Anda di halaman 1dari 16

AL-QURAN LANDASAN TAUHID EKONOMI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi
Dosen pengampu : Bapak Supriyanto M.UD.

Disusun oleh :

Sinta Wahyu Tri Utami (185231228)


Inka Yesi Aprilia (185231230)
Annisa Aulia Suryani (185231233)
Destya Dika Veradika (185231237)
Aqmarina Hisniati (185231239)
Desi Tri Rahayuningsih (185231242)
Yasina Fajri Nurul Habibah (185231248)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARIAH
2019

0
PENDAHULUAN

Konsep tauhid mengajarkan bawasanya semua yang ada di alam semesta


ini harus tunduk kepada Allah SWT. Begitu pula manusia, manusia harus tunduk
kepada Allah sebagai satu-satunya tuhan yang berkuasa atas kekuasaan langit dan
kekuasaan bumi.

Langit dan bumi yang Allah ciptakan mengandung banyak sekali


kenikmatan yang Allah limpahkan kepada manusia. Manusia bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari semata-mata hanya karena Allah telah
memberikan bagian rizkinya.

Maka dari itu konsep ekonomi islam tidak lupa mengacu pada prinsip
tauhid. Mengingat segala hal di dunia ini milik Allah. Rizki yang kita nikmati
juga pemberian Allah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pekerjaan hanyalah
sarana kita untuk mengambil rizki kita baik yang ada di langit ataupun yang ada di
bumi sesuai dengan bagian yang sudah ditentukan Allah.

1
PEMBAHASAN

Ayat-Ayat dan Hadits tentang Tauhid Ekonomi


1. Q.S al-Jumu’ah ayat 10

۟ ‫ض ِل ٱللَّ ِه َوٱ أذ ُك ُر‬


‫وا‬ ۟ ُ‫ض َوٱ أبتَغ‬
‫وا ِمن فَ أ‬ ۟ ‫صلَ ٰوة ُ فَٱنتَش ُِر‬
ِ ‫وا فِى أٱْل َ أر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫يرا لَّ َعلَّ ُك أم ت ُ أف ِل ُحون‬
ً ‫ٱللَّهَ َك ِث‬
Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Q.S.
al-Jumu’ah:10)

2. Tafsiran dari beberapa kitab tafsir:


a. Tafsir Al- Wasith
Kemudian Allah mengkritik kaum mukminin dikarenakan ketika
nabi berkhutbah, mereka keluar dari masjid dikarenakan menyibukkan
diri dengan perdagangan dan mendengarkan genderang yang dipukul
sebagai wujud kegembiraan atas datangnya khalifah dagang dari Syam
dan negeri yang lain. Yaitu di dalam firman Allah, “ Dan apabila mereka
melihat perdagangan atau permainan…..” yakni yang dimasaksudkan
adalah apabila jemaah shalat yang ketika sedang berada di masjid dan
mendengarkan khutbah lalu tiaba tiba melihat khalifah dagang yang
disambut dengan genderang atau tiupan seruling , maka mereka keluar
dari masjid dan bergegas melihatnya, lalu mereka tinggalakan wahai nabi
Muhammad SAW yang sedang berdiri diatas mimbar menyampaikan
khutbah ditengah mereka. Maka Rasul menyampaikan “Apa yang ada di
sisi Allah yaitu pahala yang agung di negeri akhirat lebih baik dari
permainan dan perdagangan.” Dari kasus ini kita ketahui bahwa mereka
kaum mukminin yang pada saat itu keluar dari masjid hanya dikarenakan
kedatangan khalifah dagang dari syiah yang datang dengan genderang,
dan pergi meninggalakan nabi Muhammad SAW. Padahal Allah adalah
Sumber rezeki dan sebaik-baiknya Pemberi rezeki. Maka hendaknya kita

2
hanya meminta kepadanya. Dengan begitu inilah salah sarana
mendapatkan rezeki dan karunia terbaik yang bisa diperoleh. Allah akan
memberikan rezeki yang berlimpah kepada orang-orang yang
bertawakala kepada-Nya. Firman Allah, “Dan Allah Pmeberi rezeki yang
terbaik.” Hal itu sejalan dengan konteks perdagangan dan permainan
yang seakan-akan menjadi aktivitas turunan dari perdagangan.1
Aktifitas kerja mubah dilakukan setelah selesai shalat Jum’at,
berdasarkan firman Allah, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi.” Maksud dari firman ini ialah apabila
kalian teah selesai melaksanakan shalat bagi kalian bisa berpencar
kemana saja dibelahan bumi ini dan aktivitas kerja yang lain. Akan tetapi
di tengah aktivitas kerja janganlah kalian lupa untuk banyak menginat
Allah dan menyenantiasakan dzikir, seperti bertasbih, takbir, istigfar dan
lain sebagainya.2

b. Tafsir Al-Qur’anul Majid an-Nur


Perintah agar setelah kita menunaikan sembahyang,kita juga
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang mengandung manfaat di dunia.
Carilah keutamaan Allah serta sebutlah Allah dan ingatlah bahwa gerak
gerik kita selalu di perhatikan oleh Allah. Tidak ada satu pun yang luput
dari perhatian-Nya.3
Allah menjelaskan bahwa apapun yang member manfaat di akhirat
lebih baik dari pada apa yang bermanfaat di dunia. Mintalah rezeki
kepada Allah dan pergunakanlah ketaatan itu sebagai senjata untuk
mencapai maksud tersebut. Baik mengenai kebijakan di dunia maupun
kebijakan diakhirat.4

1
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, (Depok: Gema Insani, 2013), hal 652
2
Wahbah az-Zuhaili, Ibid., hal 651
3
Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy, Tafsir Al- Qur’anul Majid An-
Nuur,(Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra,2000 ), hal 4224
4
Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy, Ibid., hal 4225

3
Hal ini menunjukkan agar kita menyeimbangkan antara urusan
dunia dan juga akhirat. Kita harus bisa mencukupi keduanya.5

c. Tafsir Al-Azhar
Jika di ayat sebelumnya di larang untuk berjual beli ataupun
melakukan kegiatan lainnya untuk melakukan sholat jum’at. Maka,
dalam ayat ini Allah sudah memperbolehkan jual beli ataupun melakukan
kegiatan lainnya. Disebutkan juga “maka carilah karunia Allah” ini
menunjukan agar manusia mencari karunia atau rizki Allah untuk
memenuhi kebutuhannya baik dengan berdagang, bertani, berkebun,
ataupun lain sebagainya. Kemudian Allah juga memerintahkan untuk
senatiasa ingat kepada Allah agar dimudahkan rizki yang halal lagi
berkah.6

d. Tafsir Ibnu Katsir


“Dan jika telah ditunaikan sholat” setelah melaksanakan ibadah
sholat wajib “maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah” saat Allah melarang jual beli setelah suara adzan
berkumandang dan menyuruh mereka untuk segera melaksanakan ibadah
sholat. Allah mengijinkan jual beli setelah pelaksanaan sholat untuk
bertebaran di bumi dan mencari karunia-Nya.7
“Dan berdzikirlah kamu kepada Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.” Saat jual beli dan pada saat mengambil atau memberi
sebaiknya berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya dan jangan
sampai aktifitas dunia melupakan ibadah sholat dan berdzikir kepada
Allah untuk kehidupan akhirat yang labih baik.8

5
Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy, Tafsir Al- Qur’anul Majid An-
Nuur,(Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra,2000 ), hal. 4225
6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Putra Panjimas, 2008), hal 143
7
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir,(Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I,2008), hal 540
8
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Ibid., hal540

4
e. Tafsir Imam Syafi’i
Dalam penafsiran Imam Syafi’i menjelaskan bahwa perintah di
dalam kitab, sunnah, dan ungkapan manusia memiliki arti yang sangat
luas. Jika tidak dijelaskan secara khusus maka biasanya memiliki makna
yang bermacam-macam. Sebagai salah satu contohnya yaitu Allah SWT
mengharamkan sesuatu kemudian Ia menghalalkanya. Yang dimaksud
adalah perintah Allah tersebut berarti menghalalkan apa yang haram, jadi
segala sesuatu yang haram akan menjadi halal jika dilakukan dalam
waktu yang diperbolehkan. Dalam surat Al-Jumuah ayat 10 ini
dijelaskan bahwa larangan melakukan jual-beli di hari Jumat ketika
sudah dikumandangkan adzan sampai berakhir setelah shalat Jumat
dilaksanakan. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa jual-beli yang
sebelumnya haram ketika adzan dikumandangkan menjadi halal ketika
shalat jumat telah ditunaikan. Jadi jual-beli diperbolehkan jika dilakukan
diluar waktu yang telah diharamkan tersebut.9
3. Ayat diatas juga diperkuat dengan hadits di bawah ini

((:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى الله‬


َ ‫علَ أي ِه َو‬ َ ‫سو ُل الل ِه‬ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬,ِ‫سا ِعدِي‬ َّ ‫ع أن أَبِي ُح َم أي ٍد ال‬ َ
َ ‫أ َ أج ِملُ أوافِ أي‬
َّ َ‫فَإ ِ أن ُك اًّل ُمي‬,‫طلَبِالدُّ أنيَا‬
))ُ‫س ٌر ِل َما ُخ ِلقَ لَه‬

Artinya:

Dari Abu Humaid as-Sa’idi, ia berkata: Rosulullah SAW bersabda:


“Carilah rizki kalian di dunia ini dengan cara yang baik lagi lurus(halal),
karena setiap orang akan dimudahkan dalam mendapatkan bagian yang
telah ditakdirkan (Allah) baginya.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi ‘Ashim, al-
Hakim, Al-Baihaqi, Abu Nu’aim).10

Hadits diatas mempertegas surat al-Jumu’ah ayat 10 yaitu perintah


untuk mencari riski untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

9
Syaikh Ahmad Musthafa al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i, ( Jakarta Timur : Almahira,
2008), hal 535-536
10
Syaikh Mansyur Hasan Alu Salman, Silsilah Hadits Shahih, (Jakarta: Pustaka Imam
Syafi’I, 2011), hal 711

5
benar dan baik. Serta senantiasa ingat kepada Allah karena segala rizki
berasal dari Allah. Dan seberapa banyak rizki yang kita dapat sudah di
takdirkan oleh Allah.

4. Korelasi ayat
Memilih surah al jumu'ah ayat 10 dikarenakan Ayat tersebut
memerintahkan manusia untuk mencari rezeqi dari kata bertebaranlah
dimuka bumi sedang disamping itu kita juga harus senantiasa mengingat
Allah agar kita dipermudah dalam mencari rizqi. Mengingat Allah disini
mengarah kepada ketauhidan mengingat berarti dengan mengingat Allah
kita percaya kepada Allah.
Sedangkan memilih hadits tersebut untuk memeperkuat ayat al jumu'ah
ayat 10 karena hadits tersebut juga memerintahkan manusia untuk mencari
rizki yang baik dan halal dengan cara yang baik pula. Disebutkan juga
bawasanya setiap rizki sudah Allah takdirkan kepada kita seberapa
banyaknya bagian kita tergantung bagaimana usaha kita meraih rizki
tersebut.Kita percaya bahwa Allah telah menakdirkan seberapa banyak
rizki kita itu termasuk dalam prinsip tauhid dalam ekonomi.

Dalam surat al-Jumu’ah ayat 10 dijelaskan bawasanya manusia


diperintahkan bertebaran dimuka bumi ini untuk mencari karunia Allah
SWT. Yang dimaksud bertebaran di muka bumi di sini adalah perintah
kepada manusia untuk bekerja dan memeberi kebebasan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya baik dengan bertani, berjual beli, berkebun, berburu
cara ataupun lainnya semua diperbolehkan ketika cara tersebut halah dan
tidak melanggar syari,at islam.11

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus bersungguh-


sungguh dalam bekerja. Berusaha semaksimal mungkin untuk mencari
karunia Allah. Sesungguhnya karunia Allah sangatlah banyak. Namun,
Allah hanya akan memberikan sesuai usaha manusia mencari rizkinya

11
Rahmat Ilyas, “Konsep Maslahah dalam Konsumsi Ditinjau dari Perspektif Ekonomi
Islam”, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 1, No.1, hal 13

6
sendiri. Seperti penjelasan hadits di atas ketia seorang manusia berusaha
mencari rizkinya dengan cara baik lagi halal maka Allah akan
memudahkan mendapatkan rizkinya sesuai yang ditakdirkan.12

Dari sini kita dapat mengetahui bawasanya segala kenikmatan dan


kecukupan rizki berasal dari Allah dan sudah di takdirkan oleh Allah
seberapa besar rizki bagian kita. Pekerjaan seperti berkebun, bertani,
berburu, berjual beli hanya sebagai perantara atau sarana kita
mendapatkan rizki yang sudah di takdirkan oleh Allah.

Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin disamping itu kita


sudah beribadah berpasrah diri kepada Allah namun apa yang kita dapat
tidak sesuai apa yang kita inginkan maka berhudznuzonlah kepada Allah
bahwa ikhtiar dan tawakal kita kurang ataupun mungkin apa yang kita
inginkan bukan hal yang baik untuk kita.

Hal ini menunjukan tauhid sebagai salah satu prinsip ekonomi


islam dimana kita bercaya kepada Allah bahwa rizki kita sudah di atur
oleh Allah dan Allah juga akan mencukupkan kebutuhan kita sesuai
dengan bagian kita yang sudah ditentukan Allah. Sesungguhnya segala
rizki dan kenikmatan milik Allah dan Allah yang memberinya sedangkan
pekerjaan hanyalah jalan atau perantara Allah memberikan rizkinya.

Qur’an Surat Saba’ ayat 24

‫ض ۖ قُ ِل اللَّهُ ۖ َو ِإنَّا أ َ أو ِإيَّا ُك أم لَ َعلَ ٰى‬


ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬ َّ ‫قُ أل َم أن يَ أر ُزقُ ُك أم ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
‫ين‬ َ ‫ُهدًى أ َ أو فِي‬
ٍ ‫ض ًَّل ٍل ُم ِب‬
Artinnya:

Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan


dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu

12
Supardan Mansyur, “Tauhid Sebagai Norma Dasar Hukum Ekonomi Islam”, Jurnal
Jatiswara, Vol. 26, No. 2, 2011, hal 44

7
(orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam
kesesatan yang nyata.

5. Tafsiran dari beberapa kitab tafsir


a. Tafsir Al- Qurthubi

Dalam penafsiran Al-Qurthubi disebutkan bahwa sesuatu yang ada


dilangit seperti air hujan, matahari, bulan, bintang dan manfaat-manfaat
yang ada didalamya tersebut semua adalah rezeki yang diciptakan untuk
kalian semua manusia dan mkahluk lainya yang ada di bumi ini. Semua
ini adalah perbuatan-perbuatan Allah swt yang mengetahui apa yang ada
di dalam diri manusia. Kalian termasuk kedalam golongan yang sesat
ketika kalian menyekutukan atau menduakan Tuhan Yang memberi
rezeki kepada kalian dari langit dan bumi. Sebagai contohnya adalah
orang yang meminta keterangan kepada temanya atas kebenran janji dan
ia meminta untuk ditunjukan dalilnya, salah satu dari kita adalah
berbohong. Sebagaimana anda katakan bahwa aku melakukan ini dan
anda melakukan itu salah satu dari kita ada yang salah padahal dia tahu
bahwa dia yang salah. Ini semua bukan berarti ragu-ragu tetapi
merupakan orang yang mengabarkan tetapi tidak ingin menjelaskan
padahal dia tahu. Muhammad berkata bahwa mereka tidak akan
bertanggung jawab terhadap perbuatan apapun yang telah mereka
lakukan.13

b. Tafsir Al-Azhar
Peringatan kepada umat manusia untuk selalu menyembah Allah
mengingat Allah-lah yang telah memberikan banyak rizki baik dari
langit ataupun dari bumi seperti halnya tumbuh-tumbuhan yang hidup
subur karena Allah menurunkan hujan dan juga binatang-binatang dan
masih banyak lagi yang ada di langit dan di bumi ini. 14

13
Fathurrahman Abdul Hamid, Tafsir Al-Qurthubi, ( Jakarta Selatan : Pustaka Azzam,
2009), hal 720-722
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta :Gema Insani, 2015) hal 311

8
Jika Allah tidak menurunkan rizkinya maka manusia untuk
membuka mulutpun tak sanggup. Maka sudah sepatutnya Allahlah
yang disembah bukan berhala yang tidak mungkin memberinya rizki
sehingga manusia tidak akan pernah sanggup memenuhi kebutuhan
hidupnya.15
c. Tafsir Yusuf Ali

Dalam kitab ini dijelaskan bahwasannya pemberi rezeki yang baik


ialah Allah swt. dan Allah juga pemberi keadilan yang paling baik, maka
pada saat hari akhir nantinya kita akan diberikan keputusan untuk apa
yang telah kita perbuat selama di dunia ini. Pada saat hari akhir nanti kita
tidak bisa mengelak lagi, dan kita akan dipertanyai apa yang kita sembah
selama ini di dunia selai Allah. Kita juga akan ditanya apakah yang
selama ini kita perbuat di dunia adalah hal yang bermanfaat ataupun
tidak16.

Kita sebagai seoang mukmin hendaknya melakukan pendekatan


diri kepada Allah supaya kelak ketika hari akhir kita tidak takut lagi akan
amal yang kita dapat.17

d. Tafsir Al Wasith

Dalam tafsir Al Wasith ini menjelaskan bahwa berhala yang di


sembah orang kafir tidak ada gunannya sama sekali, para berhala tidak
akan menyelesaikan masalah yang sedang dialami dan mereka (berhala)
tidak akan memberi si penyembahnnya dengan syafaat. Karena tentu
sudah dapat diketahui jika berhala tidak memiliki suatu kuasa apapun di
muka bumi ini. Syafaat yang berada di sisi Allah SWT tidaklah berguna
kecuali dengan izinNya dengan siapa ia kehendaki. Karena sesungguhnnya

15
Hamka, Ibid., hal 312
16
Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali, ( Bogor : Pustaka Literal Antar Nusa, 2009) hal 628
17
Abdullah Yusuf Ali, Ibid., hal 628

9
hanya Allah lah yang dapat memberikan segala syafaat bagi seluruh
orang.18

e. Tafsir At-Thabari

Dalam kitab tafsir At-Thabari ini menjelaskan bahwa semua


karunia berasal dari allah dan Allah tidaklah membedakan antara umat
muslim maupun kafir. Para ahli tafsir berkata, “Para sahabat Rasulullah
SAW berkata demikian juga kepada orang musrik. Demi Allah aku dan
kalian tidak berada dalam satu kondisi. Setelah satu dari dua kelompok ini
pasti mengikuti petunjuk.19 Semua sama di matannya, sama-sama berada
dalam kebenaran dan kesesatan. Lalu Allah sendiri memberikan rezeki
kepada kita melalui bumi dan langit.

6. HR. Muslim Abu Dzar Al Ghifari

‫اح ٍد‬ َ ‫َو ِجنَّكُ أم قَا ُموا فِى‬


ِ ‫ص ِعي ٍد َو‬ ‫سكُ أم‬ ِ ‫يَا ِعبَادِى لَ أو أ َ َّن أ َ َّولَكُ أم َو‬
َ ‫آخ َر ُك أم َوإِ أن‬
‫ص ذَ ِل َك ِم َّما ِع أندِى إِالَّ َك َما‬
َ َ‫نَق‬ ‫ان َمسأأَلَتَه ُ َما‬ ٍ ‫س‬َ ‫طيأتُ كُ َّل إِ أن‬ َ ‫سأَلُونِى فَأ َ أع‬
َ َ‫ف‬
‫ص أال ِم أخيَطُ إِذَا أُد ِأخ َل أالبَ أح َر‬
ُ ُ‫يَ أنق‬

“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-


orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit
untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh
permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada
di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika
dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al
Ghifari).

18
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, (Depok: Gema Insani, 2013),hal 168
19
Ahmad Abdurraziq Al Bakri, dll, Tafsir Ath Thabari, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008) hal
408

10
7. Korelasi antara ayat surat saba’ dengan tema
Dalam pemilihan surah saba' ayat 24 dikarenakan surah saba'ayat
24 menegaskan bawasanya apapun yang ada di langit dan bumi, rizki
yang ada dilangit dan dibumi adalah milik Allah. Hal ini condong kepada
ketauhidan dimana kita percaya semua yang ada dilangit dan ada dibumi
hanya milik Allah semata.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnnya manusia akan berusaha


mencari pekerjaan agar mendapatkan upah untuk memenuhi
kebutuhannya.

Rezeki bisa didapatkan dari langit maupun bumi. Contohnya saja


rezeki dari langit yaitu para petani pada saat musim kemarau tiba,
maka mereka akan mengandalkan air dari aliran sungai bahkan mereka
rela di tengah malam mencari air untuk mempertahankan tanaman
mereka karena sudah lama hujan tidak turun hujan. Jika semua petani
hanya mengandalkan air dari sungai maka kemungkinan besar lama
kelamaan volume air sungai akan menyusut bahkan sampai mengering.
Maka dari itu disamping berusaha maka petani juga harus berdoa agar
diturunkan hujan agar tidak terjadi gagal panen. 20

Sedangkan contoh rezeki dari bumi yaitu dari pertambangan batu


bara. Mereka rela melewati bahaya yang mengancam nyawa mereka
demi memenuhi perekonomian mereka. Bayangkan saja jika tambang
batu bara mengalami longsor lalu bagaimana dengan pekerja yang
masih di dalam tambang tersebut? Maka dari itu segala usaha harus di
iringi dengan doa dan ikhtiar karena doa tanpa usaha itu sama halnya
dengan bohong dan usaha tanpa doa itu sama dengan sombong.

20
Elida Elfi Barus, “Tauhid Sebagai Fundamental Filsafah Ekonomi Islam”, Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, vol. 2, no. 1, hal 77

11
Sesungguhnya Allah adalah pemberi semua rezeki bagi semua
orang. Bahkan bukan hanya bagi umat islam saja namun dengan orang-
orang kafir sekalipun. Namun semua kembali kepada diri kita masing-
masing bagaimana cara kita mencari rezeki yang baik dan benar.
Karena sesungguhnya semua orang pasti berada dalam kebenaran dan
kesesatan yang nyata. Maka dari itu kita sebagai umat muslim harus
dapat mencari rezeki kita dengan cara yang baik dan yang dibenarkan
oleh Allah.

Dari surat Saba’ ayat 24 di atas juga diperkuat dengan adannya


hadis qudsi. Yang dimana menjelaskan bahwa Allah memberikan rizki
kepada kita tanpa mengalami kesulitan dan sama sekali tidak merasa
terbebani. Seandainnya semua makhluk meminta rezeki kepada allah
maka Dia akan memberikan apa yang mereka minta tanpa mengurangi
sedikitpun apa yang dimilikinNya. Dengan adannya hadis ini
memotivasi setiap manusia/makhluk Allah agar meminta segala suatu
kebutuhannya hanyalah kepada allah.

Banyak yang bertanya-tanya kenapa banyak orang muslim yang


kurang dalam harta dan sebaliknya orang non islam lebih dari cukup
dalam hal harta. Mengingat Allah mempunyai dua sifat yaitu Ar-
Rahman dan Ar-Rahim yang maha pengasil lagi maha penyayang.
Orang yang disayang belum tentu dikasihkan sesuatu jika hal tersebut
tidak baik untuk dirinya meski meminta dengan sangat. Begitupun
sebaliknya orang yang belum tentu disayang dia akan selalu diberikan
apa-apa yang diminta entah itu baik ataupun buruk maka akan diberikan
secara cuma-cuma.

Harta adalah cobaan. Mengapa Allah memberikan banyak harta


kepada kaum non-muslim karena itu adalah istidraj atau cobaan yang
diberikan terus menerus kepada kaum non-muslim yang berupa harta.
Disamping itu mengapa Allah tidak memberikan harta yang berlimpah

12
kepada kaum muslim karena Allah sayang kepada kaum muslim maka
Allah tidak memberikan harta yang belimpah. Karena ketika keimanan
sesorang berada ditingkat yang paling tinggi maka harta itu tidaklah
penting lagi bagi kehidupan seseorang.

13
PENUTUP

Allah hanya akan memberikan sesuai usaha manusia mencari


rizkinya sendiri. Ketia seorang manusia berusaha mencari rizkinya
dengan cara baik lagi halal maka Allah akan memudahkan mendapatkan
rizkinya sesuai yang ditakdirkan.

Pekerjaan seperti berkebun, bertani, berburu, berjual beli hanya


sebagai perantara atau sarana kita mendapatkan rizki yang sudah di
takdirkan oleh Allah. Tauhid sebagai salah satu prinsip ekonomi islam
dimana kita bercaya kepada Allah bahwa rizki kita sudah di atur oleh
Allah dan Allah juga akan mencukupkan kebutuhan kita sesuai dengan
bagian kita yang sudah ditentukan Allah.

Rezeki bisa didapatkan dari langit maupun bumi. Sesungguhnya


Allah adalah pemberi semua rezeki bagi semua orang. Bahkan bukan
hanya bagi umat islam saja namun dengan orang-orang kafir sekalipun.
Namun semua kembalikepada diri kita masing-masing bagaimana cara
kita mencari rezeki yang baik dan benar. Karena sesungguhnya semua
orang pasti berada dalam kebenaran dan kesesatan yang nyata. Maka
dari itu kita sebagai umat muslim harus dapat mencari rezeki kita
dengan cara yang baik dan yang dibenarkan oleh Allah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Fathurrahman.Tafsir Al-Qurthubi.2009. Jakarta Selatan : Pustaka


Azzam.

Abdurraziq Al Bakri, Ahmad dll.2008.Tafsir Ath Thabari.Jakarta : Pustaka


Azzam.
Ahmad Musthafa al-Farran,Syaikh.2008.Tafsir Imam Syafi’i.Jakarta Timur :
Almahira.

Az-Zuhaili, Wahbah.2013.Tafsir al-Wasith.Depok: GemaInsani.

ElfiBarus,Elida.TauhidSebagai Fundamental FilsafahEkonomi Islam.


JurnalPerspektifEkonomi Darussalam, vol. 2, no. 1.

Hamka.2015.Tafsir Al-Azhar.Jakarta :Gema Insani.


Ilyas,Rahmat.Konsep Maslahah dalam Konsumsi Ditinjau dari Perspektif
Ekonomi Islam.Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 1, No.1.

Mansyur Hasan Alu Salman, Syaikh. Silsilah Hadits Shahih.2011.Jakarta: Pustaka


Imam Syafi’I.
Mansyur,Supardan.2011. Tauhid Sebagai Norma Dasar Hukum Ekonomi
Islam.Jurnal Jatiswara, Vol. 26, No. 2.

Muhammad Alu Syaikh, bin Abdullah.2008.Tafsir Ibnu Katsir.Jakarta: Pustaka


Imam Asy-Syafi’I.
Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy.Teungku.2000.Tafsir Al- Qur’anul Majid An-
Nuur.Semarang: PT. PustakaRizki Putra.

Yusuf Ali, Abdullah.2009. Tafsir Yusuf Ali. Bogor : Pustaka Literal Antar Nusa.

15

Anda mungkin juga menyukai