Anda di halaman 1dari 95

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

KEDUDUKAN KLHS DALAM PENYUSUNAN RTR

1. UMUM
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang tentang Pedoman Pembuatan
dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Perencanaan
Tata Ruang disusun dengan dasar pemikiran bahwa pertimbangan
lingkungan dan prinsip pembangunan berkelanjutan harus menjadi dasar
dan terintegrasi dalam perencanaan tata ruang. Dengan demikian,
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai penanggungjawab penyusunan
rencana tata ruang (RTR) perlu melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS). Hal ini dimaksudkan agar produk RTR telah
mengintergrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan tindakan strategis
dalam menuntun dan mengarahkan agar RTR mengintegrasikan
pembangunan berkelanjutan dan meminimalkan dampak/risiko dari RTR
terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Kapasitas untuk pembuatan dan
pelaksanaan KLHS dalam penyusunan RTR menjadi suatu hal yang penting
dalam meningkatkan kualitas RTR.
Secara umum Peraturan Menteri ini memuat materi-materi pokok yang
disusun secara sistematis sebagai berikut: kedudukan dan muatan KLHS
dalam penyusunan RTR; prinsip dasar, persyaratan, dan mekanisme
pembuatan dan pelaksanaan KLHS; integrasi KLHS dalam penyusunan
RTR; penjaminan kualitas dan dokumentasi KLHS; dan validasi KLHS.

2. KEDUDUKAN KLHS

Penyusunan KLHS dimulai dari tahap persiapan perencanaan tata ruang,


hingga tahap penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan RTR.
Pada Perumusan konsepsi RTR, KLHS sebagai masukan untuk perumusan
kebijakan dan strategi, memberikan alternatif/rekomendasi dan indikasi
program, dan upaya pencegahan atau mitigasi dari rencana dan indikasi
program, setelah kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana jaringan
prasarana, dan arahan pola ruang dirumuskan. Oleh karena itu, kedudukan
KLHS dalam penyusunan RTR sebagai berikut (Gambar 1.1).

1
TAHAPAN PERENCANAAN TATA TAHAPAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS
RUANG (PERMEN ATR 1/2018) (PERMEN LHK P.69/2017)
PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS

§ Pembentukan pokja KLHS yang menjadi bagian dalam Tim penyusunan RTR
§ menyusun kerangka acauan kerja KLHS.
§ pengumpulan dokumen RTR yang sedang dalam proses penyusunan dan telah
Persiapan memiliki delineasi wilayah yang tetap;
§ penyusunan format data dan informasi yang akan dikumpulkan;
§ penyiapan peta dasar guna lahan dengan skala sesuai dengan RTR; dan,
§ penyusunan jadwal pembuatan dan pelaksanaan KLHS.

Pengumpulan Data dan Informasi § Pengumpulan data dan informasi

Pokja KLHS melakukan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan meliputi


kegiatan:
Pengolahan dan Analisis Data § penyusunan dan penyajian informasi dasar;
§ penyusunan kajian konsep pengembangan; dan,
§ identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan.

§ Identifikasi muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap


kondisi lingkungan hidup;
Penyusunan Konsep RTR § Analisis pengaruh RTR terhadap Kondisi Lingkungan Hidup;
§ Perumusan alternatif penyempurnaan RTR; dan,
§ Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan RTR

PENJAMINAN MUTU

DOKUMEN KLHS yang sudah TERVALIDASI (sebagai Persyaratan Persetujuan


Penyusunan dan Pembahasan Raperda Substansi) Permen ATR/BPN 8/2017 pasal 6 terkait dokumen kelengkapan
admnistrasi (Lampiran IV)

Gambar 1.1. Kedudukan KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang

Kedudukan KLHS dalam sistem peraturan perundangan terkait penataan


ruang dan lingkungan hidup sebagai berikut:

2
Undang-undang No. 23 Tahun 2009 tentang
Undang-undang No. 26 Tahun 2006 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Penataan Ruang
Hidup

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS

Peraturan Menteri Agraria dan tata Ruang/


Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten dan Kota
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Peraturan Menteri Agraria dan tata Ruang/
Pedoman, standar Kehutanan No.P.69 Tahun 2017 tentang Pedoman, standar
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 37
untuk Penyusunan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 46 untuk Penyusunan
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tat ruang Tahun 2016 tentang Tata Cara KLHS
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Penyelenggaraan KLHS
Provinsi dan Rencana tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten

Peraturan Menteri Pekerjaan umum No. 20


tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang

PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS DALAM


PERENCANAAN TATA RUANG

Gambar 1.2. Kedudukan Pedoman KLHS dalam Peraturan Perundangan

Pedoman pembuatan dan pelaksanaan KLHS dalam Perencanaan Tata


Ruang mengintegrasikan proses penyusunan KLHS dalam perencanaan tata
ruang. Pedoman ini menyediakan acuan operasional pembuatan dan
pelaksanaan KLHS khusus dalam penyusunan RTR sehingga: (a) proses
KLHS bisa diintegrasikan dengan proses penyusunan tata ruang; (b)
nomenklatur KLHS bisa langsung diadaptasi dengan nomenklatur
penyusunan RTR; (c) meminimalisasi kesalahpahaman di antara penyusun
KLHS dan penyusun RTR (Gambar 1.2.)

3
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

PENDEKATAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS

Cara pembuatan dan pelaksanaan KLHS dipilih dengan pertimbangan berikut:

A. KERANGKA PENDEKATAN DAN PILIHAN METODOLOGI

Tindakan menstrukturkan kerangka pendekatan didasari bahwa karakter RTR


menentukan ukuran-ukuran sasaran yang realistis untuk lingkup,
kedalaman, dan hirarki dari RTR. Kerangka pendekatan pembuatan dan
pelaksanaan KLHS mempertimbangkan tingkat kedalaman muatan RTR
berdasarkan skala peta yang digunakan dan sifat dari muatan RTR (Gambar
6).

MENYIAPKAN KONDISI AGAR Pendekatan Strategis


PEMBANGUNAN DAPAT untuk Perbaikan Skenario
BERKELANJUTAN KRP

B
MEMINIMALKAN DAMPAK
Pendekatan Dampak NEGATIF PEMBANGUNAN
untuk Mitigasi TERHADAP ASPEK-ASPEK
Dampak/Resiko
LINGKUNGAN HIDUP

A Kriteria jenis Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang masuk kategori A adalah :
RTR yang bersifat umum, konseptual, dan/atau makro seperti RTR pada tingkat nasional, provins, kabupaten/kota

Kriteria jenis Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang masuk kategori B adalah :
B RTR yang bersifat rinci, fokus, detail, mengikat, pada bagian wilayah kabupaten/kota dan/atau teknis.

Gambar 5.1. Kerangka Pendekatan KLHS

4
Contoh bagaimana pendektan di atas diterapkan dalam memilih cara
pembuatan dan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut:
 RTR yang masuk dalam kategori A dalam gambar adalah RTR yang masih
makro, umum. KLHS pada pendekatan seperti ini didorong untuk lebih
banyak menguji strategi-strategi makro agar konsep besarnya memang
ditujukan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
 RTR yang masuk dalam kategori B dalam gambar adalah RTR yang sifatnya
sudah detail/rinci, terikat atas pengaturan pada hirarki di atasnya, dan
sudah mengatur teknis. KLHS pada pendekatan ini lebih realistis untuk
fokus pada pengujian tindakan-tindakan mitigasi dampak dan
memperbaiki desain detail.

Tabel 5.1. Contoh Pemilihan Pendekatan dan Metodologi KLHS


Skala Sifat RTR RTR Pendekatan
Lebih Umum, RTR Wilayah (Nasional, Provinsi, Strategis
kecil dan/atau Kabupaten)
atau makro RTR Pulau/Kepulauan
sama RTR Kawasan Strategis Nasional
dengan dan Provinsi yang disusun pada
1:50.000 skala lebih kecil atau sama
dengan 1:50.000
Lebih Fokus, RTR Kawasan Strategis Dampak
besar detail, (Nasional,Provinsi,
1:50.000 terikat, Kabupaten/Kota) yang disusun
bagian pada skala lebih besar 1: 50.000
wilayah RTR Kota, RTR Kawasan
dan/atau Perkotaan dalam wilayah
teknis kabupaten
Rencana Detail Tata Ruang
(Kabupaten, Kota)

Tabel 5.2. Kerangka Pendekatan Strategis dan Pendekatan Dampak dalam


Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
Tahapan KLHS Pendekatan Dampak Pendekatan Strategis

TAHAP PENGKAJIAN PENGARUH MUATAN RTR TERHADAP KONDISI


LH

Identifikasi dan Ditujukan untuk Ditujukan untuk


perumusan isu menemukan akar menemukan akar
masalah dan tipologi masalah dan tipologi
isu-isu yang diangkat isu-isu yang diangkat
Identifikasi muatan Difokuskan pada Difokuskan pada
RTR yang berpotensi rincian/penjabaran konteks RTR
mempengaruhi muatan RTR
lingkungan hidup dan (biasanya muatan

5
Tahapan KLHS Pendekatan Dampak Pendekatan Strategis
pembangunan (biasanya muatan RTR RTR masih di tatanan
berkelanjutan sudah detil) makro dan umum)
Analisis pengaruh Menganalisis Menganalisis muatan
bagaimana muatan RTR mana yang paling
RTR menimbulkan berkelanjutan dan
dampak/resiko LH tidak menyebabkan
dan pengaruhnya daya dukung dan
terhadap daya dukung daya tampung LH
dan daya tampung LH terlampaui

TAHAP PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RTR

Menguji masing- Menguji masing-


masing alternatif masing alternatif
dalam kapasitasnya dalam memenuhi
sebagai solusi mitigasi pertimbangan-
dampak yang paling pertimbangan
tepat kritis/penting yang
mempengaruhi
pengambil keputusan

TAHAP REKOMENDASI PERBAIKAN

Mengusulkan rincian Mengusulkan muatan


perbaikan muatan RTR yang terbaik bagi
RTR yang dapat pengambil keputusan
memitigasi dampak

B. KERANGKA KERJA DAN PILIHAN CARA PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN


KLHS

Tindakan menyusun struktur kerangka kerja didasari pertimbangan bahwa


urutan pembuatan dan pelaksanaan KLHS akan lebih efektif bila selaras
dengan urutan penyusunan RTR. Pertimbangan penyelarasan kerangka kerja
ini menyebabkan cara pembuatan dan pelaksanaan KLHS dapat:
1. Berbentuk Iteratif/berulang, atau linier.
Contoh:
 Pembuatan dan pelaksanaan KLHS yang dimulai pada RTR yang masih
belum berwujud dapat mengulang beberapa kali proses analisis sejalan
dengan makin berbentuknya muatan RTR tersebut. Proses iterasi juga
bisa dilaksanakan pada konsultasi publik, dimana temuan baru di setiap
tahapan KLHS dapat kembali dikonsultasikan bila perlu.
 Pembuatan dan pelaksanaan KLHS yang dimulai menjelang finalnya
penyelesaian RTR dilakukan linier, atau setiap tahap hanya
dilakukan/dituntaskan satu kali.

6
2. Menggunakan teknik yang dinamis sehingga dapat dimodifikasi bila perlu,
atau teknik yang baku.
Contoh:
 Pada saat proses analisis ditemukan bahwa isu yang harus dikaji jauh
lebih kompleks dari perkiraan awal, sehingga dilakukan penyesuaian
teknik analisis di tengah proses kajian.
 KLHS yang disusun dalam kondisi data tidak memadai lebih tepat
menggunakan metoda proxy atau analisis sistem yang kualitatif,
sementara KLHS yang datanya cukup lengkap bisa menggunakan teknik
analisis kuantitatif atau pembuatan model yang lebih kompleks.

7
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM
PERENCANAAN TATA RUANG

DATA DAN INFORMASI UNTUK KLHS DALAM PERENCANAAN TATA RUANG (Skala Peta ≤ 1: 50.000)
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
1. Identifikasi dan Persoalan-persoalan lingkungan Identifikasi persoalan lingkungan Isu pembangunan PP 46/2016 dan
perumusan isu hidup terkait rencana tata ruang. hidup dilakukan melalui: berkelanjutan yang PermenLHK
pembangunan a. mengumpulkan dan disepakati, dengan daftar P.69/2017
berkelanjutan. Kajian atau studi terkait melakukan pemusatan isu-isu yang paling sedikit
lingkungan hidup. pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan:
yang diketahui dan dirasakan; a. kapasitas daya dukung
b. melakukan konsultasi publik dan daya tampung
untuk menjaring isu terkait Lingkungan Hidup
lingkungan hidup; untuk pembangunan;
c. perumusan isu strategis b. perkiraan dampak dan
berdasarkan prioritas dengan risiko Lingkungan
mempertimbangkan unsur- Hidup;
unsur paling sedikit: c. kinerja layanan atau
i. karakteristik wilayah; jasa ekosistem;
ii. tingkat pentingnya potensi d. intensitas dan cakupan
dampak; wilayah bencana alam;
iii. keterkaitan antar isu e. status mutu dan
strategis pembangunan ketersediaan sumber
berkelanjutan; daya alam;
iv. keterkaitan dengan f. ketahanan dan potensi
muatan RTR; keanekaragaman
v. muatan Rencana hayati;
Perlindungan dan g. kerentanan dan
Pengelolaan Lingkungan kapasitas adaptasi
Hidup; dan/atau terhadap perubahan
iklim;

8
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
vi. hasil KLHS dari RTR pada h. tingkat dan status
hirarki di atasnya yang jumlah penduduk
harus diacu, serupa dan miskin atau
berada pada wilayah yang penghidupan
berdekatan, dan/atau sekelompok
memiliki keterkaitan masyarakat serta
dan/atau relevansi terancamnya
langsung. keberlanjutan
penghidupan
Perumusan isu dapat dilakukan masyarakat;
juga dengan menghimpun i. risiko terhadap
masukan dari pemangku kesehatan dan
kepentingan melalui curah keselamatan
pendapat kelompok kerja dan masyarakat; dan/ atau,
konsultasi publik. j. ancaman terhadap
perlindungan terhadap
kawasan tertentu
secara tradisional yang
dilakukan oleh
masyarakat dan
masyarakat hukum
adat.

2. Identifikasi Dokumen RTR (jika linier); Mengidentifikasi setiap muatan 1. kapasitas daya dukung PermenLHK
Muatan RTR RTR dan memperkirakan dan daya tampung P.69/2017
yang berpotensi Muatan RTR yang tengah pengaruhnya terhadap Lingkungan Hidup
mempengaruhi dirumuskan. lingkungan hidup, dengan: untuk pembangunan;
lingkungan a.Tujuan a. menelaah konsep 2. perkiraan dampak dan
hidup dan b. Kebijakan dan strategi rancangan RTR yang risiko Lingkungan
pembangunan c. Struktur ruang disusun; atau Hidup;
berkelanjutan d. Pola Ruang b. menelaah seluruh materi 3. kinerja layanan atau
e. Penetapan Kawasan Strategis RTR berlaku yang akan jasa ekosistem;
atau Kawasan yang direvisi. 4. intensitas dan cakupan
diprioritaskan penangannya wilayah bencana alam;
f. Indikasi Program atau
ketentuan pemanfaatan ruang

9
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
g. Indikasi arahan PZ atau arahan 5. status mutu dan
PZ atau Ketentuan Umum PZ ketersediaan sumber
atau PZ daya alam;
6. ketahanan dan potensi
Dampak dan/atau resiko keanekaragaman
lingkungan hidup menurut Pasal hayati;
15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) 7. kerentanan dan
PP 46/2016 kapasitas adaptasi
terhadap perubahan
iklim;
8. tingkat dan status
jumlah penduduk
miskin atau
penghidupan
sekelompok
masyarakat serta
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
masyarakat;
9. risiko terhadap
kesehatan dan
keselamatan
masyarakat; dan/atau
10. ancaman terhadap
perlindungan terhadap
kawasan tertentu
secara tradisional yang
dilakukan oleh
masyarakat dan
masyarakat hukum
adat.

10
3. Analisis - Data klimatologi Analisis Kemampuan Lahan a. Klasifikasi satuan Permen LH
Pengaruh - Data topografi (overlay peta), meliputi: kemampuan lahan 17/2009
- Kapasitas daya - Data geologi - Analisis SKL Morfologi (SKL), meliputi: (Permen PU
dukung dan - Data hidrologi - Analisis SKL Kemudahan - SKL Morfologi 20/2007)
daya tampung - Data sumber daya Dikerjakan - SKL Kemudahan PermenLHK
lingkungan mineral/bahan galian - Analisis SKL Kestabilan Dikerjakan P.69/2017
hidup untuk - Data bencana alam Lereng - SKL Kestabilan Lereng
pembangunan - Data penggunaan lahan - Analisis SKL Kestabilan - SKL Kestabilan Pondasi
- Peta lereng Pondasi - SKL Ketersediaan Air
- Peta tanah - Analisis SKL Ketersediaan Air - SKL untuk Drainase
- Peta erosi - Analisis SKL untuk Drainase - SKL terhadap Erosi
- Peta drainasi/genangan - Analisis SKL terhadap Erosi - SKL Pembuangan
- Analisis SKL Pembuangan Limbah
Limbah - SKL terhadap Bencana
- Analisis SKL terhadap Alam
Bencana Alam b. kapasitas daya dukung
dan daya tampung
Lingkungan Hidup
untuk pembangunan;
c. perkiraan mengenai
dampak dan risiko
Lingkungan Hidup;
d. kinerja layanan atau
jasa ekosistem;
e. efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam;
f. tingkat kerentanan dan
kapasitas adaptasi
terhadap perubahan
iklim; dan
g. tingkat ketahanan dan
potensi
keanekaragaman
hayati.

11
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
Klasifikasi satuan kemampuan Overlay peta satuan kemampuan Kelas lahan I-VIII (peta
lahan (SKL), meliputi: lahan (SKL) kemampuan lahan)
- SKL Morfologi
- SKL Kemudahan Dikerjakan
- SKL Kestabilan Lereng
- SKL Kestabilan Pondasi
- SKL Ketersediaan Air
- SKL untuk Drainase
- SKL terhadap Erosi
- SKL Pembuangan Limbah
- SKL terhadap Bencana Alam

- Peta kemampuan lahan - Evaluasi kesesuaian - Cocok-Tidak Cocok


- Peta penggunaan lahan penggunaan lahan (overlay
eksisting/rencana peta)

- Jumlah produksi aktual tiap - Perhitungan ketersediaan - Luas ketersediaan (Permen LH


jenis komoditi lahan (ha): lahan (ha) 17/2009)
- Harga satuan tiap jenis
komoditas di tingkat produsen
(rp/satuan)
- Harga satuan beras di tingkat
produsen (rp/kg)
- Produktivitas beras (kg/ha)

- Jumlah penduduk (orang) - Perhitungan kebutuhan - Total kebutuhan lahan


- luas lahan yang dibutuhkan lahan (ha): (ha)
untuk kebutuhan hidup layak
per penduduk

- Ketersediaan lahan (SL) - Penentuan status daya - Surplus lahan = SL>DL


- Kebutuhan lahan (DL) dukung lahan dengan - Defisit lahan = SL<DL
melakukan perbandingan
ketersediaan lahan (SL)
dengan kebutuhan lahan (DL)

12
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Koefisien limpasan tertimbang - Perhitungan ketersediaan air - Ketersediaan air
- Koefisien limpasan penggunaan (m3/tahun): (m3/tahun)
lahan
- Luas penggunaan lahan (ha)
- Rata-rata curah hujan tahunan
wilayah (mm/tahunan)
- Curah hujan tahunan pada
stasiun tempat pengamatan
- Jumlah stasiun pengamatan
curah hujan
- Luas wilayah (ha)
- Jumlah penduduk (orang) - Perhitungan kebutuhan air - Total kebutuhan air
- Kebutuhan air untuk hidup (m3/tahun): (m3/tahunan)
layak

- Ketersediaan air (SA) - Penentuan status daya - Surplus air = SA>DA


- Kebutuhan air (DA) dukung air dengan - Defisit air = SA<DA
melakukan perbandingan
ketersediaan air (SA) dengan
kebutuhan air (DA)
 Perkiraan - Kebencanaan (kerentanan dan - Analisis dampak perubahan Muatan RTR yang UU 32/2009
mengenai resiko bencan) iklim. berpengaruh pada kondisi Permen LH No 16
dampak dan - Kejadian bencana time series. - Kerusakan, kemerosotan, lingkungan hidup Tahun 2012
risiko - Status lingkungan hidup. dan/atau kepunahan berdasarkan dampak dan
lingkungan - Perkembangan penggunaan kenanekaragaman hayati. risiko lingkungan hidup.
hidup lahan. - Peningkatan intensitas dan
- Data demograsi terkait cakupan wilayah bencana
kemiskinan. banjir, longsor, kekeraingan,
- Data terkait kondisi luar biasa dan/atau kebakaran hutan
penyakit, fasilitas kesehatan. dan lahan.
- Penurunan mutu dan
kelimpahan sumberdaya alam.
- Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan.

13
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat.
- Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia.
 Kinerja layanan Data dan informasi terkait: Analisis kinerja: Muatan RTR yang UU 32/2009
atau jasa - Jasa/produk yang didapat dari - Layanan fungsional berpengaruh pada kondisi Permen LH No 16
ekosistem ekosistem, seperti misalnya (provisioning services lingkungan hidup Tahun 2012
sumber daya genetika, makanan, - Layanan regulasi (regulating berdasarkan Kinerja
air dll. services) layanan/jasa ekosistem.
- Manfaat yang didapatkan dari - Layanan kultural (cultural
pengaturan ekosistem, seperti services)
misalnya aturan tentang - Layanan pendukung
pengendalian banjir, kehidupan (supporting
pengendalian erosi, services)
pengendalian dampak
perubahan iklim dll.
- Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem,
seperti misalnya pengkayaan
spirit, tradisi, pengalaman batin,
nilai-nilai estetika dan
pengetahuan.
- Jasa ekosistem yang diperlukan
manusia, seperti misalnya
produksi biomasa, produksi
oksigen, nutrisi, air, dll.
 Efisiensi  Kapasitas sediaan air  Tingkat optimal pemanfaatan Muatan RTR yang PermenLHK
pemanfaatan bersih/minum dan sumberdaya sumberdaya alam di mana berpengaruh pada kondisi P.61/2007
sumber daya alam. kebutuhan terpenuhi namun lingkungan hidup
alam  Jumlah penduduk pada tahun sumber daya alam beserta berdasarkan efisiensi
rencana. ekosistemnya dapat tetap pemanfaatan sumber daya
 Intensitas pemanfaatan ruang dilestarikan. alam.
rencana.

14
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
 Penggunaan lahan.  Dapat diukur berdasarkan
 Rencana pola ruang. kesesuaian antar tingkat
pemanfaatan dan
pencadangan terhadap
potensi dan kebutuhan
 Dapat pula diukur dengan
nilai manfaat sumber daya
alam melalui valuasi ekonomi
 Tingkat 1. Komponen kerentanan, risiko,  Kondisi lingkungan yang Muatan RTR yang Permen LHK No P.7
kerentanan dan dan dampak perubahan iklim diukur dari kemungkinan berpengaruh pada kondisi Tahun 2018
kapasitas terdiri dari komponen bahaya dampak perubahan iklim, lingkungan hidup
adaptasi terkait iklim, keterpaparan, apakah semakin memburuk berdasarkan tingkat
terhadap sensitivitas, dan kapasitas (seperti peningkatan muka air kerentanan dan kapasitas
perubahan iklim adaptasi. laut atau perubahan cuaca adaptasi terhadap
- Indikator komponen bahaya yang ekstrim) atau perubahan iklim
terkait iklim daratan, meliputi: mempunyai
 Suhu udara  Analisis Meso (1:250.000)  Tingkat kerentanan
 Curah hujan untuk kajian: dan risiko perubahan
 Aspek biofisik, dan  Lingkup 1 provinsi iklim pada suatu
 Tutupan lahan  Lingkup kabupaten/kota, wilayah dan/atau
- Indikator komponen bahaya atau sektor
terkait iklim lautan, meliputi:  Satu kesatuan lanskap
 Suhu permukaan laut minimal 2 ekosistem
 Gelombang laut dan/atau 2 zona iklim
 Salinitas, dan  Analisis Meso: menghitung
 Tinggi muka laut tingkat kerentanan dan risiko
- Indikator komponen perubahan iklim pada suatu
keterpaparan, sensitivitas, dan wilayah dan/atau sektor
kapasitas adaptasi, meliputi:  Menghitung tingkat
 Demografi kerentanan dan risiko
 Tata guna lahan/laut perubahan iklim
 Mata pencaharian menggunakan komponen
 Kesejahteraan bahaya terkait iklim,
 Infrastruktur keterpaparan, sensitivitas,
dan kapasitas adaptasi.

15
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
 Sumber daya air  Setiap indikator disusun
 Pendidikan menggunakan data minimal
 Kesehatan 2 sub. indikator
 Kelembagaan masyarakat
2. Analisis dampak perubahan
iklim harus mampu  Analisis Mikro (1:50.000)  Tingkat kerentanan
mengevaluasi dampak untuk kajian: dan risiko perubahan
perubahan iklim yang paling  Lingkup kabupaten/kota iklim pada suatu
sedikit memuat informasi  Lingkup kecamatan dalam wilayah dan/atau
terkait lokasi, frekuensi, 1 kabupaten/kota, atau sektor
durasi, dan besaran.  Satu kesatuan lanskap  Evaluasi dampak
Indikator untuk mengukur minimal 1 ekosistem perubahan iklim pada
dampak perubahan iklim harus dan/atau 1 zona iklim fokus wilayah dan
dapat mengukur potensi  Analisis Mikro: menghitung sektor
kerugian dan/atau manfaat: tingkat kerentanan dan risiko
 Indikator fisik, meliputi: perubahan iklim pada suatu
 Perubahan produksi wilayah dan/atau sektor; dan
 Perubahan lokasi/luas mengukur dampak
wilayah terdampak, dan perubahan iklim pada fokus
 Perubahan frekuensi/durasi wilayah dan sektor
 Indikator sosial, meliputi:  Menghitung tingkat
 Perubahan perilaku kerentanan dan risiko
 Perubahan mata perubahan iklim
pencaharian menggunakan komponen
 Indikator ekonomi bahaya terkait iklim,
 Perubahan harga komoditas keterpaparan, sensitivitas,
 Perubahan jumlah dan kapasitas adaptasi.
penghasilan  Setiap indikator disusun
3. Data minimal: menggunakan data minimal
 Data iklim historis, rentang 3 sub. indikator
waktu 30 tahun/mengacu  Analisis dampak perubahan
pada perkembangan ilmu iklim harus mampu
pengetahuan dan teknologi mengevaluasi dampak
 Hasil proyeksi iklim, rentang perubahan iklim untuk
waktu 30 tahun/mengacu sektor dan wilayah terpilih

16
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
 Data biofisik historis, dan
 Data sosial-ekonomi historis

 Tingkat  Keanekaragaman hayati dan  Kondisi lingkungan yang Muatan RTR yang PermenLHK
ketahanan dan perkembangnnya. diukur dengan indeks berpengaruh pada kondisi P.61/2007
potensi  Kerusakan lingkungan. keanekaragaman hayati, lingkungan hidup
keanekaragaman  Penurunan kualitas lingkungan apakah cenderung tetap, berdasarkan tingkat
hayati menurun, atau meningkat. ketahanan dan potensi
 Ukuran lain bisa dipakai, keanekaragaman hayati
seperti kepunahan,
kemerosotan dan kerusakan.
4. Perumusan  Mandat/kepentingan/kebijakan  analisis Kekuatan Kelemahan  Alternatif PermenLHK
Alternatif nasional yang harus Kesempatan dan Ancaman penyempurnaan P.69/2017
Penyempurnaan diamankan (SWOT), muatan RTR
RTR  Situasi sosial-politik yang  metode analisis manfaat-
berpotensi risiko (Risk – Opportunity),
 Kapasitas kelembagaan  analisis berhirarkhi
pemerintah (Analytical Hierarchy
 Kapasitas dan kesadaran Process/AHP), atau analisis
masyarakat biaya-manfaat
 Kesadaran, ketaatan dan  Analisis Critical Decision
keterlibatan dunia Factor
 Kondisi pasar dan potensi
investasi
5. Penyusunan Hasil perumusan alternatif  hasil perumusan alternatif  Pernyataan PermenLHK
Rekomendasi penyempurnaan RTR. penyempurnaan kebijakan, kesepakatan atas P.69/2017
Perbaikan Utuk rencana, dan/atau program perbaikan muatan RTR.
Penyempurnaan yang mempertimbangkan  Pernyataan butir-butir
Muatan RTR prinsip-prinsip pembangunan tindak lanjut (studi
berkelanjutan; lebih lanjut,
 pertimbangan-pertimbangan rekomendasi aspek
yang mengacu pada  rekomendasi studi lebih
kemungkinan adanya lanjut bagi aspek-aspek

17
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
ketidakpastian ilmiah dari tertentu untuk
hasil telaahan KLHS; mendukung
 pertimbangan-pertimbangan operasionalisasi
yang mengacu pada asas- implementasi RTR lebih
asas perlindungan dan lanjut, seperti perlunya
pengelolaan lingkungan AMDAL;
hidup; dan  rekomendasi aspek-
 pertimbangan-pertimbangan aspek yang harus
yang mengacu pada asas- dipertimbangkan dalam
asas umum pemerintahan KLHS untuk RTR yang
yang baik. berkaitan dengan
kebijakan, rencana,
dan/atau program yang
ditetapkan;
 rekomendasi aspek-
aspek yang harus
dipertimbangkan dalam
AMDAL atau dokumen
lingkungan untuk
usaha dan/atau
kegiatan yang akan
dibangun/dilaksanakan
sebagai tindak lanjut
implementasi RTR;
 rekomendasi
persyaratan lingkungan
hidup bagi usaha
dan/atau kegiatan yang
akan dibangun
dan/atau
dilaksanakan;
 rekomendasi modifikasi
atau penghentian
usaha dan/atau
kegiatan yang
menyebabkan

18
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
terlampauinya daya
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidup;
 rekomendasi tindakan-
tindakan mitigasi
dampak yang dianggap
perlu;
 rekomendasi-
rekomendasi lain yang
dianggap perlu untuk
menjamin
keberlanjutan dan
mendorong upaya
perbaikan terus
menerus dalam
pelaksanaan RTR

19
DATA DAN INFORMASI UNTUK KLHS DALAM PERENCANAAN TATA RUANG (Skala Peta > 1: 50.000)
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
1. Identifikasi dan Persoalan-persoalan lingkungan Identifikasi persoalan lingkungan Isu pembangunan PP 46/2016 dan
perumusan isu hidup terkait rencana tata ruang. hidup dilakukan melalui: berkelanjutan yang PermenLHK
pembangunan a. mengumpulkan dan melakukan disepakati, dengan daftar P.69/2017
berkelanjutan. Kajian atau studi terkait pemusatan isu-isu yang paling sedikit
lingkungan hidup. pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan:
yang diketahui dan dirasakan; a. kapasitas daya dukung
b. melakukan konsultasi publik dan daya tampung
untuk menjaring isu terkait Lingkungan Hidup
lingkungan hidup; untuk pembangunan;
c. perumusan isu strategis b. perkiraan dampak dan
berdasarkan prioritas dengan risiko Lingkungan
mempertimbangkan unsur-unsur Hidup;
paling sedikit: c. kinerja layanan atau
i. karakteristik wilayah; jasa ekosistem;
ii. tingkat pentingnya potensi d. intensitas dan cakupan
dampak; wilayah bencana alam;
iii. keterkaitan antar isu e. status mutu dan
strategis pembangunan ketersediaan sumber
berkelanjutan; daya alam;
iv. keterkaitan dengan muatan f. ketahanan dan potensi
RTR; keanekaragaman
v. muatan Rencana hayati;
Perlindungan dan g. kerentanan dan
Pengelolaan Lingkungan kapasitas adaptasi
Hidup; dan/atau terhadap perubahan
vi. hasil KLHS dari RTR pada iklim;
hirarki di atasnya yang harus h. tingkat dan status
diacu, serupa dan berada jumlah penduduk
pada wilayah yang miskin atau
berdekatan, dan/atau penghidupan
memiliki keterkaitan sekelompok
dan/atau relevansi langsung. masyarakat serta
terancamnya
Perumusan isu dapat dilakukan keberlanjutan

20
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
juga dengan menghimpun masukan penghidupan
dari pemangku kepentingan melalui masyarakat;
curah pendapat kelompok kerja dan i. risiko terhadap
konsultasi publik. kesehatan dan
keselamatan
masyarakat; dan/ atau,
j. ancaman terhadap
perlindungan terhadap
kawasan tertentu
secara tradisional yang
dilakukan oleh
masyarakat dan
masyarakat hukum
adat.

2. Identifikasi Dokumen RTR (jika linier); Mengidentifikasi setiap muatan RTR 1. kapasitas daya dukung PermenLHK
Muatan RTR dan memperkirakan pengaruhnya dan daya tampung P.69/2017
yang berpotensi Muatan RTR yang tengah terhadap lingkungan hidup, dengan: Lingkungan Hidup
mempengaruhi dirumuskan. a. menelaah konsep rancangan untuk pembangunan;
lingkungan a. Tujuan RTR yang disusun; atau 2. perkiraan dampak dan
hidup dan b. Kebijakan dan strategi b. menelaah seluruh materi RTR risiko Lingkungan
pembangunan c. Struktur ruang berlaku yang akan direvisi. Hidup;
berkelanjutan d. Pola Ruang 3. kinerja layanan atau
e. Penetapan Kawasan Strategis jasa ekosistem;
atau Kawasan yang 4. intensitas dan cakupan
diprioritaskan penangannya wilayah bencana alam;
f. Indikasi Program atau 5. status mutu dan
ketentuan pemanfaatan ruang ketersediaan sumber
g. Indikasi arahan PZ atau arahan daya alam;
PZ atau Ketentuan Umum PZ 6. ketahanan dan potensi
atau PZ keanekaragaman
hayati;
Dampak dan/atau resiko 7. kerentanan dan
lingkungan hidup menurut Pasal kapasitas adaptasi
15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) terhadap perubahan
PP 46/2016 iklim;

21
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
8. tingkat dan status
jumlah penduduk
miskin atau
penghidupan
sekelompok
masyarakat serta
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
masyarakat;
9. risiko terhadap
kesehatan dan
keselamatan
masyarakat; dan/atau
10. ancaman terhadap
perlindungan terhadap
kawasan tertentu
secara tradisional yang
dilakukan oleh
masyarakat dan
masyarakat hukum
adat.
3. Analisis - Data klimatologi Analisis Kemampuan Lahan (overlay a. Klasifikasi satuan Permen LH
Pengaruh - Data topografi peta), meliputi: kemampuan lahan 17/2009
- Kapasitas daya - Data geologi - Analisis SKL Morfologi (SKL), meliputi: (Permen PU
dukung dan - Data hidrologi - Analisis SKL Kemudahan - SKL Morfologi 20/2007)
daya tampung - Data sumber daya Dikerjakan - SKL Kemudahan PermenLHK
lingkungan mineral/bahan galian - Analisis SKL Kestabilan Lereng Dikerjakan P.69/2017
hidup untuk - Data bencana alam - Analisis SKL Kestabilan Pondasi - SKL Kestabilan Lereng
pembangunan - Data penggunaan lahan - Analisis SKL Ketersediaan Air - SKL Kestabilan Pondasi
- Peta lereng - Analisis SKL untuk Drainase - SKL Ketersediaan Air
- Peta tanah - Analisis SKL terhadap Erosi - SKL untuk Drainase
- Peta erosi - Analisis SKL Pembuangan - SKL terhadap Erosi
- Peta drainasi/genangan Limbah - SKL Pembuangan
- Analisis SKL terhadap Bencana Limbah
Alam

22
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- SKL terhadap Bencana
Alam
b. kapasitas daya
dukung dan daya
tampung Lingkungan
Hidup untuk
pembangunan;
c. perkiraan mengenai
dampak dan risiko
Lingkungan Hidup;
d. kinerja layanan atau
jasa ekosistem;
e. efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam;
f. tingkat kerentanan
dan kapasitas
adaptasi terhadap
perubahan iklim; dan
g. tingkat ketahanan dan
potensi
keanekaragaman
hayati.
Klasifikasi satuan kemampuan Overlay peta satuan kemampuan Kelas lahan I-VIII (peta
lahan (SKL), meliputi: lahan (SKL) kemampuan lahan)
- SKL Morfologi
- SKL Kemudahan Dikerjakan
- SKL Kestabilan Lereng
- SKL Kestabilan Pondasi
- SKL Ketersediaan Air
- SKL untuk Drainase
- SKL terhadap Erosi
- SKL Pembuangan Limbah
- SKL terhadap Bencana Alam

23
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Peta kemampuan lahan - Evaluasi kesesuaian - Cocok-Tidak Cocok
- Peta penggunaan lahan penggunaan lahan (overlay peta)
eksisting/rencana

- Jumlah produksi aktual tiap - Perhitungan ketersediaan lahan - Luas ketersediaan (Permen LH
jenis komoditi (ha): lahan (ha) 17/2009)
- Harga satuan tiap jenis
komoditas di tingkat produsen
(rp/satuan)
- Harga satuan beras di tingkat
produsen (rp/kg)
- Produktivitas beras (kg/ha)

- Jumlah penduduk (orang) - Perhitungan kebutuhan lahan - Total kebutuhan lahan


- luas lahan yang dibutuhkan (ha): (ha)
untuk kebutuhan hidup layak
per penduduk

- Ketersediaan lahan (SL) - Penentuan status daya dukung - Surplus lahan = SL>DL
- Kebutuhan lahan (DL) lahan dengan melakukan - Defisit lahan = SL<DL
perbandingan ketersediaan
lahan (SL) dengan kebutuhan
lahan (DL)
- Koefisien limpasan tertimbang - Perhitungan ketersediaan air - Ketersediaan air
- Koefisien limpasan penggunaan (m3/tahun): (m3/tahun)
lahan
- Luas penggunaan lahan (ha)
- Rata-rata curah hujan tahunan
wilayah (mm/tahunan)
- Curah hujan tahunan pada
stasiun tempat pengamatan
- Jumlah stasiun pengamatan
curah hujan
- Luas wilayah (ha)

24
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Jumlah penduduk (orang) - Perhitungan kebutuhan air - Total kebutuhan air
- Kebutuhan air untuk hidup (m3/tahun): (m3/tahunan)
layak

- Ketersediaan air (SA) - Penentuan status daya dukung - Surplus air = SA>DA
- Kebutuhan air (DA) air dengan melakukan - Defisit air = SA<DA
perbandingan ketersediaan air
(SA) dengan kebutuhan air (DA)

Dampak lingkungan dan sumber - Indicator benchmark comparison - Nilai kapasitas pada Urban Carrying
daya alam, meliputi variable: masing-masing variable Capacity (UCC) Wei
- Cakupan area hijau kota (%) yang dibandingkan et al., (2015)
- Cakupan hutan kota (%) dengan ambang batas
- Lahan konstrukti per kapita (thresholds)
(m2)
- Sumber daya air per kapita (m3)
- Lahan perkotaan per kapita
(km3)
- Rasio air yang dapat digunakan
kembali (%)
- Tingkat daur ulang air industri
(%)
- Kualitas udara per tahun (%)
- Penurunan konsumsi energi
- Penurunan konsumsi air
- Tingkat pengolahan air limbah
industri perkotaan (%)
- Tingkat pembuangan sampah
domestik yang tidak berbahaya
(%)
- Tingkat cakupan area
kesesuaian kebisingan (%)
- Tingkat pemanfaatan
pembuangan limbah padat
industri (%)

25
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Ruang terbuka hijau public per
kapita (m2)
Infrastruktur dan Pelayanan - Indicator benchmark comparison - Nilai kapasitas pada
Perkotaan, meliputi variable: masing-masing variable
- Tingkat koneksi gas kota (%) yang dibandingkan
- Tingkat akses TV kabel (%) dengan ambang batas
- Tingkat koneksi kabel internet (thresholds)
(%)
- Pasokan air keran yang normal
(hari/tahun)
- Jumlah perpustakaan per
10.000 orang
- Jumlah museum per 10.000
orang
- Tingkat cakupan fasilitas
olahraga terbuka gratis dalam
1000 meter dari daerah
permukiman (%)
- Tingkat kepuasan publik untuk
fasilitas olahraga, pendidikan,
dan budaya (%)
- Ruang lantai per kapita rumah
di area perkotaan (m2)
- Jumlah tempat tidur rumah
sakit per 1000 orang (%)
- Tingkat cakupan layanan
kesehatan masyarakat (%)
- Harapan hidup populasi (%)
- Kepuasan publik terhadap lalu
lintas perkotaan (%)
- Luas jalan per kapita (m2)
- Tingkat penumpang angkutan
umum (%)
- Rata-rata waktu commuting
penduduk satu arah (%)
- Tarif parkir sosial (%)

26
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
Pengaturan kelembagaan, - Indicator benchmark comparison - Nilai kapasitas pada
meliputi variable: masing-masing variable
- Koefisien gini yang dibandingkan
- Rasio harga ke-pendapatan dengan ambang batas
perumahan (%) (thresholds)
- Tingkat rumah tangga dengan
luas perumahan rata-rata 10
m2 per kapita (%)
- Tingkat perumahan komoditas
biasa, perumahan sewa
rendah, dan perumahan yang
terjangkau secara ekonomi
untuk total persediaan
perumahan (%)
- Tingkat deteksi kasus pidana
(%)
- Tingkat kelulusan pemeriksaan
tempat untuk pemantauan
ketahanan pangan utama (%)
- Tingkat kelulusan pengecekan
tempat obat (%)
- Cakupan jaminan sosial (%)
Kapasitas dukungan masyarakat, - Indicator benchmark comparison - Nilai kapasitas pada
meliputi: masing-masing variable
- Tingkat pertumbuhan tahunan yang dibandingkan
GDP (%) dengan ambang batas
- PDB per kapita (thresholds)
- Tingkat pertumbuhan tahunan
pendapatan per kapita
penduduk perkotaan (%)
- Tingkat pertumbuhan tahunan
pendapatan per kapita
penduduk perdesaan
- Pendapatan per kapita dari
penduduk perkotaan
- Penghasilan fiskal per kapita

27
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Tingkat pertumbuhan tahunan
dari pendapatan keuangan
pemerintah pusat (%)
- Tingkat konsumsi akhir (%)
- Tingkat pengangguran terdaftar
di kota (orang)
- Share sektor industri jasa
terhadap PDB (%)
- Share pengeluaran R&D
terhadap PDB (%)
- Populasi pekerjaan industri
tersier menyumbang proporsi
total populasi pekerjaan (%)
- Konsumsi dan biaya hidup
untuk rumah tangga rata-rata
Lingkungan Ekologi terkait Metode estimasi USCC dengan Hasil dari metode Urban State
sumber daya air, meliputi cara: estimasi USCC: Comprehensive
variable: 1. Dimensionless standardization 1. Normalisasi nilai Carrying Capacity
- Ketersediaan air per kapita variable di setiap tahun (Sun & Tian, 2018)
(ton) dalam interval (0,1)
- Konsumsi air domestik harian 2. Nilai bobot pada
per kapita (ton) masing-masing variable
- Rasio pengolahan limbah (%) 3. Nilai evaluative USCC
- Volume per kapita air limbah untuk setiap kota
industri (m3) 2. The improved entropy method
(IEM) Hasil dari analisis
Lingkungan Ekologi terkait
3. Multi-objective linear summation diferensiasi spasial:
lingkungan, meliputi variable:
method 1. Nilai auto korelasi
- Emisi polusi industri per kapita
(ton) spasial (terkelompok,
Analisis diferensiasi spasial: tersebar, acak)
- Ruang hijau per kapita (km2)
1. Global Moran’s I 2. Pola pengelompokkan
- Kawasan terbangun dengan
2. Anselin Local Moran’s I and spasial dan nilai
tutupan hijau (%)
Moran’s scatterplot (ALMI) kesamaan antara kota
- Rasio sampah tidak berbahaya
3. Getis-Ord local statistic and hot dengan kota tetangga
(%)
spot analysis sekitar
Infrastruktur Transportasi Air,
meliputi varable:

28
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Lalu lintas transportasi air (ton) 3. Lokasi hot spot USCC
- Volume lalu lintas penumpang dan tren variasi
transportasi air (unit) dinamis
Infrastruktur Transportasi Darat,
meliputi:
- Lalu lintas angkutan kereta api
(ton)
- Volume lalu lintas penumpang
transportasi kereta api (unit)
- Lalu lintas jalan tol (tol)
- Volume lalu lintas penumpang
jalan tol (unit)
- Jumlah kendaraan pribadi
(unit)
- Jumlah bus per 10.000 orang
(ton)
- Luas jalan perkotaan per kapita
(m2)
- Jarak tempuh per kapita (km)
Faktor Pasar terkait Populasi,
meliputi:
- Tingkat pertumbuhan
penduduk alami (%)
- Rata-rata populasi tahunan
kabupaten/kota (jiwa)
- Jumlah tempat tidur rumah
sakit per 10.000 orang
- Jumlah dokter per 1000 orang
(unit)
Faktor Pasar terkait Modal,
meliputi:
- Jumlah perguruan tinggi (unit)
- Jumlah sekolah dasar dan
menengah (unit)
- Rata-rata jumlah dosen
perguruan tinggi (unit)

29
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Jumlah mahasiswa dan
perguruan tinggi umum (unit)
- Nomor lisensi paten domestic
(unit)
- Deposit per kapita (Rp)
- Pinjaman per kapita (Rp)
Faktor Pasar terkait Lahan,
meliputi:
- Luas administrasi per kapita (m2)
- Luas area konstruksi per kapita
(m2)
- Luas area permukiman per
kapita (m2)
Faktor Ekonomi, meliputi:
- Total penjualan ritel barang-
barang konsumsi sosial per-
kapita
- Jumlah total investasi dalam
asset tetap per-kapita
- Profit industri per-kapita
- Tingkat pertumbuhan PDB per
tahun (%)
- PDB per-kapita
Faktor Industri, meliputi:
- Kontribusi industri sekunder
terhadap PDB (%)
- Kontribusi industri tersier
terhadap PDB (%)
- Kondisi Infrastruktur dan - Analisis dampak lalu lintas. Kapasitas infrastruktur -
Utilitas - Analisis keterkaitan intensitas dan utilitas.
- Kapasitas jalan pemanfaatan ruang dengan LOS. Kebutuhan infrastruktur
- LOS jalan - Analisis kebutuhan utilitas dan utilitas pada tahun
- Ketersediaan air baku terhadap infrastruktur dan rencana
- Kapasitas dan rencana utilitas saat ini dan rencana.
penyediaan air bersih/minum
- Kapasitas sistem drainase.

30
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Kapasitas sistem persampahan,
sanitasi/limbah
- Intensitas pemanfaatan ruang
yang dihitung dari ketentuan
KDB, KLB
 Perkiraan - Kebencanaan (kerentanan dan - Analisis dampak perubahan iklim. Muatan RTR yang UU 32/2009
mengenai resiko bencan) - Kerusakan, kemerosotan, berpengaruh pada kondisi Permen LH No 16
dampak dan - Kejadian bencana time series. dan/atau kepunahan lingkungan hidup Tahun 2012
risiko - Status lingkungan hidup. kenanekaragaman hayati. berdasarkan dampak dan
lingkungan - Perkembangan penggunaan - Peningkatan intensitas dan risiko lingkungan hidup.
hidup lahan. cakupan wilayah bencana banjir,
- Data demograsi terkait longsor, kekeraingan, dan/atau
kemiskinan. kebakaran hutan dan lahan.
- Data terkait kondisi luar biasa - Penurunan mutu dan kelimpahan
penyakit, fasilitas kesehatan. sumberdaya alam.
- Peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan.
- Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat.
- Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia.
 Kinerja layanan Data dan informasi terkait: Analisis kinerja: Muatan RTR yang UU 32/2009
atau jasa - Jasa/produk yang didapat dari - Layanan fungsional (provisioning berpengaruh pada kondisi Permen LH No 16
ekosistem ekosistem, seperti misalnya services lingkungan hidup Tahun 2012
sumber daya genetika, makanan, - Layanan regulasi (regulating berdasarkan Kinerja
air dll. services) layanan/jasa ekosistem.
- Manfaat yang didapatkan dari - Layanan kultural (cultural
pengaturan ekosistem, seperti services)
misalnya aturan tentang - Layanan pendukung kehidupan
pengendalian banjir, (supporting services)
pengendalian erosi,
pengendalian dampak
perubahan iklim dll.

31
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem,
seperti misalnya pengkayaan
spirit, tradisi, pengalaman batin,
nilai-nilai estetika dan
pengetahuan.
- Jasa ekosistem yang diperlukan
manusia, seperti misalnya
produksi biomasa, produksi
oksigen, nutrisi, air, dll.
 Efisiensi  Kapasitas sediaan air  Tingkat optimal pemanfaatan Muatan RTR yang PermenLHK
pemanfaatan bersih/minum dan sumberdaya sumberdaya alam di mana berpengaruh pada kondisi P.61/2007
sumber daya alam. kebutuhan terpenuhi namun lingkungan hidup
alam  Jumlah penduduk pada tahun sumber daya alam beserta berdasarkan efisiensi
rencana. ekosistemnya dapat tetap pemanfaatan sumber daya
 Intensitas pemanfaatan ruang dilestarikan. alam.
rencana.  Dapat diukur berdasarkan
 Penggunaan lahan. kesesuaian antar tingkat
 Rencana pola ruang. pemanfaatan dan pencadangan
terhadap potensi dan kebutuhan
 Dapat pula diukur dengan nilai
manfaat sumber daya alam
melalui valuasi ekonomi
 Tingkat 1. Komponen kerentanan, risiko,  Kondisi lingkungan yang diukur Muatan RTR yang Permen LHK No P.7
kerentanan dan dan dampak perubahan iklim dari kemungkinan dampak berpengaruh pada kondisi Tahun 2018
kapasitas terdiri dari komponen bahaya perubahan iklim, apakah lingkungan hidup
adaptasi terkait iklim, keterpaparan, semakin memburuk (seperti berdasarkan tingkat
terhadap sensitivitas, dan kapasitas peningkatan muka air laut atau kerentanan dan kapasitas
perubahan iklim adaptasi. perubahan cuaca yang ekstrim) adaptasi terhadap
- Indikator komponen bahaya atau mempunyai perubahan iklim
terkait iklim daratan, meliputi:  Analisis Tapak (1:5000) untuk  Tingkat kerentanan
 Suhu udara kajian: dan risiko perubahan
 Curah hujan  Lingkup desa dan/atau iklim pada suatu
 Aspek biofisik, dan kelurahan wilayah dan/atau
 Tutupan lahan sektor

32
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
- Indikator komponen bahaya  Lingkup wilayah administrasi  Evaluasi dampak
terkait iklim lautan, meliputi: RW dan/atau dusun dalam 1 perubahan iklim pada
 Suhu permukaan laut desa dan/atau kelurahan, fokus wilayah dan
 Gelombang laut atau sektor
 Salinitas, dan  Satu kesatuan lanskap  Kondisi sosial budaya
 Tinggi muka laut minimal 1 ekosistem dan/atau masyarakat
- Indikator komponen 1 zona iklim
keterpaparan, sensitivitas, dan  Analisis Tapak: menghitung
kapasitas adaptasi, meliputi: tingkat kerentanan dan risiko
 Demografi perubahan iklim pada suatu
 Tata guna lahan/laut wilayah dan/atau sektor;
 Mata pencaharian mengukur dampak perubahan
 Kesejahteraan iklim pada fokus wilayah dan
 Infrastruktur sektor; dan dilengkapi dengan
 Sumber daya air pendekatan partisipatif untuk
menilai kondisi sosial budaya
 Pendidikan
kemasyarakatan.
 Kesehatan
 Menghitung tingkat kerentanan
 Kelembagaan masyarakat
dan risiko perubahan iklim
2. Analisis dampak perubahan
menggunakan komponen bahaya
iklim harus mampu
terkait iklim, keterpaparan,
mengevaluasi dampak
sensitivitas, dan kapasitas
perubahan iklim yang paling
adaptasi.
sedikit memuat informasi
 Setiap indikator disusun
terkait lokasi, frekuensi,
menggunakan data minimal 3
durasi, dan besaran.
sub. indikator
Indikator untuk mengukur
dampak perubahan iklim harus  Analisis dampak perubahan
dapat mengukur potensi iklim harus mampu
kerugian dan/atau manfaat: mengevaluasi dampak
perubahan iklim untuk sektor
 Indikator fisik, meliputi:
dan wilayah terpilih
 Perubahan produksi
 Pendekatan partisipatif
 Perubahan lokasi/luas
memasukkan informasi
wilayah terdampak, dan
mengenai kapasitas dan
 Perubahan frekuensi/durasi
sumberdaya lokal
 Indikator sosial, meliputi:

33
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
 Perubahan perilaku
 Perubahan mata
pencaharian
 Indikator ekonomi
 Perubahan harga komoditas
 Perubahan jumlah
penghasilan
3. Data minimal:
 Data iklim historis, rentang
waktu 30 tahun/mengacu
pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
 Hasil proyeksi iklim, rentang
waktu 30 tahun/mengacu
pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
 Data biofisik historis, dan
 Data sosial-ekonomi historis
4. Pendekatan partisipatif
memasukkan informasi
mengenai kapasitas dan
sumberdaya lokal dengan
memuat informasi mengenai:
 Sumber daya alam
 Kearifan lokal, dan
 Adat istiadat
 Tingkat  Keanekaragaman hayati dan  Kondisi lingkungan yang diukur Muatan RTR yang PermenLHK
ketahanan dan perkembangnnya. dengan indeks keanekaragaman berpengaruh pada kondisi P.61/2007
potensi  Kerusakan lingkungan. hayati, apakah cenderung tetap, lingkungan hidup
keanekaragaman  Penurunan kualitas lingkungan menurun, atau meningkat. berdasarkan tingkat
hayati  Ukuran lain bisa dipakai, seperti ketahanan dan potensi
kepunahan, kemerosotan dan keanekaragaman hayati
kerusakan.

34
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
4. Perumusan  Mandat/kepentingan/kebijakan  analisis Kekuatan Kelemahan  Alternatif PermenLHK
Alternatif nasional yang harus Kesempatan dan Ancaman penyempurnaan P.69/2017
Penyempurnaan diamankan (SWOT), muatan RTR
RTR  Situasi sosial-politik yang  metode analisis manfaat-risiko
berpotensi (Risk – Opportunity),
 Kapasitas kelembagaan  analisis berhirarkhi (Analytical
pemerintah Hierarchy Process/AHP), atau
 Kapasitas dan kesadaran analisis biaya-manfaat
masyarakat  Analisis Critical Decision Factor
 Kesadaran, ketaatan dan
keterlibatan dunia
 Kondisi pasar dan potensi
investasi
5. Penyusunan Hasil perumusan alternatif  hasil perumusan alternatif  Pernyataan PermenLHK
Rekomendasi penyempurnaan RTR. penyempurnaan kebijakan, kesepakatan atas P.69/2017
Perbaikan Utuk rencana, dan/atau program yang perbaikan muatan RTR.
Penyempurnaan mempertimbangkan prinsip-  Pernyataan butir-butir
Muatan RTR prinsip pembangunan tindak lanjut (studi
berkelanjutan; lebih lanjut,
 pertimbangan-pertimbangan rekomendasi aspek
yang mengacu pada  rekomendasi studi lebih
kemungkinan adanya lanjut bagi aspek-aspek
ketidakpastian ilmiah dari hasil tertentu untuk
telaahan KLHS; mendukung
 pertimbangan-pertimbangan operasionalisasi
yang mengacu pada asas-asas implementasi RTR lebih
perlindungan dan pengelolaan lanjut, seperti perlunya
lingkungan hidup; dan AMDAL;
 pertimbangan-pertimbangan  rekomendasi aspek-
yang mengacu pada asas-asas aspek yang harus
umum pemerintahan yang baik. dipertimbangkan dalam
KLHS untuk RTR yang
berkaitan dengan
kebijakan, rencana,

35
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
dan/atau program yang
ditetapkan;
 rekomendasi aspek-
aspek yang harus
dipertimbangkan dalam
AMDAL atau dokumen
lingkungan untuk
usaha dan/atau
kegiatan yang akan
dibangun/dilaksanakan
sebagai tindak lanjut
implementasi RTR;
 rekomendasi
persyaratan lingkungan
hidup bagi usaha
dan/atau kegiatan yang
akan dibangun
dan/atau
dilaksanakan;
 rekomendasi modifikasi
atau penghentian
usaha dan/atau
kegiatan yang
menyebabkan
terlampauinya daya
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidup;
 rekomendasi tindakan-
tindakan mitigasi
dampak yang dianggap
perlu;
 rekomendasi-
rekomendasi lain yang
dianggap perlu untuk
menjamin

36
Tahapan Analisis Rujukan
Data dan Informasi Metode Analisis Output
KLHS Peraturan/Pedoman
keberlanjutan dan
mendorong upaya
perbaikan terus
menerus dalam
pelaksanaan RTR

37
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM
PERENCANAAN TATA RUANG

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN ISU PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN

Tujuan identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan adalah:


1. menentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup serta bentuk keterkaitan antar
ketiga aspek tersebut;
2. menentukan isu yang paling strategis, prioritas atau menjadi akar
masalah dari semua isu yang terjadi; dan
3. membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan
yang diharapkan.

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud


dilakukan dengan cara:
1. Mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan
Dilakukan dengan cara:
 telaah literatur
 curah pendapat Kelompok Kerja
 konsultasi publik
2. Memusatkan isu-isu pembangunan berkelanjutan (pelingkupan isu)
Dilakukan dengan cara:
a. Melihat kesamaan substansi dan/atau menelaah sebab-akibat
dengan memperhatikan
 isu lintas sektor
 isu lintas wilayah
 isu lintas pemangku kepentingan
 isu lintas waktu
b. Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan untuk pengayaan dan penajaman isu pembangunan
berkelanjutan
c. Melakukan konfirmasi dari data atau informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan
3. Melakukan telaah cepat hasil pelingkupan yang mempertimbangkan
unsur-unsur paling sedikit:
a. karakteristik wilayah yang ditelaah dalam bentuk spasial (misalnya
dengan menggunakan peta Rupa Bumi, peta RTR, dan peta tutupan
lahan);
b. tingkat pentingnya potensi dampak;
c. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan

38
4. Membuat perkiraan tentang:
a. tingkat pentingnya potensi dampak, berdasarkan indikasi cakupan
wilayah dan frekuensi/intensitas dampak.
b. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil
telaah sebab-akibatnya
5. Memutuskan isu yang strategis dan prioritas, antara lain dapat dengan
menyusun daftar pendek yang telah memperhatikan hasil konsultasi
kepada masyarakat dan telah dikonfirmasikan dengan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Contoh-contoh:

Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan


Tahap identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan
bertujuan untuk menentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup serta bentuk
keterkaitan antar ketiga aspek tersebut. Tahap ini dilakukan dengan
menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan
melalui konsultasi publik. Hasil yang dihimpun dari konsultasi publik
menjadi daftar panjang isu pembangunan berkelanjutan yang kemudian
akan ditapis menjadi isu pembangunan berkelanjutan paling strategis.

Tabel 3.1. Contoh Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan


No Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Pengelompokan Isu
1 Sanitasi
2 Tidak tersedianya MCK
3 Keterbatasan Air Bersih
Kesehatan Masyarakat
4 Kekeringan
5 Kesehatan Masyarakat
6 Gizi Buruk
7 Konflik Sosial/Adat
Konflik Sosial/Adat
8 Perjudian
9 Banjir Bandang
10 Lahan Gundul Banjir Bandang
11 Ladang Berpindah
Rendahnya Investasi Sektor Swasta
12 yang Berkontribusi Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
13 Ketersediaan Energi (Listrik dan BBM)
Rendahnya Investasi
14 Kualitas SDM Lokal Sektor Swasta
15 Pendapatan Penduduk Rendah
SDM masyarakat setempat Belum
16 Dapat Menfaatan Peluang Global dan
pasar Regional
Pemanfaatan Potensi Sumberdaya
17
Laut yang Belum Optimal Potensi Sumberdaya Laut
Wisata Pesisir yang Belum yang Belum Optimal
18
Berkembang

39
No Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Pengelompokan Isu
19 Rawan Pangan
20 Gagal Panen Rawan Pangan
21 Produktivitas lahan rendah
22 Erosi
Penyelundupan dan Pelintas Batas
23
Ilegal
Interaksi Masyarakat Antar Negara
24
pada Kawasan Perbatasan
Pergeseran Batas Fisik (Sungai Erosi, Pergeseran Batas,
25
Motamasin) Akibat Abrasi dan Zona Penyangga
Kejelasan Jarak Buffer untuk
26 Kebutuhan Pengaman Negara pada
Garis batas Negara
Kepemilikan lahan masyarakat Timor
27
Leste di RI dan sebaliknya
28 Konflik Manusia dan Buaya
Status Kawasan Hutan yang
29
Dilindungi
Konservasi Habitat Buaya
Populasi Buaya Muara yang Semakin
30 Bertambah dan Mengganggu
Keselamatan Warga
Sumber: Hasil Analisis KLHS RDTR di salah satu lokasi proyek, 2017

Berikut adalah Contoh-Contoh Identifikasi Isu Pembangunan dengan


Pendekatan Strategis, yaitu:
(1) Contoh Identifikasi Isu Pembangunan dengan menggunakan
metode Pohon Masalah

40
Gambar 3.1. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan dengan Pohon
Masalah

(2) Identifikasi Isu Pembangunan dengan CDF (Critical Decision Factors


– Faktor Terpenting Pembuatan Keputusan)
• CDF adalah faktor terpenting dalam pembuatan keputusan
menuju pembangunan berkelanjutan
• Dengan cara melakukan overlay atau mencari irisan antara isu
pembangunan berkelanjutan, isu strategis perencanaan, dan
kerangka kebijakan

41
Gambar 3.2. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas dengan
Critical Decision Factor (CDF)

Dengan cara berfikir sistem (system thinking)

42
Gambar 3.3. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas dengan
‘System Thinking’

Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling


Strategis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016, isu pembangunan
berkelanjutan paling strategis merupakan isu yang menjadi akar masalah,
berdampak penting dan luas, aktual, dan dirasakan masyarakat. Isu-isu
paling strategis ini diperoleh dengan menapis isu-isu dalam daftar panjang
isu pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsur-
unsur yang disebutkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2016 Pasal 9
Ayat 1, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

43
Dengan mengacu kepada kriteria tersebut seluruh peserta konsultasi
publik menapis seluruh isu pembangunan berkelanjutan dan membaginya
menjadi 4 (empat) kategori yaitu:
1. Tidak strategis
2. Kurang Strategis
3. Strategis
4. Sangat strategis

Penentuan isu strategis didasarkan kepada nilai yang paling banyak dipilih
oleh masing-masing peserta konsultasi publik. Adapun untuk nilai yang
dipilih hanya yang bernilai 3 dan 4.

44
Tabel 3.3. Contoh Matrik Penilaian Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis
Penilaian Peserta Lokakarya Tingkat Tingkat
No Isu PB Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Strategis Kepentingan
Paling
1 Sanitasi Sekitar PLBN 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Strategis
Keterbatasan Air Paling
2 Sekitar PLBN 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
Bersih Strategis
Paling
3 Konflik Sosial/Adat Sekitar PLBN 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3
Strategis
Paling
4 Kesehatan Masyarakat Sekitar PLBN 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4
Strategis
Status Kawasan Hutan Paling
5 Hutan adat 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
yang Dilindungi Strategis
Konflik Manusia dan Muara dekat Paling
6 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3
Buaya mercusuar Strategis
Ketersediaan Energi Paling
7 Sekitar PLBN 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
(Listrik dan BBM) Strategis
Paling
8 Banjir Bandang Sekitar PLBN 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 4 3 4 4 3 3
Strategis
Pemanfaatan Potensi
Paling
9 Sumberdaya Laut yang Sekitar PLBN 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3
Strategis
Belum Optimal
Wisata Pesisir yang Paling
10 Sekitar PLBN 3 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
Belum Berkembang Strategis
Paling
11 Rawan Pangan Sekitar PLBN 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3
Strategis
Paling
12 Kualitas SDM Lokal Sekitar PLBN 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4
Strategis
Pendapatan Penduduk Paling
13 Sekitar PLBN 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3
Rendah Strategis
Sekitar PLBN
Paling
14 Erosi pantai dan 4 3 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3
Strategis
sungai
Penyelundupan dan Paling
15 Sekitar PLBN 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
Pelintas Batas Ilegal Strategis

45
Penilaian Peserta Lokakarya Tingkat Tingkat
No Isu PB Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Strategis Kepentingan
Tdiak
16 Perjudian Sekitar PLBN 3 2 2 2 2 4 4 3 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2
Strategis
Interaksi Masyarakat
Paling
17 Antar Negara pada Sekitar PLBN 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3
Strategis
Kawasan Perbatasan
Pergeseran Batas Fisik
Sungai Paling
18 (Sungai Motamasin) 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
Motamasin Strategis
Akibat Abrasi
SDM masyarakat
setempat Belum Dapat
Paling
19 Menfaatkan Peluang Sekitar PLBN 3 3 3 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3
Strategis
Global dan pasar
Regional
Rendahnya Investasi
Sektor Swasta yang
Berkontribusi Bagi Paling
20 Sekitar PLBN 3 4 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
Peningkatan Strategis
Kesejahteraan
Masyarakat
Kejelasan Jarak Buffer
untuk Kebutuhan Paling
21 Sekitar PLBN 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4
Pengaman Negara pada Strategis
Garis batas Negara
Populasi Buaya Muara
yang Semakin
Muara dekat Paling
22 Bertambah dan 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3
mercusuar Strategis
Mengganggu
Keselamatan Warga
Kepemilikan lahan
masyarakat Timor Tdiak
23 Sekitar PLBN 2 1 1 1 3 2 1 2 2 3 4 3 2 3 4 4 2 2
Leste di RI dan Strategis
sebaliknya
Paling
24 Tidak tersedianya MCK Permukiman 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Strategis

46
Penilaian Peserta Lokakarya Tingkat Tingkat
No Isu PB Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Strategis Kepentingan
Paling
25 Kekeringan Seluruh Kawasan 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
Strategis
Paling
26 Gizi Buruk Permukiman 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Strategis
Paling
27 Lahan Gundul Hulu DAS 4 3 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3
Strategis
Paling
28 Ladang Berpindah Hulu DAS 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
Strategis
Kawasan Paling
29 Gagal Panen 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
Pertanian Strategis
Produktivitas lahan Kawasan Paling
30 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
rendah Pertanian Strategis

47
Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
Setelah daftar isu pembangunan berkelanjutan paling strategis dihasilkan dari
proses penapisan pada di atas, isu pembangunan berkelanjutan prioritas
dihasilkan melalui penapisan isu pembangunan berkelanjutan paling strategis
dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah No.46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 2, sebagaimana disajikan pada Tabel
3.5 berikut. Isu-isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang dihasilkan
merupakan isu pembangunan yang selanjutnya diuji silang dengan materi
muatan RTR yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup pada tahap
analisis pengaruh.

Tabel 3.5. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

Pengisian tabel di atas adalah dengan memberikan penilaian berupa Ya (Y) jika
isu PB paling strategis mempunyai pengaruh negatif terhadap kriteria dan Tidak
(T) jika isu PB paling strategis tidak mempunyai pengaruh negatif. Isu PB paling
strategis yang mempunyai pengaruh negatif 3 terbanyak memenuhi kriteria
ditentukan sebagai isu prioritas.

48
Tabel 3.6. Contoh Matrik Penilaian Isu Pembangunan Prioritas
Isu PB Paling DD Dampak Jasa Cakupan Mutu Perubahan Masyarakat Kesehatan Kawasan
No Catatan
Strategis DT LH Ekosistem Wilayah SDA Iklim Miskin Masyarakat Adat
1 Sanitasi Y Y Y Y Y T Y Y T Prioritas
Keterbatasan
2 Y Y Y Y Y T Y Y T Prioritas
Air Bersih
Konflik
3 T Y Y Y Y T Y Y Y Prioritas
Sosial/Adat
Kesehatan
4 Y Y Y Y Y Y Y Y T Prioritas
Masyarakat
Status Kawasan
Tidak
5 Hutan yang T T T Y T T Y T T
Prioritas
Dilindungi
Konflik Manusia Tidak
6 Y Y Y T T T T T Y
dan Buaya Prioritas
Ketersediaan
Tidak
7 Energi (Listrik Y T T Y T T Y T T
Prioritas
dan BBM)
8 Banjir Bandang Y Y Y Y Y T Y Y T Prioritas
Pemanfaatn
Potensi
9 Sumberdaya Y Y Y Y Y T Y Y T Prioritas
Laut yang
Belum Optimal
Wisata Pesisir
Tidak
10 yang Belum Y Y Y Y Y T Y T T
Prioritas
Berkembang
11 Rawan Pangan Y Y Y Y Y Y Y Y T Prioritas
Kualitas SDM
12 T Y Y Y Y T Y Y T
Lokal
Pendapatan
13 Penduduk T Y Y Y Y T Y Y T
Rendah
14 Erosi T Y Y Y Y Y Y Y Y Prioritas

49
Isu PB Paling DD Dampak Jasa Cakupan Mutu Perubahan Masyarakat Kesehatan Kawasan
No Catatan
Strategis DT LH Ekosistem Wilayah SDA Iklim Miskin Masyarakat Adat
Penyelundupan
Tidak
15 dan Pelintas T T T Y T T Y Y T
Prioritas
Batas Ilegal
Interaksi
Masyarakat
Tidak
16 Antar Negara Y T T Y T T Y Y T
Prioritas
pada Kawasan
Perbatasan
Pergeseran
Batas Fisik
Tidak
17 (Sungai T Y Y Y Y Y T T T
Prioritas
Motamasin)
Akibat Abrasi
SDM
masyarakat
setempat Belum
Dapat Tidak
18 Y Y T Y T T Y Y T
Menfaatkan Prioritas
Peluang Global
dan pasar
Regional
Rendahnya
Investasi Sektor
Swasta yang
Berkontribusi
19 Y Y Y Y Y T Y Y T Prioritas
Bagi
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
Kejelasan Jarak
Buffer untuk
Kebutuhan Tidak
20 T Y Y Y Y Y T T T
Pengaman Prioritas
Negara pada
Garis batas

50
Isu PB Paling DD Dampak Jasa Cakupan Mutu Perubahan Masyarakat Kesehatan Kawasan
No Catatan
Strategis DT LH Ekosistem Wilayah SDA Iklim Miskin Masyarakat Adat
Negara
Populasi Buaya
Muara yang
Semakin
Tidak
21 Bertambah dan Y Y Y T T T T T Y
Prioritas
Mengganggu
Keselamatan
Warga
Tidak
Tidak
22 tersedianya T Y T T Y T T Y T
Prioritas
MCK
Tidak
23 Kekeringan Y Y Y T Y T Y T T
Prioritas
Tidak
24 Gizi Buruk T T T T T T Y Y T
Prioritas
Tidak
25 Lahan Gundul Y Y Y T Y T Y T T
Prioritas
Ladang Tidak
26 Y Y Y T Y T Y T T
Berpindah Prioritas
Tidak
27 Gagal Panen Y Y Y T Y T Y T T
Prioritas
Produktivitas Tidak
28 Y Y Y T Y T Y T T
lahan rendah Prioritas

51
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

IDENTIFIKASI MUATAN RTR YANG DIPERKIRAKAN MENIMBULKAN


DAMPAK/RISIKO LINGKUNGAN HIDUP

Identifikasi muatan RTR yang diperkirakan menimbulkan dampak/risiko


lingkungan hidup dilakukan dengan menelaah muatan RTR yang diatur dalam
peraturan perundangan sesuai dengan tingkat kemajuan penyusunan RTR pada
saat mulai dilakukan KLHS.

Muatan-muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen muatan RTR


yang kemudian dikaitkan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. penurunan kinerja layanan jasa ekosistem;
c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, atau kebakaran hutan dan lahan;
d. penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
e. penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
f. peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
g. peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan
sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;
h. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
dan/atau
i. ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara
tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Metode analisis pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dapat dilihat pada


lampiran 3 serta peraturan perundangan yang mengatur matei tersebut di atas.

Contoh-Contoh:

52
Tabel 4.1. Contoh Matrik Proses Indentifikasi Muatan RTR dan Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Dampak dan/atau resiko lingkungan hidup menurut Pasal 15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) PP 46/2016

d) e) f)
Materi Muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh b) c) g)
No a) Penurunan Peningkatan Peningkatan Kesimpulan
terhadap kondisi Lingkungan Hidup Kerusakan / Peningkatan Peningkatan
Perubahan Mutu dan Alih Fungsi Jumlah
Kemerosotan Intensitas Risiko
Iklim Kelimpahan Kawasan Penduduk
Kehati Bencana Kesehatan
SD Hutan Miskin
1 Sempadan Sungai + + + + + + + Tidak Perlu
2 Sempadan Pantai + + + + + + + Tidak Perlu
3 Hutan Kota/City Forest + + + + + + + Tidak Perlu
4 Taman Kota/City Park + + + + + + + Tidak Perlu
5 Jalur Hijau/Green Belt + + + + + + + Tidak Perlu
6 Permakaman/Cemetary 0 0 0 0 0/- 0 0 Tidak Perlu
7 Sabuk hijau + + + + + + + Tidak Perlu
8 Rumah Kepadatan Sedang/Housing with medium density 0 - - - - + + Potensial
9 Rumah Kepadatan Rendah 0 0 - - 0 + + Potensial
10 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 0 0 - - 0 + + Potensial
11 Perdagangan dan Jasa Tunggal 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
12 Perdagangan dan Jasa Deret 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
13 Perkantoran Pemerintah 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
14 Perkantoran Swasta 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
15 Aneka Industri 0 - - - - + - Potensial
16 Sarana Pelayanan Umum Pendidikan 0 0 0 - 0 0 0 Tidak Perlu
17 Sarana Pelayanan Umum Transportasi 0 0 0 0 0 + - Tidak Perlu
18 Sarana Pelayanan Umum Olah Raga 0 0 0 - 0 0 + Tidak Perlu
19 Sarana Pelayanan Umum Kesehatan 0 0 - 0 0 0 + Tidak Perlu
20 Sarana Pelayanan Umum Sosial Budaya 0 0 0 - 0 0 0 Tidak Perlu
21 Sarana Pelayanan Umum Peribadatan 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
22 Pertanian 0 - - - - + 0 Potensial

53
Dampak dan/atau resiko lingkungan hidup menurut Pasal 15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) PP 46/2016

d) e) f)
Materi Muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh b) c) g)
No a) Penurunan Peningkatan Peningkatan Kesimpulan
terhadap kondisi Lingkungan Hidup Kerusakan / Peningkatan Peningkatan
Perubahan Mutu dan Alih Fungsi Jumlah
Kemerosotan Intensitas Risiko
Iklim Kelimpahan Kawasan Penduduk
Kehati Bencana Kesehatan
SD Hutan Miskin
23 Pariwisata 0 0/- 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
24 Pertanahan dan Keamanan 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
25 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 0 0 - 0 0 0 +/- Potensial
26 PLBN 0 - - 0 - + +/- Potensial
27 Mercusuar 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
28 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 0 - - - - + + Potensial
29 Jalur Evakuasi Bencana 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
30 Jaringan Drainase 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
31 Jaringan Energi 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
32 Jaringan Telekomunikasi 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
33 Sampah dan Limbah 0 0 - 0 0 0 +/- Potensial
34 Sumur Air Tanah 0 0 0 0 0 + + Tidak Perlu
35 Jalur Sepeda 0 0 0 0 0 0 + Tidak Perlu
36 Rencana Halte 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
37 Rencana Jalan 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu

1 Penataan Hutan Kota + + + + + + + Tidak Perlu


2 Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Lindung + + + + + + + Tidak Perlu
3 Penegakan Hukum Pelanggaran Penataan Ruang Kawasan Lindung + + + + + + + Tidak Perlu
4 Pengembangan Sabuk Hijau + + + + + + + Tidak Perlu
5 Penanaman Pohon Produktif dan Pelindung Sempadan Pantai + + + + + + + Tidak Perlu
6 Pembersihan Sempadan Pantai + + + + + + + Tidak Perlu
7 Penghijauan dan Pengadaan Bibit Pohon + + + + + + + Tidak Perlu

54
Dampak dan/atau resiko lingkungan hidup menurut Pasal 15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) PP 46/2016

d) e) f)
Materi Muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh b) c) g)
No a) Penurunan Peningkatan Peningkatan Kesimpulan
terhadap kondisi Lingkungan Hidup Kerusakan / Peningkatan Peningkatan
Perubahan Mutu dan Alih Fungsi Jumlah
Kemerosotan Intensitas Risiko
Iklim Kelimpahan Kawasan Penduduk
Kehati Bencana Kesehatan
SD Hutan Miskin
8 Penanaman Pohon Produktif dan Pelindung Sempadan Sungai + + + + + + + Tidak Perlu
9 Pembersihan Sempadan Sungai + + + + + + + Tidak Perlu
10 Penghijauan dan Pengadaan Bibit Pohon + + + + + + + Tidak Perlu
11 Pengadaan Lahan RTH Publik + + + + + + + Tidak Perlu
12 Pembangunan RTH Publik + + + + + + + Tidak Perlu
13 Pembangunan Biopori dan Sumur Resapan + + + + + + + Tidak Perlu
14 Pemeliharaan dan Penghijauan RTH Publik + + + + + + + Tidak Perlu
15 Pengadaan Lahan RTH Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
16 Pembangunan RTH Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
17 Penataan RTH Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
18 Pemeliharaan RTH Taman Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
19 Penetapan Sistem Retribusi Biaya Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
20 Pembangunan Fasilitas Pelayanan Pemakaman + + + + + + + Tidak Perlu
21 Pengembangan rumah kepadatan sangat rendah 0 0 - - 0 + + Potensial
22 Pengembangan rumah kepadatan rendah 0 0 - - 0 + + Potensial
23 Penataan Perumahan Pengungsi Eks Tim tim 0 0 0 0 0 0 + Tidak Perlu
24 Pengembangan rumah kepadatan sedang 0 - - - - + + Potensial
25 Pembangunan Pasar Antar Negara 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
26 Pembebas Lahan Perdagangan dan Jasa di Jalan Sabuk Merah Putih 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
27 Pembangunan Perdagangan dan Jasa di Jalan Sabuk Merah Putih 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
Penataan dan Pemantapan Fungsi Perdagangan dan Jasa di Jalan
28 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu
Sabuk Merah Putih
29 Pembebas Lahan Perdagangan dan Jasa di Jalan Koridor PLBN 0 0 0 0 0 + 0 Tidak Perlu

55
Dampak dan/atau resiko lingkungan hidup menurut Pasal 15 UU No. 32 /2009 atau Ps 3 (2) PP 46/2016

d) e) f)
Materi Muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh b) c) g)
No a) Penurunan Peningkatan Peningkatan Kesimpulan
terhadap kondisi Lingkungan Hidup Kerusakan / Peningkatan Peningkatan
Perubahan Mutu dan Alih Fungsi Jumlah
Kemerosotan Intensitas Risiko
Iklim Kelimpahan Kawasan Penduduk
Kehati Bencana Kesehatan
SD Hutan Miskin
32 Pembangunan Sub Zona Campuran 0 - - - - + + Potensial
33 Penyusunan RTBL Kawasan Perkantoran Swasta 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
34 Pembangunan dan Pemeliharaan Perkantoran Swasta 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
81 Penyusunan Masterplan Kawasan Industri Kecil 0 - - - - + - Potensial
82 Pembangunan Industri Kecil 0 - - - - + - Potensial
83 Pembinaan dan Pemberdayaan Industri Kecil 0 - - - - + - Potensial
84 Peningkatan Kapasitas Pertanian Menjadi Tradisional 0 - - - - + 0 Potensial
85 Peningkatan Kapasitas Pertanian Menjadi Modern 0 - - - - + 0 Potensial
86 Peningkatan Kapasitas Pertanian Menjadi Berkelanjutan 0 - - - - + 0 Potensial
219 Dst…. + 0 0 0 0 0 0 Tidak Perlu
220 Dst…. 0 0 0 0 0 0 + Tidak Perlu

56
Selanjutnya, Analisis Pengaruh dilakukan untuk memilih muatan RTR yang akan dikaji lebih lanjut muatannya. Pemilihan
mauatan RTR dilakukan dengan melakukan penapisan dengan isu priroritas. Uji silang antara muatan RTR hasil identifikasi
dengan isu PB prioritas. Hasil dari penapisan dapat dilihat Proses penapisan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2 di
bawah ini. Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa terdapat 9 pola ruang dan 16 indikasi program yang perlu dikaji muatannya

Tabel 4.2. Contoh Matrik Hasil Proses Pengkajian Pengaruh Muatan RTR

Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas KPN Motamasin


Materi Muatan RTR yang
Erosi,
berpotensi menimbulkan Potensi Rendahnya
Konflik Pergeseran Kesimpulan
pengaruh terhadap kondisi Kesehatan Keterbatasan Banjir Sumberdaya Rawan Investasi
Sosial/ Batas, dan
Lingkungan Hidup Masyarakat Bersih Bandang Laut yang Pangan Sektor
Adat Zona
Belum Optimal Swasta
Penyangga
1 Rumah Kepadatan Sedang Y Y T T T T T T YA
2 Rumah Kepadatan Rendah Y Y T T T T T T YA
Rumah Kepadatan Sangat
3 Y Y T T T T T T YA
Rendah
4 Aneka Industri Y Y T T T T T T YA
5 Pertanian T T Y T T T Y T YA
6 PLBN T T Y Y T T T T YA
Perumahan dan
7 Y Y T T T T T T YA
Perdagangan/Jasa
Tempat Pengolahan
8 Y Y T T T T T T YA
Sampah Terpadu
9 Sampah dan Limbah Y Y T T T T T T YA

Pengembangan rumah
1 Y Y T T T T T T YA
kepadatan sedang

Pembangunan Sub Zona


2 Y Y T T T T T T YA
Campuran

Penyusunan Masterplan
3 T T T T T T T T TIDAK
Kawasan Industri Kecil

57
Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas KPN Motamasin
Materi Muatan RTR yang
Erosi,
berpotensi menimbulkan Potensi Rendahnya
Konflik Pergeseran Kesimpulan
pengaruh terhadap kondisi Kesehatan Keterbatasan Banjir Sumberdaya Rawan Investasi
Sosial/ Batas, dan
Lingkungan Hidup Masyarakat Bersih Bandang Laut yang Pangan Sektor
Adat Zona
Belum Optimal Swasta
Penyangga
Pembangunan Industri
4 Y Y T T T T T T YA
Kecil
Pembinaan dan
5 Pemberdayaan Industri T T T T T T T T TIDAK
Kecil
Peningkatan Kapasitas
6 Pertanian Menjadi T T Y T T T Y T YA
Tradisional
Peningkatan Kapasitas
7 T T Y T T T Y T YA
Pertanian Menjadi Modern
Peningkatan Kapasitas
8 Pertanian Menjadi T T T T T T T T TIDAK
Berkelanjutan
Pemeliharaan Jalan
9 T T T T T T T T TIDAK
Inspeksi di Sekitar PLBN
Pembangunan Jalur
10 Inspeksi di sepanjang T T T T T T T T TIDAK
koridor perbatasan
Pemeliharaan Jalur
Inspeksi di sepanjang
11 T T T T T T T T TIDAK
koridor perbatasan
Maintainace
Peningkatan dan
12 T T Y Y T T T T YA
Pemeliharaan PLBN
Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan
13 T T T T T T T T TIDAK
Lingkungan (RTBL) Koridor
PLBN

58
Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas KPN Motamasin
Materi Muatan RTR yang
Erosi,
berpotensi menimbulkan Potensi Rendahnya
Konflik Pergeseran Kesimpulan
pengaruh terhadap kondisi Kesehatan Keterbatasan Banjir Sumberdaya Rawan Investasi
Sosial/ Batas, dan
Lingkungan Hidup Masyarakat Bersih Bandang Laut yang Pangan Sektor
Adat Zona
Belum Optimal Swasta
Penyangga
Pengembangan
14 Y Y T T T T T T YA
Permukiman Sedang
Pengembangan rumah
15 Y Y T T T T T T YA
kepadatan rendah
Pengembangan rumah
16 Y Y T T T T T T YA
kepadatan sangat rendah

59
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

ANALISIS PENGARUH MUATAN RTR TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN


HIDUP
Analisis pengaruh muatan RTR terhadap kondisi lingkungan hidup dilakukan
dengan menyandingkan muatan RTR yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi Lingkungan Hidup dengan enam aspek muatan kajian KLHS
sebagai berikut:

Tabel 6.1. Aspek Kajian Muatan KLHS


No Aspek Penjelasan/Ilustrasi
1. Kapasitas daya dukung dan daya a. Kemampuan suatu ekosistem untuk
tampung lingkungan hidup untuk mendukung suatu aktivitas sampai
pembangunan pada batas tertentu;
b. Untuk menentukan apakah suatu
kegiatan masih dapat ditambahkan
dalam suatu ekosistem tertentu atau
untuk menentukan apakah suatu
kawasan lingkungannya masih
mampu mendukung perikehidupan
manusia dan mahluk hidup lain.
c. Bisa diukur dari beberapa variabel
antara lain daya dukung tanah/lahan
dan air.
d. Daya tampung lingkungan hidup
dapat diukur dari tingkat asimilasi
media ketika menerima gangguan
dari luar. Indikator yang digunakan
biasanya pencemaran dan
kemampuan media mempertahankan
habitat di dalamnya.
2. Perkiraan mengenai dampak dan a. Dampak suatu RTR terhadap
risiko lingkungan hidup terjadinya perubahan lingkungan
hidup yang mendasar;
b. Bisa diukur dari beberapa media
lingkungan antara lain: tanah, air,
udara, atau seperti yang tertuang
dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2)
huruf b UU PPLH.

60
No Aspek Penjelasan/Ilustrasi
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem Layanan atau fungsi ekosistem
dikategorikan dalam 4 (empat) jenis
layanan, yaitu:
a. Layanan fungsional (provisioning
services): Jasa/produk yang didapat
dari ekosistem, seperti misalnya
sumber daya genetika, makanan, air
dll.
b. Layanan regulasi (regulating
services): Manfaat yang didapatkan
dari pengaturan ekosistem, seperti
misalnya aturan tentang
pengendalian banjir, pengendalian
erosi, pengendalian dampak
perubahan iklim dll.
c. Layanan kultural (cultural services):
Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem,
seperti misalnya pengkayaan spirit,
tradisi, pengalaman batin, nilai-nilai
estetika dan pengetahuan.
d. Layanan pendukung kehidupan
(supporting services): Jasa ekosistem
yang diperlukan manusia, seperti
misalnya produksi biomasa, produksi
oksigen, nutrisi, air, dll.
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya a. Tingkat optimal pemanfaatan
alam sumberdaya alam di mana
kebutuhan terpenuhi namun sumber
daya alam beserta ekosistemnya
dapat tetap dilestarikan.
b. Dapat diukur berdasarkan
kesesuaian antar tingkat
pemanfaatan dan pencadangan
terhadap potensi dan kebutuhan
c. Dapat pula diukur dengan nilai
manfaat sumber daya alam melalui
valuasi ekonomi
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas Kondisi lingkungan yang diukur dari
adaptasi terhadap perubahan iklim kemungkinan dampak perubahan iklim,
apakah semakin memburuk (seperti
peningkatan muka air laut atau
perubahan cuaca yang ekstrim) atau
mempunyai
6. Tingkat ketahanan dan potensi a. Kondisi lingkungan yang diukur
keanekaragaman hayati dengan indeks keanekaragaman
hayati, apakah cenderung tetap,
menurun, atau meningkat.
b. Ukuran lain bisa dipakai, seperti
kepunahan, kemerosotan dan
kerusakan.

61
Catatan
1. Selain keenam muatan tersebut diatas, dapat dilakukan kajian lainnya
tergantung pada, karakteristik wilayah, kondisi, dan isu pembangunan
berkelanjutan serta muatan RTR.
2. Kajian dilakukan secara komprehensif untuk aspek-aspek yang terkait.

Contoh –Contoh:

Tahap Kajian Muatan KLHS


Dalam kajian muatan KLHS, perubahan penggunaan lahan menjadi hal yang
paling penting untuk diperhatikan dan dijadikan dasar dalam analisis. Perubahan
penggunaan lahan dilakukan dengan mengamati antara penggunaan lahan
eksisting dengan Rancangan Rencana Pola Ruang (Gambar 6.1).

A B

Gambar 6.1. Peta Penggunaan Lahan Eksisting (A) dan Rancangan Rencana Pola
Ruang (B)

Terkait dengan materi muatan KLHS yang juga merupakan tolok ukur
keberlanjutan lingkungan hidup sebagaimana dimuat dalam Pasal 16 UU No. 32
Tahun 2009 dan PP 46/2016, hasil KLHS menunjukkan bahwa Rancangan RDTR
Suatu Daerah berpotensi memiliki dampak terhadap kapasitas daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup, dampak risiko lingkungan hidup, kinerja
layanan atau jasa ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam, tingkat
kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, dan tingkat
ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Ringkasan dampak yang
kemungkinan timbul terhadap faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2
di bawah ini.

62
Tabel 6.2. Contoh Matrik Ringkasan Kajian Muatan KLHS
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

Skala - Peningkatan Tidak ada - Pertumbuhan Tidak ada - Kehilangan


Rumah Kepadatan
pembangunan populasi dampak yang penduduk akan dampak yang beberapa
Sedang perumahan yang penduduk akan signifikan meningkatkan signifikan vegetasi
direncanakan meningkatkan terhadap kinerja konsumsi air. terhadap
- Pertumbuhan
Pengembangan sesuai dengan produksi jasa ekosistem Prediksi populasi perubahan
pendudukan
rumah kepadatan perkiraan jumlah sampah dan karena luas area sebesar 19.408 iklim karena
akan
sedang populasi sebesar limbah cair hanya sebesar jiwa. luas area hanya
memberikan
19.408 pada 86,66 ha dan Membutuhkan sebesar 86,66
- Potensi tekanan
Pengembangan tahun 2035. tingkat air sebesar ha dan tingkat
kerusakan terhadap kehati
Permukiman Sedang Kondisi ini akan kepadatan 19.408 x 120 kepadatan
properti akibat (potensi
menambah beban rumah hanya l/hari. rumah hanya
adanya gangguan dan
terhadap kepadatan sangat kepadatan
Rumah Kepadatan penempatan - Zona perumahan perambahan
ketersediaan air rendah- sedang. sangat rendah-
Rendah zona perumahan akan hutan termasuk
karena akan sedang.
di daerah rawan mengkonversi hutan kota).
melampuai daya
Pengembangan banjir lahan pertanian
dukung dan daya - Meningkatkan
rumah kepadatan seluas 43,59 ha.
tampung. - Permasalahan risiko konflik
rendah sanitasi terkait - Kebutuhan manusia vs
dengan material buaya di
Rumah Kepadatan pemeliharaan bangunan: batu kawasan estuari
Sangat Rendah hewan ternak kali/gunung, hutan kota
(babi, sapi, pasir, dan kayu.
Pengembangan kambing, ayam)
rumah kepadatan di sekitar
sangat rendah kawasan
permukiman

63
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

Industri yang - Pembangunan Tidak ada Tidak ada dampak Tidak ada Tidak ada
direncanakan industri akan dampak lingkungan yang dampak dampak
Aneka Industri adalah industri meningkatkan lingkungan yang signifikan. Industri lingkungan lingkungan yang
kecil-menengah produksi signifikan. yang direncanakan yang signifikan. signifikan.
untuk sampah dan Industri yang adalah industri Industri yang Industri yang
peningkatan nilai limbah cair direncanakan kecil-menengah direncanakan direncanakan
tambah adalah industri untuk peningkatan adalah industri adalah industri
pertanian. - Potensi terjadi kecil-menengah nilai tambah kecil-menengah kecil-menengah
kerusakan untuk pertanian untuk untuk
properti dan peningkatan nilai peningkatan peningkatan nilai
risiko tambah nilai tambah tambah
Pembangunan kontaminan pertanian pertanian pertanian
Industri Kecil lingkungan dari
lokasi industri
yang terletak
pada kawasan
rawan bencana
banjir.

Mengingat skala - Intensifikasi Dampak - Degradasi lahan Mengingat skala Potensial


Pertanian produksi yang teknologi terhadap produksi yang terdapat dampak
kecil, pertanian (yaitu kapasitas tanah - kecil, tidak ada sekunder
diperkirakan target untuk infiltrasi Terkontaminasinya dampak negatif (keanekaragaman

64
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

tidak ada dampak produktivitas dan penjernihan sumber air bersih terhadap hayati perairan
Peningkatan negatif terhadap bawang adalah air secara alami perubahan dan ekosistem)
Kapasitas Pertanian daya dukung 16 ton / Ha) iklim dari polusi
Menjadi Tradisional kemungkinan terkait
akan terkait penggunaan
dengan teknologi
penggunaan pertanian
pupuk dan
pestisida dengan
risiko
kontaminasi
permukaan dan
Peningkatan air tanah dan
Kapasitas Pertanian tanah.
Menjadi Modern
- Berpotensi
dampak
sekunder
terhadap
kesehatan
masyarakat

PLBN - Tidak relevan - Risiko - Tidak ada - Kebutuhan - Tidak ada - Kehilangan
terjadinya banjir dampak negatif material dampak sebagian
Peningkatan dan bandang terhadap bangunan: batu negatif vegetasi
Pemeliharaan PLBN perubahan kali/gunung, terhadap
- Potensi iklim pasir, dan kayu perubahan - Tidak ada
kerusakan dampak negatif

65
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

properti iklim terhadap kehati


disebabkan oleh
sebagian lokasi
PLBN berada
pada daerah
rawan banjir

- Kehilangan
sebagian
vegetasi

Skala rencana - Peningkatan - Tidak ada - Peningkatan Tidak ada - Kehilangan


pembangunan penduduk akan dampak negatif penduduk akan dampak negatif beberapa
berpotensi akan menyebabkan terhadap kinerja menyebabkan terhadap vegetasi
Perumahan dan melampaui daya produksi limbah jasa ekosistem produksi limbah perubahan
- Pertumbuhan
Perdagangan/Jasa dukung dan daya dan limbah air dengan luas dan limbah cair iklim dengan
pendudukan
tampung. meningkat. area hanya meningkat. luas area hanya
akan
14,26 ha dan 14,26 ha
- Potensi - Prediksi populasi memberikan
kepadatan
kerusakan sebesar 19.408 tekanan

66
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

properti akibat perumahan jiwa. terhadap kehati


adanya rendah-sedang. Membutuhkan (potensi
penempatan air sebesar gangguan dan
- Tidak ada
zona campuran 19.408 x 120 perambahan
konversi
di daerah risiko l/hari hutan
kawasan hutan
banjir termasuk
- Hanya seluas
hutan kota).
0,76 Ha lahan
Pembangunan Sub pertanian akan - Meningkatkan
Zona Campuran dikonversi risiko konflik
menjadi zona manusia vs
campuran buaya di
kawasan
- Kebutuhan
estuari hutan
material
kota
bangunan: batu
kali/gunung,
pasir, dan kayu
- Tidak relevan - Dampak Tidak ada - Dampak positif Tidak ada Tidak ada
Tempat Pengolahan lingkungan dampak negatif jika pemulihan dampak negatif dampak negatif
Sampah Terpadu secara terhadap konerja material dan terhadap terhadap kehati
keseluruhan jasa ekosistem energi menjadi perubahan
sangat positif, bagian dari iklim
Sampah dan Limbah risiko parsial teknologi
meliputi: pengolahan
kontaminasi
Pengadaan Lahan lingkungan
TPST dalam kasus

67
Materi Muatan RTR
Muatan Kajian Analisis
yang berpotensi
menimbulkan
pengaruh terhadap Dampak Risiko
Daya Dukung & Kinerja Jasa Efisiensi Perubahan Ketahanan dan
kondisi Lingkungan Lingkungan
Daya Tampung Ekosistem Pemanfaatan SDA Iklim Potensi Kehati
Hidup Hidup

kejadian banjir
Pembangunan TPST (lokasi TPST
berada di zona
banjir)

- Potensi masalah
kesehatan dan
lingkungan
sekitar (emisi
udara dan bau
Pemeliharaan TPST dari teknologi
pengolahan
limbah) karena
lokasi TPST
terletak dekat
dengan daerah
pemukiman

Keterangan: Pola ruang


Indikasi program

68
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

TATA CARA PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RTR

Tujuan perumusan alternatif RTR untuk mengembangkan berbagai alternatif


muatan RTR dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan
kajian maka dihasilkan beberapa alternatif muatan suatu RTR untuk dapat
mengatasi isu strategis pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah. Selain
itu, alternatif juga disusun setelah disepakati bahwa RTR yang dikaji
berpotensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan,
maka dilakukan pengembangan satu atau beberapa alternatif baru untuk
menyempurnakan rancangan atau merubah muatan RTR yang ada.

Berbagai kemungkinan pengembangan alternatif (opsi alternatif) dapat


dilakukan melalui metode diskusi kelompok dan atau memanfaatkan pandangan
para ahli dengan berdasarkan hasil kajian telaahan pengaruh muatan RTR.

Dalam pengembangan alternatif perlu mempertimbangkan:


 Mandat/kepentingan/kebijakan nasional yang harus diamankan
 Situasi sosial-politik yang berpotensi
 Kapasitas kelembagaan pemerintah
 Kapasitas dan kesadaran masyarakat
 Kesadaran, ketaatan dan keterlibatan dunia
 Kondisi pasar dan potensi investasi

Dari beberapa opsi alternatif dapat dipilih alternatif perbaikan dengan manfaat
yang paling baik. Pemilihan opsi bisa dilakukan dengan mempertimbangkan
manfaat dan risiko. Metode yang dapat digunakan yaitu menggunakan metode
analisis Kekuatan Kelemahan Kesempatan dan Ancaman (SWOT), metode analisis
manfaat-risiko (Risk – Opportunity), analisis berhirarkhi (Analytical Hierarchy
Process/AHP), atau analisis biaya-manfaat.

69
Kerangka Perumusan Alternatif dengan Metoda Critical Decision Factor yang
Dilaksanakan dengan Proses Dialog (untuk satu tema fokus hasil KLHS)

Mandat/kepentingan/ Pengkajian
kebijakan nasional yang Pengaruh Pilihan SWOT/
harus diamankan Analisis Manfaat
Alternatif 1
dan Resiko

Situasi sosial-politik Pendekatan Pilihan


yang berpotensi Strategis (CDF) Alternatif 2

Kapasitas kelembagaan
pemerintah Pilihan Alternatif
Alternatif 3 Muatan RTR 1

Kapasitas dan Alternatif


kesadaran masyarakat Muatan RTR 2
Pendekatan Pilihan
Dampak Alternatif 4
Kesadaran, ketaatan (Hasil Analisis Alternatif
dan keterlibatan dunia Muatan RTR 3
Pengaruh KRP) Pilihan
Alternatif
Kondisi pasar dan n..
potensi investasi

Gambar 7.1. Kerangka Perumusan Alternatif dengan Metoda Critical Decision


Factor

Kunci keberhasilan pelaksanaan perumusan alternatif adalah pada metode


diskusi kelompok yang digunakan dan pemilihan tenaga ahli/narasumber yang
dilibatkan sesuai dengan isu prioritas.

Kiat perumusan alternatif adalah:


a. Memahami dan dapat memutuskan apakah muatan RTR secara sistematis
akan menurunkan atau menyebabkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup terlampaui
b. Memahami alasan dan konteks muatan RTR yang menjadi subyek kajian;
c. Membuat daftar pilihan-pilihan yang diurut berdasarkan manfaat dan
kemudahan pelaksanaan;
d. Berfikir kritis, positif, dan tidak terpaku pada tata cara/metode/pendekatan
yang selama ini berjalan;
e. Mengembangkan komunikasi dan dialog yang efektif dengan penyusun
muatan RTR, pemangku kepentingan terkait dan pengambil keputusan;
f. Mencoba mengambil pelajaran dari pengalaman di wilayah lain; dan
g. Memanfaatkan kreatifitas dari pemangku kepentingan.

Contoh pertimbangan dalam perumusan alternatif antara lain sebagai berikut:


a. Pertimbangan kebutuhan pembangunan: misalnya mengecek kembali
kebutuhan pembangunan yang baru misalnya target-target dalam
pengentasan kemiskinan atau peningkatan pendapatan penduduk.
b. Pertimbangan perbaikan lokasi: misalnya mengusulkan lokasi baru yang
dianggap lebih aman dan terjamin keberlanjutan pembangunannya, atau
mengusulkan pengurangan luas wilayah.

70
c. Pertimbangan perbaikan proses, metode, dan teknologi: misalnya
mengusulkan alternatif proses dan/atau metode dan/atau teknologi
pembangunan yang lebih baik, seperti peningkatan pendapatan rakyat
melalui pengembangan ekonomi kreatif, bukan pembangunan ekonomi
konvensional yang menguras sumber daya alam, seperti pembuatan
jembatan atau jalan yang melintasi kawasan lindung.

Contoh:
Tabel 7.1. Teknik Analisis Manfaat dan Risiko dalam menentukan Alternatif
Perbaikan
Alternatif Perbaikan Industri Pertanian Pertanian berbasis
Intensif Masyarakat
Kriteria
Lahan Kritis Contoh : Contoh :
 Kualitas Air Dari penilaian ahli dan pihak Dari penilaian ahli dan pihak
terkait, disepakati bahwa terkait, disepakati bahwa
 Lahan
perbaikan lahan kritis dengan perbaikan lahan kritis dengan
 Keanekaragaman hayati
menerapkan industri menerapkan pertanian
pertanian intensif lebih berbasis masyarakat lebih
banyak resikonya daripada banyak manfaatnya daripada
manfaatnya resikonya

Mata Pencaharian Masyarakat


Setempat
 Konflik sosial
 Sistem sosial-ekonomi
 Nilai-nilai budaya lokal
Kegiatan Pertanian
 Teknik
 Skill
 Pasar

Tabel dengan metoda Analisis Manfaat dan Resiko mempermudah proses


pertimbangan mana alternatif perbaikan yang patut untuk diusulkan, karena
setiap kriteria dibuat penilaian manfaat dan sekaligus risikonya. Semua pihak
dapat berembug membuat keputusan dengan alat bantu ini.

Contoh-Contoh:
Rumusan alternatif disusun berdasarkan potensi dampak yang diprediksi akan
muncul ketika RTR diimplementasikan. Rumusan ini memberikan pilhan-pilihan
dalam memperbaiki RTR sehingga diharapkan akan meminimalkan dampak
negatif. Tabel di bawah memaparkan alternatif-alternatif perubahan dari setiap
RTR yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.

Contoh: Perumusan Alternatif Perbaikan muatan RTR pada KLHS metode


pendekatan Strategis.
Mengidentifikasi Alternatif Perbaikan Muatan RTR

71
Strategi-strategi pencapaian tujuan dan kebijakan yang terdapat dalam
rancangan RTR perlu dicermati apakah strategi-strategi tersebut lebih merupakan
peluang (opportunity) atau risiko (risk). Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan format seperti dicontohkan di bawah. Berilah tanda O apabila
merupakan opportunity dan R apabila merupakan risiko

Tabel 7.2. Contoh Matriks Perumusan Alternatif Perbaikan Muatan RTR

Kriteria Kajian CDF 1 CDF 2 CDF 3


O/R
Pilihan Strategis
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C2.1 C2.2 C3.1 C3.2

Pembangunan
O/R O R R R O/R ? ?
Sistem Perkotaan

Pembangunan
berdasarkan nilai O O O O O O ? ?
budaya & sejarah

Pengelolaan
berbasis O O O/R O/R O/R O/R O O
masyarakat

Dominasi
pemerintah &
dunia usaha

Berbasis
kesesuaian lahan
dan O O O O O O O/R O/R
pengembangan
kapasitas petani

Penguasaan lahan
R O R R R O/R R R
sesuai pasar

72
Tabel 7.3. Contoh Perumusan Alternatif
Materi Muatan RTR yang Analisis
berpotensi menimbulkan
Rumusan Alternatif
pengaruh terhadap kondisi
Keuntungan Risiko
Lingkungan Hidup

Mengurangi risiko kerusakan A. Risiko penurunan fungsi


A. Relokasi zona perumahan kepadatan
properti sistem urban/kota
sedang ke lokasi yang tidak rawan
Rumah Kepadatan Sangat Rendah, banjir.
rendah dan Sedang B. Biaya pembangunan dan
B. Upaya-upaya perlindungan terhadap
pemeliharaan
banjir seperti pembangunan drainase
yang baik, tanggul dan lain-lain.

Terkait masalah rawan banjir: Mengurangi risiko kerusakan A. Risiko penurunan fungsi
properti sistem urban/kota
A. Relokasi zona industri ke lokasi yang
tidak rawan banjir
B. Upaya-upaya perlindungan terhadap Mengurangi terjadinya risiko B. Potensi terbatas dari
banjir seperti pembangunan drainase terhadap kesehatan zone industri (hanya
yang baik, tanggul dan lain-lain masyarakat industri tertentu)

Aneka Industri Terkait Masalah Kesehatan:


Mengambil langkah-langkah
pengelolaan untuk
membatasi/mencegah penggunaan
teknologi dan kegiatan yang
menghasilkan polusi terutama air dan
udara serta polusi suara karena
lokasinya yang berbatasan dengan
permukiman.

A. Menggunakan teknologi pertanian Mengurangi dampak A. Kelayakan secara


organik lingkungan ekonomi masih harus
dikaji
Pertanian
B. Dibuat koridor yang menghubungkan B. Membutuhkan
hutan kota dengan sabuk hijau dukungan program yang
kompleks dimana

73
Materi Muatan RTR yang Analisis
berpotensi menimbulkan
Rumusan Alternatif
pengaruh terhadap kondisi
Keuntungan Risiko
Lingkungan Hidup

dengan mempertahankan hutan kemungkinan belum


eksisting tersedia pada saat ini

A. Relokasi zona perumahan kepadatan Mengurangi risiko kerusakan A. Risiko penurunan fungsi
sedang ke lokasi yang tidak rawan properti sistem urban/kota
banjir
Perumahan dan
B. Biaya pembangunan dan
Perdagangan/Jasa
B. Upaya-upaya perlindungan terhadap pemeliharaan
banjir seperti pembangunan drainase
yang baik, tanggul dan lain-lain.

Terkait masalah rawan banjir: Mengurangi terjadinya risiko A. Membutuhkan waktu


terhadap kesehatan lebih lama untuk
A. Relokasi zona industri ke lokasi yang masyarakat pengangkutan
tidak rawan banjir

B. Upaya-upaya perlindungan
terhadap banjir seperti B. Biaya tinggi, pilihan
pembangunan drainase yang baik, teknologi terbatas
Tempat Pengolahan Sampah tanggul dan lain-lain.
Terpadu
Terkait Masalah Kesehatan:
Mengambil langkah-langkah
pengelolaan untuk
membatasi/mencegah penggunaan
teknologi dan kegiatan yang
menghasilkan polusi terutama air
dan udara karena lokasinya yang
berbatasan dengan permukiman.

74
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM
PERENCANAAN TATA RUANG

PENYUSUNAN REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK PENYEMPURNAAN


RTR

Tujuan rekomendasi adalah menyepakati perbaikan muatan RTR


berdasarkan hasil perumusan alternatif, serta memformulasikan tindak
lanjut pendukung sebagai konsekuensi dilaksanakannya RTR.

Muatan rekomendasi dapat berupa:


1. Pernyataan kesepakatan atas perbaikan muatan RTR, yaitu diantaranya:
a. perbaikan rumusan tujuan, kebijakan strategi;
b. perbaikan muatan rencana struktur ruang;
c. perbaikan muatan rencana pola ruang;
d. perbaikan penetapan kawasan strategis;
e. perbaikan indikasi program/ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. indikasi arahan peraturan zonasi, atau arahan peraturan zonasi, atau
ketentuan umum peraturan zonasi atau peraturan zonasi.
2. Pernyataan butir-butir tindak lanjut yang harus dipertimbangkan
dan/atau dilaksanakan pengambil keputusan sebagai konsekuensi
dilaksanakannya KLHS bagi (draf) RTR, yaitu diantaranya:
a. rekomendasi studi lebih lanjut bagi aspek-aspek tertentu untuk
mendukung operasionalisasi implementasi RTR lebih lanjut, seperti
perlunya AMDAL;
b. rekomendasi aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam KLHS
untuk RTR yang berkaitan dengan RTR yang ditetapkan;
c. rekomendasi aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam AMDAL
atau dokumen lingkungan untuk usaha dan/atau kegiatan yang akan
dibangun/dilaksanakan sebagai tindak lanjut implementasi RTR;
d. rekomendasi persyaratan lingkungan hidup bagi usaha dan/atau
kegiatan yang akan dibangun dan/atau dilaksanakan;
e. rekomendasi modifikasi atau penghentian usaha dan/atau kegiatan
yang menyebabkan terlampauinya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup;
f. rekomendasi tindakan-tindakan mitigasi dampak yang dianggap
perlu;
g. rekomendasi-rekomendasi lain yang dianggap perlu untuk menjamin
keberlanjutan dan mendorong upaya perbaikan terus menerus dalam
pelaksanaan RTR.

75
Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan RTR sebaiknya
didasarkan pada :
a. hasil perumusan alternatif penyempurnaan RTR yang mempertimbangkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;
b. pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada kemungkinan adanya
ketidakpastian ilmiah dari hasil telaahan KLHS;
c. pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
d. pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas umum
pemerintahan yang baik.

Contoh rekomendasi KLHS terhadap penyempurnaan beberapa jenis RTR


ditunjukkan oleh tabel di bawah ini.

Contoh-Contoh:

Rekomendasi perbaikan berisikan pilihan terhadap alternatif-alternatif yang


disampaikan setelah melalui serangkaian analisis. Pilihan yang diambil adalah
pilihan terbaik dalam rangka meminimalkan dampak negatif yang mungkin
akan timbul dari implementasi RTR. Daftar rekomendasi untuk setiap RTR
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 8.1. Contoh Rekomendasi Perbaikan terhadap RTR


Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap Rekomendasi Perbaikan
kondisi Lingkunngan
Hidup
- Berkaitan dengan risiko banjir, maka disarankan
untuk membangun sistem penanggulangan banjir
yang baik
- Ketersediaan air bersih harus terjamin secara
berkelanjutan; survey sumber air baku harus
dilakukan untuk meyakinkan bahwa ketersediaan
air mencukupi kebutuhan seluruh penduduk.
- Rencana pengelolaan sampah dan limbah harus
Rumah Kepadatan Sangat diimplementasikan dan dimonitor secara teratur.
Rendah, Rendah dan Membangun SOP Pengelolaan sampah dan
Sedang limbah.
- Material bangunan harus diperoleh dari sumber
yang berkelanjutan (dapat dipergunakan dalam
jangka panjang)
- Sistem pengelolaan hutan kota harus dilakukan
dalam rangka menyediakan aturan untuk akses
masuk dan pemanfaatan hutan termasuk
kawasan estuari; penelitian dan pemantauan
satwaliar diperlukan untuk menyediakan rona
awal bagi perencanaan dan perlindungan kawasan

76
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap Rekomendasi Perbaikan
kondisi Lingkunngan
Hidup
konservasi (termasuk tindakan preventif terhadap
konflik manusia vs buaya)
- Menyediakan panduan bagi masyarakat terkait
masalah sanitasi akibat adanya hewan ternak di
sekitar permukiman.
- Berkaitan dengan risiko banjir, maka disarankan
untuk membangun sistem penanggulangan banjir
yang baik
Aneka Industri - Rencana pengelolaan sampah dan limbah untuk
industri kecil harus diimplementasikan dan
dipantau secara teratur. Membangun SOP
pengelolaan sampah dan limbah yang sesuai.
- Program peningkatan kapasitas harus ditekankan
kepada praktek-praktek pertanian yang baik yang
berorientasi kepada minimalisis dampak
lingkungan (penanganan bahan kimia untuk
Pertanian kegiatan pertanian dilakukan dengan baik, teknik
konservasi air, dan lain-lain)
- Mempertahankan tutupan hutan yang terletak
antara sabuk hijau dengan hutan kota
- Langkah-langkah penanganan/perlindungan
terhadap banjir harus dimasukkan ke dalam
desain konstruksi; area yang diaspal harus
dibatasi, permukaan tanah untuk resapan air
Pos Lintas Batas Negara harus dipertahankan, kapasitas sistem drainase
(PLBN)
harus mampu menanggulangi banjir.
- Material bangunan harus diperoleh dari sumber
yang berkelanjutan (dapat dipergunakan dalam
jangka panjang)
- Berkaitan dengan risiko banjir, maka disarankan
untuk membangun sistem penanggulangan banjir
yang baik
- Ketersediaan air bersih harus terjamin secara
berkelanjutan; survey sumber air baku harus
dilakukan untuk meyakinkan bahwa ketersediaan
Perumahan dan air mencukupi kebutuhan seluruh penduduk.
Perdagangan/Jasa - Rencana pengelolaan sampah dan limbah harus
diimplementasikan dan dimonitor secara teratur.
Membangun SOP Pengelolaan sampah dan
limbah.
- Material bangunan harus diperoleh dari sumber
yang berkelanjutan (dapat dipergunakan dalam
jangka panjang)

77
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap Rekomendasi Perbaikan
kondisi Lingkunngan
Hidup
- Sistem pengelolan hutan kota harus dilakukan
dalam rangka menyediakan aturan untuk akses
masuk dan pemanfaatan hutan termasuk
kawasan estuari; penelitian dan pemantauan
satwa liar diperlukan untuk menyediakan rona
awal bagi perencanaan dan perlindungan kawasan
konservasi (termasuk tindakan preventif terhadap
konflik manusia vs buaya)
- Menyediakan panduan bagi masyarakat terkait
masalah sanitasi akibat adanya hewan ternak di
sekitar permukiman.
- Berkaitan dengan risiko banjir, maka disarankan
untuk membangun sistem penanggulangan banjir
yang baik
- Rencana pengelolaan fasilitas TPST harus
Tempat Pengolahan diimplementasikan dan dipantau secara teratur.
Sampah Terpadu (TPST) Membangun SOP yang memadai: untuk
menanggulangi kontaminan, masalah hewan liar
hama (tikus dan sebagainya) untuk meyakinkan
bahwa proses operasional yang terjadi di TPST
ramah lingkungan.

PENYEMPURNAAN RTR BERDASARKAN REKOMENDASI

A. POKOK-POKOK INTEGRASI PROSES KLHS KE DALAM RTR

KLHS dilaksanakan melalui tahapan pengkajian, perumusan alternatif, dan


rekomendasi perbaikan RTR. Seluruh tahapan ini dilakukan dengan dialog,
konsultasi, serta proses ilmiah. Hasil akhir yang diperoleh dari rekomendasi
diintegrasikan ke dalam rumusan RTR.

Pelaksanaan proses dialog, konsultasi publik, maupun berbagai bentuk


keterlibatan masyarakat yang dilaksanakan dalam KLHS diintegrasikan ke dalam
RTR, sehingga :
a. menghemat waktu dan biaya
b. antisipatif terhadap aspirasi masyarakat tentang dampak dan risiko lingkungan
hidup sejak dini
c. lebih mudah mengintegrasikan masukan-masukan perbaikan sejak awal
perencanaan

Penggabungan proses dialog KLHS dan RTR seperti ini berimplikasi pada
kebutuhan lebih luasnya cakupan dialog, dan dibutuhkannya kemitraan yang erat
antara pelaksana KLHS dengan penyusun RTR.

Integrasi substansi muatan KLHS ke dalam muatan RTR adalah hasil langsung
dari integrasi proses penyusunannya. Bentuk dari integrasi muatan KLHS ke
dalam muatan RTR adalah dokumentasi tertulis masukan-masukan KLHS dalam

78
butir-butir substansi atau muata RTR. Oleh sebab itu, teknis pelaksanaannya
ditentukan oleh ketentuan cara dan sistematika penulisan serta cara penjaminan
kualitas.

Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS dengan Perencanaan Tata Ruang

Penyusun RTR Penyusun KLHS

lnventarisasi data. Pelingkupan isu 1


analisis situasi, pembangunan
pengenalan kondisi berkelanjutan prioritas
eksisting

Identifikasi muatan 2
ldentifikasi
yang berpotensi
isu/masalah
dampak/risiko LH dan
PB

Perumusan tujuan/ Telaah pengaruh 3


sasaran/ target keluaran terhadap kondisi LH
dan/atau indikator dan PB
capaian RTR

4
Perumusan alternatif
Penyusunan Muatan perbaikan
RTR

Rekomendasi
Finalisasi muatan RTR penyempumaan.
mitigasi, dan/atau
tindak lanjut

Gambar 8.1. Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS dengan Perencanaan Tata Ruang

79
Keterangan:
 Tahapan perencanaan tata ruang diatas menggunakan istilah generik untuk
dapat memayungi langkah serupa yang memiliki istilah berbeda pada berbagai
jenis RTR.

Contoh-Contoh:

Integrasi rekomendasi KLHS terhadap RTR dilakukan dengan cara


menyelenggarakan lokakarya dengan penyusun RTR dan pemangku
kepentingan lainnya. Tabel di bawah ini, menunjukkan rekomendasi-
rekomendasi yang akan diintegrasikan terhadap RTR.

80
Tabel 2.1. Contoh Matriks Integrasi Hasil KLHS RTR KSK Sekitar KEK Mandalika Terhadap RTR

Materi Muatan RTR yang


berpotensi menimbulkan
Rekomendasi Perbaikan Integrasi KLHS ke RTR
pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup
Merubah dan membuat rute yang detail Rekomendasi belum bisa diterima karena data LP2B
untuk meminimalisir konflik dengan LP2B yang tersedia belum bisa dijadikan dasar karena belum
dan lahan dengan DDDT rendah ada penetapan Perda. Perlu pengecekan Peta LP2B

Membuat desain teknis untuk menghindari Rute jalan belum pasti dan ada studi lanjutan seperti
fragmentasi permukiman dan LP2B (misal: FS
membuat flyover di lokasi tertentu) dan
untuk mengatasi risiko tanah longsor.
'Outlet jalan tol di sebelah selatan (KEK
Rencana Jalan Tol
mandalika) dipertimbangkan untuk digeser Rekomendasi belum bisa diterima karena data LP2B
(By Pass)
ke sebelah timur (tempat penggunaan yang tersedia belum bisa dijadikan dasar karena belum
lahannya bukan sawah). ada penetapan Perda. Perlu pengecekan Peta LP2B
'Perlu melakukan kajian sebaran dan area Tidak diperoleh informasi adanya satwa liar
jelajah satwaliar (jika ada) sebelum
melakukan pembangunan
Pemerintah daerah mengeluarkan Rekomendasi belum bisa diterima karena data LP2B
peraturan yang mengatur pemanfaatan yang tersedia belum bisa dijadikan dasar karena belum
area di sekitar area rencana pintu keluar ada penetapan Perda. Perlu pengecekan Peta LP2B
tol yang bertujuan untuk melindungi LP2B.
- Merubah dan membuat rute yang detail Trace jalan tidak akan memotong embung Ngolang di
Pembangunan jaringan jalan untuk meminimalisir konflik dengan Desa Sukadana, akan disesuaikan kembali
kabupaten poros Mandalika rencana waduk dan lahan dengan DDDT
yang menghubungkan Kuta – rendah
Sukadana -Mertak Perlu melakukan kajian sebaran dan area Tidak diperoleh informasi adanya satwa liar
jelajah satwaliar (jika ada) sebelum
melakukan pembangunan

81
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
Rekomendasi Perbaikan Integrasi KLHS ke RTR
pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup
Membuat desain teknis untuk menghindari Tidak diperoleh informasi adanya satwa liar
fragmentasi habitat satwaliar (misal:
membuat flyover di lokasi tertentu).

Inti 2
Reforestasi/rehabilitasi/revegetasi lahan di Akan dimasukan dalam peraturan zonasi
tepian waduk dan slope harus
diperhitungkan dalam desain waduk
Waduk/DAM/Reservoir Melakukan kajian untuk mencari lokasi Sudah ada kajian spesifik untuk rencana embung dan
alternatif di luar daerah rawan bencana tidak berada pada area rawan bencana, embung untuk
keperluan pengendalian banjir di KEK Mandalika dan
kawasan sekitarnya
Rezim penggunaan lahan harus Lereng lebih dari 40 % dibatasi dengan syarat KDB
dikonsultasikan dengan masyarakat 20%, ada sumur resapan, dengan prinsip zero delta Q
sebelum merubah status hukum lahan policy (tidak ada limpasan/diresapkan)
Memberikan insentif/konpensasi atas Akan diatur oleh PERDA
Zona Lindung penurunan potensi ekonomi lahan yang
berada pada zona lindung
Mendelineasi ulang zona lindung untuk Masih ada peluang untuk mendelineasi ulang
meminimalisir potensi konflik disesuaikan dengan kondisi yang ada.
- Rencana induk pariwisata yang disusun Disusun dalam studi terpisah
dikonsultasikan dengan masyarakat
(menyiapkan panduan mengenai
Zona Pariwisata pengelolaan wisata yang sesuai dengan
kondisi lokal dan mengindikasikan
perkiraan jumlah turis yang akan
berkunjung, termasuk panduan wisata

82
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
Rekomendasi Perbaikan Integrasi KLHS ke RTR
pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup
halal menurut pertauran pemerintah
kabupaten).
Rencana pengelolaan sampah dan limbah Ada dalam indikasi program
disusun atau dimodifikasi sesuai dengan
peningkatan jumlah turis yang diharapkan.
Sumberdaya air bersih harus Ada dalam indikasi program termasuk untuk konsumsi
diprioritaskan untuk kebutuhan masyarakat dan wisata
masyarakat lokal sebelum untuk tujuan
wisata.
Pembangunan infrastruktur pariwisata Pembangunan infrastruktur sudah
harus ditempatkan pada area yang mempertimbangkan area potensi bencana
mempunyai risiko bencana yang rendah.
Menutup lokasi penambangan dan mencari Lokasi akan ditutup dan dialihfungsikan menjadi zona
alternatif lokasi untuk pemenuhan pariwisata dan zona lainnya. Kebutuhan tanah urugan
kebutuhan tanah urugan dari area yang akan dipenuhi dari luar KSK.
berasal cukup jauh dari lokasi wisata.
Melakukan penyuluhan dan pelatihan Akan dilakukan oleh sektor lain
kepada pelaku tambang emas supaya
mempunyai keahlian baru yang berkaitan
dengan sektor wisata
Zona Perumahan Pengelolaan sampah dan limbah yang Ada dalam indikasi program termasuk untuk konsumsi
terintegrasi harus di terapkan di wilayah masyarakat dan wisata
urban sebelum ekspansi lebih jauh atau
penambahan jumlah penduduk diijinkan.
Pengelolaan sampah dan limbah yang Ada dalam indikasi program termasuk untuk konsumsi
terintegrasi harus di terapkan di wilayah masyarakat dan wisata (Kriteria lokasi TPS dan IPAL)
urban sebelum ekspansi lebih jauh atau
penambahan jumlah penduduk diijinkan.

83
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
Rekomendasi Perbaikan Integrasi KLHS ke RTR
pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup
Pengaturan/penutupan lokasi Lokasi akan ditutup dan dialihfungsikan menjadi zona
penambangan di Desa Prabu dan Tumpak pariwisata dan zona lainnya.
di sekitar Pantai Are Guling karena limbah
tambang akan mencemari permukiman
dan pantai sebagai obyek wisata.
Zona Peruntukan Lainnya - Menghindari penanaman di lahan yang zona ini adalah eksisting dan akan tetap
slopenya curam dan kemampuan lahannya dipertahankan tidak akan dijadikan sebagai area
rendah. Panduan dan pelatihan dapat terbangun
dikembangkan untuk para petani dalam
rangka mencegah terjadinya erosi yang
diakibatkan oleh kegiatan pertanian.
Kawasan Perlindungan di - Rezim penggunaan lahan harus Lereng lebih dari 40 % dibatasi dengan syarat KDB
Bawahnya dikonsultasikan dengan masyarakat 20%, ada sumur resapan, dengan prinsip zero delta Q
sebelum merubah status hukum lahan policy (tidak ada limpasan/diresapkan)
Memberikan insentif/konpensasi atas Akan diatur oleh PERDA
penurunan potensi ekonomi lahan yang
berada pada zona lindung
Mendelineasi ulang zona lindung untuk Masih ada peluang untuk mendelineasi ulang
meminimalisir potensi konflik disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kawasan Penyangga
Perkebunan Menghindari penanaman di lahan yang zona ini adalah eksisting dan akan tetap
slopenya curam dan kemampuan lahannya dipertahankan tidak akan dijadikan sebagai area
rendah. Panduan dan pelatihan dapat terbangun
dikembangkan untuk para petani dalam
rangka mencegah terjadinya erosi yang
diakibatkan oleh kegiatan pertanian.

84
Materi Muatan RTR yang
berpotensi menimbulkan
Rekomendasi Perbaikan Integrasi KLHS ke RTR
pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup
Permukiman - Rencana pembangunan kawasan Permukiman menggunakan lahan tegalan, lahan
permukiman harus menghindari lahan- terbuka (bukan lahan pertanian produktif). Akan
lahan pertanian yang subur atau masih dilakukan update dengan data penggunaan lahan
produktif. terbaru dari citra satelit resolusi tinggi 2016 dan foto
udara 2017.

Pengelolaan sampah dan limbah yang Ada dalam indikasi program termasuk untuk
terintegrasi harus di terapkan di wilayah konsumsi masyarakat dan wisata
urban sebelum ekspansi lebih jauh atau
penambahan jumlah penduduk diijinkan.

85
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

TATA CARA PENJAMINAN KUALITAS KLHS

Penjaminan kualitas KLHS dilakukan dengan penilaian mandiri yang kriteria


pokoknya adalah sebagai berikut:

Kriteria Penilaian Mandiri


Nama KLHS
Nama RTR
K/L Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan

Penilaian : Proses KLHS


Kriteria Penilaian Ket
Apakah KLHS dilakukan sebagai satu
kesatuan proses perencanaan RTR?
- Bila “Ya” lanjutkan ke c
- Bila “Tidak” lanjutkan ke a, lalu b dan c
a. Apakah ada mekanisme komunikasi
antara tim perencana dengan kelompok
kerja KLHS?
b. Apakah rekomendasi yang diusulkan
KLHS didiskusikan dengan pembuat
RTR?
c. Apakah disampaikan secara jelas siapa
penyusun KLHS? (SDM internal
institusi pembuat RTR, SDM institusi
yang ditunjuk sebagai penyusun KLHS,
tenaga ahli eksternal, perusahaan
konsultan, Pokja yang dibentuk oleh
SK, pegawai pemerintah atau lainnya)
Ringkasan kesimpulan:

86
Penilaian : Laporan KLHS
Kriteria Penilaian Ket.
Nilai :
Apakah Laporan KLHS telah
memuat :  Belum lengkap
 Lengkap
 Terpenuhi
sebagian
 Tidak bisa
dilakukan
penilaian
(dijelaskan
dalam
Keterangan)
1. Dasar pertimbangan RTR sehingga
perlu dilengkapi KLHS
2. Metode, teknik, rangkaian langkah-
langkah dan hasil pengkajian
pengaruh RTR terhadap kondisi
lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-
langkah dan hasil perumusan
alternatif muatan RTR
4. Pertimbangan, muatan dan
konsekuensi rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan
keputusan RTR yang
mengintegrasikan prinsip
Pembangunan Berkelanjutan
5. Gambaran pengintegrasian hasil
KLHS dalam RTR
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat
dan keterbukaan informasi KLHS
7. Hasil penjaminan kualitas KLHS
8. Ringkasan eksekutif yang
menuangkan rekomendasi-
rekomendasi KLHS untuk
pengambil keputusan secara jelas

Penilaian : Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis dan Prioritas


Kriteria Penilaian Ket
Apakah isu-isu pembangunan
berkelanjutan paling strategis sudah
disepakati oleh pemangku
kepentingan sebagai akar masalah
dan telah disampaikan dengan jelas?
Apakah hasil identifikasi isu strategis
telah sedikitnya mempertimbangkan :
1. Karakteristik wilayah
Tingkat pentingnya potensi
2.
dampak

87
Penilaian : Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis dan Prioritas
Kriteria Penilaian Ket
3. Keterkaitan antar isu strategis
4. Keterkaitan dengan muatan RTR

5. Muatan Rencana Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup/RPPLH; dan/atau
6. Hasil KLHS dari RTR pada
hirarki diatasnya yang harus
diacu, serupa dan berada pada
wilayah yang berdekatan,
dan/atau memiliki keterkaitan
dan/ atau relevansi langsung.
Apakah rumusan prioritas juga sudah
memperhatikan aspek-aspek berikut:
1. Kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak
dan risiko lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem.
4. Intensitas dan cakupan wilayah
bencana alam.
5. Status mutu dan ketersediaan
SDA.
6. Ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
7. Kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan
iklim.
8. Tingkat dan status jumlah
penduduk miskin atau
penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya
keberlanjutan penghidupan
masyarakat.
9. Risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan masyarakat;
dan/atau
10. Ancaman terhadap perlindungan
terhadap kawasan tertentu
secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan
masyarakat hukum adat.
Apakah lingkup geografis disampaikan
dengan jelas?
Jika Ya, apakah melingkupi wilayah di
luar cakupan RTR?
Apakah lingkup pihak terkena
dampak/berisiko dan berkepentingan
disampaikan dengan jelas?

88
Penilaian : Analisis Muatan RTR dan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
Kriteria Penilaian Ket
Uraikan
penilaiannya
dalam keterangan
Apakah kondisi terkini dan pemetaan
masalah dari isu prioritas
dideskripsikan dengan jelas?
Apakah tersedia informasi yang
menjelaskan kondisi daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup
terkini dan/atau kecenderungannya?
Apakah telah dilakukan analisis
semua dampak RTR terhadap isu
prioritas?
Apakah hasil analisis diatas
dideskripsikan dengan jelas?
Apakah hasil analisis diatas dijelaskan
secara spasial?

Jika “Ya”, apakah dibedakan tingkat


kerinciannya? Contoh : isu skala
nasional, skala pulau, atau skala
lokasi

Penilaian : Pengkajian
Kriteria Penilaian Ket
Uraikan
penilaiannya
dalam keterangan
Apakah pengkajian memuat :
1. Kapasitas daya dukung dan daya
tampung Lingkungan Hidup
untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan
risiko Lingkungan Hidup
3. Kinerja layanan atau jasa
ekosistem.
4. Efisiensi pemanfaatan sumber
daya alam.
5. Tingkat kerentanan dan
kapasitas adaptasi terhadap
perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Apakah pengkajian yang bersifat
kuantitatif dilengkapi dengan
perhitungan yang akuntabel?
Apakah pengkajian menyebutkan

89
Penilaian : Pengkajian
Kriteria Penilaian Ket
landasan pedoman, acuan/referensi,
standar, jaminan akuntabilitas dari
ahli yang jelas?
Apakah pengkajian dilakukan dengan
pendekatan spasial?
Apakah dijelaskan pada tahap
penyusunan RTR yang mana, proses
telaahan KLHS dilaksanakan?
Apakah semua dampak dan risiko
terhadap isu prioritas telah dianalisis?
Apakah perkiraan dampak lanjutan
dan dampak kumulatif sudah
dianalisis?
Apakah perkiraan dampak dan risiko
dilakukan secara kuantitatif?
Apakah dilakukan simulasi berbasis
skenario untuk perkiraan dampak dan
risiko?
Apakah perkiraan dampak dan risiko
dituangkan secara spasial?
Apakah ada penjelasan antara hasil
telaahan dengan pengaruhnya pada
daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup?

Penilaian : Alternatif dan Rekomendasi


Kriteria Penilaian Ket
Uraikan
penilaiannya
dalam keterangan
Bagaimana bentuk penyempurnaan
RTR?

Uraikan dalam bagian-bagian yang


sesuai dibawah ini:
1. Perubahan tujuan atau target
2. Perubahan strategi pencapaian
target

3. Perubahan atau penyesuaian


ukuran, skala, dan lokasi
4. Perubahan, penyesuaian atau
adaptasi proses atau metode
terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5. Penundaan, perbaikan urutan,
atau perubahan prioritas
pelaksanaan
6. Pemberian arahan atau rambu-
rambu untuk mempertahankan
atau meningkatkan fungsi

90
Penilaian : Alternatif dan Rekomendasi
Kriteria Penilaian Ket
ekosistem; dan/atau
7. Pemberian arahan atau rambu-
rambu mitigasi dampak dan
risiko Lingkungan Hidup
Apakah dijelaskan bagaimana
cara menyusun dan
memutuskan alternatif RTR serta
rekomendasi KLHS?
Apakah langkah-langkah untuk
pencegahan dan pengurangan
dampak dan risiko dari RTR
telah diidentifikasikan dengan
jelas?
Apakah langkah-langkah mitigasi
mencantumkan apa perkiraan
dampak/risiko tambahan/sisa
dampak/risiko yang
mungkin/masih akan muncul?
Adakah rekomendasi KLHS
terkait hasil kajian terutama
pengaruhnya pada daya dukung
dan daya tampung LH
diidentifikasikan dengan jelas?
Apakah hasil rekomendasi
konsisten dan relevan sebagai
hasil dari rangkaian proses
penetapan isu prioritas,
pengkajian, dan penyusunan
alternatif?
Apakah disusun rekomendasi
tindak lanjut tambahan sebagai
konsekuensi implementasi KLHS
untuk RTR?

Penilaian : Dokumentasi Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS


Kriteria Pemenuhan Ket
Apakah telah terpenuhi : Nilai :
 Sudah
 Belum
 Ada catatan
(jelaskan dalam
keterangan)
Data dukung proses konsultasi publik
(foto, absen, berita acara)
Dokumen RTR sebelum dan sesudah
RTR diperbaiki dan/atau matriks yang
menjelaskan perubahan sebelum dan
sesudah
Dokumen penjaminan kualitas
Bukti pemenuhan kompetensi
penyusun KLHS

91
SK Kelompok Kerja KLHS

Penilaian : Integrasi Hasil KLHS/Pengambilan Keputusan


Kriteria Pemenuhan Ket
Apakah telah terpenuhi : Uraikan
penilaiannya
dalam keterangan
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS
ditulis/dimasukkan materi teknis RTR
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS
ditulis/dijadikan ketentuan
pengaturan RTR
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS
dijembatani/ diinterpretasikan
kembali penulisannya dalam bahasa
peraturan pada RTR
Rekomendasi KLHS diatur tersendiri
dalam ketentuan RTR (tidak ditulis
kembali)
Penjelasan tentang RTR lainnya yang
juga harus mempertimbangkan
rekomendasi KLHS ini?
Rekomendasi khusus untuk
penyusunan KLHS bagi RTR
turunannya
Rekomendasi khusus tentang
pelaksanaan AMDAL dan UKL/UPL
sebagai tindak lanjut RTR ini

Penilaian: Partisipasi Pemangku Kepentingan


Kriteria Penilaian Ket
Uraikan
penilaiannya
dalam keterangan
Apakah dijelaskan pada tahapan
mana saja dilakukan konsultasi
publik?
Apakah pemangku kepentingan
yang dilibatkan dalam KLHS
disebutkan dengan jelas?
Apakah semua pemangku
kepentingan yang dilibatkan
memiliki kesempatan untuk
memberikan masukan selama
proses KLHS? Jika tidak,
pemangku kepentingan yang
mana yang tidak dilibatkan?
Apakah semua dokumen terkait
KLHS dapat diakses oleh publik
selama dan setelah proses KLHS?

92
93
LAMPIRAN X
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PERENCANAAN
TATA RUANG

TATA CARA PENDOKUMENTASIAN KLHS

Pokja mendokumentasikan mendokumentasikan proses dan pembuatan KLHS


serta hasil dari masing-masing tahapan KLHS ke dalam laporan akhir KLHS.
Laporan akhir KLHS terdiri atas: Batang Tubuh dan Lampiran.

Berikut adalah contoh Kerangka Laporan Akhir KLHS.

BATANG TUBUH LAPORAN KLHS

Ringkasan Eksekutif

Daftar-daftar
- Daftar Singkatan/Akronim
- Daftar Isi
- Daftar Tabel
- Daftar Gambar

Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penyelenggaraan KLHS
Dasar Hukum RTR dan KLHS
Ruang Lingkup Kajian

Gambaran Umum Wilayah Kajian


Letak dan Kondisi Geografi
Penggunaan Lahan dan Perencanaan Spasial
Karakteristik Demografi
Karakteristik Demografi Wilayah Kajian
Karakteristik Demografi Wilayah Kajian
Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Proses Penyelenggaraan dan Metodologi KLHS


Pengkajian Pengaruh RTR terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
- Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan
- Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling
Strategis
- Identifikasi Materi Muatan RTR
- Analisis Pengaruh
- Kajian Muatan KLHS
Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTR
Penyusunan Rekomendasi Perbaikan RTR
Pengintegrasian Hasil KLHS ke dalam RTR
Penjaminan Kualitas dan Pendokumentasian KLHS

94
Hasil dan Pembahasan Proses Penyelenggaraan KLHS
Hasil dan Pembahasan Tahap Persiapan
- Identifikasi Para Pemangku Kepentingan
- Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
Pengkajian Pengaruh
- Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan
- Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis
- Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
- Identifikasi Materi Muatan RTR
- Analisis Pengaruh
- Kajian Muatan KLHS
Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTR
Penyusunan Rekomendasi Perbaikan
Pengintegrasian KLHS
Penjaminan Kualitas

Kesimpulan, Rekomendasi, dan Saran


Kesimpulan
Rekomendasi
Saran Perbaikan Penyelenggaraan KLHS ke Depan

Daftar Pustaka

LAMPIRAN

Surat Keputusan Pembentukan Pokja/Tim KLHS


Kerangka Acuan Kerja KLHS
Konsultasi Publik (Undangan, Daftar Hadir, Notulensi dan Foto-foto)
Lembar-Lembar Kerja per Tahapan KLHS
Hasil Kajian Spesifik, apabila dilakukan
Kompetensi Tim Ahli Penyusun KLHS

95

Anda mungkin juga menyukai