Anda di halaman 1dari 4

Dinamika III

A.Definisi momentum

Definisi momentum diartikan sebagai besaran yang dihasilkan dari


perkalian antara besaran skalar massa benda dengan besaran vektor kecepatan
geraknya. jadi momentum termasuk besaran vector (besaran yang dipengaruhi oleh
arah). Arah momentum searah dengan kecepatan. momentum sebuah partikel dapat
dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan benda.

semakin besar momentum, maka semakin dasyat kekuatan yang dimiliki


suatu benda. Jikamateri dalam keadaan diam, maka momentumnya sama dengan
nol. Sebaliknya semakin cepat pererakannya, semakin besar juga momentumnya.

momentum dimiliki oeleh benda yang bergerak. Mudahnya momentum


adalah kecendrungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada
kelajuan yang konstan.

Rumus Momentum

Dalam mekanika klasik, momentum ( diartikan dengan P) ditakrifkan sebagai hasil


perkaluan dari massa dan kecepatan, sehingga menghasilkan vektor.

momen suatu benda (P) yang bermassa m dan bergerak dengan kecepatan v
diartikan sebagai berikut.

P = m.v

P = momentum (kg m/s)

v = kecepatan benda(m/s)

2.Definisi Implus

implus adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam waktu hanya sesaat.
bisa juga diartikan bahwa implus adalah hal peristiwa bekerjanya gaya dalam waktu
yang sangat singkat .U ntuk membuat benda yang diam menjadi bergerak di
perlukan sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut bergerak dalam interval
waktu tertentu disebut implus. Implus adalah besaran dari hasil kali antara gaya
(vector) dengan selang waktu gaya tersebut bekerja (skala), jadi implus berkaitan
erat dengan arah.IMPLUS digunakan untuk menambah, mengurangi , dan
mengubah arah momentum dalam suatu waktu. Implus dapat dirumuskan sebagai
hasil perkalian gaya dengan interval waktu. Secara matematis dituliskan sebagai
berikut;

l = F. ∆t

F = gaya (N)

I = Implus

Koferensi Restitusi (lambing e) merupakan negatif perbandingan kecepatan relatif


kedua benda sebelum tumbukan. persamaannya sebagai berikut.

(𝑣2′ −𝑣1′ ) ∆𝑣′


e=- atau e = - ∆𝑣
𝑣2−𝑣1

untuk mencari asal mula dari mana dapatnya persamaan itu, dapat dicari pada
Tumbukan Lenting sempurna dengan menggunakan hokum kekekalan momentum
dan hokum kekekalan energi.

Berikut Caranya:

Berdasarkan hokum kekelalan momentum, dituliskan;

m1v1 + m2v2 = m1v1’+m2v2’

m1v1- m1v1’ = m2v2’ -m2v2’

m1(v1-v1’) = m2(v2’-v2)…………(i)

Dari hokum kekekalan energy kinetic diperoleh:

1 1 1 1
m1v12+2m2v22=2m1 (v1’)2+2m2(v2’)
2
Dikali 2

Jika Persamaan (ii) dibagi dengan persamaan (i) diperoleh :

Persamaan diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut :

Bilangan 1 pada persamaan diataslah yang disebut koefisien restitusi(e) untuk


Tumbukan Lenting Sempurna. Sehingga persamaan koefisien restitusi-nya
dituliskan sebagai berikut :

Berikut Jenis - Jenis Tumbukannya :


1)Tumbukan Lenting Sempurna(e = 1)
Berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi.

2)Tumbukan Lenting Sebagaian(0 < e < 1)


Hanya berlaku Hukum Kekekalan Momentum, Hukum Kekekalan Energi tidak
berlaku karena beberapa energi kinetik diubah menjadi bentuk lain seperti panas,
bunyi, dsb.
3)Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali(e = 0)
Hanya berlaku Hukum Kekelan Momentum, pada Tumbukan Tidak Lenting
Sama Sekali, sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan kedua
benda sesudah tumbukan besarnya sama, yaitu :

http://cathean.blogspot.com/2016/01/fisika-koefisien-restitusi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai