Anda di halaman 1dari 9

ARAH

Written by

M. Afifah

Draft 4

MULTIMEDIA B – 6
FADE IN.

1. EXT. TROTOAR (DI DEPAN GEREJA) – SORE


Raina berjalan dengan langkah lebar sembari berusaha
menemukan sebuah tempat berdasarkan petunjuk temannya yang
didapatnya dari percakapan telepon beberapa saat lalu. Tak
berapa lama, handphone-nya berbunyi lagi. Ia beralih
menatap teleponnya lalu menekan tombol dial.

RAINA

Halo.

(mendengarkan dan melihat


sekeliling mencari petunjuk
jalan)

Aku di depan gereja Eklesia.

(mendengarkan sambil menatap


gereja)

Oke aku ke sana.

Raina menutup panggilan telepon lalu kembali menatap gereja


di seberang jalan. Tiba-tiba Winata melintas di pikirannya,
tiba-tiba matanya berair dan pandangannya menjadi buram.
Tiba-tiba dadanya sangat nyeri.

RAINA(V.O.)

Akan ada satu waktu dimana kamu


ingin melompat mundur pada
titik-titik kenangan tertentu.
FLASHBACK

Raina tersenyum lebar seraya melambaikan tangan ke arah


Winata yang baru saja keluar dari gereja dan berjalan
menghampirinya.

WINATA
Capek ya nungguin dari tadi?

RAINA
(menggelengkan kepala)
Nggak.

Raina tersenyum lalu mengikuti langkah Winata dan beranjak


pergi meninggalkan gereja.

FLASHBACK END

Raina tersenyum kecil dan beranjak pergi.

CUT TO:

2. INT. DI SEBUAH CAFÉ – SORE


Ginar dan Winata duduk berhadap-hadapan di salah satu kursi
ditemani secangkir teh dan kopi.

GINAR
Kok bisa?

Winata mengaduk-ngaduk kopinya dan berujar pelan.

WINATA
Kamu nggak akan pernah punya
pilihan soal cinta.
Ginar hanya menatap Winata.

WINATA (CONT’D)
Kamu gak akan bisa memilih.

Ginar menyesap tehnya dan tidak berkomentar. Ia mengaduk-


aduk tehnya dengan tenang.

WINATA
Dulu, jauh sebelum saya memulai
hubungan dengan Raina, saya
tahu bahwa hubungan kami gak
akan berhasil. Saya tahu bahwa
pada akhirnya kami harus
berpisah.

Ginar berhenti mengaduk-aduk tehnya dan beralih menatap


Winata serius.

WINATA(CONT’D)
Saya tahu saya dan Raina gak
akan bisa bersama. Saya tahu
betul soal itu.

GINAR
Tapi?

Winata menatap lantai selama beberapa saat sebelum menjawab.


WINATA
Tapi saya gak punya pilihan
untuk menolak bahwa saya
bahagia di samping dia.
(tersenyum kecil)
Saat itu saya terlanjur nyaman
dengan hubungan kami. Hubungan
dimana saya dan Raina cuma bisa
saling melihat satu sama lain.

Ginar menunggu Winata melanjutkan kalimatnya. Ia menegakkan


badan dan menumpukan dua tangannya ke meja.

GINAR
Dimana dia sekarang?

Winata terdiam sebentar dan menggeleng.

GINAR
Kamu gak pernah berhubungan
lagi sama dia?

WINATA
Nggak.

Ginar terdiam sebentar lalu menyesap tehnya sedikit. Ia menatap


Winata yang kini sedang menatap kopinya lalu berujar.

GINAR
Tapi kamu tahu kan kalaupun
suatu saat nanti kamu ketemu
dia lagi, gak akan ada yang
berubah. Masalahnya tetap akan
sama dan akhirnya juga akan
sama.

Winata mengangguk lalu tersenyum ke arah Ginar.

WINATA(V.O.)
Aku tahu. Aku tahu betul bahwa
aku dan Raina adalah dua orang
yang ditakdirkan menjadi
sepasang rel kereta api yang
lurus yang tak akan pernah
bertemu di tengah. Aku dan
Raina selamanya hanya akan
berjalan di dua sisi yang
berbeda.
CUT TO:
3. INT. DI CAFÉ – SORE
Raina dengan hati-hati berjalan menaiki tangga menuju
lantai dua untuk menemui Ginar.

GINAR
(tersenyum melambai ke Raina yang baru saja
muncul di depan pintu)

RAINA
(menghampiri Ginar) maaf ya agak lama, tadi
masih nyasar.
GINAR
Iya nggak papa. Eh, kenalin
ini temenku, Winata. Win,
kenalin ini Raina.

RAINA
(menoleh dan menyadari bahwa
yang duduk di depannya sekarang
adalah Winata yang dia
rindukan)

WINATA
(menoleh dan terhenyak. Ia lalu
berdiri dan mengulurkan tangan)
Winata.

RAINA
(terdiam agak lama sebelum
menjabat tangan Winata)
Raina.

GINAR
Aku pesen makan dulu ya, kalian duduk aja
dulu.
(Pergi meninggalkan Raina dan Winata)

WINATA
(menghela napas dan kembali
duduk)
RAINA
(terdiam agak lama kemudian
duduk)

Hening.

WINATA
Senang bertemu kamu lagi.

Raina tidak menjawab dan hanya menundukkan kepala.

WINATA
Kamu selalu begitu tenang dan
bagiku itu selalu terasa lebih
menyakitkan.

RAINA
(Tetap diam lalu membuang muka)
Hubungan kita udah berakhir,
Win.

WINATA
(menganggukkan kepala)

GINAR
(kembali ke meja dan mengajak
Winata dan Raina mengobrol

Ginar terus saja bicara panjang lebar tanpa menyadari


kecanggungan yang ada di antara Winata dan Raina. Di saat yang
sama, Rain dan Winata memilih untuk diam saja dan membiarkan
Ginar tidak tahu apa-apa.
FADE OUT
THE END

Anda mungkin juga menyukai