Anda di halaman 1dari 9

Dunia Peternakan

Rabu, 03 Oktober 2012

Proses Kelahiran/Partus Ternak

Partus adalah suatu proses kelahiran yang dimulai dengan pelunakan dan dilatasi awal dari cervix
bersamaan waktunya dengan dimulainya kontraksi uterus dan berakhir ketika fetus dan membran
plasentannya dikeluarkan.

A.Tanda-tanda Mendekati Kelahiran

1.Pelvis

Tanda-tanda mendekati kelahiran dapat dilihat selama bulan terakhir kebuntingan seperti rotasi posisi
kebuntingan, pertumbuhan kelenjar mammae, perluasan pelvis, vulva akn jadi lunak dan membengkak,
ada mucus serta mencari tempat sembunyi (sapi) dan membuat sarang pada babi.

2.Vagina dan Vulva

Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya menunjukan tanda-tanda
melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai berikut: (Anonim 2010)

Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah sambil mengembik-
embik.

Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.

sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.

Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.

Vulva Basah dan Berdilatasi, serta keluar cairanALLANTOIS dari vagina.

Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang akan
melahirkan menunjukkan tandatanda seperti: (anonim 2011)

· vulva membengkak dan warna kemerahan,

· pinggul terasa lebih lentur,


· puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan

· vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran.

B. Inisiasi Kelahiran

Inisiasi Kelahiran Fetus:

Fetus bertanggung jawab terhadap inisiasi partus pada hewan domestik (Jackson, 2004). Hal
tersebut dimungkinkan akibat dari peningkatan ukuran fetus yang cepat, meningkatnya masalah
pertukaran antara zat sisa dengan nutrisi melalui plasenta, perkembangan gerak aktif anggota gerak dan
paru-paru fetus (Hunter, 1995) atau dapat disebabkan oleh stres fetus akibat plasenta tidak mampu lagi
menyuplai kebutuhan dan tuntutan fetus (Jackson, 2004).

Progesteron yang dihasilkan corpora lutea di ovarium konsentrasinya tinggi selama kebuntingan.
Fungsinya mencegah kontraksi myometrium uterus dan mencegah pengeluaran fetus. Akan tetapi, dua
minggu sebelum kelahiran, estrogen dan relaxin berangsur-angsur meningkat, sedangkan progesteron
menurun. Relaxin meningkat dalam darah sekitar 10-14 hari pada akhir masa gestasi. Ini diduga
menyebabkan dilatasi cervix, distensi pelvis, pertumbuhan mamae, dan menghambat kontraksi uterus
(Knox, 2008).

Mekanisme induksi kelahiran dimulai dengan pelepasan hormon ACTH yang berasal dari otak
fetus setelah mencapai tahap perkembangan. Hormon ini menyebabkan reaksi cascade sehingga terjadi
pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal fetus, yang menginduksi pelepasan estron dan estradiol dari
plasenta, yang kemudian menstimulasi uterus untuk melepaskan prostaglandin yang menyebabkan
regresi corpus luteum dan menghentikan produksi progesteron. Kira-kira 1-2 hari sebelum kelahiran
konsentrasi progesteron mulai turun dalam sirkulasi. Pelepasan relaxin terjadi dalam 2-3 gelombang
antara 44-26 jam sebelum kelahiran dan puncaknya pada 14-22 jam dan kemudian turun sebelum
keluarnya genjik pertama. Baik estrogen dan relaxin menyebabkan perubahan cervix yang membuat
saluran kelahiran membuka. Kurang dari 10 jam, estrogen dalam darah meningkat dengan cepat, dan
kurang dari 9 jam otot uterus mulai kontraksi (Knox, 2008). Pada waktu yang sama, prostaglandin dibawa
ke pituitari anterior dan menyebabakan pelepasan oksitosin ke dalam pembuluh darah (Jones, 1986).
Oksitosin meningkat 9-4 jam sebelum kelahiran genjik pertama dan puncaknya selama genjik
dikeluarkan. Prostaglandin dalam darah juga meningkat selama pengeluaran fetus. Pada kelahiran alami,
oksitosin meningkat di atas level baseline (garis dasar) yang hanya berjalan ketika nilai progesteron
dalam darah turun di bawah 10 ng/ml (Knox, 2008)

1.Mekanisme Intra Uteri

Faktor hormonal

‡ Fetus meregangkan serviks terjadi rangsangan ke otak,hipotalamus, Hipofisa anterior mengeluarkan


oxytosin‡
Oxytosin merangsang uterus untuk memulai kontraksi . Progesteron, menjaga kebuntingan‡ Menurun
pada ahir kebuntingan,Estrogenmeningkat, oksitosin tampil. Terjadi kontraksi urat daging uterus‡
Estrogen, terbentuk sejak plasenta terbentuk. Semakin tinggi berat plasenta semakin tinggi kadar
estrogen. Bersama-sama dengan oksitosin merangsang uterusberkontraksi. (Anonim,2010)

Peranan kortisol dalam kelahiran

Pemberian Dexamethasone (DexadresonÒ, 15 ml) dalam waktu pendek segera sebelum atau menjelang
kelahiran akan merangsang peningkatan konsentrasi Cortisol Fetus dan merangsang proses kelahiran.
Umumnya kelahiran akan terjadi dalam waktu 72 Jam. Selanjutnya apabila induksi dilakukan lebih dari 7
– 10 hari sebelum waktu kelahiran, maka respons yang ditimbulkan lebih bervariasi dan kejadian
kegagalan induksi akan lebih sering terjadi. Kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pemberian
preparat corticosteroid yaitu Dexafort Ò, 10 ml dalam dosis medium, kemudian dilanjutkan satu (1)
minggu kemudian pemberian periode pendek preparat DexadresonÒ; 10-15 ml. Induk Sapi akan
melahirkan dalam waktu pemberian preparat Corticosteroid. (Anonim,2011)

2. Mekanisme Kontrol Ekstra uteri

Terjadi Relaksasi dan dilatasi servik, fetus mengambil postur kelahiran, kontraksi uterus terjadi dan
Chorionallantois memasuki vagina. Tahap kedua : Kontraksi uterus berlanjut, Fetus masuk kedalam
saluran peranakan, Kontraksi abdominal terjadi, Amnion memasuki vagina dan Fetus dikeluarkan. Tahap
ketiga Hilangnya sirkulasi plasenta, Pemisahan plasenta terjadi, Kontraksi uterus dan abdominal
berlanjut dan Plasenta dikeluarkan. Pada spesies politokus, tahap pertama kelahiran diikuti oleh
rangkaian kelahiran fetus tahap kedua. Hal ini kemudian bisa diikuti oleh tahap ketiga setelah setiap
tahap kedua atau keluarnya plasenta setelah kelahiran dari satu kelompok atau semua anak
(Purwo,2009)

c.Kontraksi Uterus

-Progesetron

Pada Sapi, Progesteron berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan pada saat kebuntingan
Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan konsentrasi atau level Progesteron darah
pada hari ke 150 kebuntingan dan selama beberapa saat sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus
luteum merupakan sumber dari Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga
memproduksi Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak, proses kelahiran
dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini akan merangsang produksi
Estrogen dan Prostaglandin (PGF2a). Selanjutnya Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus
luteum (Corpus Luteum) dan konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara
drastis. Dari prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk induksi kelahiran
dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan Prostaglandin, Corticosteroid atau
kombinasi ke dua hormon tersebut (Anonim 2011)

-Relaksin
Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa mekanisme
yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan
produksi dan pelepasan yang lebih besar dari estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a
dari uterusPGF2a yang menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber
utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan. Tampaknya kenaikan cortisol fetus
menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi Progesteron menjadi
Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan
progesteronterlihat sebelum kenaikan PGF2a. Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf
sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus.
Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang lebih besar disebabkan oleh
oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi
dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu dan bukan
dengan part(Anonim,2011)

Peristiwa fisiologis dalam kelahiran berupa dilatasi cervix dan kontraksi uterus. Dilatasi cervix disebabkan
oleh relaxin ketika bekerja sama dengan kadar estrogen yang meningkat. Kontraksi uterus awal mungkin
disebabkan oleh PGF2α ketika terlepas dari endometrium dengan meningkatnya kadar estrogen
(Anonim., 2004). Hormon peptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum
pada kebuntingan awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan
mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium. (Anonim,2011)

- Prostaglandins

Injeksi dengan dosis standar ProstaglandinF2a selama minggu kelahiran atau dalam minggu dimana
waktu proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat diinduksi dan umumnya kelahiran terjadi
dalam waktu 48 Jam setelah injeksi Prostaglandins. Selain itu pemberian kombinasi corticosteroid dan
prostaglandin akan lebih baik karena akan memberikan efek pada tingkat dewasa kelamin (maturasi)
fetus yang dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek negatif yaitu meningkatkan kejadian
terhambatnya pelepasan plasenta. Penggunaan Prostaglandin beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan
dapat menyebabkan terhindarnya penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting untuk
diketahui bahwa pelaksanaan waktu perkawinan yang tepat akan mencegah kekahiran prematur yang
erat kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah kelahiran. Catatan perkawinan (breeding
record) adalah sangat penting diperhatikan, dimana hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor
kebersihan lingkungan saat induk melahirkan (Anonim,2011)

d. Proses Pengeluaran Fetus

-Fase-fase kelahiran Fasepertama

Pada umumnya fase ini merupakan fase relaksasi dan dilatasi servik, chorionallantois memasuki vagina
dan merupakan awal kontraksi yang berkelanjutan dari uterus. Kontraksi uterus merupakan awal dari
periode relaksasi, sedangkan suplai darah fetus akan terhenti. Otot pelvis akan mengendor dan
perineum akan memanjang. Kontraksi uterus ini belum menyebabkan uterus menjadi tegang, walaupun
pergerakan fetus kadang melewati hingga dinding abdomen. Selain beberapa kali kucing akan kembali
mencari tempat yang nyaman dan tingkah laku manja yang mulai terlihat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini yaitu, kucing akan mencakar-cakar, yang menunjukkan bahwa kucing tersebut
berusaha membuat tempat tidur untuk menjaga anak-anaknya, dan kadang nafasnya akan terlihat
terengah-engah pada akhir fase pertama. Pengeluaran cairan dari vagina kadang terlihat dan dijilati.
Pada kucing yang baru pertama kali melahirkan, fase pertama akan terjadi berkepanjangan, bahkan
hingga 36 jam walaupun tanpa keadaan abnormal (Purwo,2009). Fase kedua dan ketiga Setelah relaksasi
pada fase pertama, kontraksi uterus akan menjadi lebih kuat dan lebih teratur dan mengatur gerakan
fetus yang terdapat di dalamnya dan menyesuaikan terhadap gerakan membukanya pelvis. Ketika
pertama kali fetus melalui pelvis, permukaan terluar dari membran fetus terbentuk kantung cairan pada
vulva yang mengeluarkan cairan dan biasanya akan dijilati oleh kucing. Sedangkan permukaan terdalam
melewati pelvis dan menahan cairan tersebut sebagai cairan lanjutan yang membantu keluarnya fetus
(Purwo,2009). Tekanan cairan berperan penting dalam proses kelahiran, diantaranya membantu
pelebaran servik yang telah relaksasi dan membantu keluarnya fetus di vagina. Ketika cairan terus
membasahi vulva, kantung cairan berada pada vulva yang merupakan permulaan fetus melewati pelvis
pada posisi yang telah memutar. Selama pembentukan fetus berada pada posisi berbaring
membelakangi membran, dan saat kelahiran, kucing sudah dalam posisi yang seharusnya (Anonim,
2008a).

Dalam proses ini, fetus juga berperan dalam memutar tubuhnya. Jika fetus mati sebelum menempati
pelvis, kemungkinan fetus tidak akan berputar. Pada kasus normal, seluruh bagian kepala fetus akan
memasuki pelvis dan tekanannya menyebabkan menegangnya otot abdomen. Proses menegangnya otot
abdomen ini membantu terdorongnya fetus ke ruang pelvis. Pada keadaan normal, awal dari fase kedua
bisa terjadi dari 5 hingga 30 menit. Ketika kepala mulai keluar dari vulva, beberapa tegangan kecil akan
terjadi saat tubuh melewati pelvis dan vulva (Purwo,2009). Fase ketiga segera terjadi setelah fase kedua,
ini juga merupakan awal dari involusi uterus, dimana bagian dari uterus akan kembali berkontraksi dan
memendek. Secara normal, korpus uterus dilewati segera setelah masing-masing anak kucing yang
keluar. Kadang-kadang anak kedua akan segera keluar dari kornu uterus yang lain, dimana lapisan korpus
akan tertahan sebentar dan dua anak berikutnya akan keluar bersamaan (Anonim, 2008a). Setelah
semua anak keluar, induk akan membersihkan mulut dan hidung anaknya, kemudian memotong
umbilicus dan memakan plasenta. Stadium kedua dan ketiga berulang hingga semua anak keluar. Selang
waktu keluarnya kucing bermacam-macam, dari 10 menit hingga satu jam. Proses kelahiran memakan
waktu yang berbeda-beda, kucing berbulu pendek biasanya memakan waktu yang lebih singkat daripada
kucing berbulu panjang, terutama kucing persia. Kucing biasanya mempunyai rata-rata jumlah anak 4
ekor dalam sekali kelahiran (Purwo,2009).

e. Dystocia/distokia

- penyebab genetik

* Hal ini dapat terjadi akibat faktor yang terdapat pada induk yang memiliki kecenderungan mengalami
distokia.
* Adanya gen-gen resesif pada induk dan jantan yang dapt menghasilkan foetus yang tidak sempurna.
(AKK,1995).

- penyebab Tatalaksana dan pakan

· Bagi sapi dara yang sedang tumbuh tetapi kurang mendapatkan makanan yang cukup sehingga
kekurangan zat makanan dapat menghambat pertumbuhan tubuh dan pevis. Ukuran tubuh sapi yang
kecil ini dapat mengakibatkan distokia.

· Sapi-sapi yang dikawinkan terlalu awal atau terlalu muda dapat menimbulkan distokia.

· Sapi-sapi terkurung terus-menerus dalam kandang (AKK,1995).

- Sebab lain

* Sapi-sapi yang alat reproduksinya seperti dinding uterus kena infeksi yang parah, sehingga
kesanggupan berkontraksi hilang,

* Posisi fetus yang tidak benar di dlam uterus, karena kaki terlipat, atau leher dan kepala terlipat
kesamping (AKK,1995).

- Upaya Mengatasi Distokia

Merupakan suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi cervik) dan kedua (pengeluaran fetus) lebih
lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi induk untuk mengeluarkan fetus. Sebab –sebab
distokia diantaranya herediter, gizi, tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain. Penanganan
yang dapat dilakukan diantaranya:

· Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di dorong
(ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi).

· Penarikan paksa, apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulir perejanan.

· Pemotongan janin (Fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur janin yang abnormal tidak bisa
diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.

· Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil.
Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan kondisi yang steril.
(Lestari,2006).

f. Manipulasi Kelahiran

Menyingkirkan selaput foetus secara manual dan memberikan obat seperti antibiotika dan preparat
hormon. Walaupun selaput foetus sudah dapat dilepaskan dalam waktu 12 sampai 24 jam sesudah
partus, tetapi terbaik dilakukan sesudah 24 jam sesudah partus, tetapi terbaik dilakukan sesudah 24 jam
sampai 48 jam postpartus. Pelepasan secundinae sebaiknya jangan dilakukan sebelum 72 jam sesudah
partus, kecuali apabila terjadi anorexia, peningkatan suhu tubuh atau gejala septikemia yang lain. Pada
saat itu umumnya uterus sudah berkontraksi sehingga apeks dapat terjangkau. Cervix biasanya masih
membuka dan tangan dapat dimasukkan ke uterus tanpa menimbulkan trauma. Kapan pun waktunya,
penyingkiran plasenta harus dilakukan secara halus dan cepat dalam waktu 5 sampai 20 menit dengan
cara higienik dan frekuensi pemasukkan dan pengeluaran tangan sesedikit mungkin. Anastesi epidural
sangat membantu mencegah pengejanan dan defekasi. Apabila kedapatan bahwa cervix sudah menutup
dan pelepasan plasenta sulit dilakukan, sebaiknya dibiarkan saja, jangan dipaksakan, dan hanya dapat
diberikan preparat antibiotika dan hormon .

Pelepasan plasenta foetalis dilakukan dengan menempatkan tangan diantara endometrium dan chorion
di ruang interkotiledoner dan kotiledon foetal serta karunkelnya dipegang secara individual, ditekan, dan
dengan ibu jari dan jari telunjuk kedua struktur itu dipisahkan secara hati-hati dengan gerakan
menggulung, mengupas, mendorong dan menekan. Gerakan ini dibantu dengan tarikan oleh tangan
yang lain terhadap selaput foetus yang terdekat. Kotiledon dekat dengan cervix dilepaskan terlebih
dahulu dari karunkel dan dengan tangan lain dari luar plasenta ditegangkan sewaktu pelepasan serta
pengupasan kotiledon diteruskan ke bagian tengah cornue uteri mendekati cervix dan membantu
pelepasan kotiledon di daerah tersebut. Semua selaput foetus harus dikeluarkan secara keseluruhan
tanpa meninggalkan sisa di dalam uterus karena dapat berfungsi sebagai tempat infeksi.

Preparat-preparat hormon telah dipakai secara meluas pada pengobatan retensio secundinae.
Penyuntikan oxytocin segera sesudah partus akan mencegah terjadinya retensio. Manfaat pemberian
hormon ini sesudah 24 sampai 48 jam postpartum masih menjadi tanda tanya. Estrogen mempengaruhi
uterus dengan meningkatan tonus dan aktivitas muskulernya, serta relaksasi cervix. Di samping itu
uterus di bawah pengaruh estrogen dapat lebih mengatasi infeksi.

Pemberian preparat antibiotika berspektrum luas seperti Oxytetracyclin (Terramycin), Chlortetracyclyn


(Aureomycin) atau Tetracyclin kini terbukti lebih efektif bila diberikan secara lokal intrauterin
dibandingkan dengan penicillin, streptomycin atau preparat-preparat sulfa. Preparat antibiotika
berspketrum luas dalam berbagai nama kini dapat diperoleh di pasaran. Antibiotika tersebut diberikan
dalam jumlah satu sampai 3 gram di dalam larutan 100 sampai 300 ml air suling atau NaCl fisiologik.
Dapat pula diberikan dalam bentuk bolus (Admin,2007).

DAFTAR PUSTAKA

admin. 2007.Efek dan Manipulasi Retensi Plasenta (Retensio Secundinae). http://www.vet-


indo.com/Kasus-Medis/Efek-dan-Manipulasi-Retensi-Plasenta-Retensio-Secundinae.html
Anonim. 2011. Kebuntingan Pada Sapi. http://vetandhie.blogspot.com/2011/ 01/proses-kebuntingan-
pada-hewan.html .

AKK. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

http://kandangbambu.wordpress.com/2010/01/25/penanganan-proses-kelahiran-pada-ternak-
kambing/

http://nyai-rongeng.blogspot.com/2010/05/proses-kelahiran-babi-i.html

Purwo. 2009.Peran Fetus dan Induk Kucing dalam Inisiasi Kelahiran. http://koas.vetklinik.com.

Lestari. 2006. Imunoglobin Reproduksi pada Ternak.http://pdf.reproduksi ternak ruminansia.html.

Unknown di 06.42

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai