Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Di Susun Untuk Memenuhi salah satu TugasMata Kuliah


perbankan dan Ekonomi islam

Dosen Pengempu :
NURAJIZAH ,S, SOS,I,,M,M

Di Susun Oleh :

Andri Bayu Aji Pamungkas

PROGRAM SARJANAH ( S1 )
STBI GLOBAL MULIA CIKARANG TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirohim

assalamu allaikum wrwb

Segala puji bagi Allah SWT, pengatur dan pemelihara seluruh alam.
Shalawat dan salam kepada Nabi dan Rasulnya Muhammad SAW , juga
keluarganya, sahabatnya serta seluruh umatnya yang mengikuti sunnahnya.

Makalah ini berisi tentang “Teori Produksi” yang terkait dengan Mikro
Ekonomi. Tujuan membuat makalah ini agar seluruh mahasiswa dan mahasiswi
dapat meninjau dan mengetahui tentang produksi dalam mikro ekonomi
dengan melalui beberapa cara seperti, berdiskusi dan sebagainya. Karena itu
sangat diharapkan bagi Mahsiswa(i) jurusan Manajemen Ekonomi untuk
memahami semua yang berkaitan dengan ekonomi.

Terima kasih tak lupa dihaturkan untuk kerja sama dan kekompakan
teman kelompok sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Dan tak lupa pula kami haturkan terima kasih atas bantuan selama
makalah ini dikerjakan.

Kami meyakini bahwa makalah ini , tidak terlepas dari kekurangan yang
tentunya masih dinanti kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
penyempurnaannya.

Waalaikum salam wrwb

2
Daftar isi

Halaman judul

Kata Pengantar ……………………………………….……………………………….iii


Daftar Isi ………………………………………………………………………..………iiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah …………………………………………………………….....v

Bab II PEMBAHASAN
A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Kontemporer
1. Muhammad Abdul Mannan ...........................................................................................1
B. Produksi
2. Syed Nawab Haedir Naqvi...............................................................................................2
3. Monzer Kahf ...................................................................................................................3
B. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, Perkembangan, dan Penyebarannya
1. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi...........................................................4
2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi.........................................................5
3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi.........................................................6
C .Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia...........................................................7
1. Umat Islam dan Ofensifitas Gerakan dan Pemikiran.........................................8
A. SEI Di Persimpangan Jalan
1. Periode Pertumbuhan........................................................................................................9
2. Periode Perkembangan......................................................................................................10
3. Periode Pembenlukan........................................................................................................11
Bab III penutup.....................................................................................xiii
daftar pustaka .................................................................................................xiiii

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beakangan

Kegagalan sistem Ekonomi Kapitalis dan sistem Ekonomi Komunis dalam kiprah perekonomian dunia
memunculkan Ekonomi Islam (Syari’ah) sebagai anomali dari kedua sistem ekonomi tersebut. Hal ini
tak terbantahkan lagi mengingat banyaknya studi mengenai sistem ekonomi ini yang dilakukan oleh
negara yang mayoritas penduduknya muslim atau bukan.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dengan sosio-kultur
masyarakat yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam, memberi keyakinan kepada para praktisi sistem
Ekonomi Islam bahwa negara ini, adalah ladang yang paling cocok untuk berseminya sistem Ekonomi
Islam. Seiring lajunya waktu perutumbuhan sistem Ekonomi Islam di Indonesia menjawab keyakinan
dari para praktisi sistem ekonomi ini melalui pioneer lembaga keungan yang menorehkan hasil
posisif pada sektor aktiva di setiap tahun, meski sempat terseok-seok pada masa awal berdirinya.
Suksesnya lembaga keuangan syari’ah ini memicu berdirinya lembaga keuangan syari’ah lainnya,
seperti yang ada dalam pembahasan makalah ini..
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah awal perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia?
2. Hal apakah yang melatarbelakangi perlunya sistem Ekonomi Syari’ah di Indonesia?
3. Siapa sajakah yang ikut berperan dalam perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia?
4. Hal apa yang dilakukan untuk mendekatkan sistem Ekonomi Syari’ah ompada penduduk
Indonesia?
5. Bagaimana biografi dari Adiwarman Azwar Karim?
6. Apa saja sumbangan pemikiran Adiwarman Azwar Karim bagi Ekonomi Islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui awal perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia
2. Mengetahui hal yang melatarbelakangi perlunya sistem Ekonomi Syari’ah di Indonesia.
3. Mengetahui siapa saja yang ikut berperan dalam perkembangan Ekonomi Syari’ah di
Indonesia.
4. Mengetahui hal yang perlu dilakukan untuk mendekatkan sistem Ekonomi Syari’ah pada
penduduk Indonesia.
5. Mengetahui biografi dari Adiwarman Azwar Karim.

4
6. Mengetahui sumbangan pemikiran Adiwarman Azwar Karim bagi Ekonomi Islam.

BAB II
Pembahasan

A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Kontemporer

1. Muhammad Abdul Mannan


Muhammad Abdul Mannan lahir di Bangladesh tahun 1938. Pada tahun 1960, ia mendapat
gelar Master di bidang Ekonomi dari Rajashi University dan
bekerja di Pakistan. Tahun 1970, ia meneruskan belajar di Michigan State University dan
mendapat gelar Doktor pada tahun 1973. Setelah mendapat gelar doctor, Mannan mengajar
di Papua Nugini Sugeng Santoso: Sejarah Ekonomi Islam......

Kedua, penolakannya pada Marxis. Teori perubahan Marxis tidak akan mengarah pada
perubahan yang lebih baik. Teori Marxis hanyalah reaksi dari kapitalisme yang jika ditarik
garis merah tidak lebih dari solusi yang tidak tuntas. Bahkan, lebih jauh teori Marxis ini
cenderung tidak manusiawi karena mengabaikan naluri manusia yang fitrah, di mana setiap
manusia mempunyai kelebihan antara satu dan lainnya dan itu perlu mendapatkan reward
yang
berarti.

Ketiga, Mannan menyebarkan gagasan perlunya melepaskan diri dari paradigma kaum
neoklasik positivis, dengan menyatakan bahwa observasi harus ditujukan kepada data
historis dan wahyu. Argumen ini sebenarnya bertolak belakang dari agumennya sendiri
untuk meninggalkan paradigma kaum neoklasik yang mendasarkan pada historis.

Keempat, Mannan menolak gagasan kekuasaan produsen atau kekuasaan konsumen. Hal
tersebut menurutnya akan memunculkan dominasi dan eksploitasi. Dalam kenyataan,
sistem kapitalistik yang ada saat ini dikotomi kekuasaan produsen dan kekuasaan konsumen
tak terhindarkan. Oleh karena itu, Mannan mengusulkan perlunya keseimbangan antara
kontrol pemerintah dan persaingan dengan menjunjung nilai-nilai dan norma-
normasepanjang diizinkan oleh syariah.

Kelima, dalam hal pemilikan individu dan swasta, Mannan berpendapat bahwa Islam
mengizinkan pemilikan swasta sepanjang tunduk pada kewajiban moral dan etik. Dia
menambahkan bahwa semua bagian masyarakat harus memiliki hak untuk mendapatkan
bagian dalam harta secara keseluruhan. Namun, setiap individu tidak boleh
menyalahgunakan kepercayaan yang dimilikinya dengan cara mengeksploitasi pihak lain.
Pandangan Mannan ini masih bersifat normatif. Mannan dalam beberapa tulisannya belum
5
menjelaskan secara gamblang cara, instrumen dan sistem yang dia pakai sehingga
keharmonisan ekonomi Islam di masyarakat dapat terwujud.

Keenam, dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam,langkah pertama Mannan adalah


menentukan basic economic functions yang secara sederhana meliputi tiga fungsi, yaitu
konsumsi, produksi dan distribusi.
Ada lima prinsip dasar yang berakar pada syariah untuk basic economic functions berupa
fungsi konsumsi, yakni prinsip righteousness, cleanliness, moderation,beneficence dan
morality. Perilaku konsumsi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya sendiri yang secara
umum adalah kebutuhan manusia yang terdiri dari necessities, comforts dan luxuries.

2 Aspek penting lainnya adalah aspek distribusi pendapatan dan kekayaan. Mannan
mengajukan rumusan beberapa kebijakan untuk mencegah konsentrasi kekayaan pada
sekelompok masyarakat saja melalui implementasi kewajibanyang dijustifikasi secara Islam
dan distribusi yang dilakukan secara sukarela.
b. Ciri – cirri dan Kerangka Institusional
Berdasarkan asumsi dasar di atas, Mannan membahas sifat,ciri dan kerangka institusinal
ekonomi Islam, sebagai berikut:

1. Kerangka Sosial Islam dan Hubungan yang Terpadu antara Individu, Masyarakat, dan
Negara
2. Kepemilikan Swasta yang Relatif dan Kondisional
3. Mekanisme Pasar Didukung Oleh Kontrol, Pengawasan dan Kerja Sama dengan
Perusahaan Negara Terbatas.
4. Implementasi Zakat dan Penghapusan Bunga (Riba)
c. Distribusi
Mannan memandang kepedulian Islam secara realistis kepada si miskin demikian besar
sehingga Islam menekankan pada distribusi pendapatan secara merata dan merupakan
pusat berputarnya pola produksi dalam suatu negara Islam. Mannan berpendapat bahwa
distribusi merupakan basis fundamental bagian lokasi sumber daya.4

D. Produksi

Mannan berpendapat bahwa produksi terkait dengan utility atau penciptaan nilai guna.
Agar dapat dipandang sebagai utility dan mampu meningkatkan kesejahteraan, maka
barang dan jasa yang
diproduksi harus berupa hal-hal yang halal dan menguntungkan,yaitu hanya barang dan jasa
yang sesuai aturan syariah. Menurut Mannan, konsep Islam mengenai kesejahteraan berisi
peningkatan
pendapatan melalui peningkatan produksi barang yang baik saja, melalui pemanfaatan
sumber-sumber tenaga kerja dan modal serta alam secara maksimal maupun melalui
partisipasi jumlah penduduk maksimal dalam proses produksi.5

6
2. Syed Nawab Haedir Naqvi
Menurut Syed Nawad Haidir Naqvi, ekonomi Islam berakar pada pandangan dunia khas
Islam dan premis-premis nilainya diambil dari ajaran- ajaran etik-sosial al-Qur’an dan
Sunnah. Ekonomi Islam
berpijak pada landasan hukum yang pasti yang mempunyai manfaat untuk mengatur
masalah kemasyarakatan, sehingga hukum harus mampu menjawab segenap masalah
manusia, baik masalah yang besar sampai
sesuatu masalah yang belum dianggap masalah.16 Sumber hukum yang diakui sebagai
landasan hukum ekonomi Islam terdiri dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijtihad, Qiyas, dan sumber
hukum yang lain : Urf, Istihsan,Istishlah, Istishab dan Mashlaha Al-Mursalah.Ekonomi syariah
atau istilah lain orang menyebutnya dengan ekonomi Islam, merupakan suatu sistem
perekonomian yang diatu
berdasarkan syariat Islam, tentunya berpedoman kepada al-qur’an dan hadits. Orang awam
sering membedakan, bahwa sistem ekonomi kapitalis-
4 Ibid, hlm, 26.
5 Ibid, hlm, 29.
3. Monzer Kahf
Monzer al kahf termasuk orang pertama yang mengaktualisasikan analisis penggunaan
beberapa institusi Islam (seperti zakat) terhadap agregat ekonomi, seperti simpanan,
investasi, konsumsi dan pandapatan. Hal ini dapat di lihat dalam bukunya yang berjudul “
ekonomi islam : telaah analitik terhadap fungsi sistem ekonomi Islam ”, dan diterbitkan
pada tahun 1978. Jika dikatakan bahwa karyanya itu memiliki awal sebuah “analisis
matematika” ekonomi Islam yang saat ini menjadikan kecenderungan ekonom muslim. Yang
paling utama dan terpenting dari pemikiran kahf adalah pandangannya terhadap ekonomi
sebagai bagian tertentu dari agama. Dr. Monzer kahf. Ketua economist group association of
muslim social scirntist, USA, menempuh pendidikan di syiria dan us dan mendapat

B. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, Perkembangan, dan


Penyebarannya

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam.


Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah
penduduknya.Masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut
yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Sejarah
masuknya Islam ke Indonesia tersebut melalui periodisasi atau pembabakan-
pembabakan yang cukup menarik untuk kita ketahui. Seperti apa periodisasi sejarah
Islam di Indonesia tersebut?. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa
teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan
agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya
7
didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh
adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau :

1. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi


Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah
dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh
dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab
ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa
perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7. Dalam pendapat itu disebutkan
bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah
daerah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra
Pasai merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra
Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya
ke Pulau Jawa.Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk
ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada
abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti
Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia)
yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu
Sima pada tahun 674 Masehi.

2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi


Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke
Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti
adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa
Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.

3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi


Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah
masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini
didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan
masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292),
batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari
Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan masa penyebaran
ajaran tasawuf di Indonesia.
Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia
Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para
pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi
merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil
penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-
raja Hindu-Budha.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung
dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama
8
masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan
Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di daerah pusat perdagangan. Di
samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh
Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia.
Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan
masyarakat terutama di daerah pantai.

Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya
mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang
Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saaat
mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.

Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak


Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan
penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru
dengan nama Kesultanan Malaka.

Pada awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada
tahun 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri
dari kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam
pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini
kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar
Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan
Ternate, Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar.
Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang
pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut
oleh penduduk di daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah
pedalaman.
roses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia berlangsung secara
bertahap dan dialakukan secara damai melalui beberapa saluran berikut:
Saluran perdagangan, proses penyebaran agama Islam dilakukan oleh para
pedagang muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan untuk membentuk
perkampungan muslim, misalnya Pekojan. Saluran ini merupakan saluran yang
dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Saluran perkawinan, proses penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara
seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan seorang yang belum
menganut Islam sehingga akhirnya pasangaannya itu ikut menganut Islam.
Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi
penerangan tentang agama Islam seperti yanbg dilakukan Wali Songo dan para
ulama lainnya.
Saluran pendidikan, proses ini dilakukan dengan mendirikan pesantren guna

9
memperdalam ajaran-ajaran Islam yang kemudian menyebarkannya.
Saluran seni budaya, proses penyebaran Islam menggunakan media-media seni
budaya seperti pergelaran wayang kulit yang dilakukan Sunan Kalijaga, upacara
sekaten, dan seni sastra.
Proses tasawuf, penyebaran Islam dilakukan dengan menyesuaikan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha.
Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia
Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung
faktor-faktor berikut :
Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam
jika ia telah mengucapkan kalimah syahadat.
Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah.
Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok
masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.
Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa.
Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf
sehingga mudah dipahami.
Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada.
Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan
penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas kerajaan Hindu-Budha.
Nah, itulah sejarah masuknya Islam ke Indonesia serta penyebarannya hingga abad
ke-13. Simak juga bagaimana sejarah perkembangan Islam di Indonesia dan peta
jalur masuknya pada artikel selanjutnya.
(Posted by Tewguth Yueornro).

C .Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia


Ekonomi islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam kajian
akademis di perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional. Dalam bentuk pengajaran,
ekonomi islam telah dikembangkan di beberapa universitas baik di negara-negara muslim, maupun
di negara-negara barat, seperti USA, Inggris, Australia, dan Iain-lain.
Dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk lembaga perbankan dan juga
lembaga-lembaga islam non bank lainya. Sampai saat ini, lembaga perbankan dan lembaga keuangan
islam lainya telah menyebar ke 75 negara termasuk ke negara barat (WASPADA online).
Di Indonesia, perkembangan pembelajaran dan pelaksanaan ekonomi islam juga telah mengalami
kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang ekonomi islam telah diajarkan di beberapa perguruan
tinggi negeri maupun swasta. Perkembangan ekonomi islam telah mulai mendapatkan momentum
sejak didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung
tentang sistem ekonomi tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang
10
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahkan mendapat dukungan langsung dari bapak
wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Sejarah Berdirinya
Sebenarnya aksi maupun pemikiran tentang ekonomi berdasarkan islam memiliki sejarah yang amat
panjang. Pada sekitar tahun 1911 telah berdiri organisasi Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan
tokoh-tokoh atau intelektual muslim saat itu, serta ekonomi islam ini sesuai dengan pedoman
seluruh umat islam di dunia yaitu di dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa jika kamu akan
bermuamalah, hendaklah kamu menuliskannya dengan benar, dan hendaklah orang yang berutang
itu mengimlakannya (apa yang akan dituliskan itu), dan janganlah orang itu mengurangi sedikit pun
dari utangnya. Jika orang yang mengutang itu lemah akalnya atau lemah keadaanya atau tidak
mampu mengimlakannya, maka hendaklah walinya yang mengimlakannya dengan jujur. Selain itu
juga harus didatangkan dua orang saksi dari orang lelaki. Jika tidak ada maka boleh dengan seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu kehendaki, dan jangalah saksi itu enggan
memberikan memberi keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah engkau jemu menulis
utang itu baik kecil maupun besar sampai batas waktu pembayaranya. Kecuali jika muamalah itu
perdagangan tunai kamu, maka tak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskanya. Dan
persaksikanlah apabila kau berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan (Q, S Al-
Baqarah:282).
Perkembangan ekonomi islam yang semakin marak ini merupakan cerminan dan kerinduan umat
islam di Indonesia ini khususnya seorang pedagang, berinvestasi, bahkan berbisnis yang secara islami
dan diridhoi oleh Allah swt. Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam keikutsertaanya
dalam perkembangan ekonomi islam dalam negeripun merupakan jawaban atas gairah dan
kerinduan dan telah menjadi awalan bergeraknya pemikiran dan praktek ekonomi islam di dalam
negeri, juga sebagai pembaharuan ekonomi dalam negeri yang masih penuh kerusakan ini, serta
awal kebangkitan ekonomi islam di Indonesia maupun di seluruh dunia, misalnya di Indonesia berdiri
Bank Muamalat tahun 1992.Pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang
berdampak besar terhadap goncangan lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah
bank, Bank Islam atau Bank Syariah malah bertambah semakin pesat. Pada tahun 1998, sistem
perbankan islam dan gerakan ekonomi islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Tantangan yang harus dihadapi Namun selain itu sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan
semakin meningkatnya minat masyarakat dengan ekonomi perbankan secara islami, ekonomi islam
mendapat tantangan yang sangat besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi,
yaitu: Pertama, ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuanganya. Kedua, bagaimana sistem
ekonomi islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan
seluruh umat, dapat menghapus kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak,
serta dapat memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh negara
lain. Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan; hukum dan kebijakan baik dalam skala
nasional maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu, telah dibentuk sebuah
organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu organisasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia).Organisasi tersebut didirikan dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja sama dalam
mengembangkan ekonomi islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek. Dengan
berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para ahli ekonomi islam yang terdiri dari akademisi
dan praktisi dapat bekerja sama untuk menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama,
baik dalam penyelenggaraan kajian melalui forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam
melaksankan pengenalan tentang sistem ekonomi islam kepada masyarakat luas. Dengan cara

11
seperti itu, maka InsyaAllah segala ujian yang diberikan dapat dipikirkan dan ditemukan solusinya
secara bersama sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam pembangunan ekonomi seluruh
umat.Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi islam merupakan bagian penting dari
pembangunan ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, bukan hanya sebuah gerakan
sebagaimana penilaian dan pemikiran oleh sebagian orang yang sama sekali tidak paham tentang
karakteristik ekonomi syari’ah.Hikmah didirikannya ekonomi islampun sangat banyak, salah satunya
praktek ekonomi islam ini mengajarkan pada kita bahwa perbuatan riba (melebih-lebihkan) itu
adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan mengajarkan pada kita agar
menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu ekonomi islam juga sebagai wadah menyimpan dan
meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT.

1. Umat Islam dan Ofensifitas Gerakan dan Pemikiran

Sumber-sumber yang bemsaha menjelaskan perjalanan sejarah pemikiran Sistem Ekonomi


Islam sudah cukup banyak. Hanya saja fokus pembicaraannya disekitar kondisi yang terjadi
pada masa Nabi, sahabat dan tabi'in. Sedangkan untuk kondisi Indonesia sendiri -hingga
tulisan ini diselesaikan- niasih belum ditemukan. Jikapun ada, pembahasannya masih
mengandung imitasi konsep pada masa Nabi dan tiga generasi setelah nabi dengan bemsaha
"memakaakannya" dalam dataran praksis secara filsafat.Akibatnya, pemikiran sistem
ekonomi yang muncul belum dapat di sebut sebagai teori sistem ekonomi Islam melainkan
hanya sekedar filsafat ekonomi Islam. Mujahid Quraisy sendiri dalam salah satu artikelnya
tentang "Dinamika Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia" berpendapat, bahwa gerakan
ekonomi Islam tidak hanya sekedar menjadi ideologi-normatif, tetapi bemsaha menjawab
kctimpangan yang diakibatkan oleh sistem ekonomi pasar yang telah menciptakan jarak di
tengah-tangah kehidupan sosial- T'ertanyaan di atas juga semakin menguat pasca runtuhnya
sistem monarki diAsia yang diawali dari Jepang kemudian disusul oleh negara-negara
"Macan Asia" seperti Taiwan, Korea, Hongkong dan Singapura yang sering disinyaUr
memiliki keterkaitan yang erat antara "semangat naga" serta confusianism dengan semangat
membangun ekonomi. Bahwa nilai-nilai agama telah menjadi sumber nilai bagi tumbuhnya
etos dan pembangunan yang lebih rasional. L. Didin S. Damanhuri, "Metodologi Pemikiran
Ekonomi Islam1*..., p. 165.'"Bandingkan dengan pendapatnya M. Dawam Rahardjo, "Sejarah
Ekonomi Islam (Pengantar)", dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Adiwarman Karim
(Edt) (Jakarta; HIT, 2000), p. xiii. Lihat juga Khoiruddin Nasution, "Wilayah Kajian dan
Filsafat Ekonomi Islam", dalam Millah, Vol. Ill No. 2, Januari 2002, p. 13-23.Syahhudi:
Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia ekonomi masyarakat. Sehingga
meskipun berbicara mengenai sejarah gerakan, namun yang paling disoroti adalah
perkembangan gerakan ekonomi Islam kontemporer.' Sisi lain yang membedakannya dengan
tulisan ini, digunakannya istilah pemikiran dan gerakan. Hal ini disebabkan beberapahal:
pertimbangan pemikiran lebih esensial di dalam melihat sesuatu dari pada gerakan. Sebab
dalam banyak hal, gerakan pasti mengandung pemikiran-pemikiran. Namun sebaliknya,
setiap pemikiran –mungkin disebabkan oleh situasi sosial-politik yang tidak mendukung-
belum tentumenjadi sebuah gerakan. dalam cakrawala dinamika pemikiran lebih terbuka

12
untuk berdialog daripada setelah menjadi sebuah gerakan. Dari keseluruhan tulisan tersebut,
khususnya data mengenai kuantitas perkembangan lembaga-lembaga yang beraroma ekonomi
Islam cukup membantu kekosongan dari tulisan berikut ini. Hanya saja bagaimana dinamika
gerakan sosial-keagamaan di dalam merespon kebutuhan terhadap sistem ekonomi alternatif
kurang mendapat perhatian.Di samping persoalan kemiskinan, pengangguran dan kejahatan
sosial, sesungguhnya tantangan terbesar bagi kelompok umat Islam sekarang • termasuk
Indonesia adalah bagaimana mempertahankan identitas tanpa harus terperosok jatuh ke dalam
bahaya ahenasi atau isolasi diri, dan bahaya menolak andil orang lain serta bagaimana
menghadapi kebudayaan masa kini tanpa terhanyut ke alam bahaya pemikiran buta (taqlid).
Dalam banyak persoalan, umat Islam masih sering mengedepankan ofensifitas wacana
gerakan maupun pemikiran baik dalam menghadapi isu yang datangnya dari luar maupun dari
dalam negeri sendiri. Hal seperti ini sangat tidak menguntungkan dalam konteks persaingan
globalisasi. Umat Islam akan lebih menjadi penonton yang memiliki kemahiran menilai tetapi
nihilberbuat.
Semangat menemukan pemikiran SEI tidak hanya sekedarpfto&i memakai sistem ekonomi
Barat atau karena dibalut semangat Islam yang buta. Toh, dalam beberapa hal Islam sendiri
berdiri di antara realitas kapitalisme dan sosialisme. Secara umum Islamisasi yang terjadi saat
ini,mengalami tiga tipologi. Ada yang berasumsi bahwa respon Islam terhadap Mujahid
Quraisy, "Dinamika Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia", dalamMuqaddimah No. 12
Tahun. VII, 2002, p. 65."ibid., p. 69-77.
Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216
persolan kontemporer adalah bersifat integratif. Adalagi yang berpendapat bahwa hubungan
Islamisasi tidak lebih sekedar bersifat substansialistik.Namun ada pendapat yang meyakini
Islam dan persoalan kontemporerbersifat simbolik-formalistik. Mana diantaranya yang benar
dan salah bukanlah menjadi agenda utama, tetapi bagaimana mampu memberikan ruang yang
cukup besar bagi pemberdayaan dan kesejahteraan umat Islam.Menurut Robert W. Hafner
seorang sosiolog sekaligus Indosianist melihat ada tiga aliran utama pemikiran ekonomi
Islam (baca: muslim). ,Aliran nasionalis-statis, yang secara dekat identik dengan orientasi
pengembangan kelas bisnis, tekhnologi ilmiah, manajemen modern dan peningkatan kualitas
pendidikan. Nasionalis-statis cenderung setengah setengah atau bahkan tidak menyukai detil-
detil teknis "ekonomi Islam".
Aliran ekonomi Islam populis yang tetap mendukung intervensi pemerintah terhadap ekonomi
Muslim (baca: Islam) dengan cara distribusi yang lebih adil dan terbuka, antusiasme terhadap
ekonomi Islam melalui lembaga-lembaga keuangan syari'ah, penyaluran zakat kepada koperasi untuk
orang miskin, dsb. Aliran pemikiran ekonomi Islamliberal;menyatakan bahwa selain semangat
kejujuran dan keadilan sosial, tidak ada lagi alternatif Islam untuk ekonomi pasar.

A. SEI Di Persimpangan Jalan

Mengapa perjalanan Sistem Ekonomi Islam selama ini masih belum menemukan titik yang
sesungguhnya? Hal ini disebabkan beberapa hal: pembahasan yang menjadi mainstream
berkisar seputar datara ontologis. Yakni berusaha mencari obyek perbedaan antara SEI
dengan sistem ekonomi konvensional. berusaha bagaimana merekonstruksi Lihat Robert W.
Hefner, "Islamisasi Kapitalisme: Tentang Pembentukan BankIslam Pertama Indonesia",
dalam Mark R. Woodward, Jalan Baru Islam; Memetakan Paradiqma Mutakhir Mam
Indonesia (Bandung: Mizan, 1999), p. 253-257. Hal senada juga telah diungkapkan oleh M.
Akhyar Adiian yang meyebutkan bila secara ontologis ada perbedaan, maka perbedaan sudah
barang tentu terjadi pada tataran epistemologis dan aksiologisnya. Beliau berangkat dari
sebuah kenyataan, bahwa kritik terhadap sistem ekonomi konvensional yang memang sangat
terasa kering dari wacana etik dan nilai-nilai humanis yang sejatinya tidak pernah lepas dari
13
kemanusiaan manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya, ilmu ekonomi yang semula
diharapkan mampu menjawab pertanyaan bagaimana masyarakat secara keseluruhan
mencapai kesejahteraan justru menghasilkan sebaliknya. Lihat Muhammad Akhyar Adnan,
Syahbudi: Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis khususnya menjadi sistem yang berwawasan Islam.Tokoh seperti Mr.
Syafruddin Prawiranegara dan Ace Partadiredja setidaknya terkesan masih menyangsikan
apakah SEI itu memang ada dan dapat disusun sebagai "a distinct concept". Menurat mereka,
yang jelas ada hanyalah nilai-nilai Islam mengenai kehidupan berekonomi(substansialistik).
Artinya, nilai-nilai tersebut yang seyogyanya mewarnai atau menjiwai tingkah laku
berekonomi dalam suatu sistem perekonomian sebagai sifat universalisme Islam. Sebaliknya
Muhammad Nejatullah Siddiqi dan M. Dawam Rahardjo beranggapan bahwa SEI memiliki
konsep atau teori tersendiri. Setidaknya dapat disusun dengan mengambil perbedaan antara
sistem-sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. SEI yang dimaksudkan adalah suatu konsep
atau teori yang dikembangkan berdasarkan ajaranajaran Islam. Sistem menurut bahasa
berarti: "keseluruhan yang kompleks, suatu susunan hal atau bagian yanfsaling
berhubungan". Dari arti bahasa "sistem" tersebut lebih jauh Mannan berpandangan bahwa
ekonomi Islam itu sesungguhnya adalah bagian dari suatu tata kehidupan yang lengkap,
berdasarkan empat bagian nyata dari pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diwahyukan
(baca: al-Qur'an), praktek-praktek yang berlaku pada waktu itu dalam masyarakat sesuai
dengan tuntunan Rasulullah SAW, deduksi analogik, penafsiran berikutnya dan konsensus
yang tercapai kemudian dalam masyarakat Islam atau oleh para ulama melalui ijma'.
"Metodologi Ekonomi Konvensional dan Penelitian Ekonomi Islami", dalam Antologi Studi
Islam: Teori dan Metodologi, M. Amin Abdullah, dkk (Edt.) (Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press, 2000), p. 293-301. M. Dawam Rahardjo, "Sistem Ekonomi Alternatif ", dalam
Sepercik Pemikiran tentang^Ekonomi Islam, M. Natsir Arsyad (Penyt.) (Yogyakarta: Ananda,
1985), p. 3-4.System dapat berarti; Methode or plan of classification, orderly way of doing
something. Noah Webster, Webster's New Twentieth Century Dictionary Unabridged,
Second Edition (t.t.p.: William Collins Publisher, Inc., 1980), p. 18351. Dalam arti yang
lebih luas sistem mencakup 1. Something consisting of a set (finite or infinite) of entities.
2. Among which a set of relations is specified. 3. Deduktions are possible from some
relations to others or from the relations among the entities to the behavior or history of
the system. David L. Sills (Edt.) International Encyclopedia of the Social Sciences, Vol.
15 (New York: The Mac Millan Company & The Fred Press, 1972), p. 453."M. Abdul
Mannan, Teori dan Prahtek Ekonomi Islam..., p. 15. Hermeneia, Jumal Kajian Islam
Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216 Goenawan Muhammad secara
deskriptif menjelaskan, bahwa mempelajari SEI sebagai suatu sistem, maka hams ditelaah
struktur dan pelaksa naan sistem ekonomi tersebut yang disebut dengan
institusi.Institusiadalah serangkaian norma, aturan tingkah laku atau cara berfikir yang sudah
mantap. Dan Islam menurut Goenawan memiliki institusi yang hampirsama dengan sistem
ekonomi modern.Munculnya alternatif ekonomi, sejatinya memberikan harapan yang lebih
baik dengan mengisi kekosongan sistem kapitalis dan sosialis.Pelabelan Islam hanyalah
persoalan menyangkut nama. Namun yang terpenting bagaimana sistem ekonomi alternatif
tersebut dijiwai oleh semangat Islam. Hasanuzzaman mendefenisikan ekonomi Islam, yaitu:
Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintahperintah (injuction) dan tata
cara (rules) yang ditetapkan oleh syari'ah yang mencegah ketidakadilan dalam penggalian
dan penggunaan sumber daya material guna memenuhi kebutuhan manusia yang
memungkinkan merekamelaksanakan kewajibannya kepadaAllahdanmasyarakat.Ringkasnya,
apakah Islam memiliki sistem ekonomi tersendiri.Jawabannya "Ya". Untuk lebih jelasnya

14
dapat divisualisasikan sebagai berikut:203it 1AL-ol— Agama (Islam)\7____ —
SosialPolitik.,19M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi (Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat [LSAFj, 1999), p. 10.
Syahbudi: Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia
Sehingga implikasinya dalam bidang ekonomi dapat terlihat sebagai
berikut:
(A)Ilrnu Ekonomi Islam Manusia Makhluk Sosial-Religius1Kebutuhan-Kebutuhan Kekurang
Tidak Terbatas Sarana Masalah Masalah Ekonomiin Alternatif Pilihan yang Dituntun
olehNilai Islam
(B)Ilinu Ekonomi Modern Manusia Ma thluk Sosial1 1Kebutuhan-Kebutuhan KekuranganTidak
Terbatas SaranaMasalah-Masalah Ekonomi Alternatif Pilihan yang Dituntun oleh Kepentingan Diri
Individual Pertukaran Terpadu dan Transfer Satu Arab Dituntun oleh Etika Islam,Kekuatan
Pasar dan Kekuatan Non-Pasar Pertukaran Dituntun oleh Kekuatan Pasar204 Ringkasnya, inti
dari setiap sistem bahwa aksentuasi pemikiran ataupun gerakan sangat dipengaruhi cara
pendekatan kelompok muslim tersebut secara sadar dan bertanggung jawab dalam memahami
ortodoksi Islam beserta kenyataan aktivisme sejarah. Hal ini penting, agar umat Islam
tidak terjebak kepada sikap-sikap yang mengedepankan pragmatisme dan simbolisasi Islam
serta opensifitas pemikiran dan gerakan. Anatomi Pemikiran dan Gerakan SEI di Indonesia
Sebelum sampai pada tahap kategorisasi sejarah gerakan pemikiran ekonomi Islam di
Indonesia, yang menjadi landasan pokok di dalam memahami sud-judul tersebut adalah sejak
datang atau masuknya Islam ke Dalam beberapa kelompok masyarakat muslim terdapat
praktek-praktek rentenir yang telah mendarah daging. Namun selama dianggap tidak
merugikan, makatidak ada usaha untuk merubah sistem tersebut. Sehingga pada gilirannya,
apakah sesuai dengan^prinsip Islam atau tidak, bukan menjadi soal.Pandangan ini merupakan
kebalikan dari yang pertama. Sehingga seluruh sistem harus berbau "Islam", meskipun pada
praksisnyabelum tentu menjadi kebutuhan yang esensial. Hermeneia, Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216 Indonesia. Artinya berbicara Islam
di Indonesia apapun bentuk wacananya, harusnya diawali sejak Islam masuk dan berkembang
ke Indonesia hingga saatsekarangini.Meskipun demikian, secara umum anatomi pemikiran
SEI Islam di Indonesia dapat dikategorisasikan dengan tiga periodisasi. periode pertumbuhan.
Periode ini diawali oleh semangat misi dakwah Islam yang dibawa oleh para pedagang
Muslim dan Walisanga ke wilayah Nusantara (Baca: Indonesia). Diperkirakan abad ke-7
hingga akhir abad ke-15. Ciri utama dari periode pertumbuhan ini adalah antara perilaku para
pedagang dengan kesadaran berekonomi secara Islam masih belum terungkap secara jelas.
Ekonomi hanya sekedar menjadi alat bagi misi dakwah. Demikian juga pada abad-15, masa
dimana Walisanga menyebarkan Islam lebih berkonsentrasi pada persoalan tajdid dalam hal
pembaharuan pemahaman keagamaan. eriode perkembangan: ditandai dengan semangat
untuk mengejewantahkan SEI ke dalam satu lembaga keuangan modern. Periode
perkembangan ini di awali abad-16 hingga akhir abad-18 dengan ciri utamanya, keinginan
untuk berekonomi secara Islam sudah mulai tumbuh. Puncak berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara salah satunya menjadi pendukung asumsi tersebut. Terakhir, periode
pembentukan.Periode ini diawali setelah kemerdekaan RI dan menemui titik kulminasinya
pada dekade 90-an atau abad-21 hingga sekarang. Periode ini ditandai dengan menjamurnya
lembaga-lembaga keuangan yang bercirikhaskan Islam.Undang-undang yang pehiang
memungkinkan untuk terbentuknya lembaga keuangan umat Islam juga semakin terbuka
lebar.

1. Periode Pertumbuhan

15
Secara umum periode pertumbuhan dapat disebut dengan periode dakwah. Keterkaitan yang
bersifat simbiotik terlihat antara penguasa rajaraja saat itu dengan para pedagang muslim.
Jika para pedagang butuh rempah-rempah, maka para raja butuh uang untuk kas kerajaan.
Pada periode ini, semangat berekonomi secara tuntunan Islam belum menjadi satu kesadaran
yang terorganisir. Kemajemukan budaya para pedagang sendiri bertemu dengan semangat
agama Hindu raja-raja yang masih kuat, <menjadikan sistem kontrak yang dilakukan sangat
variatif. Jika tidak, sulit bagi para pedagang muslim untuk menjalin kontrak kerjasama
ekonomi
Syahbudi: Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia dengan para raja yang
memiliki sumber daya alam kaya tersebut.Ringkasnya, perilaku berekonomi yang secara
sadar terorganisir dan sesuai syari'at Islam, muncul setelah misi dakwah menemui titik
solidaritas sosialnya.Menarik sejenak mempertimbangkan hipotesa Munir Mulkhan, yang
berpendapat; banyak peneliti menyatakan bahwa proses Islamisasi di Indonesia khususnya
melalui jalur komunikasi dagang tepatnya pada saat para pedagang beristirahat di setiap
daerah singgahan yang kemudian mereka menyebarkan Islam dan berdakwa. Kebenaran
pernyataan tersebut masihperlu diuji, mengingat pola Islamisasi dengan sistem penyebaran
dan komunikasi pengetahuan di luar sistem perdagangan yang sebenarnya telah menjadi
tradisi risalah Muhammad SAW dan kepemimpinan Khulafaur Rasyidun. Adalah kenyataan,
dalam dinamika komunikasi tersebut melibatkan aspek hubungan sosial yang luas, yang
antara lain perdagangan. Dalam sistem ajaran Islam, bekerja dan berdagang merupakan
kewajiban individual, sementara komunikasai dakwah justru merupakan kewajiban sosial
yangbisa saja mengambil bentuk hubungan sosial melalui jalur atau diluar 206 j•a liur
perdagangan. Dari cerita rakyat yang berkembang di masy arakat, dapat dilihat bahwa
masuknya Islam tokoh puncak di Jawa Sunan Kalijaga bukan oleh akibat komunikasi dagang,
akan tetapi kontak personal tanpa aspek dagang. Sampai hari ini, secara umum tidak terdapat
motivasi ekonomi bagi seseorang yang melakukan dakwah, menyampaikan pengetahuan
tentang ajaran Islam kepada masyarakat. Jika kemudian terdapat aspek ekonomi dalam
kegiatan tersebut, adalah semata-mata sebagai kepentingan bersama komunitas Islam itu
sendiri. Sehingga semangat berdagang bukan substansi gerakan Islamisasi itu sendiri, tetapi
lebih sebagai anteseden dari gerakan Islamisasi. Aspek ekonomi dan politik, muncul
kemudian sebagai konsekuensi keberhasilan dakwah.
Meskipun periode ini jika didasarkan pada pendapatanya Munir Mulkhan misi dakwah tidak
memiliki hubungan dengan ekonomi, tidak Abdul Munir Mulkhan, Pemikimn K.H. Ahmad
Dahlan dan Muhammadiyah dalam PrespektifPerubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
1990), p. 130.Hermeheia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Deaember
2003:196-216 dapat dipungkiri bahwa para pedagang muslim sangat memiliki andil besar
di dalam mengkonstruk pola pikir penduduk nusantara yang sangat didominasi oleh agama
Hindu, bahwa sistem ekonomi pedagang muslim cukup dapat diterima. Sebagaimana
pendapatnya Zaini Dahlan, bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang Muslim
sekaligus pengalaman yang mereka lakukan setiap hari. Tertarik oleh sikap perilaku para
pedagang, penduduk Indonesia kemudian mengikuti dan menerima ajaran-ajaran Islam. Ini
berarti bahwa Islam datang di Indonesia pada mulanya bukan lewat penalaran dan pemikiran
tetapi lewat percontohan. Dengan demikian keberhasilan para pedagang Muslim sangat
memiliki peran penting dalam proses konversi di Indonesia. Secara logika dapat
dipertimbangkan, jika sistem ekonomi yang dibawa merusak tatanan rasa keadilan dan
kedamaian masyarakat kuat keyakinan saya bukan hanya pedagang muslimnya yang tertolak,
bahkan Islam sendiri secara otomatis juga ditolak. Hal ini diperkuat dengan kondisi corak
perekonomian dengan sistem kekuasan ekonomi raja yang absolut. Raja merupakan pusat
dari setiap harmoni dan keseimbangan yang disebut dengan cronies kerajaan. Jadi
16
keberhasilan para pedagang selain tingkah laku mereka yang dinilai baik juga keberadaan
mereka yang berada pada lingkaran cronies kerajaan, seperti menikah dengan putri raja-raja.

2. Periode Perkembangan

Pada periode ini yang diawali sekitar akhir abad-13 dan abad-18, dimana kerajaan-kerajaan
Islam menemui titik sentrumnya, semangat berekonomi yang terorganisir sesuai syari'at Islam
juga mulai muncul. Salah satunya adalah, menjamurnya daerah koloni-koloni yang khusus
berpenduduk muslim pedagang. Catalan sejarah yang paling jelas sekitar abad-17
menunjukkan di mana para bangsawan dan raja di Indonesia seperti halnya bangsawan-
aristokrat di Belanda sangat berperan penting Zaini Dahlan, "Kondisi Kesadaran Hukum
Umat Islam kepada hukum Islam dan Peradilan Agama", dalam Peradilan Agama dan
Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Dadan Muttaqien, dkk (Edt.)
(Yogyakarta: UII Press, 1999), p. 15. Lihat juga Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam;
Bagian Kesatu dan dua, Alih Bahaaa Ghufran A. Mas'adi (Jakarta: Raja Graflndo Persada,
1999), p. 719-721.Syahbudi: Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia
dalam ekonomi perdagangan di Nusantara, terutama dalam investasi permodalan, pemilikan
kapal dagang, penguasaan perdagangan, pengelolaan bandar dan pasar, pengamanan bandar
dan monopoli bahan perdagangan pokok. Mirip dengan sistem kelembagaan perdagangan
yang berlaku di daerah kesultanan di Asia Barat dan Asia Selatan, di wilayah kesultanan
Nusantara juga berlaku sistem kelembagaan kemitraan dagang (partnership atau syarikah,
mufawadah) dan sistem commenda atau kepemilikan modal (qirad, mudarabah).Sistem
kemitraan dagang dilakukan apabila adanya "kesetaraan" antara dua orang atau lebih dalam
kekayaan dan kedudukan sosialnya. Salah satunya adalah kemitraan dagang dengan sistem
commenda Commenda pada hakikatnya merupakan bentuk sistem perjanjian bagi hasil
keuntungan antara para penanam modal atau pemilik barang dengan para pedagang yang
pergi berlayar atau berkeliling menjajakan barang dagangannya ke tempat jauh. Ringkasnya,
sistem commenda menjadi cukup penting dalam mendasari kemajuan usaha perdagangan
maritim di kawasan Asia Tenggara dan kepulauan Nusantara. Selain raja-pedagang dan kaum
bangsawan, telah juga muncul 20ft saudagar-santri yang oleh karenanya antara berdagang
dan berekonomi sulit untuk dipisahkan. Periode ini juga memperlihatkan hubungan yang
interaktif antara sultan, ulama dan pedagang cukup baik. Kemudian dengan datangnya VOC
pada abad-18, sistem ekonomi kesultanan tadi khususnya Joko Suryo, "Ekonomi Masa
Kesultanan", dalam Ensiklopedia Tematis DuniaIslam (Dinamika Masa Kini), Taufiq
Abdullah, dkk (Edt.), Jilid 6 (Jakarta: Ichtiar BaruVan Hoeve, 2002), p. 281.
Sistem commenda ini, sering dilakukan antara para raja, bangsawan serta saudagar kaya dan
para nakhoda atau pedagang yang melakukan pelayaran keliling yaitu di bandar Malaka,
Aceh, Banten, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya dan di bandar lain nya. Apabila
kondisi pelayaran dan perdagangan antara Malaka, Jawa dan tempat lain lancar serta ramai,
maka keuntungan yang diperoleh para pemiliki modal dapat mencapai 100 % sampai 200 %.
Sudah barang tentu para nakhoda dan pedagang penjajanya juga memeperoleh keuntungan
yang tidak sedikit. Tidak jarang kemitraan dagang ini banyak dilakukan oleh sesama
saudagar atau pedagang muslim pada satu kola bandar ataupun sesama anggota keluarga
saudagar atau pedagang kaya. Apakah sistem ini dapat dikatakan mengakomodir sistem kasta
Hindu, masih butuh penelitian lebih lanjut. (Penulis) Ibid,"ibid., Ibid., p. 282.
Hermeheia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216
ekonomi muslim mulai memudar dan beralih dengan kebangkitan ekonomi kolonial.

3. Periode Pembenlukan
17
Pasca kejatuhan sistem ekonomi muslim akhir abd-18, pada tanggal 1Januari 1800 nasib
VOC berakhir di Indonesia. Kemudian diambil alih oleh Belanda yang salah satu agenda
ekonominya adalah mengenalkan sistem kapitalisme Barat, yang sarat dengan birokrasi, bank
dan bunga bank.Sehingga pergulatan sistem ekonomi lebih pada penolakan terhadap sistem
bunga bank yang dianggap padanannya rente dan sistem kolonialis yang monopolistik. Jika
pada masa pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi masih di dasari saling percaya
yang kuat, maka pada masa pembentukan ini semuanya menjadi sistem birokrasi yang ketat.
Untuk merespon persoalan bank dengan sistem bunga tersebut, Muhammadiyah misalnya
sebagai salah satu organisasi sosial, setidaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
melihat bibit SEI di Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah
merupakan figur pedagangyang ulet dan memiliki solidaritas sosial yang kuat, sehingga
menimbulkan asumsi bahwa Ahmad Dahlan sebenarnya sangat dimungkinkaii memiliki
konsep ekonomi tersendiri menurut Islam. Hanya saja, bahwa untuk menemukan dokumen-
dokumen penting tentang pemikiran-pimikiran ekonomi beliau adalah pekerjaan yang sulit.
Bahkan Bandingkan dengan pendapatnya M. Dawan Rahardjo yang menyebutkan bahwa
dalam sejarah pemikiran ekonomi dikenai dua pendekatan: pertama, sejarah yang
memdeskripsikan evolusi pemikiran, yang bersumber dari beberapa pemikir.
Kedua,menceritakan riwayat hidup dan pemikiran tokoh-tokoh pemikir besar. Adiwarman
Karim (Edt), Sqjarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: HIT, 2000), p. xii. K.H. Ahmad
Dahlan nama kecilnya Muhammad Darwisy, lahir pada tahun 1868 di kampung Kauman,
Yogyakarta. Ayahnya seorang imam dan khatib Masjid Besar Kauman bernama K.H. Abu
Bakar dan ibunya bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu besar
Yogyakarta. Ahmad Dahlan merupakan anak ke-4 dari tujuh bersaudara. Mohammad
Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2000), p. 81. Meskipun ide dan gagasan tersebut jauh hari telah dirintis oleh
Ahmad Dahlan sejak tahun 1896. Secara resmi Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18
Nopember 1912 M/8 Dy.ulliijjah 1330 H. Yunus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad
Dahlan; Awal dan Perdjoanganja (Djakarta: Depot Pengadjaran, 1968), p. 32.Syahbudi:
Pemikiran Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia beberapa buku yang berbicara
mengenai dinamika internal dan eksternal Muhammadiyah juga kurang menyentuh aspek
pemikiran dan gerakan ekonomi beliau. Dari data sejarah yang terekam menjadi sebuah
loncatan pemikiran yang monumental pada jamannya adalah semangat pemikiran pendirian
Bank Muhammadiyah. Beberapa tahun sebelum Jepang masuk, K.H. Mas Mansur Ketua
Pengurus Muhammadiyah telah merencanakan pendirian Bank Muhammadiyah yang
merupakan ketetapan kongres Muhammadiyahke-26 tahun 1937. Beberapa pokok pandangan
Muhammadiyah di bidang ekonomi pada masa sebelum kemerdekaan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Untuk memperbaiki ekonomi rakyat, maka diperlukan suatu kapital yang diperoleh dari
simpanan ummat yang memilikikelebihan baik perseorangan ataupun kelembagaan.

b. Dengan kapital tersebut, maka dapat diharapkan terbcntuknya capital vorming, untuk itu
harus ada keuntungan. Keuntungan demikian dapat diperoleh melalui koperasi yang bekerja
tanpa kapital yaitu; koperasi penjualan hasil produksi, koperasi keperluan nimah tangga dan
koperasi simpan pinjam. Modal utama itu telah dimiliki oleh Muhammadiyah yaitu rasa
kesatuan.

18
c. Muhammadiyah memiliki tenaga kerja dan pasar, namun kurang memiliki kapital dan
manager. Oleh karena itu, perlu capital vorming yang dicapai dengan mendirikan Bank
Muhammadiyah.Lembaga tersebut merupakan tulang punggung perekonomia
Muhammadiyah yang dijalankan dengan prinsip tanpa riba.
d. Untuk menyelenggarakan bank demikian dapat dilakukan antara lain dengan:
1. Menerima simpanan uang dengan pemberian laba.
2. Menerima simpanan barang dengan bea administrasi.yang sering menjadi pembahasan
utama adalah masalah masa depan gerakan tajdid kaitannya dengan kehidupan sosial, politik
dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia. Lihat Maryadi dan Abdullah All (Edt.),
Muhammadiyah dalam Kritik (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000). Edi
Suandi hamid, dkk (Penyt.), Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta: UII Press,
2000) kecuali tulisannya M. Dawam Rahardjo. Juga Abdul Munir Mulkhan, Menggugat
Muhammadiyah(Yogyakjarta: Fajar Pustaka baru, 2000).Hermeneia, Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216
3. Menerima jasa pengiriman uang dan barang serta meminjamkan uang.
4. Mendirikan usaha seperti pabrik, biro perjalanan, perkebunan dan pertanian.
e. Adapun modal Bank diperoleh dari:
1. luran 1 gulden bagi setiap anggota Muhammadiyah.
2. Hasil penjualan saham kepada anggota Muhammadiyah
3. Mencari aimpanan dan pnjaman modal.
Selanjutnya dalam menanggapi permasalahan bidang ekonomi khususnya bank, Majelis
Tarjih Muhammadiyah pada Muktamar di Sidoarjo,Jawa Timur memutuskan bahwa bunga
bank yang dikelola oleh swasta hukumnyaharam. Sementara bank pemerintah,
Muhammadiyah mengambilketetapan bahwa hukumnya mutasyabihat. Dan boleh
menggunakannya jika dalam keadaan terpaksa dikarenakan keperluan yang sangat mendesak.
Namun semangat tersebut hanya sebatas tulisan di kertas.Pemikiran untuk berdirinya bank
Muhammadiyah gagal karena pada saatitu dianggap mengandung SARA dan dikhawatirkan
akan mengganggu stabilitas politik.35 211Nahdatul 'Ulama (NU) sendiri pada putusan utama
Muktamar tanggal 9-11 Oktober 1927 di Surabaya tidak saja membicarakan soal-soal ibadat,
tetapi juga mu'amalat seperti perbankan, perpajakan, jual beli dan sistem perekonomian
Islam. Namun lagi-Iagi kurang begitu maksimal dalam pengejewantahannya.
Kalah dengan persoalan lainnya seperti politik. Hal ini terlihat ketika memasuki fase
berikutnya; konsentrasi pikiran dan gerakan umat Islam akhirnya terkuras pada perjuangan
politik untuk kemerdekaan dan isu tajdid. Isu nasionalisme dan purifikasi lebih kental
daripada isu ekonomi.
Akibatnya persoalan ekonomi menjadi second opi-Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H,
Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam PrespektifPerubahan Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 1990), p. 116-117.Jbid.,PR Muhammadiyah, Himpunan Majlis Tarjih
Muhammadiyah (Bandung: Sumber Jaya, 1971), p. 309-312. Wfarkum Sumitro, Asas-
AsasPerbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUldan Takafulidi Indonesia
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), p. 71.Syahbudi: Pemikiran Dan GerakanSistem
Ekonomi Islam Di Indonesia Selanjutnya, pada periode ini sekitar tahun 1990-an, pemikiran
dan gerakan SEI berkembang dalam dua tataran, yakni tataran teoritis dan praktis.
Padatataran teoritis dikembangkan melalui pendidikan tinggi, kajian keilmuan dan
perkembangan riset-riset Islamisasi ekonomi. Pada tataran praktis dikembangkan mulai dari
sektor moneter, bank umum,BPRS, BMT, pengembangan pengelolaan zakat produktif,
asuransi dan bursa saham Islam serta pegadaian Islam. Gagasan berdirinya lembaga-lembaga
yang berlabel at au mengandung nilai-nilai Islam seperti bank Islam di Indonesia, BPRS,
BMT bahkan lembaga arbitrase Islam di atas tadi menandai bahwa era untuk lebih
19
menampilkan SEI secara sadar lebih terbuka. Khusus untuk lembaga arbitrase (hakam)
sebenarnya telah di kenal sejak zaman Pra-Islam. Pada masa itu, meskipun belum terdapat
sistem peradilan yang terorganisir setiap ^Jntuk lebihjelasnya lihat Mujahid Quraisy,
"Dinamika Gerakan..., p.77. 3^Ibid., p. 70.
Sejarah ringkas berdirinya BMI secara konkret pada saat loka kaiya "Bunga Bank dan
Perbankan" pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Ide tersebut ditindak lanjuti dalam Mimas IV
Majlis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Sahid pada tanggal 22-23 Agustus 1990. Akhirnya
dengan izin prinsip Surat Menteri Keuangan RI No. 1223/MK. 013/1991, tanggal 5
Nopember 1991. Izin usaha Keputusan Menteri Keuangan RI No. 430/KMK: 013/1992
tanggal 24 April 1992 bahwa pada tanggal 1 Mei 1991 Bank Mu'amalat Indonesia dapat
memulai operasi untuk melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. Perkembangan
Bank Syari'ah mulai menapat angin segar lagi berdasarkan UU No 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat 3, bahwa
salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan
lain berdasarkan prinsip syari'ah. LihatWarkumSumitro, Asas-AsasPerbankan...,p. 73-
74.LihatjugaMuhammadSyafi'i Antonio, Bank Syari'ah: dari Teori ke Praktek (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), p.25.38 Kemudiaan berlanjut dengan pendirian Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang status hukumnya di sahkan dalam Paket Kebijaksanaan Keuangan
Moneter dan Perbankan, melalui PAKTO SK Menkeu No. 1064/KMK.OO/1988 pada tanggal
27 Oktober 1988 pada hakekatnya merupakan penjelmaan model baru dari sistem lumbung
desa dan bank desa dengan beraneka ragam namanya yang ada khususnya di pulau Jawa
sejak akhir 1890-an hingga 1967. BPRS bekerja jug atas dasar UU No 10 tahun 1998.
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan..., p. 107. Diawali dengan bertemunya para pakar,
cendikiawan muslim, praktisi hukum, kiai dan ulama untuk bertukar pikiran tentang perlunya
lembaga arbitrase Islam di Indonesia. Pertemuan tersebut di motori oleh Dewan pimpinan
MUI pada tanggal 22 April 1992. Kemudian pada tanggal 21 Oktober 1993 diresmikanlah
Badan arbitrasenMajlis Ulama Indonesia (BAMUI). Ibid. Hermeneia, Jurnal Kajian Islam
InterdisipUner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216
ada persetujuan mengenai hak milik, hak waris dan hak-hak lainnya seringkali diselesaikan
melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang
berselisih. Pada periode pembentukan ini juga, peran cukup penting dan menonjol
ditunjukkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dianggap sebagai representasi dari
umat Islam dengan pemerintah.MUI dalam hal ini menjadi lebih pro-aktif dalam upaya
peningkatan ekonomi umat. Tidak hanya sekedar melaksanakan tugas "stempel" masalah-
masalah khilafiyah tetapi juga menjadi katasilator bagi kepentingan umat Islam yang lebih
luas.

Bab III
Penutup

20
Paparan deskriptif singkat di atas, memberikan penjelasan: bahwa benih SEI di Indonesia
pada dasarnya telah ada sejak dahulu bersamaan dengan masuknya Islam ke Nusantara
melalui para pedagang muslim. Sikap dan perilaku dagang yang ditunjukkan menjadi salah
satu bukti bahwa sistem yang di bawa para pedagang sesuai dan diterima oleh masyarakat
Nusantara saat itu. Peranan pedagang (baca: pengusaha) muslim, pemerintah, ulama dan
lembaga Islam lainnya pada periode pembentukan menjadi peran yang berjalan secara
sinergis. Untuk itu, harminasi ini hendaknya tetap dijaga dan terus ditingkatkan. Jika
kesimpulan ini disepakati sesungguhnya problem peningkatan ekonomi muslim bukanlah
pada sisi lembaga keuangannya tetapi pada sisi sektor\ riil. Perdebatan apakah SEI ada atau
tiada dikalangan para pakar, hanyalah sekedar untuk menegaskan bagi umat Islam untuk
tidak sekedar ikut-ikutan atau sinis dengan sistem yang tidak bernuansa Islam. Dawan
Rahardjo berpendapat bahwa perkembangan Islam di bidang ekonomi pada masa yang
datang, akan diwarnai oleh tiga faktor: 1). Perkembangan kajian teologi dan diskursus
pembaharuan yang memperkenalkan nilai-nilai Islam. 2). Keberhasilan usaha kecil, usaha
rumah tangga dan sektor informal yang merupakan basis perekonomian kaum muslimin di
Indonesia dan di lain pihak berkembangnya usaha kaum muslimin di sektor modern berskala
besar. 3). Berkembangnya dan berhasilnya eksperimen sistem ekonomi Is- N.J. Coulson, A
History oflsJomic Law (t.t.p.:Edinburg University Press, 1991),p. 10.
Syahbudi: Pemikir an Dan GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia lam, terutama di
bidang keuangan. Oleh karena itu, penguatan di bidang pendidikan dan riset ekonomi Islam
kiranya hams terus ditingkatkan. BIBLIOGRAFI
Adnan, Muhammad Akhyar, "Metodologi Ekonomi Konvensional dan Penelitian Ekonomi
Islami", dalam Antologi Studi Islam: Teori dan Metodologi, M. Amin Abdullah, dkk (Edt.),
Yogyakarta: SunanKalijaga Press, 200 Antonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syari 'ah: dari
Teori ke Praktek, Jakarta:Gema Insani Press, 2001 Aziz, M. Amin, "Nilai-Nilai
Pengembangan Perekonomian dan Perbankan", dalam Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan
Sistem Syari'ah; Perjalarum Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Baihaqi Abd. Madjid
dan Saifuddin A. Rasyid, t.t.p.: Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK), 2000 Budiman, Arief,
Sosialisme, Kapitalisme dan Agama dalam Mencari Ideologi Alternatif; Polemik Agama
Pasca Ideologi Menjelang Abad 21, Maksum (Edt), Bandung: Mizan, 1995 Coulson, N.J., A
History of Islamic Law, t.t.p.: Edinburg University Press, 1991 Damami, Mohammad, Akar
Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta: Fajar

Daftar Pustaka

21
Pustaka Baru, 2000 Damanhuri, L. Didin S., "Metodologi Pemikiran Ekonomi Islam", dalam
Muhammadiyah dan Reformasi (Almanak Muhammadiyah 1420 H), Nurhadi M. Musawir,
dkk (Edt.), Yogyakarta: Aditya Media,2000David L. Sills (Edt.), International Encyclopedia
of the Social Sciences, 17 Vol, New York: The Mac Millan Company & The Fred Press, 1972
Hefner, Robert W, "Islamisasi Kapitalisme: Tentang Pembentukan Bank
Islam Pertama Indonesia", dalam Mark R. Woodward, Jalan Baru Islam; Memetakan
Paradigma Mutakhir Islam Indonesia,
Bandung: Mizan, 1999 Higgins, Benjamin, Indonesia's Economic Stabilization and
Development, New York: t.n.p., 1959 Sartono Kartodirjo (Edt), SejarahNasional Hermeneia,
Jumal Kajian Islam InterdMpliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember 2003:196-216 Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1977 Karim, Adiwarman (Edt), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
Jakarta: HIT, 2000 Mannan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, M. Sonhadji, dkk
(Edt), Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997 Muhammad, Goenawan, "Sub-Sistem
Ekonomi Islam Sebagai suatu Model",dalam Sepercik Pemikiran tentang Ekonomi Islam, M.
Natsir Arsyad (Penyt.), Yogyakarta: Ananda, 1985 Muhammadiyah, PE, Himpunan Majlis
Tarjih Muhammadiyah, Bandung: Sumber Jaya, 1971 Mulkhan, Abdul Munir, Pemikiran
K.H. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah dalam PrespektifPerubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1990 Nasution,
Khoiruddin, "Wilayah Kajian dan Filsafat Ekonomi Islam", dalam Millah, Vol. Ill No. 2,
Januari 2002, Khoiruddin, Kiba dan Poligami; Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad
Abduh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan ACAdeMIA,1996 01 c
Quraisy, Mujahid, "Dinamika Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia", dalam
Muqaddimah No. 12 thn. VII, 2002, Bahardjo, M. Dawam, "Sejarah Ekonomi Islam
(Pengantar)", dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Adiwarman Karim (Edt), Jakarta:
HIT, 2000 ,Islamdan Transfbrmasi Sosial-Ekonomi, cet.l, Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat [LSAP], 1999, "Sistem Ekonomi Alternatif, dalam Sepercik Pemikiran tentang
Ekonomi Islam, M. Natsir Arsyad (Penyt.), Yogyakarta: Ananda, 1985 Salam,Yunus,
Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan; Awal dan Perdjoanganja, Djakarta: Depot Pengadjaran,
1968 Shiddiq, Mohammad Nejatullah, "Studi Terkini Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam:
Suatu Survai", dalam Sejaran Pemikiran Ekonomi Islam, Adiwarman Karim (Edt), Jakarta:
HIT, 2000 « Sumitro, Warkum, As-ox-As-os Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Syahbudi: Pemikiran Dan
GerakanSistem Ekonomi Islam Di Indonesia Persada, 1996 Webster, Noah, Webster's New
Twentieth Century Dictionary Unabridged, second edition, t.t.p.: William Collins Publisher,
Inc., 1980 Syahbudi, S.Ag. adalah mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.216 Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol.2 No. 2 Juli-Desember
2003:196-216

22

Anda mungkin juga menyukai