Teknik Sipil
Perancangan Jalan Dan Jembatan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pembebanan
Pada konstruksi bangunan bawah dari jembatan yang diperhitungkan adalah berat
abutmen dan berat tanah diatas abutmen.
Beban hidup adalah semua beban yang berasal kendaraan-kendaraan atau
segala sesuatu yang memiliki beban yang akan melewati jembatan tersebut. Beban
hidup terdiri dari beban D dan beban T. Beban T merupakan beban terpusat dari
lantai kerja yang dihitung berdasarkan beban kendaraan truk roda ganda (dual
wheel loat) sebesar 10 ton. Sedangkan beban D merupakan beban yang bekerja
pada jalur lalulintas yang terdiri dari beban garis (P) dan beban terbagi rata (q).
beban terbagi rata yang bekerja pada bentang jembatan yang kurang dari 30 meter
ditetapkan sebesar :
Q = 2,2 t/m ……………………………………………..(2.1)
Dimana :
Q = Beban terbagi rata (t/m)
Untuk lebar jalur yang lebih kecil dari 5,5 m, beban D sepenuhnya
dibebankan pada seluruh lebar jembatan, beban hidup yang bekerja di atas trotoar
ditetapkan sebasar 500 kg/m2.
Untuk menghitung beratnya beban yang kejut yang timbul akibat dari
pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya, digunakan persamaan :
K =1+ …………………………………………………..( 2.2 )
Besar beban kejut adalah :
K = k x P …………………………………………………..( 2.3 )
Dimana :
K = Koefisien kejut
L = Panjang batang (m)
P = Beban garis (ton)
K = Beban kejut (ton)
Dimana :
Gh = Gaya akibat gempa bumi ( ton )
E = Koefisien gempa
M = Beban dari kontruksi ( ton )
Besarnya koefisien gempa tergantung dari jenis tanah dan daerah gempa.
Untuk lebih jelas diperhatikan pada gambar G.1.8 halaman xx
Dalam pondasi ini didasari dari bentuk sdan ukuran yang telah di hitung
oleh konsultan perencana. Analisa yang dilakukan meliputi analisa tekanan tanah
pada dinding pondasi dan analisa poertulangan, baik tulang melingkar maupun
tulang vertikal.
Kp = …………………………………..(2.7)
1−sin θ
1+sinθ
Untuk tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :
Pad = γ x H x Ka ………………………………...(2.8)
Maka besarnya tekanan tanah aktif adalah :
Pa = ½ H2 x γ x Ka ……………………………..(2.9)
Pada beban terbagi rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
Pa = q x Ka x H …………………………………(2.10)
Dimana :
Ka = Koefisien tanah aktif
Kp = Koefisien tanah pasif
Ө = Sudut geser dalam
Pad = Tekanan tanah aktif pada dinding pondasi (t/m2)
Pa = Tekanan tanah aktif total (t/m)
Pa’ = Tekanan tanah aktif akibat beban terbagi rata (t/m)
H = Kedalaman pondasi (m)
γ = Berat jenis tanah (t/m3)
q = Beban terbagi rata (t/m)
untuk menghitung besarnya tekanan tanah pasif total digunakan persamaan :
Pp = ½ H2 x γ x Kp ………………………………(2.11)
Pada beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah pasif
adalah :
Pp’ = q x Kp x H ………………………………….(2.12)
Dimana :
Pp = Tekanan tanah pasif total (t/m)
Pp’ = Tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata (t/m)
{ lk
100 x ht }
E2 = 0,15 x ht …………………………………..(2.17)
Etot = eo + e1 + e2 ………………………………(2.18)
Sb.V = ……………………….....(2.19)
Pu
θ x Ag x 0,85 fc
Sb.H = …………………..(2.20)
Pu Etot
x
θ x Ag x 0,85 fc1 ht
Ast = Pg x Ag …………………………………..(2.21)
Dimana :
Pu = Beban rencana (ton)
Mu = Momen rencana S (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
E = Eksentrisitas (m)
Ө = Faktor reduksi tulangan
Ast = Luas tulangan vertikal (cm2)
ht = Diameter pondasi
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)
[ ]
ag
Ac
−1 x
fc
fy
Ps = ……………………………………….(2.23)
Asp
Ac
Asp = As x π x (Dc – db).………………………..(2.24)
Ac = As x π x Dc2 x s ………………………..…(2.25)
Ag = ½ x π x D2 ……………………………..….(2.26)
Dimana :
Ps = Perbandingan antara volume dari tulangan melingkar dengan
volume dari inti untuk panjang S
Asp = Volume dari tulangan melingkar (cm3)
Ac = Volume dari inti untuk panjang S (cm2)
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
Fy = Mutu baja tulangan (Mpa)
Db = Diameter tulamngan melingkar (cm)
Dc = Diameter inti (cm)
As = Luas tulangan melingkar (cm2)
S = Jarak antara tulangan melingkar (cm)
Menurut Margaret dan Gunawan (1990), untuk menentukan tebal diding
sumuran dapat digunakan persamaan :
σbs = …………………(2.27)
pr
≤σ bs
100 x t + (n−1) x A
dimana :
σbs = Tegangan beton (kg/cm2)
Daya dukung tanah adalah tekanan maksimum yang dapat dipikul tanah
tanpa terjadinya kelongsoran atau penurunan. Kemampuan daya dukung dapat
dihitung berdasarkan daya dukung izin dan daya dukung terhadap kekuatan bahan.
DSaya dukung tanah yang di hitung berdasarkan kekuatan dari bahan yang
digunakan sebagai pembentuk pondasi. Menurut Sarjono (1990), besarnya daya
dukung terserbut dihitung dengan menggunakan persamaan :
P = σb x A ………………………………………..(2.29)
Dimana :
P = Daya dukung tana ( kg )
σb = Tegangan izin bahan ( kg/m2 )
A = Luas penampang pondasi ( m )
FK = ……………………………………...……..
∑ Mr Fk > 2
∑ Mo
(2.32) Mr = Gaya arah vertikal x lengan ………………………(2.33)
Mo = Gaya arah horizontal x lengan ……………………(2.34)
Dimana :
Mr = Momen penahan ( t.m )
Mo = Momen guling ( t.m )
FK : ………………………………………(2.35)
Fr
FK > 1,5
PH
Fr = R tg Ө + ( C x B ) + Pp …………………………(2.36)
Dimana :
Pr = Tegangan geser ( t )
PH = Tekanan memanjangan ( t.m )
R = Besarnya gaya reaksi arah vertikal ( t )
B = Lebar abutment
Ө = Sudut geser
C = Kohesif tanah
Pp = Tekanan tanah pasir
………………………….(2.37)
q max P 6 xex 6 xey
=
q min As (
1±
B
±
B )
2.4.4 Penurunan Pondasi
Dimana :
S = Penurunan
P1 = Tekanan tanah setelah ada bangunan (kg/cm2)
P0 = Tekanan tanah sebelum ada bangunan (kg/cm2)
C = Indeks of compressibility
P = Nilai konus (kg/cm2)
Besarnya tekanan tanah setelah bangunan selesai dapat dihitung dengan
persamaan :
P1 = P0 + ∆P ………………………………………(2.40)
∆P = …………...(2.41)
(B x L)
(B+1/2 htg 30 ) x ( L+1/2 htg 30)
q = …………………………………...…….(2.42)
w
BxL
Po = γ1 x h1 γ2 ( h2 – ½ h ) ………………………...(2.43)