PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sediitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah, dan semakin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (SylviaA.price dalam
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembunuh siluman), karena seringkali
penderita hipertensi bertahun – tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa
disadari penderita mengalami komplikasi pada organ – organ vital seperti jantung, otak
ataupun ginjal.(Triyanto,2014; 1)
terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Persentase penderita
hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report
berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan
Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%, sementara kawasan
Amerika menempati posisi terakhir dengan 35%. Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang
dewasa menderita hipertensi. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta
WHO mencatat pada tahun 2012 terdapat 839 juta kasus penderita hipertensi dan
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar29% dari total
usia 18 tahun keatas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami komplikasi stroke.
Sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sampai saat ini,
hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai
dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah oleh Kementrian Kesehatan RI, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar
31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari
31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat
pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit
hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri
Jumlah Penderita
Provinsi Persentase
Penduduk Hipertensi
Bangka Belitung 1.380.762 426.655 jiwa 30,9
Kalimantan Selatan 3.913.908 1.205.483 jiwa 30,8
Kalimantan Timur 4.115.741 1.218.259 jiwa 29,6
Jawa Barat 46.300.543 13.612.359 jiwa 29,4
Gorontalo 1.134.498 33.542 jiwa 29,4
Sumber: Pusdatin Kemenkes RI, tahun 2014
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2013 menunjukkan
jumlah penderita hipertensi sebanyak 24.937 Penderita, dimana jumlah hipertensi dengan
kasus baru sebanyak 10.303 penderita dan jumlah hipertensi dengan kasus lama sebanyak
144.634 penderita. Sedangkan jumlah kematian akibat penyakit hipertensi pada tahun 2013
Gorontalo sebanyak 7.125 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 4.210 jiwa dan kasus
baru 2.915 jiwa dengan angka kematian 184 jiwa. Semantara urutan ke dua di duduki oleh
daerah Kota Gorontalo sebanyak 6.239 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 3.943 jiwa
dan kasus baru 2.296 jiwa dengan angka kematian 82 jiwa. Urutan ke tiga di duduki oleh
daerah Kabupaten Boalemo sebanyak 2.897 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 1.651
jiwa dan kasus baru 1.246 jiwa dengan angka kematian 14 jiwa. Urutan ke empat di duduki
oleh daerah Kabupaten Pohuwato sebanyak 1.835 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak
948 jiwa dan kasus baru 887 jiwa dengan angka kematian 9 jiwa. Urutan ke lima di duduki
oleh daerah Kabupaten Bone Bulango sebanyak 2.136 jiwa, dimana jumlah kasus lama
sebanyak 1.359 jiwa dan kasus baru 777 jiwa dengan angka kematian 7 jiwa. Urutan ke enam
di duduki oleh daerah Kabupaten Gorut sebanyak 2.897 jiwa, dimana jumlah kasus lama
sebanyak 2.523 jiwa dan kasus baru 1.549 jiwa dengan angka kematian 0 jiwa.
Pada tahun 2014 menunjukkan jumlah penderita hipertensi sebanyak 25.126 penderita,
dimana jumlah hipertensi dengan kasus baru sebanyak 10.211 penderita dan jumlah
hipertensi dengan kasus lama sebanyak 14.915 penderita. Dan jumlah kematian akibat
Gorontalo sebanyak 8.566 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 5.288 jiwa dan kasus
baru 3.278 jiwa dengan angka kematian 254 jiwa. Semantara urutan ke dua di duduki oleh
daerah Kota Gorontalo sebanyak 5.634 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 3.232 jiwa
dan kasus baru 2.402 jiwa dengan angka kematian 95 jiwa. Urutan ke tiga di duduki oleh
daerah Kabupaten Boalemo sebanyak 3.404 jiwa, dimana jumlah kasus lama sebanyak 1.703
jiwa dan kasus baru 1.701 jiwa dengan angka kematian 32 jiwa. Urutan ke empat di duduki
oleh daerah Kabupaten Bone Bulango sebanyak 3.302 jiwa, dimana jumlah kasus lama
sebanyak 2.345 jiwa dan kasus baru 957 jiwa dengan angka kematian 17 jiwa. Urutan ke lima
di duduki oleh daerah Kabupaten Gorut sebanyak 3.453 jiwa, dimana jumlah kasus lama
sebanyak 2.032 jiwa dan kasus baru 1.421 jiwa dengan angka kematian 9 jiwa. Urutan ke
enam di duduki oleh daerah Kabupaten Pohuwato sebanyak 768 jiwa, dimana jumlah kasus
lama sebanyak 316 jiwa dan kasus baru 452 jiwa dengan angka kematian 3 jiwa.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo tahun 2013 menunjukkan
jumlah penderita hipertensi sebanyak 6.872 Penderita, dimana jumlah hipertensi dengan
kasus baru sebanyak 2.929 penderita dan jumlah hipertensi dengan kasus lama sebanyak
3.943 penderita. Sedangkan jumlah kematian akibat penyakit hipertensi pada tahun 2013
sebanyak 82 kematian. Pada tahun 2014 menunjukkan jumlah penderita hipertensi sebanyak
5.633 penderita, dimana jumlah hipertensi dengan kasus baru sebanyak 2.402 penderita dan
jumlah hipertensi dengan kasus lama sebanyak 3.231 penderita. Dan jumlah kematian akibat
penderita hipertensi di Kecamatan Dumbo Raya pada tahun 2015 penderita hipertensi
berjumlah 848 jiwa dengan angka kematian 60 jiwa, sedangkan pada tahun 2016 jumlah
penderita hipertensi bertambah menjadi 899 jiwa dengan angka kematian 70 jiwa.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik
melakukan suatu penelitian dengan judul: Pengaruh Terapy Music Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dumbo Raya Kota Gorontalo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas masalah dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh
Terapy Music Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Terapy Music Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
praktis.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi
Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan referensi peneliti selanjutnya atau
b. Masyarakat
E. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti pengaruh terapy music terhadap
tekenan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas dumbo raya dengan yang
dibuat oleh penulis, namun ada satu judul yang mirip yaitu:
Delvi Yunita (2011), Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Air
1. Lokasi : Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kec. Koto Tangah Padang.
2. Populasi : Seluruh lansia di Posyandu Lansia “SHIHAT” Wilayah Kerja Puskesmas Air
3. Metode Penelitian : Quasi eksperiment dengan Rancangan penelitian One Group Pretest
4. Sampel : 11 Responden
6. Hasil Penelitian :
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, memperlihatkan bahwa dengan terapi
musik klasik (Mozart) mampu menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 6,00 mmHg.
Hal ini terbukti bahwa terapi musik klasik (Mozart) dapat dijadikan alternatif terapi
Tabel 2
Perbedaan penelitian
Nama /
Judul Metode Hasil
Tahun
Delvi Pengaruh Terapi Quasi Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunita / Musik Klasik (Mozart) eksperiment peneliti, memperlihatkan bahwa
2011 Terhadap Penurunan dengan dengan terapi musik klasik (Mozart)
Tekanan Darah Rancangan mampu menurunkan tekanan darah
Sistolik Pada Lansia penelitian sistolik rata-rata 6,00 mmHg.
Dengan Hipertensi Di One Group
Wilayah Kerja Pretest
Puskesmas Air Dingin Posttest
Kec. Koto Tangah Design
Padang.
Suhadi / Perbedaan Tekanan Pra- Dengan dilakukan terapi musik, maka
2013 Darah Pada Lansia Eksperimen akan terjadi penurunan tekanan darah
Hipertensi Sebelum dengan baik sitolik maupun diastolik. Hal ini
dan Sesudah Diberikan Rancangan terlihat pada hasil penelitian dimana
Terapi Musik One Group sebelum diberikan perlakuan terapi
Instrumental Di Panti Pretest- musik instrumental, tekanan darah
Werda Pengayoman Posttest sistolik dan diastolik rata – rata sebesar
Pelkris Kota S Design 145/92.03 mmHg dan sesudah
diberikan perlakuan terapi musik
instrumental turun menjadi
142.70/79.83 mmHg. Jadi penurunan
tekanan darah sebesar 2.30/12.1
mmHg.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sediitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah, dan semakin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
(Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
seringkali penderita hipertensi bertahun – tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau
gejala. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini
dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor genetik, stress dan psikologis,
2) Hipertensi Sekunder
jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat – obatan. Penyebab
Tabel 3
Klasifikasi Hipertensi
Tabel 4
Klasifikasi Hipertensi
3. Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
b. Hipertensi sekunder
antara lain kelainan pembluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
Faktor keturunan dan pola hidup tertentu sangat berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan
penyakit hipertensi.
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Ras
2) Usia
hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi
paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah, dan hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan
3) Riwayat Keluarga
Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua
terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orang tua kita menderita
4) Jenis Kelamin
Di antara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki – laki
lebih banyak yang menderita hipertensi. Namun hal ini akan terjadi
1) Obesitas
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang terserang
2) Kurang Gerak
jantung lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada
saat kontraksi.
3) Merokok
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri
2x.
5) Stress
tinggi untuk sementara waktu. Jika sering mengalami stress, akan terjadi
kerusakan pembuluh darah, jantung, dan ginjal seperti hipertensi permanen.
5. Manifestasi Klinik
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
2) Lemas, Kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual, muntah
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ – organ
sebagai berikut :
a) Jantung
penyakit jantung koroner, Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b) Otak
c) Ginjal
Tekanan darah juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat
ginjal tidak mampu membuang zat – zat yang tidak dibutuhan tubuh yang masuk
d) Mata
7. Pencegahan
a) Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah anda setiap tahun terutama bagi anda
b) Jangan merokok, minum alkohol berlebihan dan diet tinggi garam / lemak.
d) Lakukan latihan aerobik (berenang, sepeda, jogging / jalan cepat, aerobik, dan
olahraga berat), paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali lamanya 15 – 60 menit,
sampai nafas cepat tetapi jangan sampai sesak nafas. Latihan untuk mengendalikan
1. Pengertian
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah tekanan darah yang selalu terbaca diatas
140/90 mmHg. Cenderung di turunkan dala keluarga dan lebih banyak terdapat pada orang
tua. Keadaan ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup sehat
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri). Ketika
jantung kita berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat
(duduk atau berbaring), darah dipompa menuju dan melalui arteri. Tekanan darah paling
tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sistolik.
Tekanan darah menurun saat jantung relaksasi diantara dua denyut nadi, ini disebut
kardiovaskular. Tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri
jantung menyemprotkan darah melalui klep aortik yang yang terbuka kedalam aorta
disebut sebagai tekanan sistolik. Pada titik terendah, tekanan yang konsisten terdapat di
dinding arteria. Tekanan tersebut dapat diukur dengan milimeter air raksa. Dalam
prosesnya, perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Tolakan perifer. Tolakan perifer merupakan sistem peredaran darah yang memiliki
sistem tekanan tertinggi (arteria) dan sistem tekanan terendah (pembuluh kapiler dan
vena), diantara keduanya terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.
Apabila menguncup, arteriola akan menjadi kecil, dan darah yang mengalir melalui
arteriola kendur dan memperbesar jumlah darah yang masuk ke arteriola. Proses
darah meninggi.
b. Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang di pompa ke dalam
arteria.
d. Kekentalan darah. Kekentalan atau viskositas ini tergantung pada perbandingan sel
darah dengan plasma. Semakin kental darah menyebabkan semakin tinggi tekanan dan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya kelainan pada gangguan sistem
kardiovaskular. Jika terdapat tekanan darah sistolik pada saat inspirasi dan ekspirasi lebih
dari 10 mmHg, maka dapat dikatakan bahwa pasien mengalami pulsus paradoksus yang
(Hidayat,2006;49-50)
a) Metode langsung, merupakan metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah
2) cara auskultasi, dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Cara ini
1. Pengertian musik
Musik merupakan stimulus yang unik yang dapat mempengaruhi respon fisik dan
psikologi pendengar serta merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan relaksasi
fisiologis (yang diindikasikan dengan penurunan nadi, respirasi dan tekanan darah).
(Triyanto,2014;25-26)
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang
fisik, emosional, dan spritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi
pelengkap (Complementary Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai
teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi
Terapi musik sejauh ini di definisikan sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang
2. Manfaat musik
Manfaat terapi musik bagi orang dewasa adalah bagi mereka yang mengalami
gangguan mental, gangguan neurologis, masalah penyimpangan, klien sakit akut dan
kronis, dan pada pasien yang terisolasi dalam lembaga rehabilitasi. Manfaat terapi musik
bagi manula adalah bagi mereka yang membutuhkan rehabilitasi, klien alzheimer,
sebagai berikut :
a. Efek mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik
b. Refresing, pada saat pikiran seseorang lagi kacau atau jenuh, dengan mendengarkan
kembali.
c. Motivasi, adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu. Apabila ada
e. Terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk
kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Beberapa gangguan atau penyakit yang
dapat ditangani dengan musik antara lain : kanker, stroke, dimensia dan bentuk
gangguan intelegisia lain, penyakit jantung, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan
bayi prematur.
harus memahami bahasanya. Pada kesehatan mental, terapi musik diketahui dapat
(Suryana,2012;14-15)
Musik dihasilkan dari simulasi yang dikirim dari akson – akson serabut sensori
frekuensi getaran yang bervariasi. Rambut silia sebagai sensori reseptor yang mengubah
frekuensi getaran yang menjadi getaran elektrik dan langsung terhubung dengan ujung
lobus temporal. Korteks auditori primer menerima input dan mempersepsikan pitch dan
melodi yang rumit, dan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang. Korteks auditori
sekunder lebih lanjut memproses interprestasi musik sebagai gabungan harmoni, melodi,
emosi dan perasaan seseorang dari tingkat yang paling lemah sampai paling tinggi. Secara
umum, musik mengandung 5 unsur, yaitu tinggi rendahnya nada (pitch), gerakan dari nada
yang satu ke nada yang lain (melody), kekerasan bunyi (loudness), kongruensi satu bunyi
dengan bunyi lainnya (harmony), dan ritme atau irama yang berdasarkan hentakan. Kelima
unsur tersebut merupakan landasan utama yang dijadikan acuan untuk memilih jenis dan
Berbagai jenis musik yang ada saat ini bisa dimanfaatkan untuk terapi. Tetapi musik
tertentu belum tentu dapat memberikan manfaat pada individu tertentu karena pengaruh
berbagai faktor misalnya faktor budaya atau tingkat keparahan penyakitnya. Sebaliknya
ada musik – musik tertentu yang justru berdampak kurang baik karena intensitas nada
yang digunakan terlalu tinggi, sehingga memberikan rangsangan terlalu kuat bagi kondisi
Hasil studi Asrin, Mulidah, dan Triyanto (2007), menunjukkan mayoritas pasien
(79,8%) menyukai lagu kenangan. Sebagian kecil (8,3%) menyukai lagu keroncong dan
Prosedur terapi musik dilaksanakan dengan mendengarkan lagu – lagu yang dipilih
pasien yang diputarkan dengan CD player dan disalurkaan melalui earphone selama 20-30
menit. Sesi terapi diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu, pagi, siang, sore. Penderita
hipertensi harus fokus dan berada pada ruangan yang tenang agar hasilnya maksimal.
(Triyanto,2014;27)
Menurut Pandoe dalam Suryana (2012), Terapi musik tidak selalu membutuhkan
kehadiran ahli terapi, walau mungkin membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi
musik. Untuk memdorong peneliti menciptakan sesi terapi musik sendiri, berikut ini
beberapa dasar terapi musik yang dapat anda gunakan untuk melakukannya.
a. Untuk memulai melakukan terapi musik, khususnya untuk relaksasi, peneliti dapat
memilih sebuah tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan. Peneliti dapat juga
menenangkan tubuh.
awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu anjurkan
responden untu duduk dilantai, dengan posisi tegak dan kaki berilang, ambil nafas
pemainya sedang ada di ruangan memainkan musik khusus untuk responden. Peneliti
bisa memilih tempat duduk lurus di depan speaker, atau bisa juga menggunakan
headphone.
d. Bayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir ke seluruh tubuh
responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan dalam jiwa.
Fokuskan di tempat mana yang ingin peneliti sembuhan, dan suara itu mengalir kesana.
seluruh tubuh dan melengkapi kembali sel – sel, melapisi tipis tubuh dan organ dalam
responden.
e. Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membangun metode ini
melakukan yang terbai bagi diri sendiri. sekali telah mengetahui bagaimana tubuh
merespon pada instrument, warna nada, dan gaya musik yang didengarkan, responden
dapat mendesain sesi dalam serangkaian yang telah dilakukan sebagai hal yang paling
1 jam tiap hari, namun jika tak memiliki cukup waktu 10 menitpun jadi, karena selama
D. Kerangka Konsep
Obat - obatan
Keterangan :
: Di Teliti
: Pengaruh
: Tidak Diteliti
E. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada pengaruh teraphy musik terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.
Ha : Ada pengaruh teraphy musik terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperimen
dengan Rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Rancangan ini tidak ada
kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah digunakan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan - perubahan yang terjadi setelah adanya
01 X 02
Keterangan:
dengan waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Maret - Juni tahun 2017.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni variabel bebas (independen) adalah
Tabel 5
Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Kategori
Operasional Ukur
Independen Memperdengar Diperdengar-
(Bebas) : kan musik kan musik
Terapy klasik, klasik,
Music murottal, dan murottal, dan
instrumental instrumental
pada dengan
responden menggunaka
penderita n earphone
hipertensi sebanyak 1x/
hari, dengan
durasi selama
20 menit.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami Hipertensi di
Puskemas Dumbo Raya yang berkunjung pada bulan desember tahun 2016 sebanyak 29
orang.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah klien penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Dumbo Raya Kota Gorontalo yang ditetapkan secara non probability sampling
e. Sebelum dijadikan sampel, responden tidak minum obat penurun tekanan darah, dan
tidak makan ataupun meminum minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, dan lembar
observasi, dimana peneliti akan melihat tekanan darah menurun atau tidak menurun sebelum
dan sesudah mendengarkan terapy music yang dirancang sendiri oleh peneliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari responden melalui daftar pertanyaan yang
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari kepustakaan, dari Puskemas Dumbo Raya Kota Gorontalo,
3. Data Tersier
Data yang diperoleh dari orang / badan / instansi lain yang telah dipublikasikan /
dikompilasikan dari pihak lain dalam bentuk tabel, grafik, laporan penelitian. Data tersier
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012; 174-178) pengolahan data dibagi menjadi 2 cara yaitu:
Langkah - langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui langkah-
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden,dan
nomor-nomor pertanyaan.
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
4) Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
Sebelum dianalisis data yang terkumpul diolah terlebih dahulu dengan komputer
1) Editing
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuisioner tersebut.
2) Coding
peng”kode”an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
bentuk “kode” (angka atau hrurf) dimasukan ke dalam program atau “software”
kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering
digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for Window.
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,
atau koreksi.
2. Penyajian data
Data hasil penelitian yang telah diolah, disajikan dalam bentuk teks (textular), tabel,
dan atau grafik. Penyajian secara textular biasanya digunakan untuk penelitian atau data
kualitatif, penyajian data dengan tabel digunakan untuk data yang sudah diklasifikasikan
dan ditabulasi. Apabila data akan dibandingkan secara kuantitatif, maka lebih baik
3. Analisis data
a. Analisis Univariate
b. Analisis Bivariate
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel independent dan
dependent yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012; 183). Untuk
membuktikan hal ini maka penulis menggunakan uji statistik analisis t test ( uji t
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi ditunjukkan pada rumus
dibawah ini.
𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑡=
𝑠2 𝑠2 𝑠 𝑠
√ 1 + 2 − 2𝑟 ( 1 ) ( 2 )
𝑛1 𝑛2 √𝑛1 √𝑛2
Dimana:
Prinsip dasar dan kaidah etika penelitian antara lain (Notoatmodjo, 2012; 203-204)
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Peneliti juga memberikan
kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.
Peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti seyogianya
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
responden.
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keutungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya
berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
Puskesmas Dumbo Raya berdiri dan beroperasi sejak tahun 2013 dan terletak di
Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Dumbo Raya mempunyai 5 kelurahan dengan luas
wilayah 866 Ha. Terdiri dari Kelurahan Talumolo, Kelurahan Bugis, Kelurahan Botu,
Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Dumbo Raya, berdasarkan data statistik tahun
Puskesmas Dumbo Raya mempunyai Luas Wilayah kerja 866 Ha dengan Batas
Wilayah :
tahun 2017 berjumlah 19.454 Jiwa, dengan jumlah 5.635 KK. Penduduk di wilayah
Puskesmas Dumbo Raya sebagian besar berpendidikan SMP sampai dengan SMA,
wiraswasta,dan PNS.
Adapun fasilitas kesehatan yang tersedia di Puskesmas Dumbo Raya yakni, Ruang
KIA / Imunisasi, Ruang Poli Gigi, Ruang Poli Gizi, Ruang Apotik, Ruang K. Puskesmas,
Juli 2017 – 12 Agustus 2017 melalui alat pengumpulan data dengan lembar pangamatan hasil
pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic pada klien hipertensi di Puskesmas Dumbo
Raya Kota Gorontalo dengan jumlah responden sebanyak 10 orang. Setelah data di peroleh
langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan hasil sebagai berikut.
1. Hasil Penelitian
Sampel penelitian ini berjumlah 10 orang yang semuanya diberikan terapy music
namun diawali dengan pengukuran tekanan darah (pretest) dan setelah diberikan terapy
music dilakukan pengukuran tekanan darah kembali (posttest) untuk mengetahui pengaruh
terapy music terhadap tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
a. Analisis Univariat
responden (umur dan jenis kelamin) dan variabel penelitian yakni tekanan darah
1) Umur Responden
Tabel 6
Responden
Umur
Jumlah Persentase
40-53 6 60
54-65 4 40
Jumlah 10 100
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar ( 60%) responden
Tabel 7
Responden
Jenis Kelamin
Jumlah (n) Persentase (%)
Laki – Laki 3 30
Perempuan 7 70
Jumlah 10 100
diatas 45 tahun dan pada usia dibawah 45 tahun biasanya wanita masih dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density
Lipoprotein).
Tabel 8
Hipertensi Sedang 2 20
Jumlah 10 100
berikan terapy music terdapat 8 responden yang memiliki riwayat hipertensi ringan,
dan 2 responden memiliki riwayat hipertensi sedang yakni 130/90 sampai dengan
160/100.
riwayat hipertensi ringan, karena mereka belum mendapatkan terapi music yang
Tabel 9
Turun 10 100
Tidak Turun 0 0
Jumlah 10 100
alunan music selama 20 menit, mereka merasakan sensasi rileks sehingga aliran
darah di pembuluh darah tidak mengalami tegang dan tekanan darah klienpun
Pendapat ini sejalan dengan teori dari Triyanto (2014;26) bahwa musik
merupakan stimulus yang unik yang dapat mempengaruhi respon fisik dan psikologi
fisiologis (yang diindikasikan dengan penurunan nadi, respirasi dan tekanan darah).
b. Analisis Bivariat
tekanan darah penderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisa uji t didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 10
Tekanan Standar
Mean Varians t P-Value
Darah Deviasi
Data tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapy music
menunjukkan bahwa, nilai rata-rata tekanan darah sistol sebelum perlakuan sebesar
148,00 ± 7,88. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah sistol sesudah perlakuan sebesar
127,00 ± 8,233. Dan nilai rata-rata tekanan darah diastol sebelum perlakuan sebesar
92,00 ± 4,216. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah sistol sesudah perlakuan sebesar
86,00 ± 5.164.
Kemudian hasil t hitung yang telah kita dapatkan dibandingkan dengan nilai t
nilai t tabel = 1,833. Dengan demikian t hitung > t tabel sistol (21.04 > 1,833) dan t
yang artinya pengaruh teraphy musik terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat di terima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukanan oleh Triyanto
(2014;26), bahwa musik merupakan stimulus yang unik yang dapat mempengaruhi
respon fisik dan psikologi pendengar serta merupakan intervensi yang efektif untuk
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh
mental, fisik, emosional, dan spritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai
jantung, paru, dan emosi. Bunyi dari musik yang bergetar membentuk pola dan
menciptakan medan energi resonansi dan gerakan di ruang sekitarnya. Energi akan
diserap oleh tubuh manusia dan energi – energi itu secara halus mengubah pernapasan,
detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot, temperatur kulit dan ritme – ritme
internal lainnya.
Terapi musik sejauh ini dapat di artikan sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan dari Delvi Yunita, dkk. (2011)
yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kec. Koto Tangah Padang” yang mengatakan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik
(mozart) terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kec. Koto Tangah Padang tahn 2011.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan dari Suhadi, dkk (2013) yang
berjudul “Perbedaan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Sebelum dan Sesudah
yang mengatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah pada lansia hipertensi sebelum
dan sesudah diberikan terapi musik instrumental Di Panti Werda Pengayoman Pelkris
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapy music terhadap
tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dumbo Raya Kota Gorontalo
1. Tekanan darah penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Dumbo Raya Kota
2. Tekanan darah penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Dumbo Raya Kota
3. Ada pengaruh yang sangat signifikan pemberian terapy music terhadap tekanan darah
B. Saran
Pihak Puskesmas Dumbo Raya dapat melakukan upaya pencegahan hipertensi pada
klien penderita hipertensi ringan maupun sedang / berat yang dating berkunjung ke
Puskesmas melalui pengobatan non medis, seperti terapy music, karena dengan
pemberian terapy music dapat menurunkan tekanan darah klien penderita hipertensi.
Selain itu pihak Puskesmas juga dapat melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien
penderita hipertensi, sehingga klien dapat mengetahui penyebab dan pencegahan dari
hipertensi.
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi selanjutnya guna untuk menjadi
bahan perbandingan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu bagi peneliti selanjutnya
agar dapat menggunakan alat ukur tekan darah yang lebih akurat untuk mengukur