Materi Teknis
Pedoman Pemanfaatan Ruang
Kawasan Sempadan Pantai
April, 2018
OUTLINE PEMBAHASAN
1 PENDAHULUAN
2 KEDUDUKAN PEDOMAN
Tahap Perumusan
Tahap Perumusan Materi Teknis
Draft Pedoman
Tahap Tahap
Tahap Tahap
Tahap Tahap Penyusunan Pembahasan
Pengumpulan Pembahasan
Persiapan Analisis Draft Draft
Data Matek
Pedoman Pedoman
▪ Melakukan identifikasi ▪ Analisis instrumen ▪ Melaksanakan FGD Berdasarkan draft ▪ Melaksanakan FGD
▪ Pembentukan tim,
kebutuhan data, pemanfaatan ruang sebanyak 2 kali di materi teknis yang dan uji publik yang
pengkajian terhadap
informasi, studi/kajian, kawasan sempadan Jakarta; sudah disusun beserta dilaksanakan di
KAK, penyusunan
dan ketentuan sektor; pantai ▪ Melaksanakan masukan serta hasil masing-masing
pengembangan
▪ Melakukan ▪ Analisis hubungan konsinyasi sebanyak pembahasan, Tim daerah, yaitu
metodologi, penyusunan
pengumpulan data, antara kegiatan wilayah 1 kali di Jakarta;
rencana kerja rinci,serta Penyusun kemudian Provinsi Sumatera
informasi, studi/kajian, pantai dengan kegiatan ▪ Pembahasan
persiapan persuratan melakukan Barat, Provinsi Nusa
dan ketentuan sektor; wilayah pesisir Laporan Antara yang
dan administratif dalam penyusunan Draft Tenggara Barat dan
▪ Melakukan penelaahan ▪ Analisis karakteristik dilaksanakan 1
rangka koordinasi Pedoman Pemanfaatan Provinsi Sulawesi
dan perumusan hasil wilayah pantai di (satu) kali di
dengan sektor pusat Ruang Kawasan Utara;
studi/kajian; Indonesia Jakarta.
dan pemerintah daerah;
▪ Melakukan pengkajian ▪ Analisis klasifikasi dan Sempadan Pantai. ▪ Melaksanakan
▪ Identifikasi kebutuhan
dan identifikasi kriteria pemanfaatan konsinyasi
data, informasi,
kesesuaian hasil ruang kawasan sebanyak 1 kali di
studi/kajian, dan
studi/kajian sebelumnya sempadan pantai di Jakarta;
ketentuan peraturan
dengan kebutuhan Indonesia ▪ Melakukan
perundang-undangan;
survei ▪ Analisis permasalahan
dan penyepakatan
▪ Melakukan survei dan dan dampak fisik, sosial,
▪ Pembahasan Laporan dengan stakeholder
observasi sebanyak 1 budaya terhadap
Pendahuluan yang sebanyak 1 kali di
kali di masing-masing kualitas ruang di
dilaksanakan 1 (satu) Jakarta;
wilayah studi, meliputi kawasan sempadan
kali di Jakarta yang ▪ Pembahasan
Provinsi DKI Jakarta, pantai
bertujuan untuk
Provinsi Banten dan ▪ Analisis kendala dan Laporan Akhir
menyampaikan rencana
Provinsi Nusa Tenggara permasalahan sebanyak 1 (satu)
dan jadwal pelaksanaan
Barat; ▪ Analisis keefektifan kali di Jakarta
pekerjaan.
penerapan
kebijakan/aturan untuk
kemudian dapat
dilakukan evaluasi dan
dirumuskan kebutuhan
pengaturan yang
optimal
1e PENDAHULUAN Manfaat & Keluaran
UU 26/2007
UU 1/2014 Penataan Ruang
Perubahan atas UU 27/
2007 Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan
Pulau Kecil
Tata Cara Perhitungan PP 15/2010
Batas Sempadan Pantai Penyelenggaraan RTRW Nasional
Peraturan Menteri Penataan Ruang
Kelautan & Perikanan
Pedoman Acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan
dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah.
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya (Pasal 1 UU
26/2007 tentang Penataan Ruang)
Pesisir Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut (UU No. 1/2014 tentang Perubahan Atas UU No. 27/2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil)
Pantai Daerah yang merupakan pertemuan antara laut dan daratan diukur pada saat pasang tertinggi dan surut
rendah (PM ATR/BPN No. 17/2016 tentang Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil)
Sempadan Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
Pantai kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat (Pasal 1 Perpres
No. 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai
LINGKUP
PENGATURAN
3d TIPOLOGI PESISIR DI INDONESIA WHAT
UU Sektoral UU 1/2014
(kegiatan di sempadan Perubahan atas UU 27/ UU 5/1960
UU 26/2007
pantai) 2007 Pengelolaan Ketentuan Pokok-
Wilayah Pesisir dan pokok Agraria Penataan Ruang
UU 28/2002 Pulau Kecil
Bangunan Gedung
UU 7/2004 PP 13/2017
Sumber Daya Air PP 15/2010
Pemberian Perubahan atas
Penyelenggaraan
hak atas Perpres 51/2016 PP 26/2008
Penataan Ruang
tanah RTRWN
UU 18/2008 Batas Sempadan Pantai
Pengelolaan Sampah ▪ Izin Pemanfaatan
Ruang
UU 4/2009 Permen ATR 17/2016 ▪ Pelanggaran
Pertambangan Penataan Pertanahan di pemanfaatan ruang
Wilayah Pesisir & Pulau-
Mineral dan Batubara Pulau Kecil di kawasan sempadan
pantai
UU 3/2014 Peraturan Menteri
Perindustrian Agraria & Tata Ruang Arahan peraturan zonasi
Terkait pengelolaan wilayah peisisir sempadan pantai
dan pulau kecil
UU 69/2001 ▪ Stakeholder
Kepelabuhanan ▪ Izin Pemanfaatan Ruang Sebagai rujukan
▪ Pelanggaran dalam perumusan
UU 5/1990 ▪ Kegiatan muatan
Konservasi Sumber ▪ Partisipatif
Daya Alam Hayati ▪ Akses Publik
dan Ekosistemnya
Keputusan Presiden
No.32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
Kawasan lindung
sempadan pantai
Muatan
1) definisi pemanfaatan ruang kawasan sempadan pantai
2) klasifikasi dan kriteria pemanfaatan ruang kawasan
sempadan pantai
3) ketentuan teknis pemanfataan ruang kawasan
sempadan pantai
4) Ketentuan partisipatif
3g KERANGKA RAPERMEN KKP TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI WHERE
Dasar Perhitungan
Batas Sempadan Pantai
Tingkat Risiko Bencana
(indeks ancaman &
indeks kerentanan)
Erosi/abrasi Banjir
Parameter: Parameter:
Indeks ancaman ▪ Pendekatan praktis ▪ Pendekatan praktis
▪ Pendekatan analitik ▪ Pendekatan analitik
Parameter Topografi
Berdasarkan : Jenis material
penyusunan pantai yg
mempengaruhi infiltrasi
Matrik Matrik
Tingkat Risiko Bencana Tingkat Risiko Bencana
Erosi/Abrasi Banjir
3h PEMANGKU KEPENTINGAN WHO
1 Pengguna Pedoman
▪ Pemerintah Daerah Provinsi yang mempunyai sempadan pantai wajib menetapkan arahan
batas sempadan pantainya dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
▪ Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai sempadan pantai wajib menetapkan
batas sempadan pantainya dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
▪ Penetapan batas sempadan pantai untuk wilayah administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
dilakukan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
(Peraturan Presiden No. 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai)
1) Panjang garis pantai Indonesia merupakan terpanjang ke-2 di dunia (panjang garis pantai 81.000 km); dan
mempunyai pulau terbanyak di dunia dengan 17.504 pulau
2) Jumlah Desa Menurut Letak Geografi (tepi laut) bertambah 29,68% dari tahun 2003 sebesar 9.020 menjadi 11.884 pada
tahun 2014; Pemanfaatan lahan di pantai untuk kegiatan pertanian (misalnya perikanan budidaya dan pemanfaatan
gumuk pasir di Bantul untuk pertanian)
3) 52% Kota otonom berada di wilayah pesisir Kota Pesisir: tipologi kawasan perkotaan yang dikelompokkan berdasarkan
letak geografis atau karakteristik wilayah; Meningkatnya kegiatan perkotaan di kawasan perkotaan (pesisir) yang memiliki
keunggulan lokasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi sehingga membutuhkan lahan pesisir untuk kegiatan:
a) pengembangan reklamasi
b) pariwisata
c) elabuhan
d) industri
e) pemukiman
f) Infrastruktur energy dan telekomunikasi: Kegiatan pembangkit listrik, kegiatan jaringan kabel bawah laut
4) Meningkatnya risiko kebencanaan di wilayah pesisir (banjir, erosi/abrasi, tsunami, kenaikan muka air laut)
5) Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat dipisahkan) di atas air, seperti
masyarakat Bajo. Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan perairan sebagai sarana transportasi utama
6) Merupakan kawasan terbuka (akses langsung), sehingga rawan terhadap keamanan, seperti penyelundupan,
penyusupan (masalah pertahanan dan keamanan) dan sebagainya
7) Ketentuan peraturan perundang-undangan batas minimal sempadan pantai 100m
8) Beragamnnya peraturan perundang-undangan terkait pengaturan GSP di pulau-pulau kecil (misalnya Kepulauan Seribu,
GSP=10m)
3l HIPOTESIS
Pemahaman Konsepsi Awal
peraturan perundang-undangan terkait & profil pantai Pengaturan pemanfaatan ruang di sempadan pantai
1) Keppres 32/1990 Pengelolaan Kawasan Lindung
2) UU 1/2014 ttg Perubahan Atas UU 27/2008 WP3K
3) Perpres 51/2016 Batas Sempadan Pantai Mempertimbangkan hubungan antara
4) PP 13/2017 ttg Perubahan Atas PP 26/2008 Karakteristik Fisik (tipologi pantai) kegiatan wilayah pantai dengan kegiatan
RTRWN
wilayah pesisir
Karateristik pantai secara geomorfologi: Dampak pemanfaatan fisik, sosial, ekonomi,
1) Pantai umum; kawasan umum yang
pantai curam singkapan batuan, pantai
telah dipergunakan oleh Masyarakat (untuk budaya, dan hankam terhadap kualitas
kepentingan keagamaan, sosial, budaya, landai, pantai dataran endapan lumpur,
pantai dataran tebing karang
ruang di kawasan sempadan pantai
rekreasi pariwisata, olah raga, dan ekonomi)
2) Penetapan batas sempadan pantai dilakukan
Prinsip pengaturan pantai berkelanjutan:
dengan tujuan untuk melindungi dan ▪ Prinsip Non-Pemilikan (Non-Appropriation)
menjaga: ▪ Prinsip Terbuka untuk Umum (Open Access)
Karakteristik Ekosistem ▪ Prinsip Perlindungan Kepentingan Penduduk
a. kelestarian fungsi ekosistem dan
segenap sumber daya di wilayah pesisir (Protection of Local Interest)
dan pulau-pulau kecil; Ekosistem di perairan laut dangkal pada ▪ Prinsip Prioritas Manfaat Pembangunan
b. kehidupan masyarakat dari ancaman umumnya berupa terumbu karang, (Development Priority)
bencana alam; padang lamun, dan hutan mangrove ▪ Prinsip Penataan Ruang (Spatial Planning)
c. alokasi ruang untuk akses publik
melewati pantai; dan
klasifikasi dan kriteria pemanfaatan ruang
d. alokasi ruang untuk saluran air dan Karakteristik Ekonomi, Sosial, kawasan sempadan pantai di Indonesia:
limbah
Budaya, dan Pertahanan ▪ Kawasan dengan fungsi konservasi pantai
3) Peraturan zonasi untuk sempadan pantai: yang mempunyai pertimbangan nilai
a. pemanfaatan ruang untuk RTH; Keamanan
(isu strategis kegiatan pemanfaatan
konservasi ekosistem yang tinggi (high value
b. pengembangan struktur alami dan natural conservation) dan memiliki nilai
struktur buatan untuk mencegah ruang pantai)
lansekap (bentang alam) yang indah (scenic
abrasi;
c. pemanfaatan untuk pelabuhan yang
1) Memiliki keunggulan lokasi yang landscape).
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dapat menjadi pusat pertumbuhan ▪ Kawasan dengan fungsi pengembangan
peraturan perundangan; ekonomi untuk kepentingan spesifik yang
d. pendirian bangunan yang dibatasi 2) Terdapat masyarakat yang secara membutuhkan potensi pantai (misalnya,
hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak pelabuhan, fasilitas perikanan, pariwisata)
pantai, pelabuhan, bandar udara, dan dapat dipisahkan) di atas air, seperti ▪ Kawasan dengan fungsi perlindungan
pembangkitan tenaga listrik. masyarakat Bajo. Terdapat pula masyarakat local dan masyarakat tradisional
e. ketentuan pelarangan bangunan budaya/tradisi pemanfaatan perairan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
selain yang dimaksud dalam huruf d; sebagai sarana transportasi utama hari
dan
3) Merupakan kawasan terbuka (akses ▪ Kawasan pemanfaatan umum yang
f. ketentuan pelarangan semua jenis
kegiatan yang dapat menurunkan langsung), sehingga rawan terhadap dipergunakan oleh masyarakat
luas, nilai ekologis, dan estetika keamanan, seperti penyelundupan, ▪ Kawasan yang perlu dikendalikan karena
kawasan. penyusupan (masalah pertahanan proses perkembangan perkotaannya
dan keamanan) dan sebagainya (urbanisasi).
4a WILAYAH STUDI
Provinsi
Provinsi Banten Provinsi DKI Jakarta Nusa Tenggara Barat
RTRW Perda Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 Perda No.3 Tahun 2010 Tentang RTRW
Provinsi Tentang RTRW Provinsi Banten Tahun 2010- Tentang RTRW 2030 Provinsi NTB
2030
Rencana Dalam proses perbaikan Dalam proses penyusunan Perda Provinsi NTB No.12 tahun 2017 Tentang
Zonasi P3K Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi NTB tahun 2017-2037
Fokus Pertanian, industry, pelabuhan Wisata, Reklamasi, industry, Wisata, pertanian, pelabuhan
pelabuhan
4b PROVINSI DKI JAKARTA – TELUK JAKARTA & KEPULAUAN SERIBU
Provinsi DKI Jakarta memiliki wilayah pesisir yang cukup luas, yaitu
sekitar 155 km², dan membentang dari timur sampai barat
sepanjang kurang lebih 35 kilometer, serta menjorok ke darat
antara 4 - 10 kilometer.
Kawasan Kepulauan Seribu memiliki tofografi datar hingga landai
dengan ketinggian sekitar 0 –2 mdpl. Luas daratan dapat berubah
oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1 – 1,5 meter.
Morfologi Kepulauan Seribu dengan demikian merupakan dataran
rendah pantai, dengan perairan laut ditumbuhi karang yang
membentuk atoll maupun karang penghalang
Tinjauan RTRW Provinsi
Rencana Kawasan perlindungan setempat meliputi: (Pasal 68 Ayat (1))
Pola Ruang a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai dan kanal; dan
c. kawasan sekitar waduk/danau/situ.
Kawasan Sempadan pantai, terletak di sepanjang pantai utara Jakarta, Kawasan Sempadan Sungai dan
Kanal, terletak di seluruh DAS di wilayah DKI Jakarta, Kawasan Sekitar Waduk/Danau/Situ di wilayah DKI
Jakarta
Kawasan sempadan pantai ditetapkan dengan ketentuan: (Ps 68 Ayat (2))
a. merupakan daratan sepanjang tepian laut yang jarak dari titik pasang tertinggi ke arah darat
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai; dan
b. mempertimbangkan aspek teknis, sosial, dan ekonomi masyarakat setempat dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan
Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan perlindungan setempat dilaksanakan melalui: (Pasal 68 Ayat
(5))
a. pengelolaan sempadan pantai dan sempadan sungai pada ruas muara untuk meningkatkan
kelancaran aliran air ke laut;
b. penghijauan kembali kawasan sempadan pantai dan sungai/kanal serta kawasan sekitar
danau/waduk/situ.
Struktur RTRW Kab. Adminitrasi Kepulauan SeribuPs 166 Ayat (1)
Ruang - Rencana pengembangan prasarana sumber daya air dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
Wilayah lokasi instalasi pengolahan air laut menjadi air bersih dapat diletakkan pada areal pinggir pantai atau di
dalam garis sempadan pantai (GSP) dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai kawasan
perlindungan setempat;
4c PROVINSI BANTEN – PESISIR KAB. TANGERANG
Pada lampiran perda menyatakan kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh
antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai;
Kebijakan Dan Strategi untuk mempertahankan luas kawasan lindung meliputi: (pasal 10 ayat (2))
Strategi a. Pengaturan pemanfaatan kawasan sempadan pantai, sungai, sumber mata air dan sempadan jalan;
b. Mempertahankan fungsi lindung dan membatasi kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi lindung di pulau-pulau
kecil; dan
c. Meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran pemerintah, swasta dan masyarakat akan pentingnya kawasan lindung.
4e PROVINSI SUMATERA BARAT – KOTA PADANG
Kebijakan Dan Penetapan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi berbatasan, melalui :
Strategi a. Pemantapan fungsi kawasan lindung;
b. Prioritas penyelesaian konflik penggunaan ruang berdasarkan aspek
c. Hukum dan pertimbangan kondisi sosial masyarakat setempat;
d. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi yang berbatasan.
4f PROVINSI SULAWESI UTARA – KOTA MANADO
Kebijakan Dan Pada RTRW Provinsi Sulawesi Utara dalam Pasal 3 huruf c,
Strategi a. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi kawasan
pesisir pantai;
b. Mengendalikan kegiatan di sekitar sempadan kawasan pesisir pantai;
c. Mengelola pulau-pulau kecil sesuai potensi dan kondisi alamnya;
d. Mengembalikan fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan;
e. Mengembangkan kawasan pesisir pantai melalui pemetaan, pengukuhan, dan
4g ISU STRATEGIS
Provinsi Isu Strategis
DKI JAKARTA ▪ Banjir dan genangan air di Jakarta utamanya disebabkan oleh curah hujan lokal yang tinggi, curah hujan yang tinggi di daerah hulu
yang berpotensi menjadi banjir kiriman.
▪ Terjadinya banjir dan genangan air di jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal,
tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah dan berkurangnya wilayahwilayah resapan air akibat dibangunnya hunian pada
lahan basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan fisik.
▪ Penurunan permukaan tanah (land subsidence) sekitar 1-15 centimeter per tahun.
▪ Terjadinya penurunan tanah yaitu pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan (settlement),
penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan- lapisan tanah, serta penurunan karena gaya- gaya tektonik.
BANTEN ▪ Masalah erosi dan abrasi pantai yang terjadi di Provinsi Banten sebenarnya berlangsung sudah cukup lama, sehingga menimbulkan
kondisi pantai yang kritis.
▪ Kerusakan akibat adanya erosi ini telah mengancam berbagai sarana dan prasarana umum seperti jalan raya, tempat pariwisata,
lahan perkebunan, permukiman penduduk dan lahan konservasi.
▪ Secara geografis pantai disebelah utara mengalami sedimentasi sedangkan pantai disebelah barat yang menghadap ke Selat Sunda
yang merupakan perairan peralihan dari Samudera Indonesia ke Laut Jawa, dengan kondisi parameter kelautan yang cukup
menonjol sebagai penyebab terjadinya erosi tersebut, sedangkan pantai Utara yang menghadap Laut Jawa mengalami
permasalahan erosi.
NUSA ▪ Perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Gili Trawangan berpengaruh pada kondisi lingkungan pantai khususnya di kawasan
TENGGARA sempadan pantai yang termasuk kawasan lindung, yaitu: Abrasi pantai, Pelanggaran pembangunan sarana prasarana wiusata di
BARAT kawasan sempadan pantai, Pengelolaan sampah belum optimal, Pengelolaan sarana prasarana dan fasilitas umum belum optimal,
Penyusunan tata ruang laut Rencana Zonasi WP3K Provinsi NTB belum selesai, Lemahnya pengawasan sumberdaya kelautan, pesisir
dan pulau-pulau kecil
SUMATERA ▪ Potensi pariwisata bahari dan sarananya belum maksimal
BARAT ▪ Pantai padang tidak hanya sebagai kawasan wisata tetapi juga merupakan kawasan sempadan pantai yang termasuk kedalam
kawasan lindung berupa kawasan perlindunngan setempat, hal ini dicantumkan dalam pasal 58 ayat 5 Peraturan Daerah (Perda)
Kota Padang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030
▪ Pendirian bangunan di sepanjang sempadan pantai ini selain tidak sesuai dengan peruntukannya sebagai sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan
SULAWESI ▪ Luasnya wilayah territorial dan ZEEI Sulut serta banyaknya pulau-pulau dan berbatasan dengan Negara tetangga merupakan lahan
UTARA subur untuk penangkapan ikan secara illegal dan pengrusakan ekositim pesisir. Pengawasan menjadi kurang optimal karena sarana
pengawasan terbatas, kurang optimalnya peran serta masyarakat dalam pengawasan, kurangnya koordinasi lintas sector
▪ Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada implementasi kebijakan tata ruang dan rencana zonasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
▪ Wilayah pesisir memiliki potensi kerusakan pesisir berupa kerusakan ekosistim, abrasi, sedimentasi, pencemaran sehingga
diperlukan berbagai upaya rehabilitasi ekosistim, pengendalian pencemaran dan upaya revitalisasi diantaranya melalui reklamasi
4h KARAKTERISTIK MASYARAKAT LOKAL
Suku Karakteristik
Suku Bajo ▪ Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut.
(Kalimantan & Sulawesi) ▪ Seluruh kehidupan orang Bajau dihabiskan di atas perahu. Mulai dari melahirkan, menjalani kehidupan
hingga mati, semua terjadi di perahu mereka. Untuk urusan pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka
akan menangkap ikan yang kemudian hasil tangkapan mereka akan ditukar dengan barang milik
penduduk di daratan Indonesia
▪ Orang-orang Bajau tidak diizinkan untuk hidup di darat, dan telah membangun pondok kayu di laut.
Pada siang hari, mereka mencari ikan dan berlayar di sekitar pantai, mencoba untuk menjual makanan,
sebelum kembali ke pondok mereka segera setelah matahari terbenam.
▪ Rumah mereka yang terbuat dari kayu bakau yang menancap ke dalam dasar laut. Tiang penopang
yang tersebut berada pada ketinggian 4 meter (tinggi tiang penopang dari dasar laut hingga ke lantai
rumah). Ketinggian air laut pada saat air laut pasang adalah kurang lebih 3,5 meter
▪ Mereka membangun pemukiman dan rumah-rumah panggung itu di atas laut di cekungan pulau dekat
tempat mereka mencari makanan. Dan ada sebuah jalan setapak atau jembatan kayu yang
menghubungkan kampung Bajo dengan perkampungan di daratan
(Sumber: Kompasiana, 2017)
Suku Laut ▪ Mereka adalah nelayan yang 'pantang' pulang ke daratan. Setiap jengkal hidup mereka habiskan di laut.
(Kepulauan Riau) Sejak fajar menyingsing hingga matahari menghilang di ujung timur cakrawala. Mulai dari makan hingga
minum. Mulai dari terbangun hingga terlelap. Bahkan untuk bercinta dan melahirkan sekalipun, mereka
lakukan di atas laut.
▪ Di dalam sampan yang mereka namakan Kajang kehidupan suku laut yang masih di atas perahu itu
dilakukan di perahu yang berukuran relatif kecil 1,5 x 5 meter. Diatas perahu itulah semua kehidupan
mereka berlangsung. Tinggal, memasak nasi, mencuci, membakar ikan, tidur sampai peresmian
perkawinan pun dilangsungkan di atas perahu.
▪ Suku ini hidup mengembara di laut serta memiliki ciri-ciri yang khusus seperti melakukan aktivitas
sehari-hari di atas perahu dan mengembara di sepanjang perairan
▪ Pengetahuan mengenai arah mata angin, cuaca, dan pasang surut laut di rabanya secara tradisional
dan naluriah. Namun demikian kehidupan sosial mereka tetap tidak berdaya menghadapi belenggu
kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan dari berbagai aspek kehidupan
▪ Secara geografis mereka mendiami wilayah strategis yang merupakan silang pelayaran internasional
yang padat antara Selat Malaka, Selat Philip, Selat Singapura dan Laut Cina Selatan.
▪ Permasalahan Suku Laut adalah tidak mampu mengelola dan mendistribusikan hasil tangkapannya,
yang banyak dikelola oleh pihak penampung dengan harga murah
(Sumber: NetralNews, 2017)
4i KARAKTERISTIK MASYARAKAT LOKAL
Suku Karakteristik
Suku Kamoro ▪ Mereka menangkap ikan dengan memancing atau menggunakan jala. Saat mencari ikan, rata-rata bisa
(Papua) selusin spesies ikan yang didapat. Keahlian memancing atau menebar jala telah dikuasasi anggota
Suku Kamoro bahkan sejak anak-anak
▪ Ikan hasil tangkapan dikonsumsi untuk anggota keluarga, dan sisanya dijual di pasar terdekat. Untuk
konsumsi harian, mereka menyimpan hasil tangkapan ini sebagai cadangan makanan. Sebelum
disimpan, ikan diiris-iris tipis kemudian diasap. Proses pengawetan alami ini membuat ikan bisa
bertahan dan layak dikonsumsi sampai satu minggu
▪ Suku Kamoro berpindah tempat tinggal sesuai dengan ketersediaan pangan
(Sumber: Kompasiana, 2016)
Suku Sasak ▪ Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam masyarakat modern dan gotong royong.
(NTB) ▪ Pola kehidupan ini sebagai dampak dari status pengembangan pariwisata dikawasan tersebut,
sehingga pola kehidupan masyarakat di kawasan tersebut banyak dipengaruhi oleh gaya kehidupan
wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut
▪ Nyale adalah sebuah pesta atau upacara yang dikenal dengan Bau Nyale. Kata Bau berasal
dari Bahasa Sasak yang berarti menangkap sedangkan kata Nyale berarti cacing laut yang hidup di
lubang-lubang batu karang dibawah permukaan laut. Bau Nyale merupakan sebuah acara
perburuan cacing laut. Acara ini diselenggarakan sekitar bulan Februari dan Maret. Tempat
penyelenggaraan upacara Bau Nyale ini ada di Pantai Seger, Kuta. Terletak dibagian selatan Pulau
Lombok
(Sumber: Kompasiana, 2017)
4j KARAKTERISTIK SUKU BAJO
• Jawa Timur
Persebaran Permukiman Suku Bajo Suku Bajo banyak terdapat di Kepulauan Kangean,
Di Indonesia Tahun 2000 Sumenep. Umumnya mereka tinggal di Pulau Sapeken,
Pagerungan Besar, Pagerungan Kecil, Paliat dan pulau-
pulau sekitarnya.
• Bali
Suku Bajo kebanyakan ditemui di Singaraja dan Denpasar
atau kawasan pantai membaur dengan masyarakat Bali
dan Bugis.
• Nusa Tenggara Barat
Suku Bajo di pulau Lombok ditemui di sebuah kampung di
Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur. Sedangkan di
Pulau Sumbawa, mereka banyak dijumpai di Pulau Moyo
dan sekitarnya, serta kawasan Bima di belahan timur
Sumbawa.
• Nusa Tenggara Timur
Di Pulau Flores Suku Bajo dapat dijumpai di kawasan
pesisir, mulai dari Kabupaten Manggarai Barat hingga
Flores Timur. Di sana ada kota bernama Labuhan Bajo
yang diambil dari nama Suku Bajo. Pemukiman mereka di
Nusa Tenggara Timur antara lain di Lembata yakni di
wilayah Balauring, Wairiang, Waijarang, Lalaba dan
Lewoleba. Di Pulau Adonara, yaitu di Meko, Sagu dan
Waiwerang. Sedangkan sisanya bermukim di Pulau Solor,
Alor dan Timor, terutama Timor Barat. Suku Bajo juga
banyak dijumpai di kawasan sekitar Pulau Komodo dan
• Sulawesi Tenggara Rinca.
• Sulawesi Tengah
Suku Bajo terdapat di pesisir Konawe dan Kolaka sebagai pulau utama. Di Pulau
Muna, Desa Bangko, Kecamatan Baginti yang konon sudah ada sejak abad ke-16, Di Sulawesi Tengah Suku Bajo banyak ditemui di
Pulau Kabaena, Pulau Wolio, Pulau Buton, Kepulauan Wakatobi, yaitu Wangi-Wangi, kepulauan Togian di Teluk Tomini, Tojo Una-Una,
Kaledupa, Tomia, Binongko. Sulawesi Selatan Kepulauan Banggai, pesisir Kabupaten Toli-Toli, Parigi
• Sulawesi Selatan Moutong dan Poso
Suku Bajo terpusat di Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone. Suku Bajo banyak tinggal di • Gorontalo
kawasan sepanjang pesisir teluk Bone sejak ratusan tahun silam. Selain itu orang Bajo Suku Bajo tersebar di sepanjang pesisir Teluk Tomini, dan
juga banyak bermukim di pulau-pulau sekitar Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. terpusat di wilayah Kabupaten Boalemo dan Gorontalo.
4k KARAKTERISTIK SUKU BAJO
Pola Permukiman Karakteristik
Berada Di Laut Lepas Dan Terpisah Dari • Bentuk rumahnya berupa rumah panggung dari kayu yang dengan pondasi batu karang
Daratan • Pola kehidupan masyarakatnya masih sederhana dan masih sangat mengandalkan
sumberdaya kelautan.
• Interaksi dengan orang darat (bagai) belum terlalu intensif karena akses untuk dari dan ke
permukiman Bajo harus ditempuh dengan menggunakan perahu/sampan (tidak ada jembatan
penghubung)
Pola Permukiman yang Letaknya Menjorok ▪ Adanya jembatan beton ini semakin mempermudah akses dan interaksi masyarakat Bajo
ke Laut Lepas tetapi Masih Terhubung dengan masyarakat di daratan.
Dengan Jembatan Ke Daratan (Pesisir ▪ Mayoritas rumahnyamasih menggunakan kayu, tetapi beberapa sudah mulai berbentuk rumah
Pantai)
bertembok semen/beton.
Permukiman yang Berada dan Menyatu ▪ Permukiman ini dibentuk dengan mereklamasi pantai melalui pemadatan pasir dan batu
dengan Pesisir Pantai karang.
▪ Tidak ada lagi kendala dalam hal akses terhadap infrastruktur dan interaksi dengan orang
darat pun menjadi sangat intensif.
▪ Paling "modern" dibanding Permukiman Bajo lain di wilayah Wakatobi.
▪ Banyak rumah-rumah sudah terbuat dari tembok dan beratap genteng, dan jalan-jalan
penghubungnya pun sudah dibeton.
Social Change on Bajo Tribe: Case Study in Wakatobi Islands, Southeast Sulawesi
4l KARAKTERISTIK SUKU BAJO
Kepulauan Wakatobi
Pulau Sulawesi
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2017/07/24/orang-laut-bintan/
4p KARAKTERISTIK SUKU LAUT
Bangunan Rumah Tinggal yang ▪ Mayoritas orientasi rumah tinggal tersebut mengarah ke laut dan membelakangi pulau
“Menempel” Pada Pulau-pulau Kecil tersebut.
yang Tidak Ada Fasilitas di Dalamnya ▪ Bagian tengah pulau tersebut belum dimanfaatkan untuk bangunan atau fasilitas umum
lainnya.
▪ Tata massa bangunan yang “menempel” pada pulau-pulau yang masih utuh dan hanya
ditumbuhi pepohonan.
▪ Orientasi rumah tinggal kearah luar, dan mengikuti sepanjang garis pantai pulau tersebut.
▪ Sebagian sudah ada koneksi antar rumah berupa pelantar penghubung sebagai akses ke luar
dan ke dalam lingkungan permukiman.
Jaringan Jaringan Kabel ▪ Jaringan kabel bawah laut memiliki titik awal kabel berada didaratan dan
Telekomunikasi Telekomunikasi Bawah Laut kemudian perlahan akan diturunkan kedasar laut dengan menggunakan alat
yang dikendalikan secara robotic.
▪ Seluruh kabel bawah laut ini berfungsi untuk mengantarkan trafik internet
domestik maupun internasional. Beberapa di antaranya saling terhubung antar
satu negara dengan negara lain.
▪ Indonesia juga memiliki sistem kabel telekomunikasi bawah laut. Beberapa di
antaranya adalah Indonesia Global Gateway (IGG) System, konsorsium
Thailand-Indonesia-Singapore (TIS), XL Bali Lombok Submarine Cable System,
dan Sumatera Bangka Cable System (SBCS).
(Sumber: http://tekno.liputan6.com/read/2622469/begini-rupa-peta-kabel-telekomunikasi-bawah-laut-di-dunia)
Jaringan Listrik Jaringan Listrik Bawah Laut ▪ PLN wilayah NTB akan menghubungkan listrik di Gili Gede disambungkan
Pulau Lombok – Gili Trawangan dengan sistem kelistrikan Lombok dimana PLN akan membangun kabel laut 20
kiloVolt (kV) sepanjang 2x2,4 km.
▪ Gili Gede merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi di bidang
perikanan dan pariwisata. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai
nelayan dan budidaya ikan laut. Beberapa penduduk juga memiliki homestay
bagi wisatawan. Saat ini, penduduk Gili Gede menggunakan genset untuk
memenuhi kebutuhan listriknya. Oleh karena itu, kehadiran listrik PLN ini
diharapkan mendorong perekonomian masyarakat Gili Gede.
(Sumber: https://finance.detik.com/energi/d-3882316/terangi-pulau-di-ntb-pln-bangun-kabel-bawah-laut-20-kv)
4s CONTOH KASUS - PRASARANA DI SEMPADAN PANTAI
Jenis Prasarana Lokasi Keterangan
Jaringan Pipa Gas Pemasangan Pipa Migas PT. PGN ▪ PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mencatat total panjang pipa yang
dan Minyak Bumi dimiliki telah mencapai lebih dari 7.000 kilometer.
▪ Tahun 2016 hingga 2019 akan menambah infrastruktur pipa gas bumi
sepanjang lebih 1.680 km. Proyek pipa tersebut tersebar di berbagai daerah,
diantaranya adalah proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan dan
Muara Bekasi-Semarang, pipa distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping.
▪ Pelanggan PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong Papua.
(Sumber: https://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/06/133315526/Panjang.Pipa.Gas.PGN.Capai.7.000.Km)
Bandar Udara Bandara Ngurah Rai, Provinsi Bali ▪ Bandara Ngurah Rai Bali akan diperluas dengan adanya penambahan parking
stand dan apron ke arah barat. Perluasan ini dibangun pada tahun 2017.
▪ proses pembangunan lahan akan dilakukan di atas laut seluas 83 ha dengan
proses reklamasi menguruk laut yang terletak di sisi barat bandara sepanjang
500 meter dan lebar 900 meter.
(Sumber: http://industri.bisnis.com/read/20171108/98/707231/pengembangan-apron-bandara-ngurah-rai-
segera-dimulai)
Tanggul Laut Tanggul Laut Teluk Jakarta ▪ Tanggul Laut Raksasa Jakarta adalah bagian dari pengembangan pesisir
raksasa di Jakarta yang dimulai pada tahun 2014 dan diharapkan akan
terwujud pada tahun 2025.
▪ Proyek pengembangan pesisir tersebut meliputi konstruksi dinding sepanjang
pantai, bangunan penampung air, dan reklamasi lahan.
▪ Panjang tanggul laut raksasa ini mungkin akan mencapai 32 kilometer (dari
kota Tangerang di barat Jakarta ke Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta).
▪ Tujuannya untuk melindungi ibukota dari banjir.
(Sumber: https://regional.kompas.com/read/2018/01/03/15520631/perluasan-bandara-ngurah-rai-dilakukan-
dengan-reklamasi-laut dan https://www.indonesia-investments.com/id/proyek/kemitraan-publik-
swasta/tanggul-laut-raksasa-jakarta-pengembangan-terpadu-pesisir-ibukota-negara/item2307?)
Jaringan jalan Jalan Tol Bali Mandara ▪ Jalan Tol Bali Mandara dibangun tahun 2013. Tujuan dibangun jalan ini adalah
untuk mengurai kemacetan di Bali selatan.
▪ Jalan Tol Bali Mandara merupakan satu-satunya jalan tol pertama yang
dibangun di atas laut dan memiliki jalur khusus sepeda motor. Jalan tol ini
menghubungkan 3 titik penting yaitu Ngurah Rai Tuban, Benoa, dan Nusa
Dua. (Sumber: tanjungbenoabali.com)
5a RENCANA KERJA
WAKTU BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6 BULAN 7 BULAN 8
1 2
Persiapan Identifikasi kebutuhan dan perancangan materi
2.1
Persiapan Dokumen Pengumpulan 2.2 Penelaahan hasil
Pendukung data, informasi, studi/kajian
studi/kajian,
dan ketentuan 2.3 Pengkajian dan identifikasi
Mobilisasi Tenaga Ahli
sektor kesesuaian hasil kajian
Penyusunan rencana 3
kerja Survey Lapangan
4
Analisis Perancangan Materi/Substansi Pedoman
4.1. Analisis instrumen
4.2. Analisis keefektifan
pemanfaatan ruang kawasan
penerapan kebijakan/aturan
sempadan pantai
4.3. Analisis 4.7. Analisis klasifikasi 4.8. Konsepsi
karakteristik wilayah dan kriteria pemanfaatan
pantai di Indonesia pemanfaatan ruang ruang
4.4. Analisis hubungan antara kegiatan
wilayah pantai dengan kegiatan wilayah
pesisir
5
KEGIATAN Perumusan Draft Pedoman Pemanfaatan Ruang Kawasan Sempadan Pantai
6
Perumusan Draft Pedoman Pemanfaatan Ruang Kawasan Sempadan Pantai
FGD FGD
Konsinyasi Konsinyasi Penyepakatan
1 2 1 2 Stakeholder
Laporan Akhir
PELAPORAN Proceeding
Materi Teknis
Laporan Laporan
Draft Pedoman
Pendahuluan Antara Executive Summary
5b JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN (1)
5c JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN (2)
5d JADWAL PEMBAHASAN
LAPORAN
HULUAN
PENDA-
1
SURVEY DAERAH
menjaring masukan terkait pentingnya disusun
pedoman pemanfaatan ruang Kawasan sempadan
2 FGD 1
pantai dan muatan yang perlu diatur
3
menjaring masukan atas hasil analisis yang telah
menjaring masukan terkait
dilakukan dan merumuskan muatan pedoman
penyempurnaan draft
pemanfaatan ruang di Kawasan sempadan pantai
pedoman & implementasi
serta melakukan penyepakatan kebutuhan
4 FGD 2
pengaturan muatan yang selanjutnya dirumuskan
dalam rancangan pedoman
UJI PUBLIK
DI DAERAH
pedoman di daerah
LAPORAN
penyempurnaan draft
5 KONSINYASI
menjaring masukan terkait
perumusan materi teknis
UJI PUBLIK
pedoman & implementasi
pedoman di daerah
MATERI TEKNIS DI DAERAH
Mencapai kesepakatan/consensus
7 PENYEPAKATAN
STAKEHOLDERS
terkait muatan draft pedoman dari
seluruh stakeholders
LAPORAN
AKHIR
8
Output Substansi Pembahasan Narasumber
Mempertimbangkan hubungan FGD -1: Pakar
antara kegiatan wilayah pantai 1. menjaring masukan terkait: 1) bidang pengelolaan wilayah pesisir
dengan kegiatan wilayah pesisir 1) Isu strategis 2) bidang kebencanaan pesisir (perubahan iklim)
Dampak pemanfaatan fisik, sosial,
▪ kasus konflik ruang pantai 3) bidang daya dukung sumber daya pesisir
ekonomi, budaya, dan hankam
terhadap kualitas ruang di
▪ Dampak pembangunan wilayah Kementerian/Lembaga terkait:
kawasan sempadan pantai pantai 1) Direktorat Perencanaan Ruang Laut; Ditjen Pengelolaan
Prinsip pengaturan pantai 2) Kebijakan pengelolaan Ruang Laut; KKP
berkelanjutan: 2. Menjaring tanggapan terkait konsepsi draft 2) Berwenang di bidang jaringan infrastruktur gas dan
▪ Prinsip Non-Pemilikan pedoman (R0) dari narasumber telekomunikasi
▪ Prinsip Terbuka untuk Umum 3) Kemenhub
▪ Prinsip Perlindungan 4) Kemen ESDM
Kepentingan Penduduk 5) Kemen PUPR
▪ Prinsip Prioritas Manfaat
Pembangunan FGD-2: Pakar
▪ Prinsip Penataan Ruang 1. menjaring masukan terkait pengaturan 1) bidang hukum pertanahan
klasifikasi dan kriteria pemanfaatan pemanfaatan ruang: 2) bidang urban design
ruang kawasan sempadan pantai di
1) Isu strategis 3) bidang sosial kemasyarakatan pesisir
Indonesia:
▪ Kawasan dengan fungsi
2) Kebijakan pengaturan pemanfaatan Kementerian/Lembaga terkait:
konservasi pantai yang ruang 1) Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
mempunyai pertimbangan nilai 2. Menjaring tanggapan terkait konsepsi draft Ditjen Pengelolaan Ruang Laut; KKP
konservasi ekosistem yang pedoman (R0) dari narasumber 2) KLHK
tinggi (high value natural 3) Kementerian ATR/BPN
conservation) dan memiliki nilai
lansekap (bentang alam) yang Konsinyasi Materi Teknis 1) Pakar bidang pengelolaan wilayah pesisir
indah (scenic landscape). 1) Diseminasi hasil penajaman substansi draft 2) Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
▪ Kawasan dengan fungsi pedoman dari kegiatan uji publik di daerah Ditjen Pengelolaan Ruang Laut; KKP
pengembangan untuk dan kegiatan sebelumnya 3) Kementerian ATR/BPN
kepentingan spesifik yang 2) Menjaring tanggapan untuk menguatkan
membutuhkan potensi pantai substansi draft pedoman
(misalnya, pelabuhan, fasilitas
perikanan, pariwisata) Konsinyasi Draft Pedoman 1) Pakar bidang urban design
▪ Kawasan dengan fungsi 1) Diseminasi hasil penajaman substansi draft 2) Direktorat Perencanaan Ruang Laut; Ditjen Pengelolaan
perlindungan masyarakat local pedoman dari kegiatan uji publik di daerah Ruang Laut; KKP
dan masyarakat tradisional
dan kegiatan sebelumnya 3) Kementerian ATR/BPN
dalam pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari
2) Menjaring tanggapan untuk menguatkan
▪ Kawasan pemanfaatan umum substansi draft pedoman
yang dipergunakan oleh
Penyepakatan Stakeholders 1) Direktorat Perencanaan Ruang Laut; Ditjen Pengelolaan
masyarakat
▪ Kawasan yang perlu
tercapai kesepakatan/consensus terkait muatan Ruang Laut; KKP
dikendalikan karena proses draft pedoman dari seluruh stakeholders 2) Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
perkembangan perkotaannya Ditjen Pengelolaan Ruang Laut; KKP
(urbanisasi). 3) Kementerian ATR/BPN
terimakasih