Anda di halaman 1dari 18

2 Dukungan sosial (social supporrt)

Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan


social melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini
adalah agar tokoh masyarakat sebagal penghubung antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan


kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk
diri mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan,
keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-
pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo,
2007).

2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada


(1986) yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan
menjadi lima area berikut:

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy)


kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan.
Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus
mempertimbangkan dampak kesehatan bagl masyarakat.
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung
(create partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung
terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi
masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab
bersama antara pemberi dan penerima pelayanan orientasi pelayanan
diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek yang dapat
memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut
berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok,
keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan
kelompok, keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan
keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat
kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang
terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat
kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang
sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang.
Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk
berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam
pembangunan kesehatan.
Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan
menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan
menggunakan pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan
implementasi penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat
penting untuk melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi subjek
dalam promosi kesehatan dan pengambilan putusan. Akses pendidikan dan
informasi sangat penting untuk mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat (Notoatmodjo, 2009). Adapun ruang lingkup promosi kesehatan
adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)


2. Kampanye Sosialisasi (sosial marketing)
3. Penyuhuhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4. Upaya peningkatan (upaya promotif) Universitas
5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.
2.1.6 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan

Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan


evaluasi Promosi Kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Indikator keberhasilan
mencakup indikator masukan (input), indikator proses, dan indikator (output).

1. Indikator Masukan

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana dengan sasaran individu, kelompok, dan
masyarakat. Oleh karena itu, indikator masukan ini perlu diperhatikan secara
detail sebelum melakukan Promosi Kesehatan.

2. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan Promosi Kesehatan yang akan
mempengaruhi orang lain. Hal ini bisa merupakan media dan metode yang
digunakan dalam Promosi Kesehatan.

3. Indikator Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari Promosi Kesehatan yaitu perilaku kesehatan yang
kondusif untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang terbagi atas:

a. Perubahan perilaku, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai


kesehatan dirubah.
b. Pembinaan perilaku, yaitu perilaku masyarakat yang sudah sehat tetap
dilanjutkan.
c. Pengembangan perilaku, yaitu membiasakan perilaku hidup sehat dimulai
bagi anak-anak.
2.1.7 Jenis Promosi Kesehatan

Maulana (2011), mengidentifikasi tujuan area kegiatan Promosi Kesehatan yaitu :

1. Progam Pendidikan Kesehatan


Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk
belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara
sukarela dalam tingkah laku.
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
Maulana (2011), mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan
teori five levels of prevention, yaitu:
1) Pencegahan Primer. Dilakukan saat individu belum menderita sakit,
meliputi:
a. Promosi Kesehatan (health promotion). Kegiatan pada tahap ini
ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah
kesehatan.
b. Perlindungan Khusus (specific protection). Berupa upaya spesifik
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya
melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk
mencegah ajakan menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
2) Pencegahan Skunder
a. Diagnosis dini dan pengobatan segera.
b. Pembatasan kecacatan.
3) Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang
diderita tidak menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.

3. Kegiatan Berbasis Masyarakat


Promosi kesehatan menggunakan pendekatan "dari bawah", bekerja dengan
dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran
kesehatan.

4. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya
meningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.

5. Kebijakan Publik yang Sehat


Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan
dalam situasi dan kondisi kehidupan.

6. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan


Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang
kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
2.4 Pelaksanaan Strategi Program Promosi Kesehatan

2.4.1 Pemerdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,


menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.
Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara
pandang (WHO, 2012).

1. Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri


masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti
pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan
yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri
bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik
(kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada
masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara. Masyarakat yang
mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas
mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan
sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut
menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
2. Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari
manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual, Sumber
Daya Manusia, aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial
Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial
budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan
3. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memeriukan keterlibatan yang besar dari
perangkat Pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Permendagri RI No 7 tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu
strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya
untuk menunjukkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (pasal 1 ayat 8) (WHO, 2012).

Melihat dari penjelasan diatas inti dari pemberdayaan masyarakat adalah


merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat,
Dan perberdayaan bisa diartikan memberi kemampuan kepada orang yang lemah.
Bukan hanya dalam arti tidak terbatas kemampuan ekonomi, tapi juga
kemampuan lainnya yang bisa membuat orang lain berdaya seperti dalam politik,
budaya, sosial, agama dan lainnya. Harus dicatat, kemampuan ini bukan hanya
berarti mampu memiliki uang, modal, tapi kekuatan atau mobilitas yang tinggi
pun itu kemampuan pemberdayaan diri sendiri. kemampuannya, semakin kuat,
semakin mandiri, serta memainkan perannya masing-masing tanpa mengganggu
peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuandan peran yang
berbedabeda tersebut tidak diseragamkan, melainkan dihargai dan dikembangkan
kerjasama, sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik (WHO, 2012).

2.4.1.1 Prinsip-Prinsip dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut (Suharto, 2006:68) prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat


adalah sebagai berikut:

1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Oleh karena itu harus ada


kerjasama sebagai patner.
2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau
subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan
kesempatan-kesempatan.
3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting
yang dapat mempengaruhi perubahan.
4. Kompetensi diperoleh dan dipertajam melalui pengalaman hidup,
khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada
masyarakat.
5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus, hasus beragam dan
menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada
pada situasi masalah tersebut.
6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang
penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi
serta kemampuan untuk mengendalikan seseorang.
7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam memberdayakan diri mereka
sendiri, tujuan, cara dan hasilmharus dirumuskan oleh mereka sendiri.
8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena
pengetahuan dan mobilisasi tindakan bagi perubahan.
9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara
efektif.
10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, dinamis, evolutif,
dikarenakan permasalahan selalu memiliki beragam solusi.
11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal lain melalui
pembangunan ekonomi secara paralel.
Nugroho (2007) pemberdayaan adalah sebuah "proses menjadi" bukan
"proses instan". Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu
penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan

Gambar 2.1

Tiga Tahapan dalam Proses Pemberdayan

Penyadaran Pengkapasitasan Penyadaran

Sumber: Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto (2014),


"Manajemen Pemberdayaan. Pemberdayaan Masyarakat"

1. Dalam tahap penyadaran, target sasaran adalah masyarakat yang kurang


mampu Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk yang harus diberikan
pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada atau
mampu. Disamping itu juga mereka harus dimotivasi bahwa mereka
mempunyai kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Proses ini
dapat dipercepat dan dirasionalisasikan hasilnya dengan hadirnya upaya
pendampingan.
2. Tahap pengkapasitasan bertujuan untuk memampukan masyarakat yang
kurang mampu sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola
peluang yang akan diberikan. Dimana tahap ini dilakukan dengan cara
memberikan pelatihan-pelatihan, lokakarya dan kegiatan sejenisnya yang
bertujuan untuk meningkatkan life skill dari masyarakat tersebut.
3. Pada tahap pendayaan, masyarakat diberikan peluang yang disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan
berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar
secara bertahap, sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya serta
diakomodasi aspirasinya dan dituntun untuk melakukan self evaluation
terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan tersebut.
Menurut (Suharto, 2014), pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan masyarakat dapat dicapai melalui penerapan pendekatan
pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu:

1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim memungkinkan potensi


masyarakat secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultural dan strukturak yang menghambat.
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus menumbuhkembangkan segenap
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian.
3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok yang kuat, menghindari
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan
yang lemah dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok yang kuat dan
kelompok yang lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
segala jenis diskriminasi dan

dominasi yang menguntungkan masyarak kecil.

4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus

mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam posisi yang semakin

lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tidak terjadi


keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan

harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan


setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

2.4.2 Advokasi

Istilah advokasi merujuk kepada dua pengertian, yaitu, pertama, pekerjaan atau

profesi dari seorang advokat, dan kedua, perbuatan atau tindakan pembelaan

untuk atau secara aktif mendukung suatu maksud. Pengertian pertama berkaitan

dengan pekerjaan seorang advokat dalam membela seorang kliennya dalam

proses peradilan untuk mendapatkan keadilan (WHO, 2012)..

Pengertian advokasi yang pertama ini lebih bersifat khusus sedangkan


pengertian kedua lebih bersifat umum karena berhubungan dengan pembelaan
secara umum, memperjuangkan tujuan atau maksud tertentu.

Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun


dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal advokasi digambarkan sebagai
langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk
mewakili konsumen kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung.
Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang
merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah
advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan masyarakat, dan merupakan
salah satu kunci dari Ottawa (WHO, 2012).

Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi


kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah
advocacy / advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program
kesehatan masyarakat pertama kali oleh (WHO, 2012) sebagai salah satu strategi
global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam
mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3
strategi pokok, yaitu :

1. Advocacy,
2. Social support,
3. Empowerment.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang


dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah
para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan
(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta (WHO, 2012).

Advokasi adalah suatu alat untuk melaksanakan suatu tindakan (aksi),


merupakan ikhtiar politis yang memerlukan perencanaan yang cermat untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Diperlukan langkah-langkah sistematis dengan
melibatkan "masyarakat" yang akan diwakili. Masyarakat di sini bisa bervariasi
tergantung siapa yang melakukan advokasi. Masyarakat atau suatu komunitas
tertentu suatu saat bisa berperan sebagai advokat, tetapi di lain waktu bisa juga
berperan sebagai saluran advokasi itu sendiri, dan pada saat lain bisa berperan
sebagai kelompok yang diwakili oleh seseorang dalam melakukan suatu advokasi.
Dalam contoh kasus flu burung, seorang petugas peternakan yang menyadari
penyakit akibat kerja yang dapat diperolehnya, bisa berperan sebagai advokat
dengan mewakili teman-temannya sesama pekerja di peternakan (WHO, 2012).

Di lain pihak dia juga dapat berperan sebagai kelompok yang diwakili, bila
seorang pemerhati Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berperan
sebagai advokat memperjuangkan nasib pekerja peternakan tersebut. Dalam
melakukan advokasi, pemerhati K3 tersebut dapat menggunakan pekerja
peternakan sebagai saluran advokasinya atau mungkin dengan menggunakan
media lain. Perlu diingat bahwa advokasi merupakan suatu strategi, bukan
merupakan tujuan. Setiap advokasi yang dilakukan harus selalu dipertimbangkan
dengan cermat tujuannya serta kemudian dievaluasi seberapa jauh sumbangannya
terhadap masyarakat.

Perkembanagan kesehatan masyarakat anatara lain ditandai dengan adanya


Promation 'Deklarasi dimana berbagai ahli kesehatan masyarakat, ahli promosi
kesehatan serta bidang terkait di tingkat global, merumuskan Deklarasi. Deklarasi
ini dilandasi konsep pemikiran bahwa hakikatnya kesehatan deklarasikan atau
masyarakat yang optimalmemerlukan adanya prasyarat yaitu kedamaian, tempat
tinggal, pendidikan, makan, pengahsilan, ekositem yang stabil, keadilan sosial
serta keadilan untuk itu dideklarasikan /strategi untuk mencapainya.

Berbicara advokasi, sebenarnya tidak ada definisi yang baku, Pengertian


advokasi selalu berubah-ubah sepanjang waktu tergantung pada keadaan,
kekuasaan, dan politik pada suatu kawasan tertentu. Advokasi sendiri dari segi
bahasa adalah pembelaan. Setidaknya ada beberapa pengertian dan penjelasan
terkait dengan definisi advokasi, yaitu:

1. Usaha-usaha terorganisir untuk membawa perubahan-perubahan secara


sistematis dalam menyikapi suatu kebijakan, regulasi, atau
pelaksanaannya (Meuthia Ganier).
2. Advokasi adalah membangun organisasi -organisasi demokratis yang
kuat untuk membuat para penguasa bertanggung jawab menyangkut
peningkatan keterampilan serta pengertian rakyat tentang bagaimana
kekuasaan itu bekerja.
3. Upaya terorganisir maupun aksi yang menggunakan sarana- sarana
demokrasi untukmenyusun melaksanakan undang-undang dan
kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
merata (Institu tAdvokasi Washington DC).
4. Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang
ada untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk
mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan.
Advokasi dapat berupa upaya hukum formal (litigasi) maupun di luar
jalur hukum formal (nonlitigasi).

Menurut Mansour Faqih, Alm., dkk, advokasi adalah usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap kemajuac (incremental).

2.4.3 Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan.Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang
menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan
bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut
(WHO, 2012).

Dukungan Sosial (Socil suppor t) Strategi dukunngan sosial ini adalah


suatu kegitan untuk mencar i dukungan sosial melalui tokoh -tokoh masyarakat (
toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Bina suasana adalah
menjalin kemitraan untuk pembentukan opini public dengan berbagai kelompok
opini yang ada di masyarakat seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi
pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau
petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa) (WHO,
2012).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma
dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina
suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena
pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye.
Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan
suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan
kemitraan(WHO, 2012).

Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan


kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan
dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan
petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima.

1. Tujuan Bina Suasana

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan
masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan
sosial melaui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program - program
keschatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisi pasi terhadap
program kesehatan tersebut oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan
sebagai upaya bina suasana,atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungansosial ini antara lain : pelatihan pelatihan
para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan social atau bina suasana adalah para
tokoh masyarakuk di berbagai tingka (sasaran sekunder).
2. Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat

Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu

1) Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :
a) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perlaku yang
sedang diperkenalkan.
b) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan.Yaitudengan bersedia atau mau
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M
yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah
munculnya wabah demam berdarah).
c) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.
2) Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi
Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi
Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.

Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut


menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa
kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan
kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
3) Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain,
sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku
tersebut.
Dengan pendekatan ini diharapkan:
1) Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan.
2) Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam
rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik)
yang positif tentang perilaku tersebut.
3) Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagal pendukung atau "penekan" (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

Metode bina suasana dapat berupa :

1) Pelatiha
2) Konferensi pers
3) Dialog terbuka
4) Penyuluhan
5) Pendidikan
6) Pertunjukkan tradisional.
7) Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
8) Pertemuan berkala di desa
9) Kunjungan lapangan
10) Studi banding

Anda mungkin juga menyukai