Anda di halaman 1dari 12

1

Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

BAB II
DASAR TEORI

Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai


penahan beban bangunan dan diteruskan kelapisan tanah keras. Pondasi sumuran
biasanya digunakan apabila lapisan tanah keras berada pada kedalaman 2 – 7 m.
menurut buku keterangan Tarzaghi dan RB. Peck, tahun 1991, dengan judul
Mekanika Tanah dalam praktek Rekayasa, jilid II, dijelaskan bahwa pondasi
sumuran lebih besar dari 5 (DFG / B>5). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
untuk memindahkan beban-beban yang bekerja pada jembatan keatas lapisan
tanah keras dipakai pondasi sumuran.
Untuk mencapai sasaran dalam perencanaan pondasi sumuran, pada bab
ini dibahas beberapa teori dan penggunaan rumus dari beberapa referensi yang
berhubungan dengan perencanaan pondasi sumuran.

2.1 Pembebanan

Beban yang bekerja pada pondasi merupakan beban-beban yang


diteruskan dari bangunan diatasnya. Beban-beban tersebut terdiri dari beban
primer, beban sekunder, beban khusus dan kombinasi pembebanan. Beban-beban
tersebut dihitung berdasarkan Pedoman Pembebanan Jembatan Jalan Raya
(PPJJR) 1987.

2.1.1. Beban Primer

Beban primer merupakan beban utama pada perencanaan konstruksi


jembatan. Beban primer terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban kejut.
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari beban sendiri dari konstruksi
jembatan tersebut. Berat konstruksi jembatan bangunan atas terdiri berat gelagar,
berat lantai kendaraan, berat lapisan aspal dan berat plat injak dan pipa pembuang.

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
2
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Pada konstruksi bangunan bawah dari jembatan yang diperhitungkan adalah berat
abutmen dan berat tanah diatas abutmen.
Beban hidup adalah semua beban yang berasal kendaraan-kendaraan atau
segala sesuatu yang memiliki beban yang akan melewati jembatan tersebut. Beban
hidup terdiri dari beban D dan beban T. Beban T merupakan beban terpusat dari
lantai kerja yang dihitung berdasarkan beban kendaraan truk roda ganda (dual
wheel loat) sebesar 10 ton. Sedangkan beban D merupakan beban yang bekerja
pada jalur lalulintas yang terdiri dari beban garis (P) dan beban terbagi rata (q).
beban terbagi rata yang bekerja pada bentang jembatan yang kurang dari 30 meter
ditetapkan sebesar :
Q = 2,2 t/m ……………………………………………..(2.1)
Dimana :
Q = Beban terbagi rata (t/m)

Perhitungan penggunaan beban D digunakan berdasarkan (PPPJJR 1987),


yaitu untuk jembatan dengan lebar lantai kendaan lebih besar dari 5,5 m, beban D
sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur tersebut, sedangkan selebihnya
dibebankan setengah (50%) dari beban D, seperti diperlihatklan pada gambar
G.2.1 halaman 4.

G.2.1. Ketentuan penggunaan beban D


Sumber : PPPJR – 1.3.28.189

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
3
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Untuk lebar jalur yang lebih kecil dari 5,5 m, beban D sepenuhnya
dibebankan pada seluruh lebar jembatan, beban hidup yang bekerja di atas trotoar
ditetapkan sebasar 500 kg/m2.
Untuk menghitung beratnya beban yang kejut yang timbul akibat dari
pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya, digunakan persamaan :
K =1+ …………………………………………………..( 2.2 )
Besar beban kejut adalah :
K = k x P …………………………………………………..( 2.3 )
Dimana :
K = Koefisien kejut
L = Panjang batang (m)
P = Beban garis (ton)
K = Beban kejut (ton)

2.1.2. Beban Sekunder

Beban sekunder yang mempengaruhi kontruksi pondasi pada jembatan


yang memperhitungkan meliputi beban akibat pengaruh tekanan angin, gaya
traksi, gaya rem dan gaya gempa bumi. Secara dapat dihitung dengan persamaan :
W = P x A ……………………………………………….(2.4)
Dimana :
W = Besarnya tekanan angin ( kg )
P = Beban angin yang bekerja ( 150 kg/m )
A = Luas bidang yang terkena angin ( m2 )
Untuk gaya rem yang bekerja pada arah memanjang jembatan
tertinggi 1.8 m diatas permukaan lantai kendaraan ditetapkan sebesar 5 % dari
beban D.
Menurut (PPPJJR, 1987), besarnya gaya gempa bumi dapat dihitung
dengan persamaan :
Gh = E x M …………………………………………..( 2.5 )

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
4
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Dimana :
Gh = Gaya akibat gempa bumi ( ton )
E = Koefisien gempa
M = Beban dari kontruksi ( ton )
Besarnya koefisien gempa tergantung dari jenis tanah dan daerah gempa.
Untuk lebih jelas diperhatikan pada gambar G.1.8 halaman xx

2.1.3 Kombinasi Pembebanan :

Kombinasi pembebanan dihitung untuk menjaga kemungkinan-


kemungkinan timbulnya pengaruh beban yang ada pada kontruksi jembatan yang
bekerja pada kontruk si jembata.

Tabel 2.11 Kombinasi Pembebanan

Tegangan yang digunakan


Kombinasi Pembanan dalam % terdapat tegangan
izin
Kom I+H +K + Ta = T 100 %
Kom II M+ Ta + Ah + Gg + A + Sr + Tm + 125 %
Kom III Kom I + Rm + Gg + A + Sr + Tm + S 140 %
Kom IV M + Gh + Tag + Ahg + Tu + 150 %
Kom V M + PI 130 %
Kom VI M + H + K + Ta + S + Tb 150 %

Sumber : PPPJJR SKBI – 1.3.28.1987


Dimana :
A = Beban mati
Ah = Gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg = Gaya akibat aliran dan hanyutan pada saat terjadi gempa
Gg = Gaya gesek pasda tumpukan
(H+K) = Beban hudup dengan beban kejut
M = Beban mati

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
5
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

PI = Gaya-gaya pada waktu pelaksanaan


Rm = Gaya rem
S = Gaya sentripugal
Sr = Gaya akibat susut dan rangkak
Tg = Gaya tekanan tanah akibat gempa
Tb = Gaya tumbuk
Tu = Gaya angkat
Ta = Gaya akibat tekanan tanah
Tm = Gaya akibat tekanan suhu

2.2 Analisa Kontruksi pondasi.

Dalam pondasi ini didasari dari bentuk sdan ukuran yang telah di hitung
oleh konsultan perencana. Analisa yang dilakukan meliputi analisa tekanan tanah
pada dinding pondasi dan analisa poertulangan, baik tulang melingkar maupun
tulang vertikal.

2.2.1 Analisa Takanan Tanah Pada Dinding Pondasi

Dalam merencanakan pondasi, sering didasarkan atas keadaan yang


menyakinkan tidak jadi keruntuhan atau penurunan total.
Dalam menghitung tekana tanah tersebut diperlukan data berat jenis tanah
(γ), nilai kohesi tanah (c) dan sudut geser dalam (Ө). Jika kita tidak memperoleh
data tanah dari laboratorium, maka dapat memperolehnya dari data CPT. Untuk
mengatahui berat jenis tanah yang berasal dari data CPT dapat dihitung dengan
menginterpolasikan harga N dari tabel penafsiran hasil penyelidikan tanah.
Menurut rankine ( Hary C.H, 1994 ), tekanan tanah aktif dan tekanan
tanah pasif diperoleh dengan persamaan :
Ka = …………………………………..(2.6)
1−sin θ
1+sinθ

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
6
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Kp = …………………………………..(2.7)
1−sin θ
1+sinθ
Untuk tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :
Pad = γ x H x Ka ………………………………...(2.8)
Maka besarnya tekanan tanah aktif adalah :
Pa = ½ H2 x γ x Ka ……………………………..(2.9)
Pada beban terbagi rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
Pa = q x Ka x H …………………………………(2.10)
Dimana :
Ka = Koefisien tanah aktif
Kp = Koefisien tanah pasif
Ө = Sudut geser dalam
Pad = Tekanan tanah aktif pada dinding pondasi (t/m2)
Pa = Tekanan tanah aktif total (t/m)
Pa’ = Tekanan tanah aktif akibat beban terbagi rata (t/m)
H = Kedalaman pondasi (m)
γ = Berat jenis tanah (t/m3)
q = Beban terbagi rata (t/m)
untuk menghitung besarnya tekanan tanah pasif total digunakan persamaan :
Pp = ½ H2 x γ x Kp ………………………………(2.11)
Pada beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah pasif
adalah :
Pp’ = q x Kp x H ………………………………….(2.12)
Dimana :
Pp = Tekanan tanah pasif total (t/m)
Pp’ = Tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata (t/m)

2.2.2 Analisa Penulangan

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
7
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Analisa penulangan pondasi sumuran sangat penting dilakukan agar


kemampuan dan kekokohan penulangan yang direncanakan mampu menerima dan
menyalurkan beban-beban yang bekerja diatas dengan baik. Menurut Gideon
Kusumo (1994) penulangan sumuran dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan berikut ini :
E01 = ……………………………………….(2.13)
Mu
Pu
E02 = 1/30 xht 2 (jika < 2, diambil 2)………(2.14)
Eo = eo1 + eo2 …………………………………(2.15)
E1 = C1 x C2 x ht …………………(2.16)
2

{ lk
100 x ht }
E2 = 0,15 x ht …………………………………..(2.17)
Etot = eo + e1 + e2 ………………………………(2.18)
Sb.V = ……………………….....(2.19)
Pu
θ x Ag x 0,85 fc
Sb.H = …………………..(2.20)
Pu Etot
x
θ x Ag x 0,85 fc1 ht
Ast = Pg x Ag …………………………………..(2.21)
Dimana :
Pu = Beban rencana (ton)
Mu = Momen rencana S (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
E = Eksentrisitas (m)
Ө = Faktor reduksi tulangan
Ast = Luas tulangan vertikal (cm2)
ht = Diameter pondasi
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
8
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

Menurut Cha-Kia Wang (1994), untuk menjamin kekuatan tulangan


melingkar akan melebihi kekuatan selimut beton dan dengan mengambil kekuatan
selimut beton 90 % dari kekuatan inti beton atau 0,75 Fc, maka digunakan
persamaan :
Ps = 0,45 x ……………………...(2.22)

[ ]
ag
Ac
−1 x
fc
fy
Ps = ……………………………………….(2.23)
Asp
Ac
Asp = As x π x (Dc – db).………………………..(2.24)
Ac = As x π x Dc2 x s ………………………..…(2.25)
Ag = ½ x π x D2 ……………………………..….(2.26)
Dimana :
Ps = Perbandingan antara volume dari tulangan melingkar dengan
volume dari inti untuk panjang S
Asp = Volume dari tulangan melingkar (cm3)
Ac = Volume dari inti untuk panjang S (cm2)
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
Fy = Mutu baja tulangan (Mpa)
Db = Diameter tulamngan melingkar (cm)
Dc = Diameter inti (cm)
As = Luas tulangan melingkar (cm2)
S = Jarak antara tulangan melingkar (cm)
Menurut Margaret dan Gunawan (1990), untuk menentukan tebal diding
sumuran dapat digunakan persamaan :
σbs = …………………(2.27)
pr
≤σ bs
100 x t + (n−1) x A
dimana :
σbs = Tegangan beton (kg/cm2)

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
9
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

σbs = Tegangan ijin beton (kg/cm2)


t = Tebal dinding (cm)
n = Perbandingan elastisitas antara baja dengan beton
A = luas Penampang (cm2)

2.3 Analisa Daya Dukung Pondasi

Daya dukung tanah adalah tekanan maksimum yang dapat dipikul tanah
tanpa terjadinya kelongsoran atau penurunan. Kemampuan daya dukung dapat
dihitung berdasarkan daya dukung izin dan daya dukung terhadap kekuatan bahan.

2.3.1 Daya Dukung Berdasarkan Data

Menurut Mayerhof (1986), kemampuan daya dukung tanah dihitung


menggunakan persamaan :
Qa = bila B > F4 ………………….(2.28)
2
qc B+F 3
50
x(B )
Dimana :
qa = Daya dukung izin (kg/cm2)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
B = Dimensi dari sumuran (m)
F3,F4 = Nilai konstanta yang tergantung dari satuab yang terpakai.

Tabel. 3 Faktor Konversi


F Satuan
S1 (m) F ps (ft)
1 0,50 2,5
2 0,08 4,0
3 0,30 1,0
4 0,20 4,0
Sumber : Bowles, 1991 (sifat-sifat fisis dan geoteknik tanah)

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
10
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

2.3.2 Daya Dukung Tanah Terhadap Kekuatan Bahan

DSaya dukung tanah yang di hitung berdasarkan kekuatan dari bahan yang
digunakan sebagai pembentuk pondasi. Menurut Sarjono (1990), besarnya daya
dukung terserbut dihitung dengan menggunakan persamaan :
P = σb x A ………………………………………..(2.29)
Dimana :
P = Daya dukung tana ( kg )
σb = Tegangan izin bahan ( kg/m2 )
A = Luas penampang pondasi ( m )

Penampang pondasi dihitung dengan persamaan :


A = Fb x n Fe …………………………………….(2.30)
Fb = 1/4 x π x ( dl2 – dl2 ) ………………………….(2.31)
Dimana :
Fb = Luas penampang dinding pondasi ( m2 )
N = Koefisien perbandingan elastisitas
Fe = Luas penampang tulangan ( m2 )
dl = Diameter luas pondasi ( m )
d2 = Diameter dalam pondasi ( m )

2.4 Analisa Stabilitas Konstruksi pondasi

Stabilitas konstruksi adalah kemampuan konstruksi dalam menahan


beban-beban yang bekerja di atasnya tanpa mengalami pergaseran, guling dan
penurunan. Perencanaan kostruksi harus memperhitungkan stabilitas konstruksi
terhadap beban yang bekerja agar konstruksi yang di rencanakan aman pada saat
penggunaan.
2.4.1 Stabilitas Terhadap Guling

Menurut Margeret dan Gunawan (1990), stabilitas konstruksi terhadap


guling dapat dihitung dengan persamaan :

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
11
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

FK = ……………………………………...……..
∑ Mr Fk > 2
∑ Mo
(2.32) Mr = Gaya arah vertikal x lengan ………………………(2.33)
Mo = Gaya arah horizontal x lengan ……………………(2.34)
Dimana :
Mr = Momen penahan ( t.m )
Mo = Momen guling ( t.m )

2.4.2 Stabilitas Terhadap Geser

Menurut Margeret dan gunawan (1990) Besarnya stabilitas geser dihitung


dengan persamaan :

FK : ………………………………………(2.35)
Fr
FK > 1,5
PH
Fr = R tg Ө + ( C x B ) + Pp …………………………(2.36)
Dimana :
Pr = Tegangan geser ( t )
PH = Tekanan memanjangan ( t.m )
R = Besarnya gaya reaksi arah vertikal ( t )
B = Lebar abutment
Ө = Sudut geser
C = Kohesif tanah
Pp = Tekanan tanah pasir

2.4.3 Tegangan Kontak

Menurut Margaret dan Gunawan (1990), besarnya tegangan kontak dapat


dihitung dengan persamaan :

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida
12
Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan

………………………….(2.37)
q max P 6 xex 6 xey
=
q min As (

B
±
B )
2.4.4 Penurunan Pondasi

Berdasarkan Ir. Soedjono HS, 1991, penurunan permukaan dapat dihitung


dengan persamaan :
S = ……………………………………….(2.38)
H P1
log
S P0
C = …………………………………………….(2.39)
1,5 P
PO

Dimana :
S = Penurunan
P1 = Tekanan tanah setelah ada bangunan (kg/cm2)
P0 = Tekanan tanah sebelum ada bangunan (kg/cm2)
C = Indeks of compressibility
P = Nilai konus (kg/cm2)
Besarnya tekanan tanah setelah bangunan selesai dapat dihitung dengan
persamaan :
P1 = P0 + ∆P ………………………………………(2.40)
∆P = …………...(2.41)
(B x L)
(B+1/2 htg 30 ) x ( L+1/2 htg 30)
q = …………………………………...…….(2.42)
w
BxL
Po = γ1 x h1 γ2 ( h2 – ½ h ) ………………………...(2.43)

Project work Rancangan Pondasi Muhamad


Saiful
Muhammad Maulida

Anda mungkin juga menyukai