Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Induksi anestesi adalah suatu rangkaian proses transisi dari sadar penuh
pembedahan. Induksi anestesi terdiri dari pemberian obat anestesi hipnosis secara
dan cepat turun karena proses redistribusi dari obat. Perubahan konsentrasi plasma
yaitu :21,22
Stadium I : Analgesia
Stadium ini ditandai dengan pola nafas yang lambat, teratur dari
nafas tidak teratur, pupil mulai dilatasi, masih terdapat refleks bulu
Plana 2 : Mulai dari bola mata berhenti sampai nafas torakal lemah
berhenti
Pada praktek anestesi saat ini sangat sulit untuk menentukan ke-empat tahapan
tersebut secara khusus, karena mula kerja obat induksi baik intravena maupun
pelumpuh otot atau opioid yang berpengaruh terhadap pola pernapasan dan penilaian
digunakan sebagai acuan mengukur kedalaman anestesi saat induksi yang bertujuan
verbal, hilangnya refleks bulu mata, pemberian rangsangan nyeri saat jaw thrust atau
laringoskopi dan intubasi sangat berlebihan untuk dapat ditekan secara sempurna
pada susunan saraf pusat oleh obat induksi intravena. Untuk itu umumnya
diperlukan tambahan opioid intravena atau pemberian obat anestetik inhalasi nitrous
oksida.22
2.2 Propofol
tahun 1980-an. Saat ini propofol merupakan obat pilihan induksi dan sedasi anestesi
yang populer, berhubungan dengan waktu tidur yang cepat, waktu pulih yang cepat,
Propofol, dengan struktur kimia C12H18O, terdiri dari cincin fenol dengan dua
ikatan kompleks isopropil dengan stabilitas kimiawi yang tinggi dengan biotoksisitas
yang rendah. Perubahan pada panjang rantai ikatan mengubah karakteristik dari
10
dengan penyuntikan pada vena besar dan pemberian lidokain sebelum penyuntikan
propofol. Propofol tidak larut dalam air sehingga dibuat menjadi emulsi yang terdiri
dari 10% minyak kacang kedelai, 2,25% glyserol dan 1,2% lecithin, yang
kremofor EL, namun karena kromofor menyebabkan reaksi alergi dan nyeri yang
hebat, maka komposisi ini diperbaharui dalam formula lemak emulsi yang
gliserol, dan lesitin telur. Tetapi, sejak tahun 1995 propofol juga tersedia dalam
lebih rendah dibandingkan dengan LCT formula, atau 0,2% - 0,14% dari total
konsentrasi propofol (lihat tabel 2.1). Modifikasi pada propofol ini tidak
mempengaruhi farmakokinetik dan dinamik. pH propofol 6-8.5 dan pKa dalam air
adalah 11.23,25,226,28,29
11
Propofol adalah modulator selektif dari reseptor gamma amino butiric acid A
(GABAA) dan tidak terlihat memodulasi saluran ion ligand lainnya pada konsentrasi
yang relevan secara klinis. Propofol memberikan efek sedatif hipnotik melalui
susunan saraf pusat. Ketika reseptor GABAA diaktifkan, maka konduksi klorida
12
postsinap dan hambatan fungsional dari neuron postsinap. Interaksi melalui cara
mengikat subunit ß1, ß2, ß3 dari reseptor GABA yang bertanggung jawab terhadap
efek hipnotik, sedangkan interaksi dengan subunit α dan γ di area hipokampus dan
korteks prefrontal yang bertanggung jawab terhadap efek sedasi, selain itu propofol
juga menginhibisi reseptor NMDA, suatu subtipe dari reseptor glutamat yang
mempunyai efek eksitasi melalui modulasi kanal ion kalsium yang juga ikut
2.2.5. Farmakokinetik
Pemberian propofol 1.5 – 2.5 mg/kg IV (setara dengan tiopental 4-5 mg/kg IV
atau metoheksital 1.5 mg/kg IV) sebagai injeksi IV secara cepat (<15 detik),
dalam lemak menyebabkan mulai masa kerjanya sama cepatnya dengan tiopental
(satu siklus sirkulasi dari lengan ke otak) konsentrasi puncak di otak diperoleh dalam
30 detik dan efek maksimum diperoleh dalam 1 menit. Pulih sadar dari dosis tunggal
juga cepat disebabkan waktu paruh distribusinya (2-8) menit. Lebih cepat bangun
atau sadar penuh setelah induksi anestesia dibanding semua obat lain yang
yang lebih cepat dengan residu minimal dari sistem saraf pusat (SSP) adalah salah
satu keuntungan yang penting dari propofol dibandingkan dengan obat alternatif lain
13
2,9 menit). Waktu untuk sadar ditentukan oleh jumlah dosis yang diberikan.26
metabolisme oksidatif hepatik oleh sitokrom P-450, dan ini penting dalam
mengeluarkan obat ini dari plasma. Dalam hal ini, metabolisme propofol pada
manusia dianggap bersifat hepatik dan ekstrahepatik. Metabolisme hepatik cepat dan
luas, menghasilkan sulfat yang tidak aktif dan larut dalam air serta metabolit asam
glukuronidasi atau sulfat. Meskipun glukuronida dan konjugasi sulfat dari propofol
aktivitas hipnotik dari propofol. Kurang dari 0.3% dari dosis yang diekskresikan
2.2.6. Farmakodinamik
bekerja dengan mekanisme kerja yang melibatkan variasi reseptor protein yang
metabolik otak untuk oksigen (CMRO2), aliran darah ke otak (CBF), dan tekanan
14
sistemik dan reaktivitas aliran darah ke otak untuk merubah PaCO2 tidak
dipengaruhi oleh propofol. Dalam hal ini kecepatan aliran darah ke otak akan
berubah seiring dengan perubahan pada PaCO2 dengan adanya propofol dan
midazolam.3,23,25
dibandingkan dosis tiopental pada saat induksi. Pada keadaan dimana tidak ada
perubahan curah jantung dan resistensi vaskular sistemik. Hal ini berhubungan
dengan relaksasi otot polos vaskular yang dihasilkan oleh propofol karena adanya
influks kalsium trans sarkolema. Efek tekanan darah akibat propofol dapat
diperburuk pada pasien hipovolemi, pasien lanjut usia dan pasien dengan
gangguan fungsi ventrikel kiri yang berkaitan dengan penyakit arteri koroner.
asistol juga telah diamati setelah induksi anestesia dengan propofol, meskipun
15
barbiturat. Henti nafas bisa terjadi setelah induksi dengan propofol. Insiden dan
nafas. Pemberian dosis induksi 2,5 mg/kgBB IV, menurunkan laju nafas selama 2
2.3 Ketamin
ditandai adanya disosiasi EEG antara sistem thalamokortikal dan sistem limbik,
yaitu efek ketamin berupa aktivitas eksitasi di talamus dan sistem limbik tidak
diikuti penyebaran aktivitas ke daerah korteks. Ketamin bersifat unik dan berbeda
dari anestesi induksi lain karena ia memiliki efek hipnotik, amnesia, analgesia yang
pensiklidin lainnya.23,25
Ketamin merupakan senyawa yang larut dalam air dengan pKa 7,5 dan
tersedia dalam larutan cair yang bersifat sedikit asam (pH 3,5 – 5,5) dengan
konsentrasi 1%, 5% dan 10%. Molekul ketamin terdiri dari pusat silindris dan
memiliki 2 isomer yaitu isomer positif (S) dan isomer negatif (R) dimana isomer S
memiliki sifat anestesia dan analgesia yang lebih poten, metabolisme yang cepat,
16
rendah. Namun demikian dalam penggunaan klinis saat ini di Indonesia yang
tersedia adalah campuran rasemik dari kedua isomer dalam jumlah seimbang.2,23,24,25
17
IV. Efek anestesi dan analgesinya mungkin dimediasi oleh mekanisme yang
berbeda. Reseptor NMDA adalah suatu kanal ion yang bersifat eksitasi, ketamin
NMDA yang bekerja dengan cara menghambat terbukanya kanal ion kalsium,
2.3.1 Farmakokinetik
dengan lama kerja 10 – 15 menit. Kadar plasma tertinggi dicapai pada 1 menit
setelah pemberian IV dan 5 menit setelah pemberian melalui IM. Masa kerja
ketamin Efek yang pernah diteliti yaitu setelah pemberian dosis anestesi (2 – 2,5
mg/kgBB IV), diikuti dosis subanestesi (0,25 mg/kgBB IV) dan setelah pemberian
terus – menerus (kadar dalam plasma ≈2,000 ng/ml). Tingginya kelarutan ketamin
dalam lemak terlihat dari relatif besarnya nilai volume distribusi, mendekati 3 l/kg.
Bersihan juga relatif besar, berkisar 890 – 1227 ml/menit dengan bersihan rerata
seluruh tubuh (1,4 l/menit) yang kira – kira sama dengan alirah darah hati. Ini
artinya perubahan jumlah aliran darah hati juga mempengaruhi bersihan ketamin.
Jadi, pemberian bersama obat lain yang mengurangi aliran darah hati, seperti
18
Metabolit ini terkonjugasi dengan derivat glikoronida yang larut dalam air dan
2.3.2 Farmakodinamik
Efek ketamin pada sistem saraf pusat setelah penyuntikan intravena terjadi
setelah 1-5 menit. Anestesi yang dihasilkan disebut anestesi disosiatif yang berarti
pasien ‘terlepas’ dari lingkungan sekitarnya. Mata pasien dapat tetap terbuka dan
terjadi nystagmus. Efek samping yang dapat terjadi adalah pasien dapat timbul ilusi
gelisah dan agitasi saat pulih sadar. Hal ini sering disebut ‘emergence delirium’.
Reaksi ini mungkin disebabkan karena depresi dari kolikulus inferior dan nukleus
tenang saat pulih sadar dapat membantu mengurangi efek samping ini.23,25
19
simpatis yang merupakan mekanisme utama dari efek kardiovaskular. Pada sistem
simpatis, sedangkan efek langsung berupa inotropik negatif biasanya tertutupi oleh
stimulasi simpatis pusat. Aktivasi dari sistem syaraf disebabkan karena adanya
depresi refleks baroseptor melalui efek ketamin pada reseptor NMDA di nukleus
diketahui. Tekanan darah akan meningkat sekitar 25% dan laju nadi meningkat
20%. Pada sebagian besar pasien, peningkatan tekanan darah berlangsung selama
3-5 menit pertama dan kemudian kembali ke normal pada 10-20 menit setelah
penyuntikan ketamin. Pada pasien dengan penyakit kritis, kadang – kadang respon
terhadap ketamin berupa penurunan tekanan darah atau curah jantung. Hal ini
20
pemberian obat secara cepat atau diberikan bersama dengan opioid. Refleks jalan
nafas atas tetap dipertahankan setelah pemberian ketamin. Meskipun refleks tadi
tetap ada, namun tidak dapat melindungi paru dari aspirasi. Sekresi kelenjar ludah
Ketamin dosis kecil dapat digunakan sebagai terapi spasme bronkus di ruang
yaitu sebagai obat koinduksi propofol dengan dosis subanestesi yaitu 0,2 – 0,4
lain adalah penambahan efek analgesia oleh ketamin dan berkurangnya efek depresi
nafas. Hui dkk, melaporkan ketamin dosis subanestesi terbukti tidak menyebabkan
2.4 Midazolam
21
membran sel pasca sinap dan saraf pasca sinap menjadi resisten untuk dirangsang.
Efek resistensi terhadap rangsangan ini diduga sebagai mekanisme efek ansiolitik,
sedasi dan antikonvulsi serta relaksasi otot pada benzodiazepin. Diduga bila 20%
30 – 50% untuk sedasi dan akan tidak sadar bila lebih dari 60%.23,25
60 % reseptor GABAA terdapat pada ujung saraf post sinaps di sistem saraf
pusat (SSP). Karena anatomi distribusi reseptor ini, maka obat ini mempunyai efek
yang minimal di luar SSP. Sebaran terbanyak reseptor GABA ditemukan di korteks
ikatan, ikatannya bukan hanya dengan benzodiazepin tetapi juga barbiturat, alkohol,
propofol dan etomidat. Obat – obat tersebut yang bekerja pada reseptor yang sama
dengan mekanisme yang berbeda – beda akan memberikan efek sinergik. Efek
sinergik ini akan meningkatkan efek inhibisi SSP masing – masing obat. Disamping
itu adanya efek amnesia yang cukup tinggi dengan angka kejadian >50%
anestesi.23,25
Efek golongan benzodiazepin dapat terlihat pada EEG, seperti barbiturat yang
22
isoelektris.23
Midazolam merupakan obat golongan benzodiazepin dengan cicin imidazol. Obat ini
tersedia sebagai garam yang larut dalam air dengan pH 3,5. Adanya cincin imidazol
membuat obat ini stabil dalam larutan dan metabolismenya cepat. Dalam pH
fisiologis di dalam darah, cincin imidazol tertutup dan membuat obat ini mempunyai
kelarutan yang tinggi dalam lemak. Kelarutan yang tinggi dalam lemak ini membuat
mula kerja midazolam cepat (30 – 60 detik) dengan waktu paruh eliminasi 2-3
jam.23,25
23
Dibandingkan diazepam, midazolam 2-3 kali lebih poten dan afinitasnya 2 kali
lebih besar. Efek amnesia pada midazolam lebih besar dari efek sedasinya. Jadi
pasien mungkin bangun saat pemberian midazolam, namun dia akan lupa beberapa
2.4.1 Farmakokinetik
Midazolam dapat dengan cepat diabsorbsi dari saluran cerna dan cepat melalui
sawar darah otak. Durasi kerja yang singkat dari pemberian tunggal dikarenakan
kelarutan yang tinggi terhadap lemak, cepat berdistribusi kembali dari otak ke
Waktu paruh midazolam 1 – 4 jam, lebih singkat dari diazepam. Waktu paruh
meningkat pada usia lanjut, dikarenakan menurunnya aliran darah hati dan
mungkin juga aktifitas enzim. Volume distribusi (Vd) dari midazolam dan
diazepam memiliki kesamaan karena kelarutan dalam lemak dan ikatan protein
yang tinggi. Sebagai contoh, pada orang gemuk, dosis induksi midazolam harus
24
pada lemak. Namun, pemberian terus – menerus pada pasien gemuk harus
berdasarkan pada berat badan ideal, karena bersihan obat tidak tergantung berat
badan.23,25
2.4.2 Farmakodinamik
anti kejang dan relaksasi otot secara sentral. Hingga sekarang belum diketahui
secara pasti mekanismenya. Namun itu muncul dari sub tipe reseptor yang berbeda.
Sebagai contoh ketenangan, anti kejang dan relaksasi otot dari reseptor GABAA
kebutuhan oksigen untuk metabolisme otak (CMRO2) dan aliran darah otak
seperti barbiturat dan propofol. Pada orang sehat, pemberian midazolam 0,15
mg/kgBB IV, menghasilkan pasien tidur dan pengurangan aliran darah otak 34%.
Perubahan EEG mirip dengan diazepam seperti tidur ringan walaupun secara
25
pernapasan. Efek depresi lebih besar pada midazolam dari diazepam dan
lorazepam. Henti nafas sementara terjadi setelah pemberian secara cepat dan
dosis besar (>0,15 mg/kgBB IV) terlebih jika bersama dengan opioid.23,24,25
tekanan darah terbesar, tapi dengan efek hipotensi yang minimal seperti pada
mg/kgBB IV aman dan efektif untuk induksi pada pasien dengan aorta stenosis.
digunakan sebagai premedikasi terutama pada anak. Mula kerja yang cepat pada
namun masa pulih sama dengan diazepam dikarenakan kedua obat memiliki
26
yang cepat, lebih amnesia dan cepat pulih sadar setelah operasi. Efek samping
27
INDUKSI PROPOFOL
• INHIBISI NMDA
KETAMIN MIDAZOLAM
o Reseptor
• Antagonis reseptor • GABA
Glutamat
NMDA o Subunit α
• GABA
o Subunit α
o Subunit ß
o Subunit γ
• TOTAL DOSIS
• KECEPATAN
• KOINDUKSI
• USIA
• Henti nafas
• Penurunan
tekanan darah
28
PENGURANGAN
Koinduksi DOSIS INDUKSI
Ketamin PROPOFOL
Induksi propofol
Pasien yang akan
menjalani (titrasi)
anestesi umum
hingga eye lid refleks (-)
Koinduksi PENGURANGAN
Midazolam DOSIS INDUKSI
PROPOFOL
Keterangan :
= Variabel Bebas
= Variabel Tergantung
29