Anda di halaman 1dari 7

AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI

PENGUJIAN PENGENDALIAN

Oleh:
Kelas D4 5A
Gede Nanda Priana (1715644013)
Ni Wayan Komala Yanti (1715644019)
Ni Kadek Pritayuni (1715644037)
Ni Putu Dina Hani Saputri (1715644067)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2019
A. PENGERTIAN SIKLUS PRODUKSI
Menurut PSAK 1 (Revisi 2009) bahwa tujuan laporan keuangan untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagaian
besar kalangan pengguna. Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan salah satunya
mencakup persediaan, sesuai penjelasan dalam PSAK 14 (Revisi 2008) bahwa persediaan juga
mencakup barang jadi yang diproduksi, barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, atau
bahan yang digunakan dalam proses produksi. Dapat diketahui siklus produksi (production cycle)
merupakan serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang berkaitan dengan
proses pembuatan produk dan terjadi secara terus-menerus. Siklus produksi meliputi perencanaan
serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas barang yang akan diproduksi, tingkat
persediaan, serta transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan proses pabrik. Transaksi yang
terjadi dalam siklus produksi dimulai ketika bahan baku diminta untuk diproduksi dan berakhir
ketika barang yang diproduksi ditransfer ke barang jadi. Menurut Musrhafa (2016), siklus produksi
terdiri dari dari dua transaksi, yaitu transaksi manufaktur dan aktivitas penghitungan fisik
persediaan.

B. TUJUAN PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS PRODUKSI


Tujuan audit siklus produksi adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus produksi. Sesuai dengan SA 500,
bahwa tanggung jawab auditor untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menarik
kesimpulan maka oleh karena itu tujuan audit siklus produksi ditentukan berdasarkan lima kategori
asersi yaitu:

Kelompok Asersi Tujuan Audit terhadap Transaksi Tujuan Audit terhadap Saldo Akun
Keberadaan atau Transaksi manufaktur yang dicatat Sediaan yang dicantumkan dalam
keterjadian mencerminkan bahan baku, tenaga laporan posisi keuangan secara fisik
kerja langsung dan biaya overhead ada pada tanggal laporan posisi
yang dikonsumsi dalam produksi keuangan.
produk selama periode yang diaudit.
Kos produk yang dijual
mencerminkan kos produk yang
dikirimkan kepada customer selama
periode yang diaudit.

Kelengkapan Semua transaksi manufaktur yang Sediaan mencakup seluruh bahan


terjadi selama periode yang diaudit baku, produk, dan bahan habis pakai
telah dicatat. yang ada pada tanggal laporan posisi
keuangan.
Kos produk yang dijual mencakup
kos semua produk yang dijual selama
periode yang diaudit.
Hak dan Entitas memiliki hak atas sediaan Entitas memiliki hak legal atas
kewajiban sebagai akibat transaksi manufaktur sediaan yang ada pada tanggal
yang tercatat dalam periode yang laporan posisi keuangan.
diaudit.
Penilaian atau Semua transaksi manufaktur telah Sediaan disajikan semestinya pada
alokasi dicatat dalam jurnal, diringkas, dan yang terendah diantara kos atau
dipotong ke dalam akun dengan harga pasar pada tanggal laporan
benar. posisi keuangan.
Kos produk yang dijual
mencerminkan penerapan metode
kos yang konsisten
Penyajian dan Rincian transaksi manufaktur Sediaan dan kos produk yang dijual
pengungkapan mendukung penyajian akun yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi
berkaitan dalam laporan keuangan, semestinya dalam laporan posisi
baik klasifikasinya maupun keuangan.
penggungkapannya.
Penggungkapan memadai telah
dibuat berkaitan dengan sediaan.

C. AUDIT PROSEDUR
Prosedur audit siklus produksi antara lain:
1. Pemahaman Bisnis dan Industri Klien
Sesuai SA 315 yang menyatakan tentang pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalah
penyajian material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, maka auditor harus
memahami terlebih dahulu bisnis klien termasuk pengendalian internal klien. Hal ini akan
membantu auditor dalam memahami risiko bisnis klien dan membantu auditor dalam membuat
pertimbangan tentang materialitas.
2. Materialitas
Dalam SA 320, dinyatakan bahwa auditor harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk
menilai kesalah penyajian material dan menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan
sesuai yang tercantum dalam SA 330. Angka materialitas ditentukan berdasarkan tingkat risiko dari
masing-masing objek audit, semakin tinggi tingkat risiko akan semakin rendah toleransi terhadap
salah saji (angka materialitasnya semakin kecil). Dalam SA 240 dan SA 200 juga dinyatakan
auditor memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai kesalah penyajian material dalam
laporan keuangan, sehingga angka materialitas sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman
bagi auditor dalam menyikapi salah saji yang ditemukan nantinya.
D. RANCANGAN PROGRAM AUDIT PENGUJIAN PENGENDALIAN TERHADAP
SIKLUS PRODUKSI
1. Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian Transaksi Manufaktur
a. Fungsi Terkait

Nama Fungsi Unit Organisasi Pemegang Fungsi


Fungsi penjualan Bagian order penjualan
Fungsi otorisasi produksi Departemen produksi
Fungsi produksi Bagian produksi
Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi Bagian pengawasan
Fungsi gudang Bagian gudang
Fungsi akuntansi biaya Bagian akuntansi biaya
Fungsi akuntansi umum Bagian akuntansi umum

b. Dokumen
1) Surat order produksi merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh departemen produksi
untuk ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan proses pengolahan produk.
2) Kartu jam kerja merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja langsung yang
dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum di dalam surat order produksi.
3) Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, formulir yang digunakan oleh fungsi
produksi untuk meminta bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi produk yang
tercantum di dalam surat order produksi.
4) Bukti pengembalian barang ke gudang adalah fomulir yang digunakan oleh fungsi produksi
untuk mengembalikan bahan baku dan bahan penolong ke fungsi gudang.
5) Bukti memorial (journal voucher) adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan
depresiasi aset tetap berwujud, amortisasi sewa dan aset tidak berwujud, serta pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
6) Bukti kas keluar merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang
dibayar lewat kas.
7) Laporan produk selesai merupakan laporan yang dibuat oleh fungsi produksi untuk
memberitahukan selesainya produksi pesanan tertentu.

c. Catatan akuntansi yang digunakan dalam transaksi manufaktur:


1) Jurnal pemakaian bahan baku
2) Jurnal umum
3) Register bukti kas keluar
4) Kartu kos produk
5) Buku pembantu sediaan
6) Buku pembantu biaya

d. Aktivitas pengendalian yang diperlukan dalam transaksi manufaktur


1) Pemisahan fungsi akuntansi biaya dari fungsi produksi, fungsi gudang dan fungsi yang
menganggarkan biaya.
2) Pemisahan fungsi gudang dari fungsi produksi.
3) Surat order produksi diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
4) Daftar kebutuhan bahan serta daftar kegiatan produksi dibuat oleh fungsi perencanaan dan
pengendalian produksi untuk diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
5) Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
6) Kartu jam kerja diotorisasi oleh kepala fungsi produksi yang bersangkutan.
7) Penggunaan tarif biaya overhead pabrik untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk.
8) Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi pembuat bukti kas keluar.
9) Surat order produksi, bukti permintaan, bukti pengeluaran barang gudang, bukti kas keluar, dan
bukti memorial bernomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggungjawabkan.
10) Penggunaan kartu kos produk untuk mencatat kos produk yang diproduksi.
11) Penggunaan laporan produk selesai untuk penyerahan produk selesai dari fungsi produksi ke
fungsi gudang untuk dasar pencatatan kos produk jadi dalam buku pembantu sediaan.
12) Secara periodik dilakukan rekonsiliasi kartu biaya dengan akun kontrol biaya di dalam buku
besar.
13) Penggunaan panduan akun dan pelaporan biaya produksi pada waktu yang tepat.

2. Rancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian Aktivitas Penghitungan Fisik


Sediaan
a. Fungsi Terkait

Nama Fungsi Unit Organisasi Pemegang Fungsi


Fungsi penghitungan fisik Tim penghitungan fisik persediaan
Fungsi akuntansi biaya Bagian akuntansi biaya
Fungsi akuntansi umum Bagian akuntansi umum
b. Dokumen
1) Dokumen sumber (source documents), yaitu dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan
ke dalam catatan akuntansi terdiri dari kartu penghitungan fisik (inventory tag), bukti memorial
(journal voucher), dan daftar hasil perhitungan fisik (inventory summary sheet).
2) Dokumen pendukung (corroborating documents atau dokumen penguat), yaitu dokumen yang
membuktikan validitas terjadinya transaksi.

c. Catatan Akuntansi
1) Buku pembantu sediaan
2) Jurnal umum, digunakan untuk mencatat adjustment sediaan berdasarkan data yang
dikumpulkan dalam daftar hasil penghitungan fisik sediaan.

d. Aktivitas Pengendalian Dalam Aktivitas Penghitungan Fisik Sediaan


1) Pemisahan penghitung dengan pengecek.
2) Penggunaan kartu penghitungan fisik sediaan bernomor urut tercetak dan pemegang kartu
penghitungan fisik sediaan mempertanggungjawabkan pemakaian kartu serta melakukan
pencatatan ke dalam daftar hasil penghitungan fisik sediaan.
3) Pengecekan secara independen pencantuman kos sediaan, pengecekan terhadap perkalian
antara kuantitas, dan kos per unit serta pengecekan secara independen posting ke dalam buku
pembantu sediaan berdasarkan daftar hasil penghitungan fisik sediaan.
4) Panduan akun dan review pemberian kode akun.

E. COMPLIANCE TEST
Pelajari dan evaluasi internal control atas siklus produksi. Dalam SA 315 tentang
pengidentifikasian dan penilaian risiko salah saji material melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, maka auditor terlebih dahulu memahami bisnis klien serta pengendalian
internalnya. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionnaires serta
lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order
sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan
material requisition sebagai sampel.
Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan. Jika dari tes transaksi auditor
tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control
atas persediaan berjalan efektif. Karena itu subtantive test atas persediaan bisa dipersempit.
Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 1 Revisi
2009. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 14 Revisi
2008. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 200. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 7 November 2019
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 240. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 7 November 2019
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 315. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 7 November 2019
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 320. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 7 November 2019
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 330. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 7 November 2019
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit (“SA”) 500. Tersedia dalam
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362 diakses pada 12 November 2019
Musrhafa, Afif. 2016. Pengujian Pengendalian Terhadap Siklus Produksi. Tersedia dalam
https://id.scribd.com/document/331342436 diakses pada 7 November 2019

Anda mungkin juga menyukai