Anda di halaman 1dari 55

Aplikasi SIG dalam Pengelolaan Lingkungan

(6 Muatan KLHS)

Oleh :
Dr. Asep Sofyan
Program Studi Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
HP/WA : 081-322-902-009
11 TAHAP PENYUSUNAN RTRW RDTR RZWP3K RPJP/M KRP KRP Masy.
KAJIAN LINGKUNGAN
HIDUP STRATEGIS
1 EX POST
Identikasi Isu PB Identifikasi Materi
4 Muatan KRP
2 Isu PB Yang Paling
Strategis
Materi Muatan KRP
Konsultasi 3 Isu PB Prioritas yang berdampak
Publik

Kajian 6 Muatan
5 Analisis Pengaruh

6 DDDT Resiko JE SDA PI KEHATI

7 Rekomendasi Penjamina Pendoku-


Rumusan Perbaikan VALIDA-SI
n Kualitas mentasian
Alternatif KRP

9 10 11
Sumber: Paparan KLHK-RI, 2018 8
Hasil analisis KLHS paling sedikit
memuat kajian:
Kajian 6 (Enam)
1) kapasitas daya dukung dan daya Muatan KLHS
tampung Lingkungan Hidup
untuk pembangunan; (Pasal 13 PP 46/2016)
2) perkiraan dampak dan risiko
Lingkungan Hidup;
Setiap KRP dianalisis menggunakan 6 muatan
3) kinerja layanan atau jasa
KLHS, dapat diilustrasikan seperti tabel dibawah ini:
ekosistem;
4) efisiensi pemanfaatan sumber Materi Muatan Muatan Kajian KLHS
KRP Hasil Pasal 13(1) PP 46/2016
No
daya alam; Analisis
1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pengaruh
5) tingkat kerentanan dan KRP 1 Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis..
1
kapasitas adaptasi terhadap KRP 2 Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis..
2
perubahan iklim; KRP 3 Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis..
3
6) tingkat ketahanan dan potensi Dst ... Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis.. Analisis..
4
keanekaragaman hayati.
Contoh Keterkaitan Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan
Intervensi KRP i.e. RTR 1) Efisiensi= optimalisasi → tetap lestari;
2) Dampak: perubahan LH (parameter LH);
3) Risiko = kemungkinan kejadian bahaya;
4) Kehati = keberagaman, keragaman +
keberlanjutan SDA;
5) Kinerja Jasa LH+ perubahan kapasitas + kualitas
layanan ekosistem (LH) (Kondisi awal v.s.
Efisiensi Pemanfaatan SDA 1 aktual) → 4 Jasa LH;
6) D3TLH
Dampak dan Risiko LH 2
3 4 5
Kehati
Kinerja Jasa Daya Dukung dan
LH Daya Tampung LH
Kerentanan Adaptasi Perubahan Iklim 6

• Wilayah Perencanaan KRP (batas Administrasi)


Sumber: KLHK, 2019
• Batas Ekosistem/Ekologis (i.e. Ecoregion)
Korelasi 6 Muatan KLHS dengan TPB (PSLH ITB, 2019)
TPB/SDGs

Ya, Efisien

Tidak Efisien
Efisiensi SDA ? Risiko Lingkungan
(Neraca SDA dan Valuasi Ketimpangan Ekonomi
Lingkungan) Deforestasi Ketimpangan Sosial
Over fishing
Land use change
(+) City sprawl
Slum area (-) Bahaya
Daya Dukung dan Daya Tampung Perubahan
Iklim
Siklus positif, Provision (penyediaan)
pembangunan Regulation (pengaturan)
Jasa Ekosistem Risiko Perubahan Iklim
terjadi secara Cultural (budaya)
berkelanjutan Supporting (pendukung)
(-)
Keanekaragaman Hayati
(Ekosistem, Spesies, Gen) Siklus negatif, pembangunan terjadi secara
tidak berkelanjutan
Ecosystem Services: The benefits people obtain from ecosystems &
Consequences of Ecosystem Change for Human Well-being
Metode Kajian KLHS
(Lampiran Permen LHK 69/2017)
1) Metode analisis spasial dengan GIS
2) Model sistem dinamis
3) Metode analisis multi-kriteria atau analisis hirarki proses
4) Metode Delphi
5) Metode valuasi ekonomi
6) Model proyeksi berbasis skenario
1. Metode analisis spasial dengan GIS
• Analisis spasial adalah
sekumpulan teknik yang
digunakan untuk meneliti dan
mengeksplorasi data dari
perspektif keruangan.
• Semua teknik atau pendekatan
perhitungan matematis yang
terkait dengan data keruangan
(spasial) dilakukan dengan
fungsi analisis spasial tersebut.
Kajian Muatan KLHS 1) Overlay Peta RTRW;
2) Overlay Peta Rawan Bencana;
3) Overlay Peta DDDT Jasa Ekosistem
1) Kapasitas DDDT-LH untuk Pengatur Air dan Penyedia Pangan;
pembangunan; Melalui 4) Overlay Peta Potensi Tambang;
2) Perkiraan mengenai dampak dan pendekatan 5) Overlay Peta Penutupan Lahan;
risiko LH; 6) Overlay Peta Penunjukan Kawasan
3) Kinerja layanan atau jasa ekosistem; Hutan
4) Efisiensi pemanfaatan SDA; Analisis
5) Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim;
6) Tingkat ketahanan dan potensi 1) Peta RTRW dasar perijinan, apakah masing-masing
keanekaragaman hayati. struktur dan pola ruang terjadi alih fungsi lahan yang
signifikan?;
2) Akankah menambah potensi peningkatan bencana
atas rencana pembangunan?;
3) Apakah akan menurunkan posisi Jasa Ekosistem
Pengatur Air dan Penyedia Pangan?;
4) Apakah akan mempengaruhi potensi SDA yang ada?;
5) Apakah tutupan lahan yang bervegetasi tinggi alih
pemanfaatan lahannya?;
Sumber: Paparan KLHK-RI, 2018 6) Seberapa besar keanekaragaman hayati terancam?
Contoh Overlay Peta
Kasus 1: Jalan berada di area rawan banjir

• Rencana pembuatan jalan dari


kecamatan A ke kecamatan B.
• Rencana jalur jalan berada di area
rawan banjir.
• Pembuatan jalan dapat dilakukan
dengan rekomendasi yaitu
membuat saluran air disepanjang
jalan atau membuat jalan dengan
ketinggian tertentu.
Kasus 2: Jalan berada di area rawan longsor

• Rencana pembuatan jalan


dari kecamatan B ke
kecamatan C.
• Rencana jalur jalan berada
di area rawan longsor.
• Pembuatan jalan tidak
dapat dilakukan diarea
tersebut.
Alternatif Kasus 2: Longsor

Keterangan:

Garis berwarna orange


adalah jalan alternatif
menghindari area rawan
longsor
2. Model sistem dinamis

• Sistem dinamik adalah suatu metode


yang digunakan untuk mendeskripsikan,
memodelkan, dan mensimulasikan suatu
sistem yang dinamis (dari waktu ke
waktu terus berubah).
• Didalam sistem dinamik diajarkan
bagaimana berpikir secara sistem.
Artinya adalah dalam menyelesaikan
suatu masalah tidak dilihat pada satu
pokok bagian saja, tetapi dilihat semua
pengaruhnya terhadap semua yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Metode analisis multi-kriteria atau analisis hirarki proses

• Analisis Multi Kriteria adalah suatu


metode pemilihan alternatif, dimana
setiap alternatif akan dinilai
menggunakan kriteria – kriteria tertentu
sehingga kemudian alternatif yang
terpilih adalah alternatif dengan
penilaian terbaik berdasarkan kriteria –
kriteria tersebut.
• Analisis Multi Kriteria (AMK)
menggunakan persepsi pemangku
kepentingan terhadap kriteria-kriteria
atau variabel-variabel yang
dibandingkan dalam pengambilan
keputusan.
4. Metode Delphi
• Metode Delphi merupakan suatu
proses memperoleh kesepakatan
(consensus) dari sekumpulan
tenaga ahli (expert) tanpa
mereka mengetahui satu sama
lain.
• Adapun para pakar tersebut
tidak dipertemukan secara
langsung (tatap muka), dan
identitas dari masing-masing
pakar disembunyikan sehingga
setiap pakar tidak mengetahui
identitas pakar yang lain.
5. Metode valuasi ekonomi

• Metode valuasi ekonomi dilakukan berdasarkan pendekatan


pengukuran keuntungan (benefit measurement) yang
merupakan upaya pengukuran perubahan dari kesejahteraan
manusia atau utilitas dari pemakaian barang atau jasa
lingkungan.
• Dalam pendekatan praktis, valuasi ekonomi lingkungan
dilakukan dengan menggunakan beberapa tipe data yang
sudah tersedia (data sekunder).
• Secara garis besar, valuasi ekonomi lingkungan atau nilai
ekonomi total (total economic value) terdiri dari dua
komponen yaitu nilai guna dan non nilai guna.
Elements of Total Economic Value (TEV)
Total Economic
Value (TEV)
TEV =
Use Values Nilai Jasa Non-Use Values
Lingkungan Hidup

Ecological
Direct Use Option Existence Bequest
Function
Values Values Values Values
Values
Market Unpriced Benefit Benefit Benefit Benefit
Ouput Benefits
• Crops; • Future drugs; •
• Flood Control; • Satisfaction Passing
• Meat; • Recreation; • Potential gene benefits to
• Carbon Storage; from
• Timber; • Landscape; pool; future
• Water Catchment; knowledge
• Renewable • Local Culture • Recreation generation
• Waste Assimilation Existence
energy options
Source: Hodge, 1995 dalam Barrow 1999. Environmental Management: Principles and Practices. Routledge: New York
6. Model proyeksi berbasis skenario

• Proyeksi/peramalan berbasis
skenario merupakan perkiraan
tentang keadaan masa yang
akan datang dengan
mempertimbangkan berbagai
kemungkinan (keadaan) yang
dapat terjadi di masa yang
akan datang tersebut.
• Skenario yang digunakan akan
menentukan model atau
metode peramalan yang akan
dipakai.
Kajian 6 (Enam) Muatan KLHS
(Pasal 13 PP 46/2016)

Hasil analisis KLHS paling sedikit memuat kajian:


1) kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
2) perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem;
4) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
6) tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan
• Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan
manusia, makhluk hidup lainnya dan keseimbangan antar
keduanya.
• Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Daya dukung lingkungan hidup

• Daya Dukung Lingkungan Hidup


mengandung unsur makna:
• Kapasitas penyediaan (supply)
sistem & sumber alam
• Jumlah kebutuhan manusia
dan makhluk hidup lainnya
(demand)
• Cukup, harmonis dan minim
dampak negatif
Daya tampung lingkungan hidup

• Daya Tampung Lingkungan


Hidup mengandung unsur
makna:
• Kapasitas ambien
• Hasil produk dan ekses dari
suatu kegiatan
• Menampung dan
menetralisir
Self-purification sungai
2. Perkiraan dampak dan risiko
lingkungan hidup
Perkiraan dampak kegiatan manusia pada lingkungan hidup dan
perhitungan risikonya pada organisme, sistem, atau populasi.
3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem
Kinerja layanan atau jasa ekosistem adalah
proses yang terjadi secara alami dari suatu
ekosistem, yang dapat berupa penyediaan
barang seperti antara lain makanan, air
minum dan kayu, penyediaan jasa seperti
antara lain kontrol ekosistem terhadap
iklim, erosi, aliran air, dan penyerbukan
tanaman, manfaat budaya seperti antara
lain manfaat untuk rekreasi, nilai-nilai
spiritual dan kenikmatan estetika, serta jasa
pendukung seperti antara lain proses-
proses alam dalam siklus hara.
Jasa Penyediaan
Ekosistem menyediakan
sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia
JE Penyediaan
• Pangan
• Air bersih
• Bahan baku (serat, kayu,
biomaterial)
• Energi
• Obat-obatan
WWF Living Planet Report 2016 • SD genetik
Jasa Pengaturan
Manfaat dari proses dan siklus
pengaturan alami di dalam
ekosistem
JE Pengaturan
• Penanggulangan bencana
• Pengaturan iklim
• Pemurnian air
• Tata dan siklus air
• Penguraian limbah
• Kontrol hama dan penyakit
• Penyerbukan alami

WWF Living Planet Report 2016


Jasa Pendukung
Manfaat untuk mendukung
keberlangsungan jasa
ekosistem yang lainnya
JE Pendukung
• Siklus nutrisi
• Fotosintesis/ Produksi
primer
• Pembentukan tanah
• Habitat biodiversitas
WWF Living Planet Report 2016
Jasa Pendukung
Manfaat non materi yang
dirasakan oleh manusia akibat
adanya ekosistem

JE Kultural
• Rekreasi dan Ekowisata
• Nilai estetika
• Ruang hidup dan tempat
tinggal
• Nilai spiritual
WWF Living Planet Report 2016
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

• Efisiensi pemanfaatan sumber


daya alam adalah pemanfaatan
sumber daya alam yang efisien
secara ekonomi ataupun
lingkungan. Efisiensi produk
menghasilkan dua hal, yaitu
meningkatkan keuntungan dan
menurunkan dampak terhadap
lingkungan.
• Kajian ini mengukur tingkat
optimal pemanfaatan sumberdaya
alam yang dapat dijamin
keberlanjutannya.
Industri hijau
menerapkan
teknologi
rendah karbon,
akan
memberikan
dampak
penghematan
energi, air dan
bahan baku.
Tetapi tetap
meningkatkan
produktivitas
dan
menghasilkan
limbah yang
lebih sedikit.
5. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati
• Pengertian dari tingkat ketahanan keanekaragaman
hayati adalah kekuatan, kemampuan, daya tahan
dalam mempertahankan keanekaragaman hayati.
• Sementara potensi keanekaragaman hayati adalah
kemampuan dalam menciptakan keanekaragaman
hayati yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan.
Kekayaan Keanekaragaman Hayati Kawasan Ekosistem Leuser

Sumber: https://mapsengine.google.com/04498453840810014575-
15875394874078504037-4/mapview/
Cara dari analisis tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati (Permen LHK No. 69/2017)
• Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang meliputi:
• Penetapan dan penggolongan yang dilindungi atau tidak dilindungi
• Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta habitatnya
• Pemeliharaan dan pengembangbiakan
• Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa liarnya
• Tingkat keragamaan hayati dan keseimbangannya
• Mengkaji ekosistem, yang meliputi:
• Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
• Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya tampung
• Mengkaji genetik, yang meliputi:
• Keberlanjutan sumber daya genetik
• Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa
Rekomendasi KLHS:
Jalan tidak dibangun

Rekomendasi KLHS:
Jalan pindah rute
6. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim

Risiko = Hazard x Vulnerability


Exposure x Sensitivity
Vulnerability =
Adaptive Capacity
Hazard (bahaya) = jumlah dan intensitas kenaikan temperatur, perubahan pola curah
hujan, kenaikan muka air laut, cuaca ekstrim
Bahaya PI:
Peningkatan Suhu,
Perubahan Pola Curah
Hujan, SLR, Cuaca
Ekstrim

Sensitifitas

Kapasitas Adaptasi
• Exposure (paparan): luasan, jumlah populasi, jumlah
infrastruktur yang terpapar
• Sensitivity (sensitivitas): karakteristik/kondisi alam
(contoh: sistem irigasi, pola tanam)
• Adaptive Capacity (kapasitas adaptasi):
• Pengetahuan/Pendidikan
• Teknologi/Informasi
• Institusi
• Infrastruktur
• “Social capital”
• Kesejahteraan
Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim
Menurut PermenLHK No. 69/2017, analisis dilakukan
dengan cara :
a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim
sesuai ketentuan yang berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi perubahan
iklim
Kajian perubahan iklim dapat mengacu pada
PermenLHK No. 7/2018 tentang Pedoman Kajian
Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

Produk SIDIK (Sistem Informasi Data Indeks


Kerentanan) KLHK dapat didownload di website
KLHK
Perhitungan SIDIK
Contoh
SIDIK
Sumber: Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sulawesi
Informasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim → Perubahan statistik data iklim

(1) Pendekatan bottom-up: analisis data observasi


selama minimal dua periode iklim (1 periode iklim
adalah → apakah telah terjadi perubahan iklim dari
masa lampau ke masa sekarang dan berdampak
kepada pergeseran fungsi distribusi peluang dari
parameter cuaca/iklim regional? → current change
in climate opportunity and risk?
(2) Pendekatan top-down: analisis data proyeksi iklim
dari hasil simulasi model iklim global berdasarkan
skenario pengaruh peningkatan konsentrasi GRK
antropogenik (terutama CO2) → apakah kenaikan
konsentrasi GRK akan menyebabkan perubahan iklim
global dan regional → future change in climate
opportunity and risks?
(IPCC, SREX)
Kuantifikasi Ketidakpastian dengan Teknik Ensemble

Probabilistic climate forecast or


climate projection

Decision making is naturally a probabilistic


problem
Pyeksi Iklim: Skenario Pemanasan Global
Radiative transfer
Thermodynamic energy of the atmosphere:

diabatic heating/ dF = − kabs  a Fds


cooling

http://www.pik-potsdam.de/~mmalte/rcps/
Model Kopel
Earth System Modeling Framework (ESMF)
Atmospheric model

Coupling Surface temperature Wind stress


P-E
interface Albedo Heat flux

Sea ice model

Coupling Temperature Stress


Salinity Fresh water flux
interface
Ocean currents Heat flux

Ocean model

Require access to supercomputers !


Contoh Pemodelan Dampak Iklim pada Produksi Tanaman Padi

Precipitation Forecast Using TRMM Rainfall Database


APCC (Coarse Resolution) WCPL- AHRI (0.25 deg)

Impact Model

Experimental operational system → http://climate.meteo.itb.ac.id/


Contoh Hasil Downscaling untuk Wilayah Indonesia: Prediksi Musim
(Seasonal) 0

Penurunan hasil (%)


-10

-20
Bulak
Cikedung
Indramayu
Juntinyuat
-30
Mei I Mei II Mei III Jun I Jun II Jun III Jul I Jul II Jul III Agu I

Tanggal Tanam
0

-10
Penurunan hasil (%)

-20

-30
Ale
Bengo
-40 Biru
Jaling
-50
Mei I Mei II Mei III Jun I Jun II Jun III Jul I Jul II Jul III Agu I

Tanggal Tanam

Predicted paddy crop yield in


a case study using CFS
reforcast data, DSSAT-
CERES Rice crop model, CA
downscaled rainfall
(Elza Surmaini, Doctoral Thesis, ITB, 2014)
Contoh Hasil Downscaling untuk Wilayah Indonesia: Proyeksi Perubahan Iklim

The Case Study: Bengawan Solo Watershed (CCC-ITB for JICA – PU/ATR)
MIROC5
RCP 4.5
Projections
between RCP
and 2050 do not
differ much
Sample grid point
( 2.5o x 1.67o Res.)

RCP 4.5
The size of grid within IPCC (a) (b)
models vary slightly. However,
Bengawan Solo Watershed is
generally presented by one or Historical
two grids → needs Simulation is
Year
not too
downscaling realistic
The relationship between RCP and rain projection is not
linear → Rain projection is not showing clear pattern

Anda mungkin juga menyukai