Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hernia inguinalis hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang biasa
menyebutnya “turun bero” atau henia. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan di bawah perut yang
lembut,kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin
terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan.(Nanda NIC-NOC,2015, jilid 2).

Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa


ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi
apabila hernia inguinalis bersifat strangulasi (ireponibel disertai
gangguan pasase) dan inkarserasi (ireponibel disertai gangguan
vascularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor
satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah apendicitis akut di
Indonesia (Greenberg et al, 2011).

Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek


atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2010).

Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau


bagian organ melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini.
Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari
kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat (Ester, 2010).
2. Etiologi
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Penyakit penyerta
d. Keturunan
e. Obesitas
f. Kehamilan
g. Pekerjaan
h. Kelahiran prematur

(Giri Made Kusala, 2010)

3. Manifestasi Klinik

Menurut Amin Huda Nurarif dalam Nanda NIC-NOC tahun 2015


jilid 2 manifestasi dari hernia inguinalis adalah:

a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering benjolan di


lipatan paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
d. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi kandung dinding kandung
kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria)
disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai sesak nafas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.

4. Klasifikasi
1. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks).

2. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan
tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali
ditemukan.

3. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.

4. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

5. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
6. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi
ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

(Ester, 2010)

5. Komplikasi
1. Muntah.
2. Perdarahan.
3. Shok.
4. Kembung.
5. Radang paru.
6. Retensio urine
(Ester, 2010).
6. Patofisiologi dan Pathway

Hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah


factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu
melalui kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat
seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan
factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan
sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali
secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah (Ester, 2010).
PATHWAY ((Ester, 2010)
faktor congenital Faktor di dapat (batuk kronis,
(kegagalan penutpan mengejan saat defekasi,
prosesus
1. vaginalis pada pekerjaan mengangkat benda
waktu kehamilan) berat)

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut malalui kanalis inguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analus inguinalis eksternus

Tonjolan akan sampai ke spektrum

hernia

Tidak Dapat timbul secara Dapat timbul secara spontan


spontan (manual)

Tindak pembedahan Post operasi hernia

Adanya luka insisi

System irigasi Penurunan fungsi Perawatan luka


usus Diskontinuitas yang kurang
jaringan
Keseimbangan cairan
Deficit cairan Resiko infeksi
nyeri

Kekurangan volume cairan Ketidaknyamana


Nutrisi inadekuat Gangguan integritas n /keterbatasan
kulit gerak

Kebutuhan nutrisi Aktifitas terganggu


kurang dari kebutuhan
tubuh
Imobilitas fisik
Kurang informasi

Kurang pengetahuan
7. Penatalaksanaan
a. Secara konservatif (non operatif)

 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif
 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti
sering dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan,
kantong diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur,
penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku
bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak,
penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang
pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor
resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit
jantung, TBC, Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual,
Pola pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi
abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas,
bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada,
kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan,
bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan,
ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea,
reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid,
tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan deficit cairan.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system
irigasi/drainase.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
3. Perencanaan Keperawatan

DX 1 : Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Dorong Ambulasi diri
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik

DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak


Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang sakit
Intervensi :
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam
keterbatasan pasien
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan
kemandirian pasien
d. Kolaborasi dalam pemberian obat

DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.


Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan
penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
a. Lihat semua insisi.
b. Evaluasi proses penyembuhan.
c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan
tanda bahwa fungsi defekasi hilang.

DX 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan deficit cairan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria Hasil : - pasien mau makan dan minum sesuai diet
-BB diatas normal

DX 5: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/


drainase.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil : - Makan dan minum sesuai dengan diet
-Cairan tubuh terpenuhi selama perawatan

DX 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
c. Pertahankan keperawatan luka aseptic
d. Pertahankan balutan kering
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
DX 7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakitnya.
Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman
tentang proses penyakitnya.
Intervensi
a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga
b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat
d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya
DAFTAR PUSTAKA

Ester, M., 2010, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta.

Giri Made Kusala, 2010. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Greenberg, M.I.; Hendrikson, R.G.: Silvenberg, M., 2011. Greenberg Teks Atlas:
Kedokteran Kedaruratan, Jakarta : Erlangga.

NANDA, 2015. Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2015-1017.


Philadelphia : NANDA International.

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai