Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
Judul : Karateristik Mutu Minyak Atsiri Daun Kecombrang (Etlingera
elatior) yang difermentasi dengan Rhizopus Oryzae: Kajian Lama
Fermentasi dan Jumlah Inokulum
Nama : Pera Atria
NPM : E1G016050
PU : Ir. Lukman Hidayat. M.P
PP : Tuti Tutuarima, STP., M.Si

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecombrang merupakan salah satu tanaman endemik yang banyak tumbuh liar di hutan
Indonesia, terutama daerah Jawa dan Sumatra.Tanaman ini memiliki nama latin Etlingera
elatior berasal dari genus Etlingera dan famili Zingiberaceae. Tanaman kecombrang
merupakan jenis tanaman pisang-pisangan yang mirip dengan tanaman lengkuas atau laos.
Bagian tumbuhan kecombrang yang sering dimanfaatkan adalah bunga dan buah digunakan
sebagai bahan sayuran seperti pecel atau lalapan, sedangkan bagian tumbuhan lainnya belum
dimanfaatkan secara optimal yaitu daun, akar, rimpang dan batang, dalam penelitian Jaffar
(2007) bagian tanaman kecombrang yang belum dimanfaatkan dengan baik memiliki
kandungan minyak atsiri.
Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama essential oil dihasilkan oleh tanaman
bersifat mudah menguap pada suhu kamar tidak mengalami dekomposisi, mempunyai rasa
getir (pungent taste), beraroma wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Kandungan
minyak atsiri dalam tanaman kecombrang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,
dari segi manfaatnya minyak atsiri kecombrang memiliki fungsi sebagai antibakteri, radikal
bebas, dan aktivitas penolak (repellent) nyamuk dan lain-lain. Hasil studi lain menunjukkan
bahwa tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang tergolong berat
yaitu kanker dan tumor (Habsah, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jaffar (2007)
tanaman kecombrang memiliki kandungan minyak atsiri dengan kadar berbeda, yaitu pada
daun sebesar 0,0735%, bunga sebesar 0,0334%, batang sebesar 0,0029% dan rimpang sebesar
0,0021%, sehinga dari penelitian tersebut bagian tumbuhan kecombrang yang memiliki
potensi besar untuk dioptimalkan pengolahannya menjadi minyak atsiri adalah bagian daun.
Komponen utama minyak atsiri pada daun β-farnesen (27,9%), β-pinen (19,7%) dan
kariofilen (15,36%), namun rendemen minyak atsiri pada daun masih tergolong sedikit
sehingga perlu adanya perlakuan untuk memaksimalkan minyak atsiri yang dihasilkan.
Beberapa perlakuan yang dilakukan terhadap bahan baku dengan tujuan untuk meningkatkan
produksi minyak atsiri antara lain pengeringan, pengecilan ukuran, pelayuan, dan fermentasi.
Proses ekstraksi minyak atsiri daun kecombrang dengan melakukan pengeringan
langsung belum sempurna karena minyak atsiri daun kecombrang masih terikat pada jaringan
daun, oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk menghancurkan jaringan daun
kecombrang agar jumlah minyak atsiri yang dapat diisolasi semakin optimal. Fermentasi
1
merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan daun. Raharjo dan Retnowati
(2012) proses fermentasi dapat mendegredasi komponen dinding sel jaringan pada daun nilam
sehingga hasil rendemen yang diperoleh selama proses destilasi lebih banyak. Proses
fermentasi biasanya memerlukan bantuan mikroorganisme sebagai sumber enzim, baik
mikroorganisme alami maupun yang ditambahkan, mikroba yang biasa ditambahkan pada
proses fermentasi tanaman penghasil minyak atsiri yaitu jenis mikroba selulolitik.
Mikroorganisme selulolitik dapat berupa jamur, bakteri, actinomycetes maupun protozoa
contohya jamur Rhizopus oryzae, menurut Meuthia dan Fitriana (2015) dalam mengisolasi
minyak nilam dengan fermentasi jamur Rhizopus oryzae 1% mendapatkan rendemen minyak
nilam terbesar yaitu 1,50%. Meningkatnya rendemen dalam penelitian tersebut disebabkan
peran jamur Rhizopus oryzae yang menghasilkan enzim selulase yang dapat mendegradasi
selulosa, selulosa merupakan komponen paling banyak menyusun biomasa tumbuhan,
terutama pada dinding sel tumbuhan, kandungan selulosa pada tumbuhan diperkirakan dalam
jangka 35-50% dari berat kering tumbuhan (Lynd, 2002 ), namun dalam upaya meningkatkan
rendemen minyak atsiri terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan proses
fermentasi yaitu suhu, ph, jumlah inokulum dan waktu fermentasi, beberapa penelitian yang
terkait dengan lama fermentasi yaitu penelitian yang dilakukan Slamet (2019) mengisolasi
minyak nilam dengan fermentasi jamur Rhizopus oligosporus dan mendapatkan waktu
fermentasi terbaik selama 2 hari dengan hasil rendemen sebesar 0,98%. Laurita dan Herawati
(2016) mengisolasi minyak atsiri kulit jeruk menggunakan ragi tempe dan mendapatkan
waktu fermentasi terbaik selama 6 hari dengan hasil rendemen sebesar 0,42%. Khasanah
(2015) mengisolasi minyak atsiri daun kayu manis menggunakan ragi tempe dan
mendapatkan waktu fermentasi terbaik 4 hari dengan rendemen 0,10% dan 0,12%. Terdapat
variasi lama waktu fermentasi terbaik dari beberapa penelitian hal dapat disebabkan oleh
karakteristik bahan baku yang difermentasi dan jumlah inokulum mikroorganisme yang
digunakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, variasi perlakuan pendahuluan pada bahan baku
dapat mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia minyak atsiri yang dihasilkan, sehingga
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh variasi perlakuan pendahuluan yaitu lama
fermentasi dan jumlah inokulum pada daun kecombrang terhadap mutu minyak atsiri,
sehingga mendapatkan lama fermentasi yang tepat untuk menghasilkan minyak atsiri dengan
rendemen tertinggi dan mutu fisik minyak atsiri yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Belum diketahui pengaruh lama fermentasi dan jumlah inokulum yang digunakan
terhadap rendemen minyak atsiri daun kecombrang yang dihasilkan.
2. Belum diketahui pengaruh lama fermentasi dan jumlah inokulum yang digunakan
terhadap karakteristik fisik dan kimia minyak atsiri daun kecombrang yang dihasilkan.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Mendapatkan pengaruh lama fermentasi dan jumlah inokulum yang digunakan terhadap
rendemen minyak atsiri daun kecombrang yang dihasilkan.

2
2. Mendapatkan pengaruh lama fermentasi dan jumlah inokulum yang digunakan terhadap
karakteristik fisik dan kimia minyak atsiri daun kecombrang.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai inovasi perlakuan
pendahuluan dalam pengolahan daun kecombrang terhadap nilai mutu minyak atsiri yang
dihasilkan.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Daun kecombrang yang digunakan yaitu jenis tanaman kecombrang yang buahnya
berwarna merah muda diperoleh di hutan Madapi Rejang Lebong.
2. Bagian daun yang diambil yaitu dengan karakteristik daun segar berwarna hijau dan
berukuran besar.
3. Jenis kapang yang digunakan yaitu Rhizopus oryzae yang diperoleh dari Laboratorium
Proteksi Tanaman Universitas Bengkulu.

BAB II.METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November-Desember 2019 di Laboratorium
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

2.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 1 set alat destilasi uap-air (sistem
pengukusan), yang terdiri dari ketel suling, pendingin (kondensor) dan penampung hasil
kondensasi. Sedangkan alat lain yang digunakan dalam analisa antara lain : neraca analitik
terkalibrasi dengan ketelitian 0,001 g, labu takar 25 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet tetes,
hotplate, piknometer, refraktometer, corong pisah, sterling bidwell, munsell oil color chart,
gelas piala, gelas ukur 25 ml, pH meter, termometer, wadah fermentasi, alat tulis dan
sebagainya.
Bahan yang akan digunakan adalah daun kecombrang, kapang Rhizopus oryzae, air
bersih, batu es, aquades, alkohol 90%, etanol 70%, toluena, phenol-phtalein (pp), larutan
KOH 0,5 N dan HCl 0,5 N.

2.3 Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Faktorial, menggunakan
dua faktor. Faktor pertama yaitu lama fermentasi yaitu K1= 2 hari, K2= 4 hari, k3= 6 hari
dan faktor kedua yaitu jumlah inokulum W1= 1%, W2= 5%, W3=9% yang diulang sebanyak
3 kali, sehingga pada penelitian ini terdapat 9 kombinasi perlakuan dan 27 unit percobaan dan
dilakukan kontrol setiap pengambilan bahan baku dengan tujuan mengetahui rendemen awal
minyak atsiri sebelum dilakukanya perlakauan.

3
Tabel 5. Tabel perlakuan
Lama Fermentasi Jumlah Inokulum (W)
(K)
2,5 % (W1) 5% (W2) 7,5% (W3)

2 hari (K1) K1W1 K1W2 K1W3

4 hari (K2) K2W1 K2W2 K2W3

6 hari (K3) K3W1 K3W2 K3W3

Tabel 6. Tabel Pengacakan urutan pelaksaanaan penelitian


K1W1(4) K1W2(12) K1W3(27)
K1W1(10) K1W2(22) K1W3(15)
K1W1(1) K1W2(13) K1W3(25)
K2W1(21) K2W2(6) K2W3(16)
K2W1(5) K2W2(24) K2W3(7)
K2W1(9) K2W2(18) K2W3(26)
K3W1(3) K3W2(19) K3W3(8)
K3W1(20) K3W2(2) K3W3(17)
K3W1(11) K3W2(23) K3W3(14)
Keterangan : Angka didalam kurung “()” merupakan urutan percobaan.

2.4 Variavel pengamatan awal sebelum proses destilasi


2.4.1 Bahan baku
Kadar air
Timbang sampel yang telah mengalami proses pelayuan dan pengecilan ukuran ± 1cm
sebanyak 10 g, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, setelah itu masukan larutan
toluena kedalam elemenyer sampai sampel terendam. Rangkailah elemnyer yang berisi
sampel dan larutan toluena dengan alat sterling bidwell, kemudian panaskan elemenyer diatas
hotplate selama 60 menit dihitung dari tetesan pertama pada alat sterling bidwell (Sudarmadji,
1997).
volume air (ml)
Kadar Air = x 100 %
Berat sampel (g)

2.4.2 Proses fermentasi


2.4.2.1 Suhu
Pengukuran suhu bertujuan untuk mengatahui suhu selama proses fermentasi
berlangsung, dengan tujuan memastikan suhu yang baik untuk pertumbuhan Rhizopus oryzae
dengan cara masukan termometer kedalam wadah yang berisi bahan baku yang difermentasi,
setelah itu tunggu sampai suhu termometer konstan, pengukuran suhu dilakukan setiap satu
hari sekali.

4
2.4.2.2 Pengukuran pH
Pengukuran pH bertujuan untuk mengatahui pH selama proses fermentasi berlangsung,
dengan tujuan memastikan pH yang baik untuk pertumbuhan Rhizopus oryzae dengan cara
masukan kertas indikator universal kedalam wadah yang berisi bahan baku yang difermentasi,
kemudian kertas diangkat dan cocokan warna kertas universal yang dihasilkan dengan
ketentuan warna pH yang berlaku, pengukuran pH dilakukan bersamaan dengan
pengukuran suhu setiap satu hari sekali.

2.5 Variabel Pengamatan


2.5.1 Minyak Atsiri
2.5.1.1 Rendemen
Rendemen adalah hasil minyak atsiri pada akhir proses destilasi dengan konsep
perhitungan yaitu berat minyak atsiri dibagi dengan berat bahan sebelum didestilasi dikali
seratus persen (Kurniawan, 2012). Adapun rumus untuk menghitung rendemen yaitu :

volume minyak
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = volume bahan sebelum didestilasi × 100 %

2.5.1.2 Warna
Analisa warna dalam penelitian ini dilakukan secara visual dengan menggunakan
indra penglihatan (mata) secara langsung, berdasarkan prosedur kerja pada pengujian tahap
minyak nilam (SNI 06-2385-2006), tuangkan 5 ml sampel minyak atsiri kemudian masukan
kedalam tabung reaksi, hindari adanya gelembung udara. Sandarkan tabung reaksi berisi
minyak atsiri pada kertas atau karton berwarna putih. Amati warnanya dengan mata langsung,
jarak antara mata dengan sampel ± 3 cm kemudian cocokan warna dengan buku munsell color
chart.

2.5.1.3 Aroma
Pengujian terhadap aroma secara langsung dilakukan dengan menggunakan indra
penciuman (hidung). Berdasarkan prosedur kerja pada pengujian terhadap minyak nilam (SNI
06-2385-2006). Tuangkan sampel minyak atsiri sebanyak ± 5 ml kedalam gelas piala,
miringkan gelas piala agar membentuk sudut ± 60o mengarah kesamping kiri atau kanan
hidung dengan jarak ± 10 cm. Kipas-kipaskan kertas atau karton ke gelas piala yang berisi
sampel minyak atsiri sambil dicium aroma sampel dengan hidung.

2.5.1.4 Indeks bias


Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari medium.
Indeks bias memiliki peran yang penting, pengukuran terhadap indeks bias biasanya secara
luas digunakan untuk mengatahui kosentarasi larutan dan mengatahui komposisi bahan yang
menyusun larutan dan kemurnian larutan, indeks bias dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer, indek bias sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa
udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium matematis, Indeks bias tidak pernah

5
lebih kecil dari 1 atau (n ≥ 1). Jadi cara mengukur indeks bias yaitu masukan satu tetes
minyak, diukur di refraktometer dan dicatat suhunya.
Prosedur analisa indeks bias (SNI-06-2385-2006)
1. Refraktometer disterilisasi memekai alkohol 70 %
2. Sampel minyak atsiri diteteskan ke dalam lubang uji.
3. Indeks bias dari minyak atsiri akan tertera oleh refraktometer

2.5.1.5 Bobot jenis


Bobot piknometer ditimbang dengan timbangan analitik kemudian air diteteskan
dalam piknometer kosong hingga penuh dan ditimbang kembali. Kemudian piknometer
dikosongkan lagi dan masing-masing sampel sampel atsiri diteteskan kedalam piknometer
kosong tersebut hingga penuh dan ditimbang. Hitung nilai berat jenis dengan rumus (Sukardi
et,al, 2014) :

bobot piknometer dan minyak − bobot piknometer kosong


Bobot jenis = bobot piknometer dan air − bobot piknometer kosong

Menurut Novalny (2006) menyatakan bahwa bobot jenis suatu minyak akan dipengaruhi oleh
komponen penyusun minyak tersebut. Semakin tinggi komponen yang terkandung di dalam minyak
maka semakin tinggi pula bobot jenis yang diperoleh. Guenther (1987) menyatakan bahwa nilai
bobot jenis minyak atsiri pada umumnya berkisar antara 0.696 -1.188,

2.5.1.6 Bilangan asam


Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukan jumlah gram alkali NaOH atau
KOH yang diperlukan untuk menetralisasi asam bebas yang terdapat didalam dua gram
minyak (Sudarmadji, 1984) prosedur analisa bilangan asam : Timbang dengan neraca analitik
± 2 gr minyak atsiri dalam gelas erlenmeyer 250 ml, tambahkan 10 ml campuran alkohol-
benzoel (1:1) netral, kemudian dititrasi dengan larutan KOH dalam alkohol 0,1 N (1,5 gr
KOH dilarutkan dengan 3,75 ml air dan di encerkan dengan alkohol 96% sampai 250 ml)
Sebagai indikator gunakan indikator phenol-phtalein (pp). Hitung nilai bilangan asam dengan
rumus:
𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 ×𝑁×56,1
Bilangan asam = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

2.5.1.7 Bilangan ester


Bilangan ester adalah kelanjutan dari bilangan asam, tambahkan 25 cc alkohol KOH
0,5 N panaskan hingga mendidi selama 1,5 jam kemudian dinginkan, setelah dingin dititrat
dengan HCl 0,5 N hingga warna berubah.

2.5.1.8 Kelarutan dalam Alkohol


Menurut Zulnely (2003) menyatakan kelarutan dalam alkohol merupakan nilai
perbandingan antara banyaknya minyak atsiri yang larut dengan pelarut alkohol atau rasio antara
minyak atsiri dan alkohol, nilai kelarutan menentukan kualitas dari minyak atsiri. Ukur 2 ml
minyak atsiri diukur dengan teliti didalam gelas ukur 25 ml, kemudian ditambahkan alkohol

6
70% setetes demi setetes. Setelah setiap penambahan dikocok sampai diperoleh suatu larutan
yang bening.

2.6 Tahapan Penelitian


2.6.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yaitu daun kecombrang dari pohon kecombrang yang buahnya berwarna
merah muda, bahan baku diambil di hutan Madapi di Rejang Lebong, total bahan baku yang
diperlukan sebanyak ±105 kg (untuk 27 kali unit percobaan), pengambilan bahan baku
bertahap sesuai kebutuhan dan ketersedian alat, dengan krateristik bahan baku segar, daun
lebar, dan berwarna hijau, kemudian bahan baku disortasi dan dibersihkan dari kotoran seperti
tanah, debu dan lain-lain, setelah bersih bahan baku dikering anginkan, kemudian dilanjutkan
dengan melakukan penpengecilan ukuran, potong daun kecombrang dengan ukuran ± 1 cm,
diharapkan mempermudah proses penguapan minyak pada saat destilasi. Tahap selanjutnya
yaitu perlakuan pendahuluan fermentasi padat (solid state fermentastion) dengan bantuan
mikroorganisme Rizopus oryzae.

2.6.2 Pembuatan kultur kerja


2.6.1 Pembuatan Kultur Kerja
Kultur kerja adalah kultur Rhizopus oryzae yang siap digunakan untuk pembuatan
starter. Kultur kerja didapatkan dengan meremajakan kultur Rhizopus oryzae yaitu dengan
menginokulasikan 1 ose kultur murni Rhizopus oryzae ke dalam PDA miring kemudian
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 3-4 hari, sedangkan sisanya disimpan pada suhu 4 ºC
sebagai kultur stok .

2.6.3 Fermentasi
Daun kecombrang yang sudah mengalami peroses pengecilan ukuran dilakukan
fermentasi. Fermentasi yang digunakan fermentasi padat (solid state fermentation) dengan
bantuan mikroorganisme Rizopus oryzae, masukan 2.5 kg daun kecombrang kedalam setiap
wadah dan dilakukan sesuai perlakuan, diberikan air sedikit dengan tujuan untuk menjaga
kondisi bahan baku agar lembab (perbandingan air dan daun adalah 1:10)

2.6.4 Proses destilasi


Daun kecombrang yang telah mengalami fermentasi kemudian masing-masing
dilanjutkan dengan proses penyulingan (destilasi). Metode destilasi yang digunakan adalah
metode destilasi uap-air (hydro steam distillation) dengan lama waktu destilasi 4 jam,
kemudian minyak atsiri yang dihasilkan dilakukan pengujian berupa jumlah rendemen,
karakteristik fisik dan kimia minyak atsiri daun kecombrang.

2.7 Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan ANOVA pada taraf signifikan 5%
untuk menguji adanya pengaruh atau perbedaan antara perlakuan, apabila terdapat beda nyata
akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menggunakan program
SPSS 23. Hasil analisa data akan disusun dalam bentuk tabel serta disajikan bentuk grafik
untuk menampilkan perbedaan pengaruh dari masing-masing sampel.

DAFTAR PUSTAKA
7
Emonocot. 2010. Etlingeraelatior(jack )R.M.Sm.http://emonocot.org/taxon/urn:kew.org:wcs:
taxon:244696. Diakses pada tanggal 20 februari.
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Diterjemahkan oleh: S. Ketaren. Jakarta: UI
Press.507.
Habsah, M., A.M. Ali, N.H. Lajis, M.A. Sukari, Y.H. Yap, H. Kikuzaki, and N.Nakatani.
2005. Antitumor Promoting and Cytotoxic Constituents of Etlingera Elatior. Malaysian
J. Med. Sci. 12: 6-12.
Jaafar, F.M., C.P. Osman, N.H. Ismail, and K. Awang. 2007. Analysis of Essential Oils of
Leaves, Stems, Flowers and Rhizomes of Etlingera Elatior (Jack) R.M. S. Malaysian J.
Anal. Sci. 11: 269-273.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. 427.
Kurniawan, 2012.

Khasanah, L.U., R. Utami, B.K. Ananditho, A.E. Nugraheni. 2015. Pengaruh Perlakuan
Pendahuluan Fermentasi Padat dan Fermentasi Cair Terhadap Rendemen dan
Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Kayu Manis.AGRITECH. 34: 36-42.
Laurita, L., M.M. Herawati. 2016. Pengaruh Fermentasi Padat Terhadap Karakteristik Mutu
Fisik dan Hasil Rendemen Minya Atsiri Limbah Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis Var.
Baby Pacitan). Proc. konser karya ilmia. 2: 43-50
Lynd, L.R., P.J. Weimer, W.H. VanZyl and I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose
Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev.66:506-577.
Novalny . 2006.

Raharjo, S.J., R. Retnowati. 2012. Yield Increasing of Patchouli Oils of Result Steam
Distillation of Patchouli Leaf of Dewaxing, Fermentation, and Drying Process. J. Basic
Sci. Tech. 1 :12-18.
Slamet ., Ulyarti, S.L.Rahmi. 2019. Pengaruh Lama Fermentasi Daun Nilam Menggunakan
Ragi Tempe Terhadap Rendemen dan Mutu Fisik Minyak Nilam (Pogostemon Cablin
Benth). J. Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Universitas Syiah Kuala: Jambi.
Sudarmadji. S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 160.
Sukardi., Y. Qordhowi, M. H. Pulungan and A. F. Mulyadi. 2014. Penerapan Perlakuan Awal
PEF (Pulsed Electric Field) pada Destilasi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D. C) di Balai Latihan Transmigrasi Pekanbaru Sebagai Bahan Aktif Minyak
Gosok. Jurnal Pengolahan Hasil Pertanian. 4:1-24
Standar Nasional Indonesia. 2006. SNI 06-2385-2006 .Minyak nilam. Jakarta.

Syarif, R. A., F. Sari, dan A. R. Ahmad. 2000. Rimpang kecombrang (Etlingera Elatorjack)
Sebagai Sumber Fenolik. J. Fitofarmaka Indonesia 2(2) : 102 – 106.
Tampubolon, O.T., S. Suhatsyah, dan S. Sastrapradja. 1983. Penelitian Pendahuluan
Kandungan Kimia Kecombrang (Nicolaia Speciosa Horan) dalam Risalah Simposium
Penelitian Tumbuhan Obat . Fakultas Farmasi UGM. DIY. Hal: 451-459
Zulnely (2003)

8
LAMPIRAN. Diagram Alir Tahap penelitian minyak atsiri daun kecombrang

Mulai

Daun
kecombrang

Pebersihan dari
kotoran

Pengeringan
suhu kamar

Pengecilan
ukuran ± 1cm

Fermentasi padat
Starter dan
air sesuai perlakuan

Destilasi Uap-Air
selama ± 4 jam

Minyak atsiri

1. Pemeriksaan
Pendahuluan
2. Warna dan Aroma
3. Bobot jenis
4. Penetapan indek bias
5. kelarutan dalam alcohol
6. penetapan bilangan asam

Selsai

9
1

Anda mungkin juga menyukai