Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

B DENGAN POST
PARTUM NORMAL DI KLINIK LTM SIREGAR

OLEH
KELOMPOK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya

penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi

setiap penduduk untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal, yaitu sempurnanya kesehatan fisik dan mental. Pembangunan

kesehatan itu merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan

pembangunan nasional yang harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti

yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada

upaya penyembuhan saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif

dan rehabilitatif. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan

diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan para ibu

post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah

melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis,

mastitis, trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan

merupakan penyebab terbanyak kematian wanita selama periode post

partum.

Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa angka kematian ibu

di Indonesia karena perdarahan post partum mempunyai peringkat yang

tinggi, salah satu penyebab perdarahannya adalah Atonia uteri atau tidak

1
2

adanya kontraksi pada uterus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60%

kematian ibu akibat kehamilan setelah terjadi persalinan dan 50% kematian

nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Bobak, 2004).

Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul,

maka diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan

yang komprehensif.

Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal

dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan

terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002).

B. Identifikasi masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B dengan Post

Partum Normal Di Klinik LTM Siregar

C. Tujuan umum dan khusus

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum adalah untuk mendapatkan gambaran dan

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan post partum normal.

2. Tujuan khusus

Mahasiswa mengetahui dan mampu :

a. Melakukan pengkajian pada Ny. B dengan post partum normal.


3

b. Menyusun dan menentukan prioritas masalah keperawatan pada Ny. B

dengan post partum normal.

c. Menyusun rencana keperawatan pada Ny. B dengan post partum

normal.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. B dengan post partum

normal.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. B dengan post partum

normal
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan

serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan

janinnya melalui jalan lahir (Hacker, 2001).

Persalinan normal adalah proses alamiah yang dialami aleh setiap

manita hamil cukup bulan dengan kehamilan normal.

Persalinan tidak normal adalah jika bayi dilahirkan sebelum waktu

(prematur), lewat waktu (postmatur) atau dengan bantuan alat, seperti

forseps, ekstrasi vakum, atau bisa juga lewat pembedahan (bedah caesar)

(Edjun, 2004)

Masa nifas atau post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai

keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu.

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru

pulih kembali seperti sebalum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

Ada yang membagi nifas dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan dimana dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

5
6

2. Puerperium intermedial adalah pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.

B. Etiologi

Penyebab mulainya persalinan.

Penyebab persalinan belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang turut

berperan dan saling berkaitan.

1. Perubahan kadar hormon

Perubahan kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan

terjadi sebagai berikut :

a. Kadar progesteron menurun (relaksasi otot menghilang).

b. Kadar esterogen dan prostaglandin meninggi.

c. Oksitosin pituitari dilepaskan (pada kebanyakan kehamilan, produksi

hormon ini akan disupresi).

2. Distensi uterus

Distensi uterus menyebabkan terjadinya hal berikut :

a. Serabut ototyang teregang sampai batas kemampuan nya akan

bereaksi dengan mengadakan kontraksi.

b. Produksi dan pelepasan prostagladin F miometrium.


7

c. Sirkulasi plasenta mungkinterganggu sehingga menimbulkan

perubahan hormonal (seperti atas).

3. Tekanan janin

Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam uterus, ia

akan menyebabkan :

a. Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus.

b. Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul

kontraksi.

4. Faktor-faktor lain

a. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah.

b. Gangguan emosional yang kuat (lewat rantai korteks-hipotalamus

hipofise) dapat menyababkan pelepasan oksitosin.

C. Manifestasi klinis

1. Adapun tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Lightening atau pengosongan

Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lebih lega dan lebih

mudah bernafas. Tetapi akibat pergeseran ini terjadi peningkatan

tekanan pada kandung kemih sehingga akan lebih sering berkemih.

b. Persalinan palsu

Selama 4 sampai 8 minggu akhir masa kehamilan rahim menjalani

kontraksi tak teratur dan bersifat sporadik. Pada bulan terakhir

kehamilan, kadang-kadang setiap 10 sampai 20 menit dengan


8

intensitas lebih besar. Mengeluh merasa nyeri yang menetap pada

punggung bagian bawah dan tekanan pada sakroiliaka. Kadang-

kadang mengalami kontraksi yang kuat, sering (braxton hicks).

c. Pembukaan serviks

Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatan kandung air dan

lisis kolagen. Pembukaan secara serentak, atau penipisan sementara

serviks itu melebar ke dalam segmen bawah uterus. Lendir vagina

yang keluar semakin banyak akibat besarnya kongesti selaput lendir

vagina. Lendir serviks berwarna kecoklatan atau bercak darah (bloody

show) keluar. Serviks menjadi lunak (matang), sebagian menipis dan

berdilatasi ketuban pecah dengan spontan (jensen, 2005).

Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan :

1. Power yaitu kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot

volunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafrakma sewaktu ibu

mengejan atau meneren.

2. Passage bagian tulang punggul, serviks, vagina dan dasar panggul

(displacement).

3. Passager terutamam janin (secara khusus bagian kepala janin) plus

plasenta, selaput dan cairan ketuban/amnion.

Gambar jalannya persalinan secara klinis ditemukan sebagai berikut :

1. Tanda persalinan sudah dekat

a. Terjadinya lightening.

b. Terjadinya his permulaan (palsu).


9

2. Tanda persalinan

a. Terjadinya his persalinan.

b. Terjadinya pengeluaran pembawa tanda.

c. Terjadinya pengeluaran cairan.

3. Pembagian waktu persalinan

a. Kala I = sampai pembukaan lengkap.

b. Kala II = pengusiran janin.

c. Kala III = pengeluaran uri.

d. Kala IV = observarsi 2 jam.

4. Pimpinan persalinan

Sikap menghadapi setiap pembagian waktu persalinan.

5. Perawatan diruang inap

Konsep rawat gabung dan mobilisasi dini.

D. Komplikasi

Komplikasi post partum (Varly, 2000: 267-273)

1. Infeksi puerpeural, yang disebabkan oleh persalinan lama, KPD dan

teknik aseptik yang tidak dipatuhi.

2. Trauma traktus genitourinarius yang terinfeksi.

3. Endometritis

4. Mastitis

5. Tromboflebitis

6. Emboli pulmonal
1
0

7. Perdarahan post partum

8. Depresi pasca partum

E. Pemeriksaan penunjang

a. Hemoglobin

b. Hematokrit

c. Golongan darah

d. Luekosit

F. Adaptasi fisiologis dan psikologis post partum

1. Adaptasi fisologis

a. Tanda-tanda vital

Suhu 24 jam pertama meningkat kurang dari 38°C akibat adanya

dehidarasi dan perubahan hormonal, relaksasi otot, normal kembali

dalam 24 jam pertama, bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka

pasien menunjukan adanya sepsis peurpeural infeksi traktus

urinarius, endometriasis, mastistis pembengkakan payudara pada hari

kedua ketiga dapat menyebabkan peningkatan suhu pasien.

b. Sistem kardiovoskuler

Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takhikardi bisa terjadi

merefleksikan atau menunjukan adanya kesulitan dalam proses

persalinan atau persalinan lama, perdarahan yang berlebihan

(hemorogie post partum).


11

c. Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolok 30

mmHg atau penambahan diastolik 15mmHg khususnya bila diseratai

adanya sakit kepala atau gangguan pengelihatan.

d. Laktasi

Produk ASI mulai hari ke-4 post partum, pembesaran payudara,

puting susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola

mamae berwarna hitam dan kembali normal setelah minggu pertama.

e. Sistem gastrointestinal

Pengendalian fungsi defekasi lambat dalan minggu pertama,

peristaltik usus terjadi penurunan segera setelah bayi lahir.

f. Sistem muskulo skeletal

Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema ekstremitas bahwa

akan berkurang dalam minggu pertama.

g. Sistem perkemihan

Kandung kemih oedema dan sensitifitas menurun sehingga

menimbulkan overdestension.

h. Sistem reproduksi

Terjdi proses involusio uteri dimana terjadi perubahan penebalan alat

genetalia interna dan eksterna ang berangsur-angsur pulih kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosastro, 2000:237).

Macam-macam lochea atau darah niifas adalah :

(1)Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari

kedua paska persalinan.


1
2

(2)Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari

ketiga sampai hari ketujuh paska persalinan.

(3)Lochea serosa : berwarna merah kekuningan pada hari ketujuh

sampai hari keempat belas paska persalinan.

(4)Lochea alba : berwarna putih setelah dua minggu paska persalinan.

i. Sistem indokrin

Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV persalinan.

Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan progesteron.

Prolaktin menurun pada wanita yang tidak meneteki bayinya dan akan

meningkat pada wanita yang meneteki. Menstruasi biasanya setelah

12 minggu post partum pada ibu yang tidak menyusui dan 36 minggu

pada ibu yang menyusui.

j. Induksi oksitosin

Sifat farmakologi oksitosin adalah kontraksi bersifat ritmik, sedikit

bersifat deuritik, waktu paruh sangat singkat (3 menit) dan awal kerja

5 menit. Syarat pemberian oksitosin, kelahiran aterm, ada kemunduran

his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi, sefalopelvik, janin

presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai

mendatar dan mulai membuka). Induksi persalinan kemungkinan

besar akan berhasil bila skor bishop lebih dari 8.

k. Payudara bengkak (Engorgement)

Payudara terasa lebih penuh / tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau

keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe,


13

tanda bahwa ASI mulai banyak di sekresi. Sering terjadi pada

payudara yang elastissitasnya kurang. Bila tidak dikeluarkan , ASI

menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi menonjol, puting

lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah

mengkilap, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.

Untuk pencegahan susukan bayi setelah lahir bila memungkinkan

tanpa dijadwal (on demand) keluarkan ASI dengan tangan.

l. Prolaktin

Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat pada trimester

pertama dan meningkat secara progresif sampai aterm. Secara umum

diyakini bahwa walaupun semua unsur hormontal (estrogen,

progesteron, tiroid, insulin dan kartisol bebas) yang diperlukan untuk

pertambuhan payudara dan produksi susu terdapat dalam kadar yang

meningkat selama kehamilan kadar estrogen yang tinggi menghambat

pengikatan prolaktin pada jaringan. Sehingga menghambat efek

proloktin pada epitel target.

m. Estrogen

Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi :

1. Pertumbuhan uterus.

2. Pertumbuhan payudara.

3. Retensi air dan natrium.

4. Pelepasan hormon hipofise.


1
4

n. Progesteron

Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui :

1. Relaksasi otot polos.

2. Relaksasi jaringan ikat.

3. Kenaikan suhu.

4. Perkembangan duktus laktoferus dan alveoli.

5. Perubahan sekretonik dalam payudara.

2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.

Setelah melahirkan secara bertahap.

a. Fase taking in

Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan. Ibu

membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energi pada

bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan

menerima informasi kurang.

b. Fase taking hold

Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat

sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang

hal-hal baru.

c. Fase letting go

Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga

telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi.


15

G. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (Dongoes, 2010)

Tujuan : nyeri berkurang.

Kriteria hasil : mengungkapkan hilang nya nyeri setelah dilakkukan

tindakan, dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri berkurang.

Intervensi :

a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri.

b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri.

c. Kaji suhu dan nadi.

d. Ajarkan teknik relaksasi.

e. Kolaborasi pemberian analgetika.

2. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi berhubungan

dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000).

Tujuan : pasien dapat mendemonstrasikan dan mengungkapkan

pemahaman diri post partum.

Kriteria hasil :

a. Pasien paham cara-cara perawatan diri dan bayi.

b. Pasien mampu mendemonstrasikan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.

b. Beri informasi tentang perawatan diri dan dan bayi.

c. Beri pendidikan kesehatan.

d. Dorong pasien untuk melakukan sendiri.


1
6

e. Libatkan keluarga ketika memberi pendidikan kesehaatan.

3. Perubahan pola eliminasi: BAB (konstipasi) berhubungan dengan

penurunan otot abdomen, penurunan peristaltik usus (Doenges, 2000).

Tujuan : pola eliminasi normal.

Kriteria hasil : pasien bila BAB dengan konstipasi lembek.

Intervensi :

a. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAB.

b. Berikan cairan per-oral 6-7gelas perhari.

c. Observasi penyabab gangguan eliminasi BAB.

d. Ajarkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.

e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.

f. Kolaborasi pemberian diit tinggi serat.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (Doenges,

2000).

Tujuan : infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a. Luka episiotomi membaik.

b. Tidak ada tanda infeksi.

Intervensi :

a. Monitor tanda vital terutama suhu.

b. Observasi tanda-tanda infeksi .

c. Lakukan perawatan luka.

d. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.


17

e. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik.

f. Jaga kebersihan sekitar luka.

5. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan pasca

partum.

Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil :

a. Individu akan mempertahankan masukan cairan dan elektrolit.

b. Mengidentifikasi cairan yang abnormal dan mengganti cairan sesuai

dengan kebutuhan.

c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal.

Intervensi :

a. Beritahu pasien tentang jumlah lochea yang normal.

b. Anjurkan untuk menghubungi dokter bila pengeluaran lochea

berlebihan.

c. Hindari masase yang tak perlu pada fundus, yang dapat menyebabkan

relaksasi uterus dan hemoragic.

d. Ppertahankan cairan parenteral sesuai instruksi.

e. Ukur intake dan output cairan.

6. Perubahan proses keluarga, parenting berhubungan dengan kelahiran

anak I, harapan tidak realistik dan stresor (Doenges, 2001).

Tujuan : klien dan pasangan menceritakan perasaan berkenaan dengan

menjadi orang tua dan secara aktual melakukan tugas perawatan bayi.
1
8

Intervensi :

a. Kaji usia status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar

belakang budaya.

b. Dorongan untuk menceritakan kesulitan mmenjadi orang tua .

c. Beri informasi tentang kebutuhan dan perawatan bayi.

d. Biarkan orang tua mengawasi perawat saat merawat anak.

e. Beri dorongan orang tua untuk ikut serta dalam perawatan.


19

H. PATHWAY

Proses keluarnya hasil


Konsepsi melalui jalan lahir

Kala IV
(2 jam post partum)

Setelah kala IV

Adaptasi Fisiologis Adaptasi Psikologis

Penurunan hormon episiotomy komplikasi sensitifitas otot taking in taking hold

Esterogen & progesteron terputusnya kontinuitas leting go

jaringan pendarahan motilitas dan tonus otot kelahiran anak I belum

Menstimulasi hippofisis jalan masuk kuman volume cairan konstipasi pengalaman


menurun
Anterior & posterior
Resti Perubahan Perubahan proses
Resti kurang pola
infeksi keluarga Kurang informasi
volume cairan eliminasi
Sekresi sekresi BAB
Prolaktin oxytoxin
Kurang pengetahuan tentang
perawatan diri pasca partum
Laktasi & BBL dan perawatan
payudara
Pengeluaran ASI tidak lancar

Pembengkakan payudara

nyeri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Ny. B

Umur : 37 Tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : Sma

Pekerjaan : Karyawan swasta

Suku/ Bangsa : Batak

Alamat : Dusun I Jln. Binjai km. 108 Gg. Merpati

Tanggal pengkajian : 03- DES -2019

1. Biodata

Nama Ny. B 37 tahun, perempuan, Kristen, SMU, karyawati.

Penanggung jawab Tn. Y 40 tahun, laki-laki, Kristen, SMU, karyawan, .

2. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan.

3. Riwayat kesehatan

Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan setelah melahirkan anak

pertamanya yang mempunyai BB 3700 gram dan pasien mengatakan

kurang paham tentang perawatan payudara. Pasien mengatakan belum

pernah mondok di rumah sakit. Tidak mempunyai riwayat penyakit

jantung, DM (Diabetes Mellitus), Hipertensi dan Asma. Di dalam

anggota keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

keturunan maupun alergi. Pasien menarche pada usia 13 tahun, lama haid
7 hari, warna haid merah segar, siklus haid 28 hari, jumlah pembalut 2

pembalut dalam 1 hari, dan tidak ada keluhan. Menikah pada waktu usia

19 tahun, lama pernikahan sudah 1 tahun, pernikahan yang pertama,

memiliki 1 anak. G1P1A0, melahirkan pd tanggal 24 mei 2010, tidak

20
21

mengalami komplikasi/penyulit, melahirkan dengan normal, di tolong

oleh Bidan dengan melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BB 3700

gram dengan keadaan sehat dan baik. Pasien mengatakan belum pernah

KB.

4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari :

a. Nutrisi

Pasien mengatakan makan 3kali sehari dan memperbanyak sayuran

hijau, pasien mengatakan lebih banyak makan sayuran dan buah-

buahan, pasien mengatakan minum 7-8 gelas perhari dan diselingi

minum susu, pasien mengatakan tidak ada keluhan.

b. Eliminasi

Pasien mengatakan selama hamil BAK lebih sering terutama pada

trimester ke 3 yaitu 7-9 kali dalam sehari, setelah melahirkan pasien

mengatakan BAK 5-6 kali dalam sehari, dan pasien mengatakan BAB

1 kali dalam sehari, pasien mengatakan tidak ada keluhan.

c. Istirahat

Selama hamil pasien mengatakan tidur selama 6-7 jam pada malam

hari dan tidak pernah tidur siang karena bekerja, setelah melahirkan

pasien mengatakan tidur selama 7-8 jam pada malam hari dan sering

terbangun untuk menyusui bayinya, jika ada waktu senggang pasien

lebih sering menggunakannya untuk berkumpul sambil nonton tv

bersama keluarga, pasien mengatakan tidak ada keluhan.


22

d. Aktifitas

Selama hamil pasien mengatakan selama hamil masih bekerja tapi

dengan hati-hati dan tidak terlalu capek, setelah melahirkan pasien

mengatakan untuk sementara cuti dari pekerjaannya dulu dan

mengurangi kegiatannya dan juga tidak banyak bergerak karena masih

takut dengan luka jahitannya, pasien mengatakan masih takut untuk

bergerak karena masih merasakan nyeri pada luka jahitannya.

e. Hygiene

Pasien mengatakan selama hamil dan setelah melahirkan mandi 2 kali

sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1 kali dalam 2 hari dan ganti

pakaian 2 kali sehari, pasien mengatakan tidak ada keluhan.

f. Riwayat psikologis dan spiritual

Pasien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak

pertamanya ini, pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang

sekali dengan kelahiran anak pertamanya ini, pasien beragama islam

dan rajin menunaikan sholat 5 waktu dan rajin berdoa.

g. Riwayat sosial budaya

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya cukup harmonis,

pasien mengatakan hubungan dengan tetangganya cukup baik, pasien

mengatakan selama masa nifas dilarang mertuanya untuk tidak

mengerjakan pekerjaan yang berat-berat dulu.


23

h. Pengetahuan ibu

Pasien mengatakan selama masa nifas harus memperbanyak makan

sayuran hijau seperti daun katub untuk memperlancar pangeluaran

ASI, pasien mengatakan ASI sangat baik untuk bayinya, untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan juga untuk kekebalan

tubuh bayinya, pasien mengatakan sedikit paham tentang makanan

untuk bayinya, pasien mengatakan akan memberikan ASI eksklusif

bagi bayinya selama beberapa bulan kedepan dan jika sudah mulai

bekerja akan tetap memberikan ASI eksklusif tapi diselingi dengan

susu formula, pasien mengatakan kurang begitu paham tentang

perawatan payudara yang benar, pasien mengatakan dalam perawatan

bayinya masih dibantu oleh keluarganya.

5. Pemeriksaan fisik

a. Hasil tanda-tanda vital

Keadaan umum pasien baik, kesadaran pasien composmentis, status

emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit,

respirasi 24 kali/menit, suhu 36,8° C, berat badan 49 kg, tinggi badan

158 cm.

b. Keadaan umum

Kepala mesochepal tidak ada benjolan, rambut hitam lurus, muka

simetris bersih, mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,

telinga simetris, bersih, pendengaran baik, mulut mukosa lembab, gigi


24

bersih, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, bagian dada pada

jantung inspeksi ictus kordis tidak tampak, palpasi ictus cordis tidak

tampak, perkusi redup, auskultasi regular, pada paru-paru inspeksi

pengembangan dada kanan kiri sama, palpasi tidak terdapat nyeri

tekan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler, mamae putting susu

menonjol, aerola hiperpigmentasi, ASI dapat keluar, payudara lunak

tidak bengkak, abdomen inspeksi terdapat linea nigra, tidak ada nyeri

tekan, palpasi tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat,

perkusi tympani, genetalia lochea sangoelenta, warna merah

kecoklatan, jumlah pembalut 2 kali dalam 1 hari, ekstremitas atas

bawah dapat berfungsi dengan baik tidak ada oedema, tidak ada

varises, perenium dan anus terdapat 1 jahitan pada perenium, keadaan

luka kering, tidak ada tanda radang.

c. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorim yang menunjang.

d. Obat-obatan yang sudah didapat

Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet, sf 3 kali 1 tablet, antalgin 500 mg 3

kali 1 tablet.
25

B. Data fokus

1. Data subyektif :

Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien mengatakan nyeri saat

bergerak pada luka jahitan, pasien mengatakan skala nyeri 4, pasien

mengatakan kurang begitu paham tentang perawatan payudara.

2. Data obyektif :

Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak berhati-hati ketika

bergerak, P : dirasakan seperti berdenyut-denyut, Q : nyeri ketika

melakukan pergerakan, R : nyeri pada luka jahitan perineum/episiotomy,

S : skala nyeri 4, T : nyeri terasa sering dan tak tentu waktunya ketika

bergerak, pasien tidak begitu paham tentang perawatan payudara, pasien

menggeleng saat di tanya, keadaan luka jahitan kering, terdapat 1 jahitan,

tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8°C, respirasi 84

kali/menit, nadi 24 kali/manit.

C. Analisa data pasien

1. Data subyektif pasien mengatakan nyeri saat bergerak pada luka jahitan,

data obyektif pasien tampak menahan nyeri , skala nyeri 4, P : dirasakan

seperti berdenyut-denyut, Q : nyeri ketika melakukan pergerakan, R :

nyeri pada luka jahitan perineum/episiotomy, S : skala nyeri 4, T : nyeri

terasa sering dan tak tentu waktunya ketika bergerak, etiologi :

terputusnya kontinuitas jaringan, problem : nyeri.


26

2. Data subyektif pasien mengatakan kurang begitu paham tentang

perawatan payudara, data obyektif pasien menggelengkan kepala saat

ditanya tentang perawatan payudara, etiologi : kurangnya sumber

informasi, problem : kurang pengetahuan.

3. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien

mengatakan skala nyeri 4, data obyektif keadaan luka kering, terdapat 1

jahitan, Redness : tidak ada, ecimosis : tidak ada, edema : tidak ada,

discharge : tidak ada, approximately : tidak ada, etiologi : adanya luka

insisi perineum, problem : resiko tinggi infeksi.

D. Prioritas masalah

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

perineum/episiotomy.

E. Rencana keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama2x24 jam diharapkan

nyeri berkurang dengan kriteria hasil pasien tampak rileks, skala nyeri 1,

pasien mengatakan nyeri berkurang.


27

Dengan intervensi monitor tanda-tanda vital, kaji tingkatan nyeri, ajarkan

teknik relaksasi, beritahu penyebab nyeri, beri posisi yang nyaman,

kolaborasi pemberian analgetik.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan

pasien mengerti tentang cara perawatan payudara dengan kriteria hasil

pasien tahu tentang perawatan payudara, pasien tahu manfaat perawatan

payudara.

Dengan intervensi jelaskan tujuan dan manfaat tentang perawatan

payudara, mendemontrasikan perawatan payudara, jelaskan manfaat ASI,

ajarkan cara menyusui yang benar.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

perineum/episiotomy.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil luka insisi perineum membaik,

tidak ada tanda-tanda infeksi.

Dengan intervensi monitor tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda

infeksi, jaga kebersihan sekitar luka, kolaborasi dalam pemberian

analgetik.
28

F. Implementasi keperawatan

Pada tanggal 03 Des 2019 dengan diagnose “Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy” implementasi

yang dilakukan mengkaji tanda-tanda vital dengan respon subyektif pasien

mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg,

suhu 36,8°C, respirasi 24 kali/menit, nadi 84 kali/menit, kemudian mengkaji

tanda-tanda infeksi dengan respon subyektif pasien mengatakan nyeri pada

luka jahitan, respon obyektif keadaan luka kering, terdapat 1 jahitan.

Pada tanggal 03 Des 2019 dengan diagnose “Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy”

implementasi yang dilakukan mengkaji tanda-tanda vital dengan respon

subyektif pasien mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah

120/80 mmHg, suhu 36,5°C, respirasi 24 kali/menit, nadi 84 kali/menit,

kemudian menjaga kebersihan sekitar luka dengan respon pasien

mengatakan nyeri berkurang, respon obyektif luka kering, kemudian

melakukan perawatan luka dengan respon subyektif pasien mengatakan mau

dilakukan perawatan luka, respon obyektif luka kering.

Untuk diagnose yang ke 2 “nyeri berhubungan dengan kontinuitas

jaringan” implementasi yang dilakukan memberikan posisi yang nyaman

dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin istirahat dengan nyaman,

respon obyektif pasien tampak nyaman, kemudian mengkaji tingkatan nyeri

respon subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang, respon obyektif skala

nyeri 2.
29

Pada tanggal 04 Des 2019 dengan diagnose “nyeri berhubungan

dengan kontinuitas jaringan” implementasi yang dilakukan mengkaji

tingkatan nyeri dengan respon subyektif pasien mengatakan skala nyeri 1,

respon obyektif skala nyeri 1, kemudian mengajarkan atau memberikan

posisi yang nyaman dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin

istirahat lebih nyaman, respon obyektif pasien tampak rileks.

Kemudian untuk diagnose yang ke 3 “Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan payudara”

implementasi yang dilakukan menjelaskan tujuan dan manfaat perawatan

payudara dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin tahu tentang

perawatan payudara, respon obyektif pasien tampak memperhatikan,

kemudian mengajarkan tentang cara perawatan payudara dengan respon

subyektif pasien ingin tahu caranya, respon obyektif pasien dapat

mempraktekkan caranya, kemudian menjelaskan manfaat ASI respon

subyektif pasien mengatakan ingin mengetahui manfaatnya, respon obyektif

pasien tampak memperhatikan.

G. Evaluasi tindakan

Pada tanggal 03 Des 2019 untuk diagnose “Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy” dengan hasil

evaluasi subyek pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, obyektif luka

kering, skala nyeri 4, assesement masalah keperawatan resiko tinggi infeksi

belum teratasi, planning intervensi dilanjuutkan. Pada tanggal 04 Des

2019
30

dengan diagnosa “Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka

insisi perinenum/episiotomy” dengan hasil evaluasi subyektif pasien

mengatakan nyeri berkurang, obyektif luka kering, assesement masalah

keperawatan resiko tinggi infeksi teratasi, planning intervensi dihentikan.

Pada tanggal 04 Des 2019 diagnose “nyeri berhubungan dengan

kontinuitas jaringan” dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan

nyeri berkurang, obyektif skala nyeri 2, assesement masalah keperawatan

nyeri teratasi sebagian, planning intervensi dilanjutkan. Pada tanggal 31 mei

2010 dengan diagnose “nyeri berhubungan dengan kontinuitas jaringan”

dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang,

obyektif skala nyeri 1, assesement masalah keperawatan nyeri teratasi,

planning intervensi dihentikan.

Kemudian pada tanggal 05 Des 2019 untuk diagnose “Kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang

perawatan payudara” dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan

sudah paham tentang perawatan payudara, obyektif pasien dapat

mempraktekkan tentang cara perawatan payudara, assesement masalah

keperawatan kurang pengetahuan teratasi, planning intervensi dihentikan.


31
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menarik

kesimpulan Pelaksanaan Asuhan keperawatan pada Ny. B dengan post

partum normal adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada ibu

post partum mulai dari pengkajian data, menyusun dan menetukan prioritas

masalah keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan

keperawatan dan terakhir melakukan evaluasi keperawatan.

Pengkajian sudah dapat dilakukan pada Ny. B dengan metode

wawancara, pengamatan/observasi dan dengan melakukan pemeriksaan

fisik. Setelah melakukan pengkajian pada Ny. B maka di dapatkan tiga

prioritas masalah yaitu resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

insisi perineum/episiotomy, nyeri berhubungan dengan kontinuitas jaringan,

dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara. Rencana keperawatan pada Ny. B sudah dapat

di susun dengan baik. Tindakan keperawatan pada Ny. B sudah dapat di

laksanakan pada tanggal 29-31 mei 2010. Dan setelah melakukan tindakan

keperawatan kemudian melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. B dengan

hasil evaluasi yaitu ketiga prioritas masalah resiko infeksi berhubungan

41
dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy, nyeri berhubungan dengan

kontinuitas jaringan, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya sumber informasi tentang perawatan payudara mampu teratasi

dan intervensi atau tindakan keperawatan dapat di hentikan.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Monica

Ester, S.Kp. Jakarta:EGC.

Carpenito, Lynda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih

Bahasa Yasmin Asih. Edisi 10. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Alih Bahasa I

Made Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E. 2001.

Hacker, Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa

Yunita Cristina. Edisi 2. Jakarta:Hipokrates.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.

Prima Medika.

Oxorn, Harry. 2003. Patofiologi dan Fisiologi Persalinan Human Labor and

Birth. Alih Bahasa Dr Mohammad Hakimi, Ph. D. Jakarta:Yayasan

Essentia Medica.

Omo, Abdul Madjid. Soekir, Soekaemi et all. Asuhan Persalinan Normal

dan Insiasi Menyusui Dini. 2008. Jakarta:Jaringan Nasional Pelatihan

Klinik (JNPK-KR).

Siswosudarmo, Risanto. Ova Emilia. 2009. Obstetri Fisiologi. Editor dr

Sinta Aji Arirukmi. Yogyakarta:Pustaka Cendekia.

43
44

Judith M, Wilkinson Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa Waidyawati, S.Kp, M.Kes.

Syahirul Alimi, S.Kp. Elsi Dwihapsari, S.Kp. Intan Sari Nurjanah,

S.Kp. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Vvv, Donny. 2010. Post Partum Normal.

http://www.scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal, diakses

pada tanggal 14 Juni 2010.

Hardianti, Richa Novyana. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.

http://www.scribd.com/doc/32931258/Asuhan-Kebidanan-Nifas

diakses pada tanggal 14 Juli 2010.

Snikist. 2009. Bab I Pada Masa Nifas.

http://www.scribd.com/doc/21899776/Bab-I Pada Masa Nifas diakses

pada tanggal 14 Juli 2010.

Bonzay, Indy. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.

http://www.scribd.com/doc/16287636/Asuhan-Keperawatan-

Maternitas diakses pada tanggal 14 Juli 2010.

Munawa, Siti. 2008. Bab III post partum.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/14/jtptunimus-gdl-694-3-

bab3.pdf diaksese pada tanggal 05 Agustus 2010

Anda mungkin juga menyukai