Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tri Alfa Izun

Kelas : MPI – 1 / CR. 2.1.1


Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
Nim : 0307161033
Mata Kuliah : Pendidikan MDTA

KONSEP DASAR PENDIDIKAN MDTA

A. Pentingnya Pendidikan MDTA


Untuk menunjang proses peningkatan kecerdasan spiritualitas tidak cukup kalau hanya
mengacu pada pendidikan formal seperti SD, SMP, MTs, dan sebagainya. Dimana di
dalamnya hanya terdapat sedikit waktu untuk berbagi nilai nilai spiritualitas tersebut. Jadi
sudah barang tentu menjadi keniscayaan pentingnya pengembangan sistem Madrasah
Diniyah Takmiliyah (MDT) sebagai alternatif yang dominan untuk melengkapi pelajaran
keagamaan dalam lembaga formal tersebut yang terkesan memiliki waktu sedikit dalam
proses peningkatan keimanan, katakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa ini.1

B. Tujuan Pendidikan MDTA


Pendidikan Madrasah Diniyah adalah untuk : a. Memberikan bekal kemampuan dasar
kepada warga belajar untuk mengembangkan kehidupan sebagai : 1) Warga muslim yang
beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berakhlak mulia; 2) Warga Negara Indonesia
yang berkepribadian, percaya pada diri sendiri, serta sehat jasmani dan rohani; b. Membina
warga belajar agar memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dan sikap
terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya. c. Mempersiapkan warga belajar untuk
dapat mengikuti pendidikan agama Islam pada Diniyah Takmiliyah Wustha. d. Melayani
warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna
meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya. e. Membina warga belajar agar memiliki

1
Amrullah, Rz (2013, 9 Desember). Pentingnya Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). Dikutip dari:
http://www.nu.or.id/post/read/48642/pentingnya-madrasah-diniyah-takmiliyah-mdt.html (diakses:20 maret 2019)
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan f.
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2 s.d 3).22 Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai
satuan pendidikan yang bernafaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan
“memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga
Negara”.2

C. Sejarah Perkembangan Dan Pembaharuan Madrasah


Ketika menjelaskan sejarah perkembangan dan pembaharuan pendidikan Islam di
Indonesia, Mahmud Yunus menyebut tahun 1900 M sebagai era pembatas antara masa
sebelum dan sesudahnya.1 Sebelum tahun 1900 M, pendidikan Islam berlangsung secara
tradisional dalam bentuk pendidikan surau/langgar dan pesantren. Materi pelajaran murni
diniyah; metode mengajar bersifat individual, ceramah, dan hafalan; belum menggunakan
meja-kursi, papan tulis, dan ruang kelas. Perubahan mulai terjadi di awal abad 20 yang
ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam modern berupa madrasah
dan sekolah umum berciri khas Islam. Secara umum, kemunculan lembaga-lembaga modern
ini ditandai dengan perubahan pada aspek-aspek; kurikulum (memperkenalkan mata
pelajaran umum), metode (memperkenalkan metode-metode mengajar modern), dan sarana
(mulai menggunakan meja, kursi, papan tulis, dan sistem klas). Dengan demikian,
keberadaan madrasah di Indonesia merupakan fenomena era modern yang bukan berasal dari
tradisi asli Nusantara. Tulisan berikut, dengan segala keterbatasannya, akan menjelaskan
asalusul dan latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia, perkembangannya sejak
masa awal hingga kini, terutama terkait dengan kebijakan-kebijakan politik pemerintah
terhadap keberadaan madrasah
Dalam sejarah perkembangan madrasah di Indonesia, dikenal dua jenis madrasah,
madrasah diniyah dan madrasah non-diniyah. Madrasah diniyah merupakan lembaga
pendidikan keagamaan yang kurikulumnya 100% materi agama. Adapun madrasah non-
diniyah adalah lembaga pendidikan keagamaan yang kurikulumnya, di samping materi

2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan non formal_PDTA.html (diakses:20 maret 2019)
agama, meliputi mata pelajaran umum dengan prosentase beragam. Seiring dengan
perubahan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan, makna madrasah (khususnya pada
madrasah non-diniyah) mengalami perubahan. Semula madrasah dipandang sebagai institusi
pendidikan keagamaan. Kemudian, terutama pasca pengesahan UU Madrasah di Indonesia
Tadris. Volume 2. Nomor 1. 2007 43 Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989, madrasah
dipandang sebagai sekolah umum berciri khas Islam, atau dapat dikatakan “sekolah plus”.
Perubahan definisi tersebut berimplikasi pada perubahan kurikulum, status, dan fungsi
madrasah dalam sistem pendidikan nasional
Madrasah merupakan salah satu dari tiga lembaga pendidikan di Indonesia. Berbeda
dengan pesantren dan sekolah, madrasah adalah lembaga pendidikan yang memadukan
sistem keduanya. Dari sudut umurnya, keberadaan madrasah patut diacungi jempol, berkat
kerja keras masyarakat madrasah tetap eksis hingga saat ini.
Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia, ada dua
momentum yang sangat menentukan eksistensi madrasah; pertama, SKB 3 Menteri 1975
yang menjadi pintu masuk pengakuan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang
setara dengan sekolah umum; kedua, UU Sisdiknas Nomor 2/1989 yang menjadikan
madrasah bukan saja sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah umum, lebih
dari itu madrasah diakui sebagai sekolah umum berciri khas agama Islam. Dengan kata lain,
sejak UU Sisdiknas Nomor 2/1989 diberlakukan, madrasah dapat dikatakan sebagai “sekolah
umum plus”. Nampaknya, pengakuan dan kesetaraan ini masih terus diuji di lapangan,
apakah pengelola madrasah mampu mengemban tugas ganda, sebagai sekolah umum plus
sebagai lembaga pendidikan Islam?. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb. *3

3
Mohammad Kosim. (2007). MADRASAH DI INDONESIA (Pertumbuhan dan Perkembangan), Jurnal
Pendidikan Islam. Volume 2. Nomor 1, 42-57

Anda mungkin juga menyukai