1
Amrullah, Rz (2013, 9 Desember). Pentingnya Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). Dikutip dari:
http://www.nu.or.id/post/read/48642/pentingnya-madrasah-diniyah-takmiliyah-mdt.html (diakses:20 maret 2019)
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan f.
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2 s.d 3).22 Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai
satuan pendidikan yang bernafaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan
“memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga
Negara”.2
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan non formal_PDTA.html (diakses:20 maret 2019)
agama, meliputi mata pelajaran umum dengan prosentase beragam. Seiring dengan
perubahan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan, makna madrasah (khususnya pada
madrasah non-diniyah) mengalami perubahan. Semula madrasah dipandang sebagai institusi
pendidikan keagamaan. Kemudian, terutama pasca pengesahan UU Madrasah di Indonesia
Tadris. Volume 2. Nomor 1. 2007 43 Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989, madrasah
dipandang sebagai sekolah umum berciri khas Islam, atau dapat dikatakan “sekolah plus”.
Perubahan definisi tersebut berimplikasi pada perubahan kurikulum, status, dan fungsi
madrasah dalam sistem pendidikan nasional
Madrasah merupakan salah satu dari tiga lembaga pendidikan di Indonesia. Berbeda
dengan pesantren dan sekolah, madrasah adalah lembaga pendidikan yang memadukan
sistem keduanya. Dari sudut umurnya, keberadaan madrasah patut diacungi jempol, berkat
kerja keras masyarakat madrasah tetap eksis hingga saat ini.
Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia, ada dua
momentum yang sangat menentukan eksistensi madrasah; pertama, SKB 3 Menteri 1975
yang menjadi pintu masuk pengakuan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang
setara dengan sekolah umum; kedua, UU Sisdiknas Nomor 2/1989 yang menjadikan
madrasah bukan saja sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah umum, lebih
dari itu madrasah diakui sebagai sekolah umum berciri khas agama Islam. Dengan kata lain,
sejak UU Sisdiknas Nomor 2/1989 diberlakukan, madrasah dapat dikatakan sebagai “sekolah
umum plus”. Nampaknya, pengakuan dan kesetaraan ini masih terus diuji di lapangan,
apakah pengelola madrasah mampu mengemban tugas ganda, sebagai sekolah umum plus
sebagai lembaga pendidikan Islam?. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb. *3
3
Mohammad Kosim. (2007). MADRASAH DI INDONESIA (Pertumbuhan dan Perkembangan), Jurnal
Pendidikan Islam. Volume 2. Nomor 1, 42-57