Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

“Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewarganegaraan”

Oleh :

Filsya Khoirina F 220110150001

Asep Solahudin 220110150002

Mega Permatasari 220110150003

Intan Tri Agustin G 220110150004

Nelawati 220110150005

Rafika Dita Martiana 220110150006

Pipih Piliadona 220110150007

Katunia Adiyuda D 220110150008

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makaah mengenai “Filsafat Pancasila
Sebagai Pemersatu Bangsa” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini ialah
sebagai laporan diskusi mata kuliah Kewarganegaraan. Adapun makalah ini telah
diusahakan semaksimal mungkin.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada


orangtua, teman-teman dan dosen yang telah mendukung dan membantu kami
secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa
kami juga mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak lain yang membantu
tersusunnya makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai “Filsafat Pancasila Sebagai
Pemersatu Bangsa”. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini, dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat dijadikan referensi bagi pembaca

Jatinangor, 3 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2

1.3 Tujuan ...............................................................................................................2

1.4 Manfaat .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

BAB III PENUTUP ..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................12

3.2 Saran ................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewarganegaraan menjadi suatu ilmu yang penting ditanamkan dalam

setiap diri warga Indonesia. Dimana hal tersebut akan membahas tentang ke-

Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,

membangun rasa kebangsaan dan mencintai tanah air Indonesia. Namun

sebelum itu, sudah seharusnya penduduk Indonesia mengetahui pula

bagaimana sejarah yang tercatat. Seperti hal nya, dalam pembahasa

pembentukan undang-undang maupun perumusan pembuatan pancasila sebagai

dasar Negara.

Pancasila sendiri merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia, yang

mana kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta, panca berarti lima dan sila

berarti asas dan diartikan sebagai suatu rumusan dan pedoman kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi rakyat Indonesia. Pancasila dicetuskan oleh para

pendiri bangsa Indonesia sebab, pancasila ditujukan sebagai pondasi yang kuat

dalam menjalankan pemerintahan agar tidak mudah dipengaruhi dan dijajah

oleh bangsa lain. Selain itu, tujuan dibentuknya pancasila telah tercantum

dalam ketetapan MPR No. 11/MPR/1978 pada tanggal 22 maret 1978 yang

mengatakan bahwa pancasila merupakan pandangan hidup atau falsafah hidup

berbangsa dan menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila memiliki beberapa fungsi bagi Indonesia, seperti : Pancasila

sebagai jiwa bangsa Indonesia, Pancasila sebagai kepribadian bangsa

1
Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hokum, Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, pancasila sebagai cita-cita dan

tujuan bangsa Indonesia, Pancasila seabgai falsafah hidup bangsa dan Pancasila

sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Maka dari penjelasan tersebut,

penting untuk kita sebagai masyarakat Indonesia mengetahui lebih dalam

tentang Pancasila. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis bertujuan untuk

lebih mengetahui dan menggambarkan bagaimana fungsi Pancasila sebagai

falsafah pemersatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana makna Pancasila sebagai pemersatu

bangsa?”

1.3 Tujuan

Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

makna Pancasila sebagai pemersatu bangsa bagi Indonesia.

1.4 Manfaat

Hasil dari makalah ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk

mahasiswa sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai filsafat pancasila

sebagai pemersatu bangsa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan resmi menjadi

sebuah Negara yang memiliki kedaulatan. Dalam menegakan suatu Negara

diperlukan pondasi yang menopang atau lebih dikenal dengan istilah dasar

Negara. Dasar Negara Indonesia adalah pancasila, Pancasila berasal dari dua kata

bahasa sansakerta yaitu panca yang berarti lima dan sila berarti asas. Jadi,

Pancasila merupakan rumusan atau pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah istilah pancasila tercetus tidak

lepas dengan adanya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia), BPUPKI merupakan badan yang menyiapkan hal-hal

terkait tatanan pemerintahan salah satunya merumuskan dasar negara (Rahmat et.

al., 2009). Sidang pertama BPUPKI pata tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 membahas

rumusan dasar Negara dan Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno

mengungkapkan 5 poin yang dinamakan pancasila yang meliputi:

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme/Perikemanusiaan

3. Mufakat/Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang Berbudaya

Usulan dasar Negara tidak hanya disuarakan oleh Ir.Soekarno, sebelumnya

ditanggal 29 Mei 1945 Muhamad Yamin mengusulkan 5 poin, yaitu: 1.

3
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Kebangsaan Pemuda Indonesia; 3. Rasa

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah

dalam Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; 5. Keadilan Sosial

bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kemudian Mr.Soepomo pada tanggal 31 Mei

menguslkan lima poin yang meliputi: 1. Paham Persatuan; 2. Perhubungan Negara

dan Agama; 3. Sistem Badan Permusyawarahan; 4. Sosialisasi Negara; 5.

Hubungan antar Bangsa yang Bersifat Asia Timur Raya. Dari ketiga usulan baik

dari M.Yamin, Mr.Soepomo, dan Ir.Soekarno akhirnya diputuskan dibentuk

panitia yang lebih kecil untuk membahas lebih mendalam mengenai dasar Negara,

panitia tersebut disebut Panitia Sembilan yang dibentuk tanggal 22 Juni 1945

(Yuliastuti, 2011).

Panitia Sembilan berhasil merumuskan naskah rancangan pembukaan

Undang-Undang Dasar yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).

Adapun rumusan pancasila yang termuat didalam piagam Jakarta meliputi

(Rahmat et. al., 2009):

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2. Kemanusian yang adil dan beradab

3. Persatuan indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Pancasila yang termuat dalam piagam Jakarta secara resmi diangkat

menjadi dasar Negara. selepas Indonesia resmi medeklarasikan kemerdekaannya

4
pada 17 Agustus 1945, BPUPKI diubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas menyempurnakan dasar Negara.

Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 diputuskan bahwa sila pertama dalam

pancasila diubah menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ dikarenakan kontroversi

yang ada sehingga dengan pengubahan tersebut pancasila dapat diterima oleh

berbagai golongan (agama) di Indonesia. Berikutnya sebagai bentuk pengukuhan

atas pancasila maka pada zaman pemerintahan Soeharto tahun 1968 dikeluarkan

Intruksi Presiden tentang perumusan pancasila yang benar, meliputi:

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Berbicara mengenai filsafat pancasila, perlu diketahui makna falsafat itu

sendiri. Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Arab (falsafah) dan bahasa

Inggris (philosophy) serta bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia berupa

kata majemuk dari philos atau philein berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata

Sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan. Maka secara

harfiah philosophia berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat, atau

mencintai pengetahuan. Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh

Pythagoras ketika beliau ditanya ‘apakah engkau orang bijaksana ?” Pythagoras

menjawab ‘saya hanya orang philosophos ‘ yang artinya mencintai pengetahuan

(Poespowardoyo, 1989).

5
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai

pandangan hidup serta dalam arti praktis. Artinya filsafat pancasila memiliki

fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan sehari-hari,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Filsafat

Pancasila dapat didefinisikan yaitu rafleksi kritis dan rasional tentang pancasila

sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk

mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Sehingga pancasila disebut sebagai sitem filsafat yang artinya antara satu sila

dengan sila lain merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat serta tidak terpisah-

pisah (Kaelan, 2013). Hal tersebut dapat digambarkan yakni (Kansil & Kansil,

2013):

1. Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai sila 2, 3, 4, dan 5

2. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1; dan mendasari, menjiwai sila 3,4,

dan 5

3. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2; dan mendasari, menjiwai sila 4,

dan 5

4. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2, 3; dan mendasari, menjiwai sila 5

5. Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, 4

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang

disepakati bersama, dapat dilihat sejarah bagaimana pancasila lahir melalui

beberapa kali proses mufakat. Hal ini menunjukan bahwa pancasila merupakan

sarana pemersatu masyarakat yang dapat menyatukan berbagai golonga

masyarakat di Indonesia. Ungkapan tersebut tertuang dalam sila ketiga yang

berbunyi ‘persatuan indonesia’, persatuan adalah gabungan yang terdiri atas

6
beberapa bagian-bagian dari kepingan panjang. Faktanya bahwa Indonesia

memiliki berbagai kepulauan dengan keberagaman ras dan budaya. Tercatat

bahwa ada 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS (2010) dengan keyakinan

agama Islam, Kristen, katolik, Hindu, dan Buddha. Hal tersebut menunjukan

keberagaman yang ada yang akhirnya dibingkai menjadi suatu kesatuan dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Listyarti & Setiadi, 2008).

Pancasila yang utuh bersifat majemuk tunggal menjadi dasar hidup

bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal juga. Pada

kenyataannya, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat

istiadat, kebudayaan, dan agama yang berbeda. Secara hakiki, bangsa Indonesia

yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan, bangsa

Indonesia berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi disimpulkan

memiliki kesatuan darah. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang

menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk selalu menuju kepada

kesatuan dan persatuan bangsa.

Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa Indonesia melaksanakan

kehidupan bersama berdasarkan pada dasar filsafat Pancasila sebagai asas

persatuan dan kesatuan sebagai perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada saat

mendirikan Negara Indonesia, para pendiri sepakat untuk mendirikan Negara

Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,

yaitu Negara yang berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara yang

integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi

selurh golongan dalam bidang apapun.

7
Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala bagian

dan seluruh anggotanya , segala golongan berhubungan erat dengan lainnya dan

merupakan persatuan dan kesatuan yang organis. Kepentingan individu dan

kepentingan bersama harus diseimbangkan antara satu dengan yang lainnya.

Hidup kenegaraan diatur dalam prinsip solidaritas, menuntut bahwa kebersamaan

dan individu tidak dapat dipertentangkan satu dengan lainnya. Negara harus

dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang memberi tempat bagi semua

golongan dan lapisan masyarakat dalam bidang apapun.

Sebaliknya, negara juga bertanggung jawab atas kemerdekaan dan

kesejahteraan semua warga negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum.

Oleh karena itu, negara tidak mempersatukan diri dengan golongan terbesar, juga

tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan Negara

mengusahakan tujuannya dengan memperhatikan semua golongan dan semua

perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh lapisan masyarakat.

(Sarinah; Dahri, Muhtar; Harmaini, 2017)

Sila Ketiga memiliki makna bahwa Pancasila sebagai pemersatu bangsa

memiliki kekuatan untuk dapat mempersatukan suku bangsa yang beranekaragam

sehingga bangsa Indonesia mampu bersatu, hidup dalam kerukunan, kuat, saling

berdampingan, damai serta dinamis. Selain itu, nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila juga dapat menumbuhkan sikap kesetiakawanan sosial dan toleransi

serta memelihara kebudayaan Nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah.

Sila persatuan Indonesia, antara lain mengandung nilai bahwa seluruh wilayah

Indonesia adalah milik seluruh bangsa dan negara Indonesia. Bangsa Indonesia

8
terdiri atas berbagai suku, budaya, Bahasa, agama, serta tradisi yang

beranekaragam. ( Bahar Rifai, 2008).

Keanekaragaman yang terdapat di Indonesia ini membentuk persaudaraan

pada setiap individunya. Persaudaraan berdasarkan sila ketiga Pancasila dapat

diibaratkan sebagai sebuah keluarga yang utuh. Memang dalam suatu keluarga

terdapat beberapa golongan, seperti orang tua, anak, bahkan juga kerabat lain atau

pembantu sekalipun. Namun, meskipun terdapat berbagai macam golongan,

mereka semua bersama-sama membangun suatu kesadaran tersendiri untuk hidup

bersama-sama dalam satu lingkungan. Satu golongan saja mengutamakan sifat

egoisnya, maka dapat terjadi suatu perpecahan dalam keluarga tersebut. Bagaikan

anak yang melawan orang tua atau suami dan istri yang saling bertengkar,

keharmonisan dalam suatu keluarga akan sulit terwujud. Persaudaraan ini dapat

terjalin secara harmonis apabila setiap masyarakat atau individu di dalamnya

memiliki semangat persaudaraan yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila.

Melalui semangat persaudaraan, maka dengan sendirinya kesejahteraan bangsa

dan negara dapat terwujud (Sitorus, 2015).

Menurut Kirom (2011), sila ketiga ini diliputi dan dijiwai oleh Sila

Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputidan

menjiwai sila-sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam sila

ketiga ini kita harus menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara Indonesia di atas kepentingan pribadi atau

golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air

9
dan bangsa, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhineka Tunggal Ika.

Membahas mengenai persatuan bangsa maka erat kaitannya dengan

semboyan NKRI yaitu ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang memiliki makna bahwa

walaupun berbeda-beda tetap satu yakni NKRI atau ‘berbeda-beda namun tetap

satu jua’. Bhineka Tunggal Ika merupakan karya sastra agama yang dikarang oleh

Mpu Tantular, seorang sastrawan yang hidup pada masa kerajaan Majapahit pada

kekuasaan Raja Hayam Wuruk. Sepenggal kalimat tersebut ditujukan sebagai

bentuk toleransi penganut Buddha yang hidup dilingkungan kerajaan Majapahit

bercorak Hindu-Siwa. Pada masanya, semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ menjadi

doktrin pemersatu antara penganut Buddha dengan Hindu-Siwa hingga diyakini

bahwa semboyan tersebut merupakan semboyan cemerlang dari Mpu Tantular

yang karenanya kerajaan Majapahit mampu menyatukan nusantara.

‘Bhineka Tunggal Ika’ diadopsi menjadi semboyan Indonesia karena atas

usulan dari M.Yamin pada siding cabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pada

11 Februari 1950, beliau meyakini bahwa karya Mpu Tantular tersebut sangat

cocok dan relevan diimplementasikan di Indonesia sebagai bentuk pemersatu

yang mana bukan hanya perihal keyakinan agama saja tetapi termasuk perbedaan

sudut pandang ideologi, ras, suku, etnik, dan golongan. Sebenarnya semboyan

tersebut sudah beberapa kali M.Yamin sampaikan saat sidang BPUPKI bulan

Mei-Juni 1945. Saat usulan M.Yamin disampaikan pada sidang kabinet RIS,

temannya bernama I Gusti Bagus Sugriwa yang ikut mendukung bahkan beliau

menjelaskan bahwa ungkapan ‘Bhineka Tunggal Ika’ masih hidup dan dipelajari

di Bali bahkan pengaruhnya dilingkungan intelektual Hindu Bali cukup besar

10
meski ungkapan itu ditulis oleh sastrawan Buddha (Sabigin, 2009). Spontan para

pendiri Negara lainnya yang merupakan islampun cukup toleransi menerima hal

tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa sejak dulu toleransi dan persatuan bangsa

telah dipupuk oleh para founding father.

Menelaah lebih jauh mengenai persatuan bangsa, jauh sebelum Indonesia

merdeka yakni saat masa-masa perjuangan telah ditujukan oleh pemuda-pemudi

Indonesia yaitu dengan lahirnya sumpah pemuda yang mengikat hati pemuda-

pemudi Indonesia untuk bersama merapatkan barisan dalam membela bangsa.

Sumpah pemuda tersebut ditetapkan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang meliputi

3 poin utama diantaranya (Setiawan, 2014):

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air

Indonesia.

2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa

Indonesia.

3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,

bahasa Indonesia.

Bila ditarik antara sejarah sumpah pemuda, lahirnya pancasila, dan adanya

semboyan Negara ‘Bhineka Tunggal Ika’ maka sesungguhnya Indonesia

merupakan Negara kesatuan yang menjunjung tinggi persatuan bangsa. Tidak

heran bila sila ketiga berbunyi ‘Persatuan Indonesia’ sehingga pancasila

merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persatuan dalam suatu negara sangatlah penting karena mencerminkan

kokohnya suatu bangsa yang berdaulat. Indonesia merupakan negara yang luas

dengan berbagai macam budaya di dalamnya. Dalam hal ini pancasila memiliki

peranan penting sebagai pemersatu bangsa. Pancasila sebagai suatu ideologi

memiliki asas nasionalisme yang tumbuh di atas perbedaan. Pancasila memiliki

fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan sehari-

hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa indonesia.

3.2 Saran

Untuk menjaga agar pancasila tetap terpelihara maka harus dilakukan

peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Terlebih lagi

pemimpin harus menjadi teladan dalam pengalaman pancasila, karena

pancasila menjadi suatu dasar NKRI. Pancasila harus diamalkan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar tercipta negara yang

bersatu, aman,tentram, adil dan makmur.

12
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2010). Proyeksi Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.


https://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_In
donesia_2010-2035.pdf diakses pada pukul 10.50 WIB tanggal 27 Februari
2019

Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,


Yuridis, dan Aktualisasi. Yogyakarta: Paradigma.

Kansil & Kansil. (2013). Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi RI. (2016). Pendidikan


Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi (1st ed.). Jakarta: Kementerian
Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi RI.
Kirom, S. (2011). Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya
dalam Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat, 21(2), 99-117.
Listyarti, R., Setiadi. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMK dan MAK
Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Mustansyir, R. (1991). Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan dalam Rangka


Pengembangan Budaya Nasional, 6–13. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/223247-pancasila-sebagai-
ideologi-persatuan-dal.pdf
Poespowardoyo, Soeryanto. (1989). Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia.
Rahmat et. al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Rifai, Bahar. (2008). Be Smart PKn. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Sabigin, Cecep Dudi Muklis. (2009). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.


Bandung: CV Insan Mandiri.

Sarinah. Dahri, Muhtar. Harmaini. (2017). Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan (PPKn di Perguruan Tinggi). Yogyakarta : CV Budi
Utama

Setiawan, Deny. (2014). Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan: Cahaya Ilmu


Press.
Sitorus, J. H. E. (2015). Membawa Pancasila dalam Suatu Definisi Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 254-271.

13
Yuliatuti, Rima. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA/SMK
Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan
Nasional.

14

Anda mungkin juga menyukai