Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU DAKWAH
BENTUK-BENTUK DAKWAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK V

Nama : Sania Mahulete


Nim : 180202012
Kelas : SOSAG - A

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kesehatan yang telah diberikan
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi dapat teratasi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, kami juga berharap dari pembaca mengenai kritik dan saran yang dapat membangun
pengetahuan kami dalam pembuatan makalah berikutnya.

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Dakwah Bi Al-Lisan ...............................................................................................


B. Dakwah Bi Al-Qalam .............................................................................................
C. Dakwah Bi Al-Hal ..................................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat dipisahkan dari budaya.
Budaya itu yang kemudian membedakan antar satu komunitas dengan komunitas yang lain.
Budaya berpengaruh pula terhadap adat kebiasaan, pola pikir serta sikap setiap individu yang
tergabung di dalamnya. Orang sunda berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi, mulai
bahasa, etika serta standar kepribadiannya. Begitu pula dengan etnis-etnis lain yang ada di
Indonesia bahkan di dunia.

Di era Nabi Muhammad, masyarakat Arab kala itu tersusun atas klan-klan suku. Nabi
Muhammad terlahir dan besar di tengah suku yang terpandang di jazirah Arab kala itu, yakni
Quraisy. Islam datang sebagai agama yang “menuntun” masyarakat Arab agar melaksanakan
perintah Tuhan Allah, serta meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka yaitu dewi-
dewi banatullah Al-Latta, Al-Uzza dan Al-Mannat. Perjuangan Nabi ini tidak mudah sebab
setiap klan tidak menyetujui ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Muhammad. Dengan
kegigihannya, Islam pun berkembang hingga saat ini.

Islamisasi masyarakat Arab yang dilanjutkan dengan Islamisasi masyarakat dunia ini dapat
dilakukan dengan suatu aktivitas bernama dakwah. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan
dakwah dan akan diurai dalam makalah ini, terutama dari pengertian dan ruang lingkupnya

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini menjelaskan tentang bentuk-
bentuk ilmu dakwah yaitu :

1. Dakwah Bi Al-Lisan
2. Dakwah Bi Al-Qalam
3. Dakwah Bi Al-Hal
BAB II

PEMBAHASAN

A. DAKWAH BI AL-LISAN

Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami. Sedangkan kata lisan, dalam
bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah bi al-lisan bisa diartikan: “penyampaian pesan
dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi antara da’i dan mad’u (objek
dakwah). Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiah kepada orang lain.
Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik maka, diperlukan adanya
penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.

Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang
berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah
yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh
kalbu,santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. Da’i dalam
menyampaikan informasi ketika melakukan aktivitas dakwah, hendaklah baik, benar dan
mendidik. Kualitas perkataan seseorang mencerminkan suasana hati. Lisan yang fasih, tegar
dan penuh percaya diri merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan
memiliki semangat untuk menyampaikan kebenaran.

Perkataan yang tersusun rapi dari seorang da’i, merupakan jembatan pembuka hati dan
penggerak rasa bagi yang menerima panggilan/ seruan. Untuk menghasilkan perkataan yang
berkualitas dalam menyampaikan pesan dakwah, para da’i harus memperhatikan kriteria
berikut:

a. Pikirkan terlebih dahulu materi yang akan dibicarakan.


b. Perhatikan kepada siapa materi pembicaraan itu disampaikan. Da’i harus memilih kata
yag tepat untuk disesuaikan denga realitas dakwah dalam mengenal strata mad’u yang
cukup beragam baik pendidikan, pekerjaan, status sosial, bahasa, tradisi dan lain-lain.
c. Cari waktu yang tepat untuk berbicara, yakni menyampaikan pesan dakwah sesuai
dengan moment yang dihadapi.
d. Usahakan agar tempat yang digunakan sesuai dengan materi pembicaraan dan orang
yang diajak berbicara. Misalnya, ketika seorang da’I diundang untuk berbicara di
pengajian arisan keluarga, maka gaya bicara dalam memberikan tausiyah disesuaikan,
misalnya berceramah sambil duduk, sedikit rileks materinya simple, tidak terlalu
panjang.
e. Gunakan sistem, pola, etika dan strategi agar bisa menghasilkan pembicaraan yang baik
dan berbobot. Dakwah bi al-lisan memerlukan sebuah kemasan penyampaian pesan yang
cermat, jitu dan akurat, sehingga tepat mengenai sasaran.Pesan dakwah yang secara
psikologis menyentuh hati mad’u adalah jika materi yang disampaikan itu benar dan
tepat, baik dari segi bahasa maupun logika mad’u.

kekuatan kata-kata dalam kaitannya dengan bahasa dakwah yang dapat merangsang respon
psikologis mad’u, terletak pada jenis-jenis kekuatan:

a. Karena keindahan bahasa, seperti bait-bait syair atau puisi.


b. Karena jelasnya informasi.
c. Karena intonasi suara yang berwibawa.
d. Karena logikanya yang sangat kuat.
e. Karena memberikan harapan/optimisme
f. Karena memberikan peringatan yang mencekam

Bahasa dakwah yang digambarkan dalam Al-Qur’an, yakni tegas dalam menetapkan urusan,
dan halus cara penyelesaiannya. Pemilihan kata-kata yang tepat ketika berdakwah,
diklasifikasikan Al-Qur’an dalam beberapa bentuk sesuai dengan siapa mad’u (objek
dakwah) yang dihadapi,diantaranya:

1. Qaulan balighan (perkataan yang membekas pada jiwa) Menyampaikan pesan dakwah di
hadapan orang-orang munafik diperlukan bahasa yang bisa mengesankan dan membekas
pada hati mereka, sebab dihatinya banyak dusta, khianat serta ingkar janji. Kata ‘baligh’
dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila
dikaitkan dengan qaul (ucapan/komunikasi), ‘baligh’ berarti fasih, jelas maknanya.
Karna itu qaulan balighan dapat diartikan komunikasi yang efektif. Da’i sebagai
komunikator dituntut agar mampu berbicara yang efektif dalam menyampaikan pesan
dakwahnya agar tepat mengenai sasaran.
2. Qaulan layyinan (perkataan yang lembut) Pesan dakwah yang disampaikan kepada
penguasa yang dzalim dan kejam hendaknya dengan lembut karena jika dilakukan
dengan perkataan yang keras dan lantang akan memancing respon yang lebih keras dari
mereka.
3. Qaulan ma’rufan (perkataan yang baik) Pengertian ma’rufan secara etimologi adalah al-
khair atau al-ikhsan yang berarti baik. Jadi qaulan ma’rufan adalah perkataan atau
ungkapan yang pantas dan baik. Allah menggunakan frase ini ketika bicara tentang
kewajiban orang-orang kuat atas kaum dhuafa (lemah). Qaulan ma’rufa berarti
pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran,
menunjukan pemecahan terhadap kesulitan orang lemah.
4. Qaulan maisuran (perkataan yang ringan) Maisuran berasal dari kata yasara-yaisiru-
yusran, yang artinya mudah. Maka qaulan maisuran ialah perkataan yang mudah
diterima, ringan, pantas, dan tidak berbelit-belit. Dakwah dengan qaulan maisuran berarti
pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dipahami, tanpa
memerlukan pemikiran yang mendalam. 5. Qaulan kariman (perkataan yang mulia)
Dakwah dengan qaulan kariman sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia.
Sedangkan pendekatan yang digunakan ialah dengan perkataan yang mulia, santun,
penuh hormat, dan penghargaan, tidak menggurui, sebab kondisi fisik mereka yang mulai
melemah membuat mudah tersinggung apabila menerima perkataan yang keras dan
terkesan menggurui. Oleh karenanya, da’i harus bersikap hormat terhadap mad’u yang
tergolong usia lanjut seperti memperlakukan pada orang tua sendiri.

B. DAKWAH BI AL-QALAM

Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan,
seperti buku, majalah, jurnal, artikel, internet dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai
pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar
ma’ruf dan nahi munkar. Format dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan
kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan waktu, bisa dibaca dimana saja serta
kapanpun. Apalagi publikasi saat ini semakin mudah, jangkauannya juga luas dan tidak
terbatas, terutama tulisan yang disebarkan di internet bisa dibaca banyak orang diseluruh
dunia. Sebuah gagasan menjadi riil dan kongkrit bila ditulis, tidak hanya diucapkan.

Para da’i harus mencontoh kreatifitas ulama salaf yang dikenal gigih dan aktif menulis. Karya
tulis mereka masih tetap eksis dan terus dikaji hingga kini. Karena itulah buku disebut
sebagai jendela ilmu, sebab buku selalu menjadi sumber rujukan utama yang tidak mengenal
basi. Disamping melalui buku, pesan-pesan dakwah bisa dituangkan ke dalam majalah,
majalah dakwah bisa digunaka untuk menyoroti masalah sosial atau dinamika yang terjadi di
masyarakat. Kemudian mengupas masalah tersebut di berbagai sudut pandang yang ditujukan
kepada masyarakat umum, dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh
banyak orang. Untuk mad’u (objek dakwah) yang lingkupnya lebih kecil, maka tulisan pesan
dakwah dapat dipublikasikan lewat buletin, karena formatnya sederhana. Tulisan dalam
buletin umumnya singkat dan padat, serta menggunaka bahasa yang formal dan yang menjadi
objek sasaran adalah komunitas tertentu, seperti para jamaah shalat jum’at di masjid-masjid.

Di era sekarang, peluang dakwah di internet terbuka lebar. Berdakwah lewat internet bisa
dengan membuat blog. Keunggulan internet terletak pada kecepatan akses dan jangkauan
jaringannya yang luas. Dari sinilah, para da’i dituntut tidak hanya memiliki kemampuan
bicara, namun juga kecakapan menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah tulisan.

C. DAKWAH BI AL-HAL

Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja nyata, baik
yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan
bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis atau bahkan acara-acara
hiburan keagamaan. Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah. Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah.

Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang
membutuhkan keberadaan rumah sakit. Dakwah dengan pendekatan amal nyata merupakan
aktivitas dakwah yang harus dilakukan bagi aktivis dakwah, sehingga dakwah tidak hanya
dipahami sebagai ceramah atau dakwah bi al-lisan saja. Karena sesungguhnya dakwah juga
dapat dilakukan melalui tindakan atau amal nyata yang dilakukan sesuai kebutuhan
masyarakat.

Terhadap kaum dhuafa (lemah) diperlukan suatu strategi dakwah yang cocok dan sesuai
dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat kaum dhuafa tersebut. Pemberdayaan
masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan ekonomi, sebagai realisasi dakwah bi al-hal,
adalah cara yang sangat efektif.

Menurut KH. MA. Sahal Mahfudzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan dakwah dapat
ditempuh dengan dua jalan:

1. Memberi motivasi kepada kaum yang mampu, untuk menumbuhkan solidaritas sosial.
2. Yang paling mendasar dan mendesak Dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan
program-program yang langsung menyentuh kebutuhan. Dakwah dengan melalui
pendekatan bi al-hal inilah yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan mad’u
atau sasaran dakwah dari kaum dhuafa. Dengan demikian dakwah dapat menyentuh
sasaran objek dakwah sebab yang diperlukan masyarakat dhuafa adalah tindakan nyata
untuk mengubah kondisi masyarakat miskin yang serba kekurangan menjadi sebuah
keadaan yang lebih baik dan berkecukupan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang terdapat pada BAB II diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiah kepada orang lain.
Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik maka, diperlukan adanya
penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif. Didalam ilmu dakwah
terdapat beberapa bentuk yaitu :

a. Dakwah Bi Al-Lisan
b. Dakwah Bi Al-Qalam
c. Dakwah Bi Al-Hal

B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Samsul Munir Amin, M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. (2010). Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN.

Drs. Suisyanto, M.Pd, Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai