PPKN Artikel
PPKN Artikel
PENJELASAN
Hukum dapat tercipta bila masyarakat sadar akan hukum tanpa membuat kerugian
pada orang lain. Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para
aparat penegak hukum. Menurut Pasal 1 Bab 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat peegak hukum oleh undang-
undang ini adalah sebagai berikut :
Secara umum kekerasan memiliki dimensi yang cukup luas, baik dari segi
filosofi maupun tindakan. Sementara ada pandangan bahwa budaya Indonesia sarat
dengan kekerasan, meskipun hal itu belum tentu benar. Beberapa pakar menganalisis
fenomena kekerasan yang terjadi di masyarakat.
Darmanto Jatman (2000) mengatakan, “Aksi anarki dan teror terjadi karena
negara sudah kehilangan kontrol terhadap masyarakat, sehingga seringkali muncul
pembunuhan massal maupun aksi main hakim sendiri. Yang terjadi berkaitan dengan
lemahnya supremasi hukum, hancurnya kewibawaan eksekutif, sehingga celah itu
dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak menaruh percaya lagi pada hukum.”
Maksudnya, dalam masa perekonomian yang belum stabil, warga yang tidak
mendapat peluang yang halal untuk memperoleh tujuan materialistik akan mencari
jalan pintas dengan memilih melakukan pelanggaran hukum untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya. Kondisi lain yang mendorong tindak kekerasan adalah migrasi
sebagian pemuda dari kota kecil ke kota besar yang hendak mengadu nasib.
Sejak pemisahan Polri dari TNI (ABRI) banyak pertanyaan, mengapa polisi
masih menggunakan kekerasan dalam menghadapi gejolak di masyarakat? Dalam UU
Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri dinyatakan, tugas polisi adalah penegak hukum,
pembina ketertiban dan keamanan masyarakat, serta pelayan masyarakat.
Dalam hal ini, warga masyarakat ditempatkan pada posisi yang patut
disalahkan, informasi masalah dikemas secara sepihak oleh aparat kepolisian, dan
disinyalir untuk membebaskan aparat yang bertanggung jawab atas sebuah
kerusuhan. Lantas dengan cara-cara tertentu dikemas justifikasi bahwa ada pihak-
pihak yang memprovokasi.
Pengawasan internal yang dilakukan Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri
belum berjalan optimal karena hambatan budaya polisi yang berkisar pada solidaritas
(solidarity) dan kerahasiaan (secrecy). Solidaritas polisi mendorong ke arah semangat
saling melindungi antar kawan meski bersalah. Sedangkan implikasi kerahasiaan
adalah, sebagai institusi penegak hukum, polisi merasa tabu membuka aib anggota
yang melanggar hukum, terutama pada strata petinggi polisi.
Apalagi jika dilihat dari struktur keanggotaan yang mendudukkan tiga menteri
di dalamnya, harapan agar Kompolnas menjadi lembaga independen dan mampu
mengontrol tugas-tugas polisi secara cermat, pupuslah sudah. (rdk)
SUMBER ARTIKEL 1
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160629191431-13-141912/kekerasan-
polisi-dan-pelanggaran-ham Senin,14 oktober 2019, 14:41
Oknum Hakim Kembali Tertangkap, Reformasi Penegak
Hukum Dinilai Gagal
Bahkan sistemik atau melembaga," lanjut dia. (baca: Aditya Moha, Kader
Muda Golkar yang Terjerumus Dugaan Suap Hakim) Fickar mengatakan,
penangkapan Sudiwardono merupakan contoh ironi dari upaya reformasi itu. Pejabat
selevel ketua pengadilan yang semestinya menjadi teladan dalam keadilan malah
menjadi pelaku korupsi. Selain itu, Fickar juga menganggap sistem pengawasan
internal dan Komisi Yudisial masih belum optimal. "Sudah tidak bisa mendeteksi dan
bekerja dengan baik karena kejadian terus berulang," kata Fickar.
Di samping itu, perilaku kotor oknum hakim juga mencoreng citra hakim-
hakim lain yang bersih. Menurut dia, baik atau buruknya dunia peradilan yang
tercermin dari putusan hukum ya akan tergantung pada moral dan mental para hakim.
Secara sosiologis, kata Fickar, perilaku oknum penegak hukum peradilan menemukan
sisi pembenaran. Banyak kegiatan kantor pengadilan butuh dana besar yang tidak
mungkin ditutup seluruhnya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Misalnya, sebut Fickar, turnamen golf atau tenis, kegiatan pesta dharma wanita
peradilan, pesta penyambutan tamu, dan sebagainya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Oknum Hakim Kembali
Tertangkap, Reformasi Penegak Hukum Dinilai Gagal",
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/08/10570701/oknum-hakim-kembali-
tertangkap-reformasi-penegak-hukum-dinilai-gagal?page=all.
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/08/10570701/oknum-hakim-
kembali-tertangkap-reformasi-penegak-hukum-dinilai-gagal?page=all , 14 oktober
2019, 17:03
SARAN