1. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks
menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh
terus- menerus, tidak terbatas pada bagian leher rahim (Benson, 2009). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan
bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30
tahun (Prawirohardjo,2014).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina
(Diananda, 2009). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur
35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut
Mitayani (2013) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel
squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun
sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
2. Klasifikasi
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai berikut :
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b. Stadium karsinomainsitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
c. Stadium karsionomamikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm darimembrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinomainvasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri danparametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadiumpreklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadiumpermulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengahlanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadiumlanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
3. Epidemiologi
Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri merupakan salah satu penyebab utama
kematian wanita yang berhubungan dengan kanker. Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi
sekitar 500.000 kanker serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya yang ± 80%
terjadi di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia, insidens kanker serviks
diperkirakan ± 40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang
tersering. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu
terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut.
Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini
menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita. Saat ini di Indonesia
ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker
serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka
waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit
ditemukan dalam keadaan stadiumlanjut, selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita
antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45- 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif
untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia
<35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan
53% dari KIS (kanker in-situ)terdapat padawanita dibawah usia35tahun.
5. Patofisiologi KankerServiks
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia,
aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis
serviks.26 Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri
eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan memicu displasia
dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium
eksternum karena trauma atau retraksi otot olehprostaglandin.Pada masa kehidupan
wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan
oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses
pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan
terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering
dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik
terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara
epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut
daerahtransformasi.Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa
dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel
progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal
dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif
terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal
menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang
berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening
dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yangjauh, tidak ada
tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini
dapatmenyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah
gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker
dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang
paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan
tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah
atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering
dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson,2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis,
sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko
tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).
6. Pathway (terlampir)
f. Hambatan dalamberkemih
4) Penegakan Diagnosis
Diagnosis definitive harus didasarkan pada konfirmasi histopatologi dari hasil
biopsy lesi sebelum sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut dilakukan.1
a. Skrining
Sejak 2 dekade terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman tentang
riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi Human Papiloma
Virus (HPV) sekarang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks,
selain itu sebuah laporan sitologi baru telah mengembangkan diagnosis,
penanganan lesi prekanker dan protokol terapi spesifik peningkatan ketahanan
pasien dengan penyakit dini dan lanjut. Penelitian terbaru sekarang ini terfokus
pada penentuan infeksi menurut tipe HPV onkogenik, penilaian profilaksis dan
terapi vaksin serta pengembangan strategi skrining yang berkesinambungan
dengan tes HPV dan metode lain berdasarkan sitologi. Hal ini merupakan batu
loncatan untuk mengimplementasikan deteksi dini kanker serviks dengan
beberapa macampemeriksaan seperti tes Pap (Pap Smear), Pap net, servikografi,
Inspeksi Visual Asetat (IVA), tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan
(Thin-Layer Pap Smear Preparation).Namun metode yang sekarang ini sering
digunakan diantaranya adalah Tes Pap dan (IVA). Tes Pap memiliki sensitivitas
51% dan spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap Smear masih memerlukan
penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relatif memerlukan
waktu dan biaya besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan
spesifisitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang
terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitivitas yang hampir sama
dengan sitologi serviks sehingga dapat
menjadimetodeskriningyangefektifpadanegaraberkembangsepertidiIndonesia
9. Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5- years survival
rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%,
dan untuk stadium IV kurang dari30%.
a. Stadium 0
100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.
b. Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate
sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai90%.
c. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. dari semua wanita
yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70
- 90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai65%.
10. Pencegahan
Tidak dapat dipungkiri cara terbaik untuk mencegah kanker serviks saat ini adalah
dengan screening gynaecological dan jika dibutuhkan dilengkapi dengan treatment yang
terkait dengan kondisi pra-kanker. Namun demikian, dengan adanya biaya dan rumitnya
proses screening dan treatment, cara ini hanya memberikan manfaat yang sedikit di
negara-negara yang membutuhkan penanganan. Beberapa hal lain yang dapat dilakukan
dalam usaha pencegahan terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Vaksin HPV
Sebuah studi menyatakan bahwa kombinasi vaksinasi HPV dan skrining dapat
memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit ini. Vaksin HPV dapat
berguna dan cost-effective untuk mengurangi kejadian kanker serviks dan kondisi pra-
kanker, khususnya pada kasus yang ringan. Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat
melindungi tubuh dalam melawan kanker yang disebabkan oleh HPV (tipe 16 dan 18).
Salah satu vaksin dapat membantu menangkal timbulnya kutil di daerah genital yang
diakibatkan oleh HPV 6 dan 11, juga HPV 16 dan 18. Manfaat tersebut telah diuji pada
uji klini stahap III dan harus dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Keyakinan hasil uji
klinis tahap III ini menunjukan bahwa vaksin-vaksin tersebut dapat membantu
menangkal infeksi HPV dari tipe-tipe diatas dan mencegah lesi pra- kanker pada wanita
yang belum terinfeksi HPVsebelumnya.8
b. Penggunaan kondom
Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya bukti
pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penularan virus penyebab
kutil kelamin (genital warts) dan banyak kasus kanker leher rahim. Hasil pengkajian atas
82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine memperlihatkan
bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu menggunakan kondom saat
berhubungan seksual kemungkinannya 70% lebih kecil untuk terkena infeksi human
papilloma virus (HPV) disbanding wanita yang pasangannya sangat
jarang (tak sampai 5 persen dari seluruh jumlah hubungan seks) menggunakan kondom.
Hasil penelitian memperlihatkan efektivitas penggunaan kondom di Indonesia masih
tergolong rendah. Dari survey Demografi Kesehatan Indonesia pada 2003 (BPS-
BKKBN) diketahui bahwa ternyata penggunaan kondom pada pasangan usia subur di
Negara ini masih sekitar0,9%.37
d. Tidak merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclicaromatic hydrocarbon
heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks
56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi ko-karsinogen
infeksivirus.
Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhasiat
mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam,
tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C,
vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat.
Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang
terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam
minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang- kacangan). Vitamin C banyak
terdapat dalam sayur-sayuran danbuah-buahan.
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-
metode tersebut.
1. Operasi ataupembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I
dan II.
a. Trakelektomi radikal (RadicalTrachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil di kemudian hari.
b. Histerektomitotal
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomiradikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan
bagian dari vagina.
d. Saluran telur danovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-
ooforektomi.
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan
tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut
dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.
Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit
penderita di daerah yang dirawat menjadi merah, kering, dantender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan
diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau
sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan
dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam
tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu
atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis
obat- obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel
kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang
membelah dengan cepat,yaitu:
a. Seldarah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan
lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat
lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akarrambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang
akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluranpencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan
kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau
kakibengkakMenurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
1) StadiumI
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB danIIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral.
b. PenatalaksanaanKeperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan pasien.
Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesetahan dan mencegah komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana
pasien dan pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai
setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian
wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak
dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang
sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk
menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta
menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan,
sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu
mempengaruhiharga diri dancitra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas
peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang mengalami nyeri
hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas rutinnya menganggap
penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahanmasalah.
C. Intervensi Keperawatan
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizipasien
2) Identifikasi alergidanintoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah
protein, tinggi karbohidrat,
rendahnatrium)
4) Anjurkan diit pasien
sesuaikebutuhan
5) Monitor kalori dan asupannutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badanpasien
2) Identifikasi adanya penurunan
beratbadan
3) Monitor turgorkulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsumakan
6) Monitor pucat padakonjungtiva
7) Lakukan kemampuanmenelan
8) Tentukan faktor yang
mempengaruhinutrisi
Ansietasberhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
dengan status keperawatan, pasien mampu 1) Gunakan pendekatan yang tenang
kesehatan menurun mengontrol kecemasan dan meyakinkan
dengan kriteria hasil : 2) Jelaskan semua prosedur
Defenisi : perasaan 1) Mengurangi termasuk sensai yang akan
tidak nyaman atau penyebabkecemasan dirasakan yang mungkin dialami
kekhawatiran yang 2) Menggunakan pasien selamaprosedur
samar disertai respons strategi Berikan informasi faktual terkait
otonom (sumber sering koping yang diagnosis, perawatan,
kali tidakspesifik efektif danprognosis
atau tidk diketahui oleh 3) Menggunakan 4) Dorong keluarga untuk
individu) perasaan teknikrelaksasi mendampingi pasien dengan cara
takut yang Mempertahankan yangtepat
disebabkan hubungansosial 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik
5) Mempertahankan secaratepat
olehantisipasiterhadap
tiduradekuat 6) Bantu pasien
bahaya. Hal ini 6) Mengendalikan
merupakan isyarat mengidentifikasikan situasi yang
responkecemasan memicukecemasan
kewaspadaan yang
memperingatkan
individu akan adanya Peningkatan Koping
bahaya dan 1) Bantu pasien dalam
memampukan individu mengidentifikasi tujuan jangka
untuk tidak pendek dan jangkapanjang
menghadapi ancaman 2) Berikan penilaian (kemampuan)
penyesuaian pasien terhadap
Batasan Karakteristik perubahan-perubahan dalam citra
: tubuh sesuai denganindikasi
1) Agitasi 3) Berikan penilaian mengenai
2) Gelisah dampak dari situasi kehidupan
3) Gerakanekstra pasien terhadap peran
4) Insomnia danhubungan
5) Kontak mataburuk
4) Dukung pasien untuk
6) Melihat sepintas
7) Mengekspresikan
mengidentifikasi deskripsi yang
kekhawatiran realistik terhadap perubahan
karena perubahan dalamperan
5) Berikan penilaian mengenai
dalam peristiwa
hidup pemahaman pasien terhadap
8) Penurunanprodukti prosespenyakit
vitas 6) Bantu pasien untuk
9) Perilakumengintai mengidentifikasi strategi- strategi
Tampakwaspada positif untuk mengatasi
keterbatasan dan kebutuhan gaya
hidup maupun perubahanperan
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
fisik berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Kaji status fisiologis pasien yang
dengan tindakan invasif mempertahankan menyebabkan kekelahan sesuai
Defenisi : keterbatasan keseimbangan secara mandiri dengan konteks usia dan
dalam gerakan fisik ataudengan kriteria hasil : perkembangan
satu atau lebih 1) Keseimbangan
2) Anjurkan pasien untuk
ekstermitas secara gerakan
mengungkapkan perasaan secara
mandiri dan terarah. 2) Mempertahankan
verbal mengenai keterbatasan
keseimbangan ketika
yang dialami
Batasan Karakteristik : berdiri
3) Tentukan persepsi pasien atau
1) Ketidaknyamanan 3) Mempertahankan
orang terdekat dengan pasien
2) Kesulitan membolak- keseimbangan ketika
balik posisi mengenai penyebab kelelahan
berjalan
3) Gerakan lambat 4) Perbaiki defisit status pisiologis
(misalnya, kemoterapi yang
menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat
pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik
yang dialami pasien yang bisa
mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan
aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi kegiatan rumah
yang bisa dilakukan oleh
keluarga dan teman dirumah
untuk mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga
mengenali tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau
keluarga mengenai stres dan
koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan
Ajarkan pasien atau keluarga
untukmenghubungi tenaga
kesehatan jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman
bagipasien
2) Identifikasi kebutuhan
keselamatan pasien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masalalu
3) Singkirkan benda-benda
berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung
Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik ataulokal
2) Monitor kerentanan terhadapinfeksi
3) Monitor hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil diferensial
4) Batasi jumlahpengunjung
5) Berikan perawatan kulit yang tepat
untuk area (yang
mengalami)edema
6) Tingkatkan asupan nutrisi
yangcukup
7) Anjurkan asupan cairan yangtepat
8) Anjurkanistirahat
9) Ajarkan pasien atau keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkannya
kepada petugaskesetahan
10)Ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari
infeksi
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
tubuh keperawatan, pasien mampu 1) Gunakan pendekatan yang tenang
berhubungan beradaptasi terhadap dan meyakinkan
dengan program disabilitas fisik dengan 2) Nyatakan dengan jelas harapan
pengobatan kriteria hasil : terhadap perilaku pasien
Definisi : konfunsi 1) Menyampaikan secara 3) Jelaskan semua prosedur termasuk
dalam gambaran lisan kemampuan untuk sensai yang akan dirasakan yang
mental lantang menyesuaikan terhadap mungkin dialami pasien selama
diri-fisik individu disabilitas prosedur
Batasan 2) Menyampaikan secara 4) Berikan informasi faktual terkait
Karakteristik : lisan penyesuaian diagnosis, perawatan, dan
terhadap disabilitas prognosis
1) Berfokus pada fungsi 3) Beradaptasi terhadap 5) Dorong keluarga untuk
masa lalu keterbatasan secara mendampingi pasien dengan cara
2) Berfokus pada fungsional yangtepat
penampilan masa lalu 4) Mengidentifikasi cara- 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik
3) Menekankanpencapaia secaratepat
nPersonalisasibagiantu carauntuk beradaptasi
dengan perubahan hidup 7) Bantu pasien mengidentifikasikan
buhdengan nama situasi yang memicukecemasan
4) Personalisasi bagian
tubuh Peningkatan Citra Tubuh
yang 1) Gunakan bimbingan antisipatif
menghilang menyiapkan perubahan-perubahan
5) Menolak citra tubuh yang (telah)
menerimaperubahan diprediksikan
6) Menghindari 2) Bantu pasien untuk mendiskusikan
menyentuhtubuh
perubahan- perubahan (bagian
tubuh) disebabkan adanya penyakit
atau pembedahan dengan cara
yangtepat
3) Bantu pasien untuk menentukan
keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan fisik saat ini
berkontribusi pada citra diri pasien
Bantu memisahkan penampilan
fisik dari perasaan berharga secara
pribadi dengan cara yangtepat
Peningkatan Harga Diri
1) Monitor pernyataan pasien
mengenai hargadiri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien
dalam hal penilaiandiri
3) Bantu pasien mengidentifikasi
respon positif dari oranglain
4) Eksplorasi alasan-alasan untuk
mengkritik diri atau rasabersalah
5) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-
aktivitas yang akan meningkatkan
hargadiri
Sampaikan atau ungkapkan
kepercayaan diri pasien dalam
mengatasisituasi
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaaneliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin,
infeksi, muntah dandiare)
3) Monitor beratbadan
4) Monitor asupan danpengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dan
elektroliturine
7) Monitor kadar serum albumin dan
proteintotalMonitor kadar serum
dan osmolalitasurine
8) Monitor tekanan darah, denyut
nadi dan status pernafsan
9) Monitor tekanan darah ortostatik
dan perubahan irama jantung
dengantepat
10) Monitor menbran mukosa,
turgor kulit dan responhaus
Berikan cairan yangtepat
D. ImplementasiKeperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah- langkah
yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulangpasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulaiperawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi
klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan harus dimodifikasi.
E. Evaluasi
Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah
kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan
status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana.
Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan.
Hasil dari diagnosa yang telah kita buat dan renacana keperawatan yang ingin
diharapkan sebagai berikut :
1. Nyeri akut : pasien mengatakan nyeri berkurang dan pasien mampu mengenali
tanda dan gejala nyeri.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : pasien mampu
makan per oral dengan adekuat, nafsu makan pasien meningkat.
3. Ansietas : pasien mampu mengurangi penyebab kecemasan dan pasien mampu
mengendalikan respon kecemasan.
4. Resiko infeksi : pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi serta
faktor infeksi
5. Hambatan mobilitas fisik : pasien mampu mempertahankan keseimbangan
secara mandiri dan aktivitas dengan mandiri.
6. Disfungsi seksual : pasien mampu mengenali realita situasi kesehatan dan
pasien mampu menyesuaikan perubahan status kesehatan.
7. Gangguan citra tubuh : pasien mampu beradaptasi terhadap keterbatasan
secara fungsional
8. Kekurangan volume cairan : pasien mampu mempertahankan keseimbangan
cairan dengan tanda mukosa membran lembab dan turgor kulit elastis.
Daftar Pustaka
Benson RC dan Pernoll ML. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC
Bulechek.2013. Nursing Intervation Clasification (NIC) Jakarta: EGC
Bulechek.2013. Nursing Outcome Clasification (NOC) Jakarta: EGC
Depkes. (2008). Petunjuk Teknis Pencegahan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Jakarta : Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI
Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-2017.ed.10
alih bahasa : Prof. Dr.Budi anna., dkk. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi ke-6.
Jakarta: EGC.