Anda di halaman 1dari 21

SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
b. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
c. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
d. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)

2. ETIOLOGI
a. Pengaruh fisiologi
1. Perubahan metabolisme
Etiologi : imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain
laju metabolik; metabolik karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium;
dan gangguan pencernaan.
2. Perubahan sistem respiratori
Etiologi: klien pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami
komplikasi paru-paru.
3. Perubahan sistem kardiovaskuler
Ada tiga perubahan utama, yaitu :
 Hipotensi ortostatik
Adalah penurunan tekanan darah , terjadi penurunan sirkulasi
volume cairan, pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, dan
penurunan respon otonom.
 Beban kerja jantung
Jika beban jantung meningkat maka komsusi oksigen juga
meningkat. Jika imobilisasi meningkat maka curah jantung
menurun, penuruna efisiensi jantung yang lebih lanjut dan
meningkat beban kerja.
 Trombus
Adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor-faktor pembekuan
darah, dan elemen sel-sel darah yang menempel pada dingding
bagian anterior vena atau arteri, kad ang-kadang menutup lumen
darah.
4. Perubahan sistem muskuloskeletal
Etiologi: pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi
gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi
mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan
massa otot, dan gangguan metabolisme kalsium dan gangguan
mobilisasi sendi
 Pengaruh otot
Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan masa
tubuh, yang membentuk sebagian otot.
 Pengaruh skelet
Imobilisasi menyebabkan perubahan terhadap skelet:gangguan
metabolisme kalsium dan kelainan sendi.
5. Perubahan sistem integumen
Etiologi: dekubitus adalah salah satu penyakit iatrogenik paling umum
dalam perawatan kesehatan dimana perpengaruh terhadap populasi
klien khusus lansia dan imobilisasi.
6. Perubahan eliminasi urine
Etiologi: eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi akibat
kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya
gravitasi, pelvis, ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam
ureter. Kondisi ini disebut status urine dan meningkatkan resiko infeksi
saluran perkemihan dan butu ginjal.

Kondisi – kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain


(Restrick, 2005) :
a. Fall
b. Fracture
c. Stroke
d. Postoperative bed rest
e. Dmentia and Depression
f. Instability
g. Hipnotic medicine
h. Impairment of vision
i. Polipharmacy
j. Fear of fall

b. Pengaruh psikososial
Etiologi: imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual, sensori,
dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap.
Bagaimanapun lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan emosional paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,
perubahan siklus tidur, bangun, dan gangguan koping.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Respon fisiologis dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa
otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan
metabolism kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan
(sepertikonstipasi).
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
6) Integument seperti ulkus dekubitus adalaha kibat ischemia dan
anoksia jaringan.
7) Neurosensori : sensori deprivation.
b. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah
depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Pergerakan tidak terkoordinasi.
e. Penurunan waktu reaksi (lambat)

4. KOMPLIKASI
A. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic
normal antara lain laju metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak,
dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan
kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan infeksius padaklien
immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya demam dan
penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen
selular.Gangguan metabolic yang mungkin terjadi :
1. Defisensi kalori dan proterin merupakan karakteristik klien
yangmengalamianoreksia sekunder akibat mobilisasi. Immobilisasi
menyebabkan asam aminotidak digunakan dan akan diekskresikan.
Pemecahan asasm amino akan terus terjadi dan menghasilkan nitrogen
sehingga akumulasinya kan menyebbakankeseimbangan nitrogen
negative , kehilangan berat badan , penurnan massa otot, dan
kelemahan akibat katabolisme jaringan. Kehilangan masa otot
tertutama pada hati,jantung,paru-paru, saluran pencernaan, dan imunitas.
2. Ekskresi kalssium dalam urin ditngkatkan melalui resorpsi tulang. Hal
initerjadi karena immobilisasi menyebabkan kerja ginjal yang
menyebabkanhiperkalsemia.
3. Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan mempengaruhi
system metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan
terhadap metabolisme zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan
metabolism protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia
lanjut yang imobilisasi sehingga menyebab kan metabolisme menjadi
katabolisme. Keadaan tidak beraktifitas dan imobilisasi selama 7 hari
akan meningkatkan ekskresinitrogen urin sehingga terjadi
hipoproteinemia.
4. Gannguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas usus.
Konstipasisebagai gejala umum , diare karena feces yang cair melewati
bagian tejpit dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus
mekanik bila tidak ditangani karena adanya distensi dan peningkatan
intraluminal yang akan semakin parah bila terjadi
dehidrasi,terhentinya basorbsi, gannguan cairan dan elektrolit.

B. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
C. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
D. Gangguan Fungsi Gastrointestin
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
E. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot,
F. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
G. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
H. Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
I. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan
elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
J. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
K. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
B. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
C. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
D. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin
dan SGOT ↑ pada kerusakan otot

B. PERUBAHAN PADA LANSIA TERKAIT DENGAN PENYAKIT YANG


TIMBUL
Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilisasi
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi
gangguan.Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung dari umur klien,
dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang
dialami.Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia berpenyakit
kronik lebih cepat dibandingkan klien yang lebih muda (Perry dan Potter, 1994).
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilisasi dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme
di dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal
metabolism rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk
perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi
sel. Perubahan metabolisme imobilisasi dapat mengakibatkan proses
anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini juga dpat
berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.Defisiensi kalori dan protein
merupakan karakteristik klien yang mengalami penurunan selera makan
sekunder akibat imobilisasi. Protein disintesis dan diubah menjadi asam
amino dalam tubuh untuk dibentuk kembali menjadi protein lain secara
konstan. Asam amino yang tidak digunakan akan diekskresikan. Tubuh
dapat mensintesa asam amino tertentu (nonesensial) tetapi tergantung pada
protein yang dikonsumsi untuk menyediakan delapan asam amino esensial.
Jika lebih banyak nitrogen (produk akhir pemecahan asam amino) yang
diekskresikan dari pada yang dimakan dalam bentuk protein, maka tubuh
dikatakan mengalami keseimbangan nitrogen negatif, dan kehilangan berat
badan, penurunan massa otot, dan kelemahan akibat katabolisme jaringan.
Kehilangan protein menunjukkan penurunan massa otot terutama pada hati,
jantung, paru-paru, saluran pencernaan, dan sistem kekebalan (Long et al,
1993 dalam Fundamental Keperawatan Perry dan Potter ed.4, Vol.2).
Beberapa dampak perubahan metabolisme di antaranya adalah pengurangan
jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan
dalam mengubah zat gizi, dang gangguan gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan
tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravascular
ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.Ekskresi kalsium dalam urine
ditingkatkan melalui resorpsi tulang.Imobilisasi menyebabkan pelepasan
kalsium ke dalam sirkulasi.Dalam keadaan normal ginjal dapat
mengekskresi kelebihan kalsium.Jika ginjal tidak mampu berespon dengan
tepat maka terjadi hiperkalsemia (Holm, 1989 dalam Fundamental
Keperawatan Perry dan Potter Ed.4, Vol.2).
3. Gangguan Fungsi Gastriointestinal
Imobilisasi dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
disebabkan karena imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat
menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung
yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.Gangguan fungsi
gastrointestinal bervariasi dan mengakibatkan penurunan motilitas saluran
gastrointestinal.Konstipasi merupakan gejala umum.Diare sering terjadi
akibat impaksi fekal.Perawat harus waspada terhadap temuan penemuan
seperti ini yaitu bukan diare yang normal, tetapi lebih cair feses yang
berjalan melalui area yang terjepit.Jika dibiarkan tidak ditangani, impaksi
fekal dapat mengakibatkan obstruksi usus mekanik sebagian ataupun
keseluruhan yang menyumbat lumen usus, menutup dorongan normal dari
cairan dan udara.Akibat adanya cairan dalam usus menimbulkan distensi dan
peningkatan tekanan intraluminal.Selanjutnya, fungsi usus menjadi tertekan,
terjadi dehidrasi, terhentinya absorbsi, dan gangguan cairan dan elektrolit
semakin memburuk.
4. Perubahan Sistem Pernapasan
Akibat imobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan
terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan
anemia.
5. Perubahan Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular juga dipengaruhi oleh imobilisasi.Ada tiga perubahan
utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah
sistolik 25 mmHg dan diastolik 10mmHg ketika klien bangun dari posisi
berbaring atau duduk ke posisi berdiri.Pada klien imobilisasi, terjadi
penurunan sirkulasi volume cairan, pengumpulan darah pada ekstremitas
bawah, dan penurunan respon otonom.Faktor-faktor tersebut mengakibatkan
penurunan aliran balik vena, diikuti oleh penurunan curah jantung yang
terlihat pada penurunan tekanan darah (McCance and Huether, 1994 dalam
Fundamental Keperawatan Perry dan Potter Ed. 4, Vol.2).Jika beban kerja
jantung meningkat maka konsumsi oksigen juga meningkat.Oleh karena itu
jantung bekerja lebih keras dan kurang efisien selama masa istirahat yang
lama.Jika imobilisasi meningkat maka curah jantung menurun, penurunan
efisiensi jantung yang lebih lanjut dan peningkatan bebanm kerja.Klien juga
berisiko terjadi pembentukan thrombus.Kelainan aliran darah vena yang
lambat akibat tirah baring dan imobilisasi dapat menyebabkan akumulasi
trombosit, fibrin, faktor-faktor pembekuan darah, dan elemen sel-sel darah
yang menempel pada dinding bagian anterior vena atau arteri, kadang-
kadang menutup lumen pembuluh darah.

6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Perubahan yang terjadi dalam sistem musculoskeletal sebagai dampak dari
imobilisasi adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh Otot.Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan
massa tubuh, yang membentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan
massa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan
kelelahan. Massa otot menurun akibat metabolisme dan tidak digunakan.
Jika imobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih, maka akan terjadi
penurunan massa yang berkelanjutan.Penurunan stabilitas terjadi akibat
kehilangan daya tahan, penururnan massa otot, atrofi dan kelainan sendi
yang aktual. Sehingga klien tersebut tidak mampu bergerak terus
menerus dan sangat berisiko untuk jatuh.
b. Pengaruh Skelet. Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap
skelet : gangguan metabolisme kalsium dan kelainan sendi. Karena
imobilisasi berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang
menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis (Holm, 1989 dalam
Fundamental KeperawatanPerry dan Potter Ed.4, Vol.2). Apabila
osteoporosis terjadi maka klien berisiko terjadi fraktur patologis.
Imobilisasi dan aktivitas yang tidak menyangga tubuh meningkatkan
kecepatan resorpsi tulang. Resorpsi tulang juga menyebabkan kalsium
terlepas ke dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadi hiperkalsemia.
Imobilisasi dapat mengakibatkan kontraktur sendi dimana terjadi kondisi
abnormal dan biasanya permanen yang ditandai oleh sendi fleksi dan
terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakannya, atrofi, dan
pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat
mempertahankan rentang gerak dengan penuh. Sayangnya kontraktur
sering menjadikan sendi pada posisi yang tidak berfungsi (Lehmkuhl et
al, 1990 dalam Fundamental Keperawatan Perry dan Potter Ed. 4, Vol.
2). Satu macam kontraktur umum dan lemah yang terjadi adalah foot
drop, dimana kaki terfiksasi pada posisi plantarfleksi secara permanen.
Ambulasi sulit pada kaki dengan posisi ini.
7. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadinya iskemia
serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai
akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
8. Perubahan Eliminasi
Eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi tegak
lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan
kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi rekumben atau
datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar seperti pesawat. Ginjal yang
membentuk urine harus masuk ke dalam kandung kemih melawan gaya
gravitasi. Akibat kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan
gaya gravitasi, pelvis ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam
ureter. Kondisi ini disebut statis urine dan meningkatkan risiko infeksi
saluran perkemihan dan batu ginjal.Klien dengan imobilisasi berisiko terjadi
pembentukan batu karena gangguan metabolisme kalsium dan akibat
hiperkalsemia. Sejalan dengan masa imobilisasi yang berlanjut, asupan
cairan yang terbatas, dan penyebab lain seperti demam, akan mengakibatkan
resiko dehidrasi. Akibatnya haluaran urine menurun, umunya urine yang
diproduksi berkonsentrasi tinggi.Urine yang pekat ini meningkatkan risiko
terjadi batu dan infeksi.Perawatan perineal yang buruk setelah defekasi
terutama pada wanita, meningkatkan risiko kontaminasi saluran perkemihan
oleh bakteri Escherechia Coli. Penyebab lain infeksi saluran perkemihan
pada klien imobilisasi adalah pemakaian kateter urine menetap.
9. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus
tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku
tersebut merupakan dampak imobilisasi karena selama proses imobilisasi
seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan
lain-lain.

C. ASKEP
1. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi dan imobilisasi, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan imobilisasi, daerah
terganggunya mobilisasi dan imobilisasi, dan lama terjadinya gangguan
mobilisasi.
2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.

5. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
Derajat
Tipe Gerakan Rentang
Normal
Leher, Spina, Servikal
Fleksi : menggerakkkan dagu menempel ke dada 45
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak 45
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh 10
mungkin
Fleksi Lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin ke 40-45
arah setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan 180
sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke 180
depan ke posisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula 180
Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas 180
kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang 320
tubuh sejauh mungkin
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan 90
menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam
dan ke belakang
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan 90
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala
Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga 70-90
telapak tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan 70-90
menghadap ke bawah
Pergelangan Tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan 80-90
bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, 80-90
dan lengan bawah berada dalam arah yang sama
Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan Sampai 30
miring (medial) ke ibu jari
Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring 30-50
(lateral) ke arah lima jari
Jari-jari Tangan
Fleksi : membuat pergelangan 90
Ekstensi : meluruskan jari tangan 90
Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang 30-60
sejauh mungkin
Ibu Jari
Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan 90
telapak tangan
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan 90
Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas 90-120
Ekstensi : menggerakkan kembali kesamping tungkai yang 90-120
lain
Lutut
Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-130
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130
Mata Kaki
Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki 20-30
menekuk ke atas
Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki 45-50
menekuk kebawah

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan pada
sistem pernapasan, antara lain : suara napas,analisa gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna.
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di
1 10
palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi
2 25
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
4 75
gravitasi dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang
5 100 normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

8. Kaji Batasan Karakteristik


Kerusakan Mobilitas Fisik
 Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
 Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
 Keterbatasan ROM
 Sulit terbalik
 Perubahan gaya berjalan
 Penurunan waktu reaksi
 Gerakan menjadi napas pendek
 Usaha yang kuat untuk perubahan gerak
 Gerak lambat
 Gerakan menyebabkan tremor
9. Kaji Faktor yang Berhubungan
Kerusakan mobilitas fisik
 Pengobatan
 Terapi pembatasan gerak
 Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
 IMT di atas 75% sesuai dengan usia
 Kerusakan sensori persepsi
 Nyeri, tidak nyaman
 Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
 Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
 Depresi mood atau cemas
 Kerusakan kognitif
 Penurunan kekuatan otot, control dan atau massa
 Keengganan untuk memulai gerak
 Gaya hidup menetap, tidak fit
 Malnutrisi umum atau spesifik
 Kehilangan integritas struktur tulang
 Keterlambatan perkembangan
 Kekakuan sendi atau kontraktur
 Keterbatasan daya tahan kardiovaskular
 Berhubungan dengan metabolisme selular
 Keterbatasan lingkungan fisik atau social
 Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan dengan umur

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Intoleransi aktivitas
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Defisit perawatan diri . (Tarwoto & Wartonah, 2003)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
berhubungan keperawatan selama …. x 24
dengan Kelemahan jam :  Tentukan penyebab
umum keletihan: :nyeri,
 Klien mampu aktifitas, perawatan ,
mengidentifikasi aktifitas pengobatan
dan situasi yang  Kaji respon emosi,
menimbulkan kecemasan sosial dan spiritual
yang berkonstribusi pada terhadap aktifitas.
intoleransi aktifitas.  Evaluasi motivasi dan
 Klien mampu keinginan klien untuk
berpartisipasi dalam meningkatkan
aktifitas fisik tanpa aktifitas.
disertai peningkatan TD,  Monitor respon
N, RR dan perubahan kardiorespirasi
ECG terhadap aktifitas :
 Klien mengungkapkan takikardi, disritmia,
secara verbal, dispnea, diaforesis,
pemahaman tentang pucat.
kebutuhan oksigen,  Monitor asupan nutrisi
pengobatan dan atau alat untuk memastikan ke
yang dapat meningkatkan adekuatan sumber
toleransi terhadap energi.
aktifitas.  Monitor respon
 Klien mampu terhadap pemberian
berpartisipasi dalam oksigen : nadi, irama
perawatan diri tanpa jantung, frekuensi
bantuan atau dengan Respirasi terhadap
bantuan minimal tanpa aktifitas perawatan
menunjukkan kelelahan diri.
 Letakkan benda-benda
yang sering digunakan
pada tempat yang
mudah dijangkau
 Kelola energi pada
klien dengan
pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan
yang menurunkan
energi.
 Kaji pola istirahat
klien dan adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.

Terapi Aktivitas

 Bantu klien melakukan


ambulasi yang dapat
ditoleransi.
 Rencanakan jadwal
antara aktifitas dan
istirahat.
 Bantu dengan aktifitas
fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
 Minimalkan anxietas
dan stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
 Kolaborasi dengan
medis untuk
pemberian terapi,
sesuai indikasi

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Latihan Kekuatan
mobilitas fisik keperawatan selama ...x 24  Ajarkan dan berikan
berhubungan jam klien menunjukkan: dorongan pada klien
dengan : untuk melakukan
Kerusakan sensori  Mampu mandiri total program latihan secara
persepsi.  Membutuhkan alat bantu rutin
 Membutuhkan bantuan Latihan untuk ambulasi
orang lain  Ajarkan teknik
 Membutuhkan bantuan Ambulasi &
orang lain dan alat perpindahan yang
 Tergantung total aman kepada klien dan
 Dalam hal : keluarga.
 Penampilan posisi tubuh  Sediakan alat bantu
yang benar untuk klien seperti
 Pergerakan sendi dan otot kruk, kursi roda, dan
 Melakukan perpindahan/ walker
ambulasi : miring kanan-  Beri penguatan positif
kiri, berjalan, kursi roda untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang
aman.
Latihan mobilisasi dengan
kursi roda
 Ajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda
& cara berpindah dari
kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya.
 Dorong klien
melakukan latihan
untuk memperkuat
anggota tubuh
 Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
 Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
 Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur
tubuh yg benar untuk
menghindari
kelelahan, keram &
cedera.
 - Kolaborasi ke ahli
terapi fisik untuk
program latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda. 2005. Diagnose Keperawatan. Jakarta : Prima Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia& proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika

limul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika

Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan: Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. W DENGAN FRAKTUR FEMUR SINISTRA YANG MENGALAMI
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI WISMA SURTI KANTI PANTI WREDA WERNING WARDOYO

Disusun Oleh:
Nadila Hardana/1607030/PSIK

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai