Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HOLISTIK DALAM GERONTOLOGI

Dosen Pengampu : Ns. Saelan, M.Kep

Di Susun Oleh :

ERIKA MUNA VERAWATI

S17125

S17C

SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HOLISTIK DALAM GERONTOLOGI”
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan hasil pemikiran saya untuk
memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit untuk menyelesaikan
tugas ini. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Dwi Nurviyandari K, S.Kep., MN selaku Fasilitator Kelas A Keperawatan Gerontik


yang membantu dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini;
2. Teman-teman yang telah membantu mengingatkan dan menyemangati.

Saya juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih perlu banyak
perbaikan karena keterbatasan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk pengembangan makalah ini. saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta,04 Desember 2019

Erika Muna
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................


ABSTRAK ...............................................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
1.PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan .....................................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................
2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik ............................................................
2.1.1 Pengertian Geriatrik .................................................................................................
2.1.2 Pengertian Gerontologi ............................................................................................
2.1.3 Pengertian Gerontik..................................................................................................
2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi,
menjadi Gerontik ..................................................................................................................
2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik ......................................................
2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver ..........................................................................
2.3.2 Perawat sebagai Advokator ......................................................................................
2.3.3 Perawat sebagai Edukator ........................................................................................
2.3.4 Perawat sebagai Manajer ..........................................................................................
2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen .......................................................................
2.3.6 Perawat sebagai Konselor ........................................................................................
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator..............................................................................
2.3.8 Perawat sebagai Peneliti ...........................................................................................
3. PENUTUP .................................................................................................................
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada zaman dahulu ilmu keperawatan yang berfokus pada pelayanan kesehatan terhadap
lansia masih belum dikenal. Selama masa perkembangannya, ilmu keperawatan ini
memiliki nama yang berbeda-beda. Permasalahan pemilihan kata ini menjadi sebuah
perdebatan dikalangan para ahli. Awalnya ilmu keperawatan ini menggunakan kata
geriatrik dan gerontologi sebelum akhirnya berubah menjadi gerontik seperti sekarang ini.
Kata geriatrik, gerontologi, dan gerontik tentu memiliki makna yang berbeda satu sama
lain. Dalam dunia keperawatan sekarang ini, lebih dikenal dengan istilah keperawatan
gerontik daripada keperawatan geriatrik maupun gerontologi.
Geriatik lebih dikenal dengan suatu ilmu yang berhubungan dengan penyakit dan
kecacatan pada orang tua (Touhy & Jett, 2014). Sedangkan, gerontologi bersifat
multidisiplin yaitu berisi tentang ilmu keperawatan, psikologi, medis, dan lain-lain (Miller,
2012). Sehingga para ahli menyimpulkan kata gerontik adalah kata yang paling tepat untuk
digunakan dibidang ilmu keperawatan ini karena gerontik memiliki arti sebagai spesialisasi
keperawatan tentang praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih
tua (Flaherty, n.d). Peran dari seorang perawat dalam keperawatan gerontik pun masih
kurang diketahui.
Bagaimana cara seorang perawat untuk melakukan intervensi dengan sasaran lansia masih
kurang diketahui karena peminat ilmu gerontik belum sebanyak bidang keperawatan yang
lain. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Konsep Geriatrik,
Gerontologi, dan Gerontik serta Peran Perawat Gerontik” yaitu tentang terminologi kata
geriatrik, gerontologi, dan gerontik untuk mengetahui kata yang paling tepat dalam ilmu
keperawatan, serta akan dijelaskan mengenai peran perawat dalam ilmu keperawatan yang
berfokus pada sasaran lansia
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian geriatrik, gerontologi, dan gerontik
b. Perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi dan gerontik
c. Hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
d. Peran perawat gerontik dalam asuhan keperawatan

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami pengertian geriatrik, gerontologi dan gerontik
2. Mahasiswa mampu memahami perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi
dan gerontik
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
4. Mahasiswa mampu memahami peran perawat gerontic dalam asuhan keperawatan

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode Questions Based Learning dengan studi
literature dan kajian pustaka seperti buku, jurnal dan sumber informasi lain terkait
pengertian, perkembangan dan hubungan geriatrik, gerontologi dan gerontik serta peran
perawat gerontik.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka terdiri dari
pembahasan mengenai pengertian, perkembangan dan hubungan dari geriatrik,
gerontologi dan gerontik serta peran perawat gerontik. Bab 3 Penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik


2.1.1 Pengertian Geriatrik
Geriatrik berasal dari kata Yunani yaitu “geras” yang berarti usia tua. Hal
ini mengacu pada cabang kedokteran yang terdiri dari diagnosis, pengobatan
penyakit, dan sindrom yang terjadi terutama pada kalangan dewasa tua (Flaherty,
2004). Menurut Miller (2012) geriatrik sangat berakaitan dengan penyakit dan
kecacatan orang tua sehingga dapat dimaknai bahwa istilah geriatrik berfokus
pada subspesisialisasi pengobatan penyakit dan praktik keluarga. Seiring dengan
berjalannya waktu, terdapat pergeseran orientasi yaitu fokus geriatrik ini
mencakup masalah kualitas hidup, intervensi mempertahankan fungsi optimal dan
promosi kesehatan.
2.1.2 Pengertian Gerontologi
Gerontologi ialah studi tentang penuaan dan orang dewasa yang lebih tua, yang bersifat
multidisiplin berbagai bidang seperti keperawatan, psikologi, pekerjaan sosial dan profesi
kesehatan tertentu (Miller, 2012). Sedangkan, menurut Tabloski (2014) gerontologi
merupakan studi holistik tentang proses penuaan dan individu sepanjang kehidupan mereka
untuk mengetahui perubahan

fisik, mental, sosial, analisis perubahan masayarakat dan penerapan


pengetahuan ini ke kebijakan dan program pengembangan. Fokus dari
keperawatan gerontologi adalah untuk mempelajari, mendiagnosis, dan mengobati
penyakit (Tabloski, 2014).
2.1.3 Pengertian Gerontik
Gerontik berasal dari bahasa Yunani yaitu “geron” yang memiliki arti orang
tua atau usia tua. Gerontik didefinisikan sebagai spesialisasi keperawatan tentang
praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih tua.
Keperawatan gerontik memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kenyamanan
lansia, mempertahankan fungsi tubuh, dan membantu lansia menghadapi
kematian dengan tenang dan damai (Mauk, 2014).
2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi,
menjadi Gerontik
Geriatrik merupakan istilah pertama dari kedokteran yang memiliki makna yaitu
pengobatan penyakit pada lansia. Perawat geriatrik pertama kali disebut pada tahun 1925
dalam American Journal of Nursing. Lalu, pada tahun 1942 terbentuk The American
Geriatrics Society dan penerbitan jurnal edisi pertama yaitu Geriatrics (Miller, 2012).
Tahun 1953, masyarakat mengubah nama jurnal tersebut menjadi Journal of the American
Geriatrics Society dan fokus dari geriatrik menjadi semakin luas, yakni tentang berbagai
masalah kesehatan lansia, intervensi yang dapat mempertahankan fungsi optimal, serta
promosi kesehatan yang bertujuan untuk menunda kecacatan pada lansia (Miller, 2012).
Perawat geriatrik sudah terbentuk dan diusulkan sejak 1925, namun baru pada tahun 1950
perawat geriatrik pertama kali disarankan sebagai “care of aged” dalam American Journal
of Nursing.
Kelahiran perawat geriatrik yang sebenarnya ialah pada tahun 1962 diawali oleh American
Nurses Association (ANA) yang membentuk kelompok Konferensi Praktik Keperawatan
Geriatrik. Kemudian, pada tahun 1966, ANA membentuk divisi Perawatan Geriatrik
(Flaherty, 2004; Mauk, 2014). Pada tahun 1968, ANA menerbitkan standar geriatrik yang
pertama dan memberikan sertifikasi keperawatan geriatrik. Dapat dikatakan bahwa
keperawatan geriatrik adalah spesialisasi pertama yang menetapkan standar praktik
dalam ANA. Namun, istilah penggunaan nama “Keperawatan Geriatrik” tidak
berlangsung lama karena dirasa kurang dalam menggambarkan keperawatan.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ANA menganjurkan untuk mengubah istilah
keperawatan geriatrik menjadi keperawatan gerontologi (Miller, 2012). Perubahan ini
disebabkan oleh penekanan pada istilah geriatrik cenderung hanya pada masalah kesehatan
yang dihadapi seperti dalam bidang medis dan tidak terdapat nilai-nilai keperawatan.
Sehingga, pada tahun 1976 nama geriatik resmi berubah menjadi gerontologi dan divisi
perawatan geriatrik berubah menjadi divisi perawatan gerontologi (Tabloski, 2014). Proses
perubahan nama ini diharapkan dapat membuat istilah keperawatan spesialisasi yang lebih
baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan keperawatan gerontologi berperan erat dalam
pengembangan pengetahuan sebagai dasar praktik terbaik dalam merawat dewasa lanjut
usia (Touhy & Jett, 2014).
Keperawatan gerontologi juga diakui oleh American Nurses Credentialing Center
(ANCC) sebagai spesialisasi dengan menawarkan sertifikasi sebagai perawat gerontologi,
spesialis klinis pada keperawatan gerontologi atau praktisi perawat gerontologi. Namun,
perdebatan istilah untuk spesialisasi keperawatan dewasa usia lanjut masih belum berakhir.
Menurut beberapa pandangan, penggunaan kata “ology” sangat tidak relevan dengan
praktik keperawatan (klinik), karena makna dari “ology” menunjuk ke arah ilmu
pengetahuan dan scientific (Flaherty, 2004). Lalu, pada tahun 1979, Gunter dan Estes
menyarankan istilah baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi.
Keperawatan gerontik lebih sesuai secara filosofi dibandingkan dengan keperawatan
geriatrik dan lebih bersifat linguistik daripada keperawatan gerontologi (Flaherty, 2004).
Hal ini dikarenakan keperawatan gerontik juga dapat mencakup seni, praktik mengasuh,
merawat dan menghibur dewasa lanjut. Sehingga, pada istilah gerontik ini sudah mencakup
pengetahuan dan praktik keperawatan dan dianggap mampu menggambarkan ilmu
keperawatan secara menyeluruh (Touhy & Jett, 2014).

2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik


2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver
Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan langsung kepada lansia
diberbagai situasi kondisi. Umumnya, lansia sering menunjukkan gejala khas
namun terasa sulit dimengerti ucapannya yang menjadi tantangan bagi perawat
dalam menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh karenanya, perawat
sebagai penyedia perawatan harus mengatahui segala proses penyakit dan gejala
yang biasa terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor risiko, tanda
dan gejala, penangan medis yang biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang
dibutuhkan pada akhir usia (Hindle & Coates, 2011).
2.3.2 Perawat sebagai Advokator
Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia untuk
mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi klien dalam
pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai stereotip negative dari
penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau
perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat unit. Selain itu, perawat juga dapat
membantu anggota keluarga untuk memilih panti werdha terbaik bagi anggota
keluarga yang dicintainya atau mendukung anggota keluarga yang berada dalam
peran pengasuhan. Hal yang perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak
berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap
independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun (Stanley & Beare,
2006).
2.3.3 Perawat sebagai Edukator
Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk memberi
informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta keluarga klien dan
membantu klien mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip,
prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut
Tabloski (2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada
lansia seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat,
pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya.
Selain itu, perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan
hingga memberikan pelatihan untuk perawat.
Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi
perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang mempengaruhi
proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan
bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh
lansia. Apabila lansia tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan
kepada keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat
lima hal yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan
baik menurut Miller (2012), antara lain:
(1) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya
pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru
(2) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak
diberikan banyak informasi pada satu pertemuan
(3) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah dengan
salah satunya follow up pengajaran yang diberikan (4) Membuat lingkungan
pembelajaran nyaman dengan menghilangkan berbagai hal yang dapat menjadi
distraksi.
(5) Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien agar
mudah diserap klien.
2.3.4 Perawat sebagai Manajer
Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan
yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar terwujudnya
pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu
memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014), mengemukakan
bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik perlu memiliki kemampuan
dalam beberapa hal antara lain:
(1) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota tim
keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang perawat gerontik harus memiliki
standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut
antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia,
mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi
fisik dan mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014).
Sehingga, manajer perlu memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan
anggota tim dapat meningkat
(2) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta memiliki
batasan waktu.
(3) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal antar
anggota tim dan masalah klien.
(4) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan
tugas dengan baik.
(5) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap stafnya.

2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen


Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan secara
mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter praktik keperawatan dapat berbeda di
setiap negara namun perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik
keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut
Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri,
perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR
masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka
praktik perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain.
2.3.6 Perawat sebagai Konselor
Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu pasien
mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilik tindakan-
tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Potter, Perry, Stockert,
& Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi kesehatan
berkelanjutan, membantu keluarga pasien memutuskan apakah perlu lansia
dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai
dengan kebutuhan dan lain-lain. Seperti halnya pada peran sebagai advokator,
seorang perawat konselor tidak membuat keputusan untuk klien namun membiarkan
klien memilih keputusan terbaiknya.
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator
Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua pihak yang
terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat diterima
bersama demi tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan berbasis
rumah yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan layanan perawatan
primer kepada pasien lansia yang berisiko tinggi (Touhy & Jett, 2014).
2.3.8 Perawat sebagai Peneliti
Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas pengetahuan dalam
bidang keperawatan dan disiplin perawatan kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah
memberikan bukti praktik untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk
mendukung praktik mereka. Selain itu perawat peneliti juga menyelidiki masalah
untuk memperluas asuhan keperawatan, mengurangi atau memperluas cakupan
praktik keperawatan (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu
perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan yang cocok untuk
pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu, membantu mengembangkan teori
keperawatan modern yang sesuai dengan kondisi saat ini, dan lain-lain.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Geriatrik, gerontologi, dan gerontik merupakan bukti adanya sejarah lahirnya
keperawatan untuk lanjut usia. Perjalanan penamaan istilah keperawatan dari geriatrik, lalu
diubah menjadi gerontologi, dan terakhir menjadi gerontik memakan waktu kurang lebih 54
tahun dari tahun 1925 sampai 1979. Geriatrik dianggap cenderung lebih tepat untuk
menggambarkan istilah kedokteran sehingga kata tersebut diganti menjadi gerontologi pada
tahun 1976. Namun, seiring berjalannya waktu, para peneliti menyadari bahwa istilah
gerontologi dimana terdapat kata ”logy” hanya menggambarkan sebuah “ilmu
pengetahuan”. Sedangkan, keperawatan bukan hanya tentang pengetahuan, namun juga
berfokus pada praktik dalam pemberian asuhan keperawatan. Sehingga, istilah ini diubah
kembali berdasarkan saran dari Gunter dan Estes pada tahun 1979 yang menyarankan
istilah baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi. Kata “gerontik” dianggap
sebagai kata yang paling tepat untuk menggambarkan ilmu keperawatan yang mengandung
ilmu dan seni atau praktik dalam keperawatan itu sendiri.
Perdebatan yang terjadi antar peneliti untuk memberikan nama terbaik bagi ranah
keperawatan lanjut usia ini membuktikan bahwa pemilihan kata yang tepat untuk dapat
memaknai sesuatu merupakan hal yang tidak mudah. Namun, terdapat hal yang lebih tidak
mudah lagi yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dimaknai dari kata
”gerontik”. Hal ini berarti bahwa seorang perawat dalam menjalankan tugas harus dapat
mengetahui dan memahami ilmu mengenai keperawatan gerontik dan menjalankan praktik
keperawatan sesuai standar asuhan yang berlaku.Tugas sebagai seorang perawat gerontik
tidak hanya sebagai pemberi asuhan kepada lansia namun juga dapat berperan sebagai
advokator, edukator, manajer, konselor, kolaborator, praktisi independen, hingga peneliti
keperawatan.
2.2 Saran
Perawat perlu memahami makna dari gerontik. Perawat harus memberikan pelayanan
secara holistik sesuai kebutuhan lansia dan mempersiapkannya menghadapi kematian
dengan baik. Perawat pun perlu meyakinkan keluarga untuk ikut berpartisipasi selama
perawatan tersebut. Lalu, lansia sebagai klien juga diharapkan untuk dapat bekerja sama
demi tercapainya tujuan perawatan. Kemudian, masyarakat perlu memahami permasalahan
yang sering terjadi pada lansia, khususnya bagi keluarga dengan lansia. Dengan begitu
lansia dapat menjalani masa tuanya dengan baik, nyaman, dan damai.
Walaupun peran perawat sangat banyak, perawat merupakan profesi yang ideal untuk
menjalankan semua peran tersebut karena perawat memandang klien secara holistik.
Namun, hal yang paling penting ialah perawat harus menyadari tujuan utama sebagai
perawat gerontik adalah untuk membuat klien mencapai tingkat optimal secara fisik,
mental, dan psikososial. Sehingga, dapat tercapai kesejahteraan dan peningkatan derajat
kesehatan untuk klien secara optimal
DAFTAR PUSTAKA

Flaherty, E. (2004). Geriatric. Ensyclopedia of Nursing Research, 230–232.


Hindle, A., and Coates, A. (2011). Nursing care of older people. New York: Oxford
University Press.
Mauk, K, L. (2014). Gerontological nursing competencies for care, 3rd edition. USA:
Jones & Bartlett
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental of Nursing,
8th edition. Canada: Elsevier
Stanley, M &Beare, PG. (2009). Gerontological Nursing: A Health Promotion/ Protection
Approach, 2nd edition. Philadelphia: Davis Company.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological Nursing, 3rd edition. New Jersey: Pearson.
Touhy, T.A & Jett, K.F (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy
Aging, 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014. Retrieved from

Anda mungkin juga menyukai