KEPERAWATAN GERONTIK
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
b. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
c. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
d. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
2. ETIOLOGI
a. Pengaruh fisiologi
1. Perubahan metabolisme
Etiologi : imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain
laju metabolik; metabolik karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium;
dan gangguan pencernaan.
2. Perubahan sistem respiratori
Etiologi: klien pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami
komplikasi paru-paru.
3. Perubahan sistem kardiovaskuler
Ada tiga perubahan utama, yaitu :
Hipotensi ortostatik
Adalah penurunan tekanan darah , terjadi penurunan sirkulasi
volume cairan, pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, dan
penurunan respon otonom.
Beban kerja jantung
Jika beban jantung meningkat maka komsusi oksigen juga
meningkat. Jika imobilisasi meningkat maka curah jantung
menurun, penuruna efisiensi jantung yang lebih lanjut dan
meningkat beban kerja.
Trombus
Adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor-faktor pembekuan
darah, dan elemen sel-sel darah yang menempel pada dingding
bagian anterior vena atau arteri, kad ang-kadang menutup lumen
darah.
4. Perubahan sistem muskuloskeletal
Etiologi: pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi
gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi
mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan
massa otot, dan gangguan metabolisme kalsium dan gangguan
mobilisasi sendi
Pengaruh otot
Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan masa
tubuh, yang membentuk sebagian otot.
Pengaruh skelet
Imobilisasi menyebabkan perubahan terhadap skelet:gangguan
metabolisme kalsium dan kelainan sendi.
5. Perubahan sistem integumen
Etiologi: dekubitus adalah salah satu penyakit iatrogenik paling umum
dalam perawatan kesehatan dimana perpengaruh terhadap populasi
klien khusus lansia dan imobilisasi.
6. Perubahan eliminasi urine
Etiologi: eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi akibat
kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya
gravitasi, pelvis, ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam
ureter. Kondisi ini disebut status urine dan meningkatkan resiko infeksi
saluran perkemihan dan butu ginjal.
b. Pengaruh psikososial
Etiologi: imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual, sensori,
dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap.
Bagaimanapun lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan emosional paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,
perubahan siklus tidur, bangun, dan gangguan koping.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Respon fisiologis dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa
otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan
metabolism kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan
(sepertikonstipasi).
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
6) Integument seperti ulkus dekubitus adalaha kibat ischemia dan
anoksia jaringan.
7) Neurosensori : sensori deprivation.
b. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah
depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Pergerakan tidak terkoordinasi.
e. Penurunan waktu reaksi (lambat)
4. KOMPLIKASI
A. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic
normal antara lain laju metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak,
dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan
kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan infeksius padaklien
immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya demam dan
penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen
selular.Gangguan metabolic yang mungkin terjadi :
1. Defisensi kalori dan proterin merupakan karakteristik klien
yangmengalamianoreksia sekunder akibat mobilisasi. Immobilisasi
menyebabkan asam aminotidak digunakan dan akan diekskresikan.
Pemecahan asasm amino akan terus terjadi dan menghasilkan nitrogen
sehingga akumulasinya kan menyebbakankeseimbangan nitrogen
negative , kehilangan berat badan , penurnan massa otot, dan
kelemahan akibat katabolisme jaringan. Kehilangan masa otot
tertutama pada hati,jantung,paru-paru, saluran pencernaan, dan imunitas.
2. Ekskresi kalssium dalam urin ditngkatkan melalui resorpsi tulang. Hal
initerjadi karena immobilisasi menyebabkan kerja ginjal yang
menyebabkanhiperkalsemia.
3. Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan mempengaruhi
system metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan
terhadap metabolisme zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan
metabolism protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia
lanjut yang imobilisasi sehingga menyebab kan metabolisme menjadi
katabolisme. Keadaan tidak beraktifitas dan imobilisasi selama 7 hari
akan meningkatkan ekskresinitrogen urin sehingga terjadi
hipoproteinemia.
4. Gannguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas usus.
Konstipasisebagai gejala umum , diare karena feces yang cair melewati
bagian tejpit dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus
mekanik bila tidak ditangani karena adanya distensi dan peningkatan
intraluminal yang akan semakin parah bila terjadi
dehidrasi,terhentinya basorbsi, gannguan cairan dan elektrolit.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
B. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
C. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
D. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin
dan SGOT ↑ pada kerusakan otot
C. ASKEP
1. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi dan imobilisasi, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan imobilisasi, daerah
terganggunya mobilisasi dan imobilisasi, dan lama terjadinya gangguan
mobilisasi.
2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Intoleransi aktivitas
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Defisit perawatan diri . (Tarwoto & Wartonah, 2003)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Terapi Aktivitas
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia& proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
limul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika
Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan: Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. W DENGAN FRAKTUR FEMUR SINISTRA YANG MENGALAMI
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI WISMA SURTI KANTI PANTI WREDA WERNING WARDOYO
Disusun Oleh:
Nadila Hardana/1607030/PSIK