentukan batu dan infeksi).14
Angerri et al.15 mempublikasikan pengalaman mereka dengan dilatasi balon
endoskopi menggunakan balon 4 F dilebarkan hingga 12-14 atm selama 3-5 menit.
Hilangnya cincin menyempit diverifikasi secara radiologis. Stent JJ dibiarkan in-situ
selama dua bulan. Dari tujuh pasien, drainase pasca operasi meningkat pada lima pasien
setelah satu dilatasi, dan pada pasien selanjutnya setelah dua dilatasi. Namun, tindak
lanjutnya singkat, dan hasil jangka panjangnya tidak diketahui.
Kajbafzadeh et al.16 menggambarkan prosedur endoureterotomi pada pasien dengan
"obstruksi ureter intravesikal" dan panjang striktur <1,5 cm. Seri kasus mereka dari 47
pasien termasuk bayi semuda 1,5 bulan, meskipun usia rata-rata saat intervensi adalah 3,7
tahun. Para penulis melaporkan tingkat keberhasilan yang mengesankan 90% pada tindak
lanjut rata-rata 39 bulan, termasuk 71% penyelesaian hidronefrosis lengkap, dengan
hematuria yang sembuh sendiri sebagai satu-satunya komplikasi.

2.8 Komplikasi

Apabila diagnosis atau penanganan dari stenosis ureter tidak adekuat, maka

dapat menimbulkan komplikasi, yaitu:


a. Hidroureter, akibat penyempitan saluran ureter;

b. Hidronefrosis, sehingga dapat terjadi kerusakan ginjal;

c. Obstruksi dan stasis dari urin pada bagian proksimal sumbatan dapat menimbulkan

infeksi sekunder. Adanya peningkatan tekanan yang kuat pada ureter dan ginjal,

memungkin terjadinya ruptur. Selanjutnya urin dapat memasuki ruang

retroperitoneal, yang disertai dengan reaksi inflamasi dan supurasi yang tajam. Jika

prosesnya tidak dieliminasi pada waktunya, maka dapat terjadi sepsis atau

perluasan infeksi hingga kematian

d. Keganasan, hal ini terjadi pada stenosis yang dilatarbelakangi oleh adanya batu

yang kontak lama dengan mukosa ureter, sehingga terjadi metaplasia dari sel-sel

transisional menjadi sel-sel skuamosa yang pada akhirnya akan menjadi karsinoma

epidermoid di ureter.

BAB III

KESIMPULAN

UVJ dapat bersifat obstruktif, refluks, tidak terhamba pergerakan tungau di


dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela
jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar
ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.(1)
Gambar 5 : distribusi makro lesi primer scabies pada orang dewasa (dikutip
dari kepustakaan 2 )

Gambar 6 : distribusi makro lesi primer scabies pada anak (dikutip dari
kepustakaan 2 )

a. Menemukan Sarcoptes scabiei


Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan
ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat
ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada
umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. (10)
Diagnosa positif hanya didapatkan bila menemukan tungau dengan
menggunakan mikroskop, biasanya posisi tungau determined dalam liang,
dapat menggunakan pisau untuk teknik irisan ataupun denggan menggunakan
jarum steril, tungau ini mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan
tangan dan lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada
anak – anak tungau banyak ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan
menggaruk, pengambilan tungau ini dengan menggunakan kuret.(12)

Gambar 7 : Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei (dikutip dari


kepustakaan 13)

1. Bentuk Klinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas,
meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik
yang dapat berakibat gagalnya pengobatan.. Beberapa bentuk skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang
sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (10)
b. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit
kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis eritematous
keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan pada anak-
anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi
tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama pada telapak tangan
dan jari. (1) Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan.
Pada bayi, lesi terdapat di wajah.(10) Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel,
pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan
impetigo sering didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits atopik atau
acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang terserang
dapat iritabel dan kurang nafsu makan.(5)

Gambar 8 : Skabies pada anak (dikutip dari kepustakaan 5)

c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus skabies
dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang sangat
gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia,
inguinal dan aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat
menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.(13)
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan tetapi dengan
penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah
penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih
buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun
seluler.(10)

2.2 Epitelium lensa


Epitelium lensa terdiri atas sel epitel kuboid sederhana yang terletak pada bagian
anterior lensa diantara kapsul lensa dan serabut lensa. Sel epitelium lensa mengatur
kebanyakan fungsi homeostasis dari lensa. Saat ion, nutrien, dan cairan masuk dari aqueous
humor ke dalam lensa, pompa Na+/K+ ATPase pada epitelium lensa akan memompa ion
keluar dari lensa untuk mempertahankan osmolaritas dan volume lensa. Aktivitas dari
NA+/K+ ATPase akan menjaga dan mengeluarkan cairan serta bahan lain yang masuk ke
dalam lensa untuk mempertahankan fungsi dan struktur lensa. Sel epitelium lensa juga
berfungsi menyediakan progenitor untuk pembentukan serabut lensa yang baru.

2.3 Serabut lensa


Serabut lensa membentuk sebagian besar lensa. Bagian ini memiliki bentuk panjang
dan transparan dengan diameter antara 4-7 mikrometer dan panjang kurang lebih 12 mm.
Serabut lensa terentang dari bagian anterior sampai posterior lensa. Saat dipotong secara
horizontal, serabut lensa tersusun secara konsentrik menyerupai lapisan bawang.
Sedangkan apabila dipotong sepanjang ekuator akan menunjukkan gambaran menyerupai
sarang lebah.
Lensa terbagi atas beberapa bagian yang masing-masing bagian memiliki umur
tertentu. Dari dalam (lapisan tertua) keluar, lensa terbagi atas embryonic nucleus, fetal
nucleus, adult nucleus, dan outer cortex. Serabut lensa baru dibentuk oleh sel epitelium
lensa dan terletak pada bagian outer cortex. Serabut lensa yang matur tidak memiliki
organel atau nukleus.

Anda mungkin juga menyukai