Buku Ajar MKB
Buku Ajar MKB
OLEH:
Drs. MURDANI, M.Pd
TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
karuniaNya, sehingga Alhamdulillah buku ajar yang berjudul Mekanika Kekuatan Bahan
telah selesai disusun sesuai dengan rencana.
Penyelenggaraan mata kuliah Mekanika Kekuatan Bahan bertujuan agar mahasiswa
memahami, kekutan bahan dengan mempelari tegangan tarik, tekan, geser, lengkung, puntir
dan tegangan kombinasi pada suatu kontruksi mesin.
Buku ajar ini akan sangat membantu para mahasiswa dalam mempelajari topik-topik
sebagaimana disampaikan diatas. Diharapkan buku ajar ini sebagai dasar dari perkuliahan
Mekanika Kekuatan Bahan. Untuk pendalaman materi perlu dilakukan dengan merujuk pada
daftar pustaka yang dipakai pada buku ajar ini.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pimpinan Fakultas dan Jurusan yang
telah memfasilitasi penyusunan buku ajar ini.. Kritik dan saran kami harapkan demi
sempunanya buku ajar ini. Akhirnya kami berharap buku ajar ini akan bermanfaat khususnya
dalam pengembangan mata kuliah Mekanika Teknik di Jurusan Teknik Masin
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
TINJAUAN MATA KULIAH................................................................................. 4
Diskripsi................................................................................................................... 4
Standar Kompetensi................................................................................................. 4
Kompetensi Dasar.................................................................................................... 4
lndikator................................................................................................................... 4
BAB I. Tegangan Dan Regangan Sederhana........................................................... 5
1.1. Tegangan........................................................................................................ 5
1.2. Regangan........................................................................................................ 6
1.3. Hukum Hooke................................................................................................ 6
1.4. Modulus Elastisitas (Modulus Young).......................................................... 7
1.5. Deformasi Karena Gaya yang Bekrja ........................................................... 7
1.6. Latihan 1................... .................................................................................... 9
BAB II. KONSTANTA ELASTISITAS............................................................... 10
2.1. Regangan Primer atau Linier......................................................................... 10
2.2. Regangan Skuder atau Lateral..... .................................................................. 10
2.3. Rasio Poisan........................................ ......................................................... 11
2.4. Regangan Volumetrik..................................... ................................................. 12
2.4.1. Regangan Volumetrik Benda Persegi Empat Yang Mendapat Gaya
Aksial.................................................................................................................... 13
2.4.2 Regangan Volumetrik Benda Empat Persegi Panjang Yang Mendapat Tiga
2.5. Modulus Bulk.................................................................................................. 17
2.6. Hubungan antara Modulus Bulk dengan Modulus Young............................. 18
2.7. Tegangan Geser .............................................................................................. 19
2.8 Tegangan Geser Prinsipal.............................................................................. 20
2.9. Modulus Geser Atau Modulus Rigiditas...................................................... 21
2.10. Hubungan antara Modulus Elastisitas dengan Modulus Rigiditas............. 22
Latihan 2 ............................................................................................................. 23
3
BAB. III. PEMBEBANAN GESER....................................................................... 24
Latihan 3. ................................................................................................................ 27
BAB. IV BEBAN PUNTIR........................... ...................................................... 29
Latihan 4 .............................................................................................................. 31
BAB. V BEBAN LENGKUNG............................................................................. 33
Latihan 5 .............................................................................................................. 37
BAB. VI BEBAN TEKUK ................................................................................... 38
Latihan 6 ............................................................................................................... 40
BAB. VII BEBAN GABUNGAN ......................................................................... 41
Latihan 7 ............................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 45
4
TINJAUAN MATA KULIAH
5
BAB. I
TEGANGAN DAN REGANGAN SEDERHANA
Tegangan
Setiap material adalah elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika gaya luar bekerja pada
benda, maka benda tersebut akan mengalami deformasi. Ketika benda tersebut mengalami
deformasi, molekulnya akan membentuk tahanan terhadap deformasi. Tahanan ini per satuan
luas dikenal dengan istilah tegangan. Secara matematik tegangan bisa didefinisikan sebagai
gaya per satuan luas, atau:
σ=P
A
dimana
P = beban atau gaya yang bekerja pada benda
A = Luas penampang melintang benda
Pada sistem SI, satuan tegangan adalah pascal (Pa) yang sama dengan 1 N/m2.
1.2 Regangan
Deformasi per satuan panjang disebut dengan regangan. Secara matematis ditulis:
atau
Dimana
ε = regangan,
δl = Perubahan panjang benda
l = Panjang awal benda
6
1.4 Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Tegangan berbanding lurus dengan regangan, dalam daerah elastisnya, atau:
atau
dimana
σ = tegangan
ε = regangan, dan
E = konstanta proporsionalitas atau disebut juga modulus elastisitas atau modulus Young.
Tabel 1.1: Harga E (modulus elastisitas) dari berbagai material.
No Material Modulus Elastisitas (E) dalam GPa
7
Kita tahu bahwa tegangan:
σ=P
A
Maka regangan:
dan deformasi:
Catatan:
1. Rumus di atas baik juga digunakan untuk tekanan
2. Untuk sebagian besar material, modulus elastisitas untuk kompresi sama dengan tarikan.
3. Kadang-kadang dalam perhitungan, tegangan dan regangan tarik diberi tanda positif, dan
tegangan dan regangan tekan/kompresi diberi tanda negatif.
Contoh soal 1.1. Sebuah batang dari baja dengan panjang 1 m dan penampang 20 mm × 20
mm mendapat gaya tarik sebesar 40 Kn. Carilah perpanjangan batang, jika modulus
elastisitas material batang adalah 200 Gpa.
Jawab.
Diketahui: panjang (l) = 1 m = 1 ×103 mm
luas penampang (A) = 20 × 20 = 400 mm2
gaya tarik (P) = 40 Kn = 40 ×103 N
Modulus elastisitas (E) = 200 Gpa = 200 ×103 N/mm2
Perpanjangan batang:
δl = P.l
A.E
= (40 × 103) × (1 × 103)
400 × (200 × 103)
= 0, 5 mm
Contoh Soal 1.2. Silinder berlobang dengan panjang 2 m mempunyai diameter luar 50 mm
dan diameter dalam 30 mm. Jika silinder memikul beban sebesar 25 Kn, carilah tegangan
pada silinder. Cari juga deformasi yang terjadi pada silinder jika harga modulus elastisitas
material silinder adalah 100 Gpa.
Jawab.
8
Diketahui: panjang (l) = 2 m = 2 ×103 mm
diameter luar (D) = 50 mm
diameter dalam (d) = 30 mm
beban (P) = 25 Kn = 25 ×103 N/mm2
modulus elastisitas (E) = 100 Gpa = 100 ×103 N/mm2
Tegangan Pada Silinder
LATIHAN 1
1. Sebuah batang baja dengan panjang 2 m dan penampang 150 mm2 mendapat tarikan
aksial sebesar 15 Kn. Carilah perpanjangan/elongasi batang. Ambil harga E = 200 Gpa.
(jawab: 1,0 mm)
2. Sebuah batang lurus mempunyai panjang 500 mm dan penampang 500 mm2. Carilah
besar beban kompresi dimana panjangnya berkurang 0,2 mm. Ambil E material 200 Gpa.
(jawab: 40 Kn)
3. Sebuah batang logam paduan dengan panjang 1 mm dan penampang 200 mm2 mendapat
gaya tekan sebesar 20 Kn. Jika modulus elastisitas paduan 100 Gpa, carilah penurunan
panjang batang. (jawab: 0,5 mm)
9
BAB. II
KONSTANTA ELASTISITAS
Dari eksperimen ditemukan bahwa regangan aksial yang terjadi pada sebuah benda
selalu diikuti regangan dengan tanda yang berlawanan pada bagian lain yang tegak lurus
terhadapnya. Secara umum, terdapat dua jenis regangan pada benda jika benda tersebut
mengalami tegangan:
1. Regangan primer atau linier.
2. Regangan sekunder atau lateral.
10
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1(b). Dengan cara yang sama, jika batang mendapat
gaya tekan, panjang batang akan menurun sebesar δl yang diikuti oleh peningkatan diameter
dari d ke (d – δd).
Jadi jelas bahwa setiap tegangan langsung selalu diikuti oleh regangan pada arah tegangan
dan regangan dengan tanda yang berlawanan pada arah yang tegak lurus terhadap tegangan
tersebut. Regangan yang tegak lurus terhadap tegangan yang bekerja ini disebut dengan
regangan sekunder atau lateral.
Konstanta ini dikenal dengan Rasio Poisson, dan dilambangkan dengan 1/m atau μ. Secara
matematik:
Contoh soal 2.1. Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar 40 mm dan
tebal 20 mm mendapat tarikan searah aksial sebesar 160 Kn pada arah panjangnya. Carilah
perubahan panjang, lebar dan ketebalan batang. Diketahui E = 200 Gpa dan rasio Poisson =
0,3.
Jawab.
Diketahui: l = 2 m = 2 × 103 mm
b = 40 mm
11
t = 20 mm
P = 160 Kn = 160 × 103 N
E = 200 Gpa = 200 × 103 N/mm2
rasio Poisson, 1/m = 0,3
Perubahan panjang:
Regangan Linier
dimana:
Δv = Perubahan volume
V = Volume awal.
Walaupun ada berbagai cara gaya bekerja pada benda, kondisi berikut perlu untuk
mengetahui regangan volumetrik pada suatu benda:
1. Benda persegi empat mendapat sebuah gaya aksial.
2. Benda persegi empat mendapat tiga gaya yang saling tegak lurus.
12
Gambar 2.2: Regangan Volumetrik.
2.4.1 Regangan Volumetrik Benda Persegi Empat Yang Mendapat Gaya Aksial
Misalkan sebuah batang dengan penampang persegi panjang, mendapat gaya tarik aksial,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Misalkan P = Beban atau gaya tarik yang bekerja pada benda
l = Panjang benda
b = Lebar batang
t = Tebal batang
E = Modulus Elastisitas
1/m = Rasio Poisson
Kita tahu bahwa perubahan panjang: (2.1)
sehingga:
13
Dengan mengabaikan variabel-variabel yang nilainya kecil, maka:
Perubahan volume:
Contoh soal 2.2. Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar 20 mm dan
tebal 15 mm mendapat beban tarik sebesar 30 Kn. Carilah peningkatan volume, jika rasio
Poisson = 0,25 dan modulus Young = 200 Gpa.
Jawab.
Diketahui: l = 2 m = 2 × 103 mm
b = 20 mm
t = 15 mm
P = 30 Kn = 30 × 103 N
rasio Poisson, 1/m = 0,25
14
modulus Young, E = 200 Gpa = 200 × 103 N/mm2
Volume awal batang:
2.4.2 Regangan Volumetrik Benda Empat Persegi Panjang Yang Mendapat Tiga Gaya Yang
Saling Tegak Lurus
Misalkan sebuah benda persegi empat mendapat tegangan langsung pada ketiga sumbunya
yang saling tegak lurus, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 2.3.
15
dengan cara yang sama
Contoh soal 2.3. Sebuah batang dengan panjang 500 mm dan penampang 100 mm × 50 mm
menerima gaya-gaya seperti gambar 2.4. Berapakah perubahan volume batang? Ambil
modulus elastisitas untuk material batang 200 Gpa dan rasio Poisson 0,25.
Gambar 2.4:
Jawab
Diketahui: l = 500 mm
b = 100 mm
t = 50 mm
Gaya pada arah x = Px = 100 Kn = 100 × 103 N (tarik)
Gaya pada arah y = Py = 200 Kn = 200 × 103 N (tarik)
Gaya pada arah z = Pz = 300 Kn = 300 × 103 N (tekan)
E = 200 Gpa = 200 × 103 N/mm2
rasio Poisson = 1/m = 0,25 atau m = 4
Volume awal batang:
V = l × b × t = 500 × 100 × 50 = 2, 5 × 106 mm3
16
dan tegangan pada arah x-x:
dan
Kita juga tahu bahwa regangan resultan pada arah x-x, dengan mempertimbangkan tarikan
adalah positif dan kompresi adalah negatif adalah:
regangan volumetrik:
17
Misalkan sebuah kubus ABCD A1B1C1D1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Katakan kubus mendapat tiga tegangan tarik yang saling tegak lurus dengan besaran yang
sama.
Ambil
σ = Tegangan pada permukaan
l = Panjang kubus
E = Modulus Young untuk material kubus
1. Tegangan tarik sebesar σ karena tegangan pada permukaan BB1 CC1 dan AA1 DD1.
E
2. Regangan lateral tekan sebesar karena tegangan pada permukaan AA1 BB1 dan
DD1 CC1.
3. Regangan lateral tekan sebesar karena tegangan pada permukaan ABCD dan
A1B1C1D1.
Sehingga, regangan tarik netto yang dialami oleh sisi AB karena tegangan-tegangan ini:
(2.2)
Volume awal kubus: V = l3 dan turunannya terhadap l adalah Δv = 3l2 atau
V
18
atau
sehingga
atau
Contoh soal 2.4. Jika harga modulus elastisitas dan rasio poisson sebuah paduan masing-
masing adalah 150 Gpa dan 0,25, carilah harga modulus bulk paduan tersebut.
Jawab
Diketahui: E = 150 GP = 150×103 N /mm2
rasio Poisson, 1/m = 0,25 atau m = 4
Modulus bulk paduan:
19
Gambar 2.7: Regangan geser.
Misalkan sebuah kubus dengan panjang l mempunyai tumpuan tetap pada permukaan dasar
AB. Misalkan sebuah gaya P diberikan pada permukaan DC, tangensial terhadap permukaan
AB. Karena gaya, misalkan kubus berubah dari ABCE ke ABC1D1 melalui sudut θ seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7.
Bukti
Misalkan sebuah blok segiempat ABCD mendapat tegangan geser _ pada permukaan AD dan
CB seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.8. Misalkan ketebalan satu satuan.
Maka gaya yang bekerja pada permukaan AD dan CB:
20
Gambar 2.8: Tegangan Geser Prinsipal
Dapat dilihat bahwa gaya-gaya ini membentuk sebuah kopel, dimana harga momennya
adalah _.AB x AB yaitu gaya X jarak. Jika balok dalam keadaan setimbang, maka harus ada
kopel penyeimbang yang besar momennya harus sama dengan besar momen ini. Misalkan
tegangan geser _ 0 terdapat pada permukaan AB dan CD seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 2.8. Maka gaya-gaya yang bekerja pada permukaan AB dan CD:
Kita bisa melihat bahwa gaya-gaya ini juga membentuk kopel yang besar momennya sama
dengan _.AB x AB. Dengan menyamakan kedua momen ini maka:
atau:
Sebagai akibat dari kedua kopel, diagonal BD balok akan mendapat gaya tarik, sedangkan
diagonal AC mendapat gaya tekan.
atau
21
Misalkan sebuah kubus dengan panjang l mendapat tegangan geser _ seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2.9(a). Terlihat bahwa karena tegangan-tegangan tersebut, kubus
mengalami distorsi, seperti diagonal BD akan bertambah panjang dan diagonal AC akan
bertambah pendek. Misalkan tegangan geser _ akan menimbulkan regangan _ seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2.9(b). Terlihat bahwa diagonal BD akan mengalami distorsi
menjadi BD’.
Kita lihat bahwa regangan linier diagonal BD adalah setengah dari regangan geser dan berupa
tarik. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa diagonal AC adalah juga setengah dari
regangan geser, tetapi berupa tekan. Regangan linier diagonal BD:
Gambar 2.9:
(2.3)
dimana:
C = Modulus rigiditas
Misalkan tegangan geser ini bekerja pada sisi AB, CD, CB dan AD. Kita tahu bahwa
akibat dari tegangan ini akan berupa tegangan tarik pada diagonal BD dan tegangan
tekan pada diagonal AC. Maka regangan tarik pada diagonal BD karena tegangan tarik
pada diagonal BD:
(2.4)
dan regangan tarik pada diagonal BD karena tegangan tekan pada diagonal AC:
(2.5)
22
Efek kombinasi dari kedua tegangan di atas pada diagonal BD
(2.6)
Dengan menyamakan persamaan 2.3 dan 2.6:
Contoh soal 2.5. Sebuah spesimen paduan mempunyai modulus elastisitas 120 Gpa dan
modulus rigiditas 45 Gpa. Carilah rasio Poisson material tersebut.
Jawab.
Diketahui: E = 120 Gpa
C = 45 Gpa
Modulus rigiditas:
LATIHAN 2
1. Sebuah batang baja dengan panjang 1,5 m dan diameter 20 mm mendapat tarikan aksial
sebesar 100 Kn. Carilah perubahan panjang dan diameter batang, jika E = a dan 1/m =
0,32
2. Carilah perubahan panjang, lebar dan tebal dari sebuah batang baja yang panjangnya 4
m, lebar 30 mm dan tebal 20 mm, jika mendapat tarikan aksial sebesar 120 Kn pada arah
panjangnya. Ambil E = 200 Gpa dan rasio Poisson 0,3.
3. Sebuah pelat baja mempunyai modulus elastisitas 200 Gpa dan rasio Poisson 0,3.
Berapakah harga modulus bulk material tersebut?
4. Pada sebuah eksperimen, sebuah batang paduan dengan panjang 1 m dan penampang 20
mm × 20 mm diuji untuk menambah panjang sampai 1 mm ketika diberikan beban tarik
aksial sebesar 6,4 Kn. Jika modulus bulk batang 133 Gpa, carilah harga rasio Poisson.
23
BAB. III
PEMBEBANAN GESER
Pada pembebanan geser, maka akan timbul tegangan geser dan regangan geser.
Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau menyinggung permukaan.
Perjanjian tanda untuk tegangan geser sebagai berikut:
Tegangan geser yang bekerja pada permukaan positif suatu elemen adalah positif apabila
bekerja dalam arah positif dari salah satu sumbu-sumbu positif dan negatif apabila bekerja
dalam arah negatif dari sumbu-sumbu. Tegangan geser yang bekerja pada permukaan negatif
suatu elemen adalah positif apabila bekerja dalam arah negatif sumbu dan negatif apabila
bekerja dalam arah positif.
Sebagai suatu contoh dapat dilihat pada sambungan baut. Tegangan geser pada baut
diciptakan oleh aksi langsung dari gaya-gaya yang mencoba mengiris bahan. Tegangan geser
dapat diperoleh dengan membagi gaya geser terhadap luas.
24
Bagian awal dari diagram tegangan-regangan geser sebuah garis lurus, seperti dalam keadaan
tarik. Untuk daerah elastis linier, tegangan geser berbanding lurus dengan regangan geser,
jadi diperoleh persamaan berikut bagi hukum Hooke untuk keadaan geser.
Tegangan geser pada permukaan-permukaan yang berhadapan besarnya sama tapi arahnya
berlawanan.
Tegangan geser pada permukaan-permukaan yang saling tegak lurus besarnya sama tetapi
memiliki arah-arah yang sedemikian rupa sehingga kedua tegangan mengarah ke, atau
menjauhi garis perpotongan kedua permukaan.
Tegangan geser yang diakibatkan adanya beban P pada sebuah paku keling dengan luas
penampang A, diformulasikan sebagai berikut :
25
Contoh 1
Suatu plat baja sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.7 dihubungkan oleh dua buah baut
dengan diameter 19 mm. Apabila bekerja beban tarik sebesar 80 Kn, hitung gaya geser rata-
rata pada baut.
Penyelesaian
Dianggap beban ditahan sama besar oleh masing-masing baut dan tegangan geser yang
ditimbulkan adalah terdistribusi merata pada setiap baut. Karena hanya ada satu bidang geser
setiap baut, geser reaksi bekerja pada lingkaran dengan diameter 19 mm.
Masing-masing baut menahan 40 Kn (setengah dari total beban). Gaya geser rata-rata adalah:
τ = P = 40.000 N = 141 Mpa
A π/4. (0,019)2
Contoh 2
Tiga buah kayu yang direkatkan satu sama lain (lihat Gambar 4.8) akan digunakanuntuk
menguji kekuatan geser sambungan lem. Beban P sebesar 50 Kn bekerja padakayu. Hitung
tegangan geser rata-rata tiap sambungan.
26
Contoh 3
Struktur baja karbon rendah seperti gambar, diameter 25 mm tegangan geser maksimum 300
Mpa dan tebal bahan 10 mm. Jika modulus elastisitas 80 GN/m2, carilah regangan geser saat
tegangan geser yang diberikan 150 Mpa.
Penyelesaian
Latihan 3:
1. Suatu sambungan dengan baut ditunjukan pada gambar dibawah. Besarnya gaya tarik P
adalah 30 kN dan diameter baut adalah 10 mm. Tentukan nilai rata-rata tegangan geser
yang terjadi pada bidang a-a atau b-b.
a a
P b b P
2. Suatu plat titanium campuran dengan tebal 1/16 in, lebar 1.75 in disambungkan dengan
pengelasan laser dengan sudut pengelasan 45° seperti gambar dibawah. Pengelasan
dilakukan dengan menggunakan sistem laser karbon-dioksida 100 kW. Jika tegangan
geser titanium campuran adalah 65,000 lb/in2 dan sambungan diasumsikan mempunyai
efisiensi 100%, tentukan gaya P yang dapat diberikan.
45o
P P
Las laser 1/16 in
27
3. Sebuah shaft dan puli pada sebuah lubang kunci seperti yang diperlihatkan pada gambar,
gaya putar T pada puli 1 kNm, kunci berukuran 10 mm x 10 mm x 75 mm. Carilah
tegangan geser yang terjadi pada penampang kunci.
4. Sebatang baja siku dilas pada sebuah plat baja. Tegangan geser yang diijinkan adalah
140 MPa dan besarnya leg 10 mm.Tentukan panjang pengelasan minimum pada
baja siku tersebut agar dapat menahan beban maksimum P sebesar 180 kN.
28
BAB. IV
BEBAN PUNTIRAN
Bila suatu bidang dibebani demikian rupa sehingga pada tiap-tiap penampang normal bekerja
suatu kopel yang terletak dalam bidang penampan tersebut, maka batang itu dibebani
puntiran. Penampang normal adalah penampang yang berdiri tegak lurus terhadap sumbu
batang. Pasangan seperti itu disebut “momen puntir’ dan tegangan tegangan yang terjadi
disebut “tegangan puntir’ Lihat gambar.
Wp = 0,2 D untuk batang silindris pejal. Dalam momen kelembaman telah kita ketahui
bahwa untuk batang yang berbentuk pipa di mana garis tengah luarnya D, dan garis tengah
dalamnya = d, maka momen tahanan polarnya adalah:
29
Untuk batang dengan penampang persegi atau persegi empat b h
b b
Wp = 1/6 b3 dan Wp = 1/6 bh2
Tegangan puntir yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan puntir yang diizinkan. Sehingga
momen puntir yang diizinkan menjadi:
T = Torsi (N.m)
L = Panjang batang (m)
J = Momen Inersia Polar, batang silindris pejal = π/32.D4 (m4)
G = C = Modulus Geser/Rigiditas (Mpa)
Dalam peristiwa puntiran terdapat hubungan antara Torsi/puntiran, tegangan puntir dan
susdut puntir sebagai berikut:
Dimana:
τ = tegangan puntir (N/mm2/ Pa)
r = jari-jari poros (m)
T = torsi atau momen puntir (N.m)
J = momen inersia polar (m4)
30
C = G = modulus geser/gelincir (Mpa)
Ɵ = sudut puntir (rad)
L = panjang poros (m)
CONTOH- CONTOH SOAL TEGANGAN PUNTIR (PUTAR) :
1. Untuk pembebanan putar / 31unter pada perancangan poros pejal ( tidak berlobang ) :
Suatu poros pemindah daya memindahkan daya sebesar 97,5 Kw, pada 180 rpm, tegangan
puntir material 60 N/mm2, G = 80x103N/mm2, sudut puntir tidak boleh lebih dari 10/3m.
Tentukan diameter poros tersebut.
Penyelesaian : mencari torsi yang terjadi
P = 2 π.n.T/4500
97,5x104 = 2.π.180.T/60
T = 97,5 x 102 x 60/2.π.180 = 5172 N.m = 5172 x 103 N.mm
Mencari diameter poros
T = π/16. Tegangan puntir material. d3
5172 x 103 = π/16.60. d3
d = 76 mm
Mempertimbangkan keamanan dengan mempertimbangkan susut puntir tidak boleh lebih dari
10/3m, maka gunakan persamaan T/J = G.Ɵ/L
5172 x 103 = 80 x 103. π/180
π /32 d4 3000
d4 = 113200000 d = 105 mm
Dengan demikian diameter poros yang dipakai menggunakan yang 105 mm
31
Panjang poros = 300 cm
Sudut puntir maximum = 1,40 = 1,4 x π/180 rad
Rasio diameter internal dengan eksternal (k) = 3/8
Modulus rigiditas (G) = 8,4 x 104 kg/cm2
Mencari momen puntir rata-rata atau torsi rata-rata Tmean
P = 2 π.n.Tmean /4500
800 = 2 π.110.Tmean/4500
Tmean = 5209 kg.m = 520900 kg.cm
Tmax = 1,2 Tmean = 1,2 . 520900 = 625080 kg.cm
Mencari diameter poros
Tmean = π/16 x τp x do3 [1 – (di /do)4]
do3 = 5114
do = 17,23 cm
Mencari diameter poros dengan mempertimbangkan momen inersia polar sebagai berikut :
Latihan 4
1.
32
2. Pores pejal dari alumunium (G = 4x102) panjang 6 feet, diameter 3 inchi dengan
pembebanan seperti gambar. Tentukan besar sudut 33unter pada C dan tegangan geser
maksimum pada poros tersebut.
33
BAB. V
TEGANGAN LENGKUNG
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu. Jadi,
merupakan tegangan tangensial.
½L ½L
Mb = momen lengkung
= RA.1/2 L
Momen lengkung dapat dicari sesuai dengan konstruksi dan bagaimana pembebanannya dan
jenis beban (beban titik, beban merata, beban campuran).
Wb = momen tahanan lengkung
momen tahanan lengkung (Wb) = I/c
Untuk penampang bulat:
c = jarak dari sumbu netral ke lapisan terluar (untuk bahan berpnampang bulat c = ½ d)
I = momen inersia ( bahan berpenampang bulat I = π/64. D4 )
Wb = π/64. D4
½.d
Wb = π /32. D3 = 0,1 d3
Untuk penampang lain, dapat dicari dari tabel momen inersia terhadap garis yang melalui
titik pusatnya
Contoh soal
1. Sebuah batang silindris dijepit seperti gambar, jika tegangan maksimum 150
MN/mm2 , tentukan diameter batang tersebut.
34
Penyelesaian :
35
Tentukan tegangan lentur maksimum yang terjadi pada sebuah irisan 2 m dari
Ujung bebas.
Penyelesaian :
3. Seperti soal nomor 2, andaikata penampang potongan c-c seperti gambar berikut :
36
satuan: mm
Penyelesaian :
Menentukan titik berat penampang
Besarnya tegangan lentur maksimum pada potongan c-c 2m dari ujung bebas
37
Latihan 5.
1. Tentukan tegangan lengkung maksimum dalam balok dengan penampang seperti
gambar.
3. Suatu balok kantilever berpenampang bulat dengan diameter 100 mm menahan beban
seperti pada gambar. Tentukan tegangan lentur maksimumnya.
38
BAB. VI
TEGANGAN TEKUK
Pada batang yang panjang jika diberi beban tekan maka akan terjadi lengkungan dan ini
dinamakan tekukan. Oleh karena penurunan rumus untuk tekukan tidak mudah, maka akan
diberikan rumus-rumus yang banyak dipakai. Euler membedakan empat hal tentang tekukan
seperti dijelaskan dibawah ini.
Keterangan :
Ptk = Pembebanan tekuk (kg) P = Pembebanan yang dijinkan
39
Pembebanan yang diijinkan P ≤ Ptk/v
dalam praktiknya pembebanan yang diijikan P ≤ 10. Ptk/v
Ptk
Rumus Euler hanya berlaku jika angka kerampingan batang (λ) >
Jika angka kerampingan batang lebih kecil, maka menggunakan rumus empiris dari Von
Tetmajer.
40
Apabila untuk suatu bahan tertentu diketahui E dan σp, maka kita dapat menghitung
angka kerampingan batang, hasilnya untuk menentukan apakah boleh memakai rumus
Euler atau tidak.
Berikut adalah tabel, besarnya E, σp dan λ dari bahan
Rumus berikut ini dapat dipakai untuk kerampingan antara 10 dan 105.
Untuk badja dengan E:2.100.0000 kg/cm2 dan σp : 1900 kg/cm , maka untuk hal tekukan II
(kedua ujung bekerdja sebagai engsel), rumus Von Tetmayer untuk pembebanan tekuk:
Contoh soal :
1. Suatu batang mempunyai panjang 3 m dan penampang jang berbentuk lingkaran dari
5 cm. Bahan itu terdiri dari badja dengan E : 2.100.000 kg/cm2 dan σp, : 1900
kg/cm2. Berapa pembebanan-tekan yang diijinkan maks, apabila kedua udjung dari
batang dilekatkan hingga dapat bekerja sebagai engsel dan koefisien-keamananya
harus = 5.
Penyelesaian :
Pertama-tama dihitung kerampingan batang yaitu
41
λ = 300 = 230
√33/19,7
Jadi harus memakai rumus Euler, karena 230 > 105. Untuk hal ini kita harus
memakai rumus
2. Pandjang dari suatu batang adalah 1 m, ketentuan lain seperti contoh soal nomor 1.
Berapakah besarnja pembebanan jang diidjinkan?
Penyelesaian :
Karena angka kerampingan bahan lebih kecil yaitu 76,5 < 105, maka menggunakan
rumus empiris dari Von Tetmajer
Latihan. 6
1. Suatu batang berpenampang persegi panjang
30mm x 20mm, dibebani tekuk seperti gambar.
Panjang batang 2 m, E = 200 Gpa.
hitunglah tegangan tekuknya.
42
BAB. VII
TEGANGAN BEBAN GABUNGAN
1. Beban tekan dan lengkung/bending
P1 a P2
A B
+P2.a
Wb
A B -P2.a
Wb
-P1 -P1
A A
+P2. a - P1 -P2.a – P1
Wb A Wb A
P P
P Cos α
P Sin α
Teg. A = P.Cos α + P Sin α. a
A Wb
a
P Cos α
P Sin α Teg. A = - P.Cos α + P Sin α. a
A Wb
P P Teg. B = - P.Cos α - P Sin α. a
A Wb 43
A B A B
a
Da
σtk = P1
Dalam hal terakhir, perlu diperiksa terhadap tegangan tekuk yang diijinkan, yaitu A
P1 = Beban tekuk yang diijinkan
Pada bahaya tekuk maka σtk + σb ≤ 1 σtk = P.Cos α dan σb = P Sin α. a
σtk σb A Wb
3. Lengkung berganda
P1 P1
a
1
B B
A
A C
C P2 h
D
D
a
P2
2
b
P1 menyebabkan momen lengkung terhadap ABCD yaitu Mb1 = P1.a1.
Tegangan bengkok/bending (σb1) = Mb1/Wb1 = P1.a1
1/6.b.h2
σb1 adalah tegangan tarik pada AB dan tegangan tekan pada CD
P2 menyebabkan momen lengkung terhadap ABCD yaitu Mb2 = P2.a2
Tegangan bengkok/bending (σb2) = Mb2/Wb2 = P2.a2
1/6.h.b2
σb2 adalah tegangan tarik pada AD dan tegangan tekan pada BC
Dititik A dari penampang ABCD, kedua momen tersebut menyebabkan tegangan tarik
maksimum sehingga didapat σbA = σb1 + σb2. Sedangkan dititik C, kedua momen tersebut
menyebabkab tegangan tekan maksimum sehingga didapat σbC = - σb1 - σb2.
4. Lengkung dengan puntiran
Pada penampang yang diarsir terjadi Momen
P1 bengkok Mb = P1 x a1 dan Momen puntir
a Mpt = P x a2
1
Akibat adanya dua momen ini, maka terjadi
apa yang disebut dengan Momen Bengkok
Ideal Mi = √ Mb2 + Mpt2
P2
a/2
a/2
P1
Bahwa peristiwa yang menimbulkan momen lengkung akan terdapat tegangan lengkung dan
tegangan tersebut juga merupakan tegangan tarik atau tekan. Maka pada peristiwa tarik/tekan
dengan puntiran dapat dipakai rumus peristiwa lengkung dan puntiran yaitu M i (momen
ideal). Adanya momen ideal dapat dicari tegangan ideal yaitu : σi = Mi / Wb = √ Mb2 + Mpt2
σi2 = Mb2 + Mpt2 untuk penampang bulat Wb = ½ Mpt Wb
Wb2 Wb2
σi2 = Mb2 + Mpt2 = σb2 + 4 σpt2 …….. jadi σi = √ σb2 + 4 σpt2
Wb2 ¼ Wpt2
Oleh karena tegangan lengkung sama dengan tegangan tarik atau tekan, maka untuk peristiwa
tarik atau tekan dengan puntir diperoleh : jadi σi = √ σt2 + 4 σpt2
σt = P2/A
σpt = Mpt = P1. a
Wpt 0,2.d3
Pada peristiwa tekan dengan puntir untuk bahan getas
σi = μ – 1. σt + μ + 1. √ σt2 + 4 σpt2
2. μ 2. μ
μ = koefesien kontraksi, untuk bahan dari baja μ – 1. = 0,35 dan μ + 1. = 0,65
2. μ 2. μ
45
Contoh soal tegangan gabungan. a
P1 P2
1. Bila pada gambar diketahui :
P1 = P2 = 6000 kg
a = 10 cm
A B
Penampang dari tiang adalah segi panjang dengan sisi – sisi 10 cm dan 6 cm. Maka tegangan
maksimumnya dapat kita cari sebagai berikut :
Penyelesaian :
Tegangan di A = σa = +P2.a - P1
Wb A
Dalam hal ini :
A = 10 x 6 = 60 cm2
Wb = 1/6 x lebar x tinggi kwadrat.
Wb = 1/6 x 10 x 62 = 60 cm3
Jadi σa = 6000 x10 - 6000 = 900 kg/cm2
60 60
σa = 900 kg / cm2
Tegangan di titik B : σB = - P2.a - P1
Wb A
= - 6000 x 10 -
60
= - 1100 kg / cm2
Jadi tegangan maksimum adalah suatu tegangan tekan sebesar 1100 kg / cm2 , sedangkan
tegangan tarik maksimum adalah 900 kg / cm2.
Latihan. 7
1. Suatu plat seperti gambar disamping, dibebani tarik.
Tentukan distribusi tegangan pada penampang A-A.
46
3. Kait baja yang ukurannya terlihat pada gambar, memikul beban kebawah sebesar 71,2 kN
Tentukan tegangan maksimum dalam pengait ini.
150 mm
71,2 kN
50 mm
150 mm
47
DAFTAR PUSTAKA
A. Nash, B., Sturgess, C.E.N., 1972. Theoy and Problem of Strength of Material,
Schaum’s Outline series, McGraw-Hill International Book Company, Singapore.
Hearn, E.J., 1985, Mechanical of Material, Second Edition, Volume 1; 2, UK: Pergamon
Press Limited.
Khurmi, R.S., 1984, Strength of Materials, New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
Mott, R.L., 1985, Machine Elements in Mechanical Design, Charles E. Merrill Publishing
Compan, Columbus, Ohio, USA.
Popov, E.P., Nagarajan, S., Lu, Z.A., Tanisan Zainul Astamar, Z., Mekanika Teknik,Edisi
kedua (versi SI), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
Ress, D.W.A., 1922, the Mechanic of Solid and Structures, Singapore: McGraw-Hil Book
Company.
Singer, F.L., Sebayang, D., Kekuatan Bahan, Penerbit Erlangga, Edisi3, Jakarta, 1985.
48