Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

KEGIATAN PROYEK YANG DIIKUTI

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek

Peningkatan Jalan Cot Tring – Paloh Punti Kecamatan Muara Satu Kota

Lhokseumawe. Sta 0 + 000 s/d Sta 1 + 400, tidak semua item pekerjaan yang

dilakukan dapat diikuti oleh penulis, hal ini disebabkan keterbatasan waktu

praktek kerja lapangan yang diberikan (terhitung mulai tanggal 22 Agustus s.d. 09

September 2019).

Adapun kegiatan-kegiatan proyek yang penulis ikuti selama PKL

berlangsung antara lain:

1. Pekerjaan Penyiapan badan jalan

2. Pekerjaan Timbunan Pilihan (Urugan Pilihan)

3. Pekerjaan Perkerasan Lapisan Pondasi Bawah (LPB)

4.1. Pekerjaan Penyiapan badan jalan

Penyiapan badan jalan, adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membuang

tanah asli yang mempunyai CBR tidak baik. Lebar jalan 4,00 m dan panjang jalan

1.400 km dengan volume 5.600 m2. Penyiapan badan jalan digunakan pada Sta 0

+ 000 s/d Sta 1 + 400.

31
32

Badan jalan

Proses pembersihan badan excavator


jalan

Gambar 4.1 Pembersihan lahan

4.1.1. Alat – Alat yang digunakan

Alat–alat berat yang digunakan dalam pekerjaan galian adalah sebagai

berikut:

1. Motor Grader : 1 unit

2. Vibrator Roller : 1 unit

4.1.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan galian ini adalah sebagai

berikut:

1. General supritendent (GS) = 1 Orang

2. Pembantu GS = 2 Orang

3. Operator = 2 Orang
33

4. Pembantu Operator = 1 Orang

5. Pengawas = 2 Orang

4.1.3. Prosedur Pelaksanaan

Adapun langkah pelaksanaan dari pekerjaan galian yaitu dimulai dengan

motor greder meratakan permukaan hasil galian, lalu vibro roller memadatkan

permukaan yang telah di potong / di ratakan oleh motor greder, kemudian

sekelompok pekerja akan membantu meratakan badan dengan alat bantu.

Moto greader

Proses
Badan Jalan Pembersiahan
Lahan untuk
penyiapan badan
jalan

Gambar 4.2 Pembentukan Badan

4.2. Pekerjaan Timbunan Pilihan (Urugan Pilihan)

Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan pilihan yang digunakan

untuk mengurangi ketebalan badan jalan dan lapisan pondasi bawah. Lebar

timbunan pilihan adalah 5 m dan panjang jalan 1.400 km dengan volume 778.75

m³. Timbunan pilhan digunakan pada 0 + 000 s/d Sta 1 + 400 dengan ketebalan 10

cm.
34

Vibrator
Roller

Badan jalan
Proses
pemadatan
timbunan
pilihan

Gambar 4.3 Pemadatan timbunan pilihan

4.2.1. Alat – Alat yang digunakan

Alat–alat berat yang digunakan dalam pekerjaan penghamparan dan

perataan material pada Timbunan Pilihan (Urugan Pilihan) ini adalah sebagai

berikut:

1. Dump Truck : 10 unit

2. Motor Grader : 1 unit

3. Vibrator Roller : 1 unit

4. Water Tank Truck : 1 unit

4.2.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan penghamparan dan

perataan material pada Timbunan Pilihan (Urugan Pilihan) ini adalah sebagai

berikut:

1. General supritendent (GS) = 1 Orang


35

2. Pembantu GS = 2 Orang

3. Operator = 2 Orang

4. Pembantu Operator = 1 Orang

5. Supir = 11 Orang

6. Pengawas = 2 Orang

4.2.3. Material yang digunakan

Material yang digunakan untuk Timbunan Pilihan adalah tanah berpasir

(sandy clay). Material yang dibutuhkan untuk Material yang digunakan pada

lapisan ini mempunyain nilai CBR (California Bearing Ratio) minimal 10%

sesuai dengan AASHTO T 193. Terlampir pada lampiran Mix Design Timbunan

Pilihan dan pada daftar kuantitas dan harga.

4.2.4. Prosedur Pelaksanaan

Adapun langkah pelaksanaan dari pekerjaan timbunan pilihan yaitu

dimulai dengan mengangkut material dari Quary dengan menggunakan Dump

truck ke lokasi pekerjaan yang berjarak ± 10 Km. Setelah material (timbunan

pilihan) diangkut dan di datangkan ke lokasi dengan menggunakan Dump Truck.

Penghamparan dimulai dengan menggunakan Motor Grader yang bergerak maju

mundur sampai merata dengan ketebalan 13 cm (Gembur). Pemadatan agregat

dilakukan dengan menggunakan alat Vibratory Compactor Roller, dan Water

Tank Truck. Material tersebut dipadatkan pinggir kiri dan pinggir kanan bahu

jalan, dan dipadatkan kembali dengan menggunakan Vibrator Compactor Roller.


36

Motor Greader
Motor
Greader

Timbunan
pilihan
Proses
penghamparan
Timbunan
pilihan

Gambar 4.4 Penghamparan timbunan pilihan

4.3. Pekerjan Perkerasan Lapisan Pondasi Bawah (LPB)

Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) terletak antara lapisan pondasi

atas (Base Course) dan tanah dasar. Pekerjaan penghamparan dan perataan

material pada lapis pondasi bawah ini terdiri dari material yang dihasilkan dari

stone chusher. Pekerjaan lapisan pondasi bawah ini bertujuan untuk menjaga

kestabilan struktur yang diperlukan untuk menahan tekanan vertical dan tekanan

horizontal. Lebar jalan 5,00 m, panjang jalan 4,590 km dengan volume 3.553,95

m³ (Padat) Lapisan Pondasi bawah dikerjakan pada segmen 1 Sta 0 + 000 s/d Sta

1 + 442 dan segmen 2 Sta 1 + 765 s.d 4 + 920 dengan ketebalan 15 cm ( padat ).
37

Dump Truck

Timbunan
pilihan LPB

Pekerja harian

Gambar 4.5 Penuangan material Lpb

4.3.1. Alat – Alat yang digunakan

Alat–alat berat yang digunakan dalam pekerjaan lapis pondasi bawah (sub

base course) ini adalah sebagai berikut:

1. Wheel Loader : 1 unit (muat)

2. Dump Truck : 10 unit

3. Motor Grader : 1 unit

4. Vibrator Roller : 1 unit

5. Water Tank Truck : 1 unit

4.3.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan penghamparan dan

perataan material pada Lapisan Pondasi Bawah ini adalah sebagai berikut:

1. General supritendent (GS) = 1 Orang

2. Pembantu GS = 2 Orang
38

3. Operator = 3 Orang

4. Pembantu Operator = 1 Orang

5. Supir = 11 Orang

6. Pengawas = 2 Orang

4.3.3. Material yang digunakan

Material yang digunakan untuk Lapisan Pondasi Bawah adalah agregat

kelas B. Material yang dibutuhkan untuk Material yang digunakan pada lapisan

ini mempunyain nilai CBR (California Bearing Ratio) minimal 60%. Terlampir

pada lampiran Mix Design Lapis Pondasi kelas B dan pada daftar kuantitas dan

harga.

4.3.4. Prosedur Pelaksanaan

Adapun langkah pelaksanaan dari pekerjaan lapisan pondasi atas yaitu

Wheel Loader memuat material dari base camp/stock pile yang berjarak 10 km ke

dalam dump truck dan di bawa ke loksai pekerjaan. Material dihampar di lokasi

kerja dengan menggunakan Motor Grader yang bergerak maju mundur sampai

merata, yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan gembur setebal 18 cm

pemadatan dilakukan dari tepi kiri ke tengah (center line) yang cukup kemudian

di padatkan dengan menggunakan Vibrator Roller minimal 8 kali lintasan, dengan

tetap menjaga tebal hamparan padat yang disyaratkan dalam gambar. Untuk

menjaga kadar air bahan yang disyaratkan dalam rentang spesifikasi, bersamaan
39

pemadatan dapat dilakukan penyiraman material hamparan dengan menggunakan

Water Tanker.

Vibrator ruller
Proses
Water tanker pemadatan

LPB sedang di
Proses siram
penyiraman LPB

Gambar 4.6 Pemadatan Lpb


40

4.4. Pekerjaan Perkerasan Lapisan Pondasi Atas (LPA)

Lapisan pondasi atas (Base Course) terletak antara lapisan permukaan

(Surface Course) dengan lapisan pondasi bawah (Sub Base Course). Pekerjaan

lapisan pondasi atas ini bertujuan untuk menjaga kestabilan struktur yang

diperlukan untuk menahan tekanan vertical dan tekanan horizontal. Lebar jalan 4

m, panjang jalan 4,590 km dengan volume 2.872,95 m³ (Padat). Dikerjakan

Lapisan Pondasi Atas (LPA) dengan ketebalan 15 cm. Segmen 1 Sta 0 + 000 s/d

Sta 1 + 442 dan segmen 2 Sta 1 + 765 s.d 4 + 920.

4.4.1. Alat – Alat yang digunakan

Alat–alat berat yang digunakan dalam pekerjaan penghamparan dan

perataan material pada Lapisan Pondasi Atas (Base Course) ini adalah sebagai

berikut:

1. Wheel Loader : 1 unit

2. Dump Truck : 10 unit

3. Motor Grader : 1 unit

4. Vibrator Roller : 1 unit

5. Water Tank Truck : 1 unit

4.4.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan penghamparan dan

perataan material pada Lapisan Pondasi Atas (Base Course) ini adalah sebagai

berikut:
41

1. General supritendent (GS) = 1 Orang

2. Pembantu GS = 2 Orang

3. Operator = 3 Orang

4. Pembantu Operator = 2 Orang

5. Supir = 11 Orang

6. Pengawas = 2 Orang

4.4.3. Material yang digunakan

Material yang digunakan untuk Lapisan pondasi atas adalah agregat kelas

A yang berasal dari komposisi tanah berpasir (54%) dan batu pecah (66%).

Material yang dibutuhkan untuk Material yang digunakan pada lapisan ini

mempunyain nilai CBR (California Bearing Ratio) minimal 90 %. Terlampir pada

lampiran Mix Design lapisan Pondasi kelas A (LPA) dan pada daftar kuantitas dan

harga.

4.4.4. Prosedur Pelaksanaan

Adapun langkah pelaksanaan dari pekerjaan lapisan pondasi atas yaitu

Wheel Loader memuat material dari base camp/stock pile ke dalam dump truck

dan di bawa ke lokasai pekerjaan yang berjarak 10 km. Material dihampar di

lokasi kerja dengan menggunakan Motor Grader yang bergerak maju mundur

sampai merata, yang mencapai tebal hamparan gembur setebal 18 cm yang cukup

kemudian di padatkan dengan menggunakan Vibrator Roller sebanyak 4-8 kali

lintasan, dengan tetap menjaga tebal hamparan padat yang disyaratkan dalam
42

gambar. Untuk menjaga kadar air bahan yang disyaratkan dalam rentang

spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat dilakukan penyiraman material

hamparan dengan menggunakan Water Tanker.

4.6. Quality Control

Pada pekerjaan Quality Control ada 2 item pekerjaan yang dilakukan

dilpangan yaitu Test Job Mix Design, dan Test Sand cone. Test Job Mix Design

adalah untuk melihat material yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditetapkan pada Timbunan Pilihan, perkerasan Lapisan Pondasi Bawah (LPB),

Lapisan Pondasi Atas (LPA). Test Sand Cone adalah untuk menetukan kepadatan

dari lapisan perkerasan yang telah dipadatkan yaitu pada Timbunan pilihan,

Lapisan Pondasi Bawah dan Lapisan Pondasi Atas.

4.6.1. Pelaksanaan Quality Control

Quality control dalam pekerjaaan konstruksi memegang peranan yang

cukup penting, karena dapat menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan

pekerjaan. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan yang baik akan menghasilkan

kualitas pekerjaan yang baik pula. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan

Owner (pemilik proyek) kepada kontraktor pelaksana dan pengawas proyek.

Dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu jalan Meunasah Pulo –

Teupin Reusep, maka Kontraktor Pelaksana bersama Konsultan Pengawas

mengadakan pemeriksaan di lapangan terhadap Timbunan Pilihan, Lapisan


43

Pondasi Bawah (LPB) dengan menggunakan alat Sand Cone yang dilaksanakan

dengan cara zig zag per 50 m sebanyak 100s titik.

4.6.2. Rencana Kerja dan Syarat

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang

berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor

untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan,

penyampaian,pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia

jasa.

2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa,

termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum

kontrak. Apabilaterjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen

lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk

menghindari pertentangan pengertian.

3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan

atasinstruksi kepada pelaksana kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket

pekerjaan yang akan dikerjakan.

RKS sebagai kelengkapan gambar kerja yang didalamnya memuat uraian

tentang :
44

a. Syarat-Syarat Umum

Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas dan pengawas

bangunan.

b. Syarat-Syarat Administrasi

 · Jangka waktu pelaksanaan.

 · Tanggal penyerahan pekerjaan.

 · Syarat-syarat pembayaran.

 · Denda keterlambatan.

 · Besarnya jaminan penawaran.

 · Besarnya jaminan pelaksana

c. Syarat-Syarat Teknis

 · Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.

 · Jenis dan mutu bahan yang digunakan.

Setelah selesai, kemudian disahkan oleh DPU Bina Marga untuk proyek

pemerintah dan Direksi bersama pemberi tugas untuk proyek swasta.

4.7. Sistem Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Semua pada proyek konstruksi memiliki resiko, resiko tersebut adalah

terjadinya kecelakaan. Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) saat ini

masih belum menjadi perhatian utama. Hal itu dapat dilihat dari angka kecelakaan

sektor konstruksi tertinggi di bandingkan dengan kecelakaan kerja dibidang

lainnya. Pada proyek Peningkatan Jalan Sawang-Blang Paya Kec. Peudada untuk
45

pelaksanaanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat kurang. karena

diproyek yang diikuti tidak melaksanakan K3 dengan baik.

4.7.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1,

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari

sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan

bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian, resiko

yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif. Tujuan sistem Manajemen K3 adalah :

Terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak

sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja

dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Secara penerapan lapangan K3 di proyek Peningkatan Jalan Sawang-Blang

Paya Kec Peudada tidak sempurna. Dikarenakan pekerja tidak memakai Alat

Pelindung Diri (APD) dan untuk rambu-rambu proyek tidak dipasang dilapangan.

4.7.2. Pengelolaan Lingkungan Kerja

Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang

berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap

kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan

baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerja yang mendukung.
46

Manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang

oleh lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan

sebagai lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa melaksanakan

kegiatannya dengan optimal dengan sehat, aman dan selamat. Akibat tidak

beresnya lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih

jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu

yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem

kerja yang efisien dan produktif.

Didalam perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu diperhatikan

factor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja seperti,

kebisingan, pencahayaan, suhu dan lain-lain. Suatu kondisi lingkungan kerja

dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melaksanakan

kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia

yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya dalam jangka

waktu tertentu.

4.8. Permasalahan dan Pemecahan Masalah

Selama mengikuti kegiaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek

peningkatan struktur ruas jalan Meunasah Pulo – Teupin Reuseup, Kecamatan

Sawang, Kabupaten Aceh Utara, saya menjumpai ada beberapa hal yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan proyek tersebut walaupun akhirnya dapat

diselesaikan dengan baik oleh pihak pelaksana (kontraktor). Adapun masalah

yang timbul dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek

peningkatan struktur ruas jalan Meunasah Pulo – Teupin Reuseup, Kecamatan


47

Sawang, Kabupaten Aceh Utara, yaitu masalah faktor cuaca, dan rusaknya alat

berat.

4.8.1. Masalah Yang Timbul

a. Cuaca

Cuaca merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pekerjaan di

lapangan dimana akibat turunnya hujan maka pekerjaan dihentikan sehingga tidak

sesuai dengan jadwal pelaksanaan (time schedule).

Pada proyek ini pengaruh cuaca sangat mempengaruhi proses pekerjaan

pembangunan jalan, akibat pengaruh turunnya hujan mempengaruhi kondisi

lapangan yang tidak bisa dilakukan pengujian test sand cone dan propoling

dikarenakan kondisi lapangan yang terlalu banyak kandungan airnya, sehinga

pekerjaan ini tertunda.

b. Rusak Alat

Alat merupakan bagian yang terpenting dari suatu pekerjaan dengan

adanya kerusakan alat sebuah pekerjaan terhambat sehingga pekerjaan tidak

sesuai dengan jadwal pelaksanaan (time schedule).

Pada proyek ini alat sangat mempengaruhi pekerjaan excavator, akibat

rusaknya alat Excavator. Excavator adalah alat yang paling penting dalam

pekerjaan galian.
48

4.9.2 Pemecahan Masalah

a. Pemecahan Masalah Cuaca

Dengan adanya pengaruh cuaca tersebut, maka seharusnya material yang

sudah di persiapkan untuk pekerjaan lapisan pondasi atas harus dijaga dengan

baik, seperti menutup material dengan menggunakan terpal yang besar, apabila

turun hujan material yang sudah di persiapkan terjaga volumenya, dan bisa

langsung digunakan.

b. Pemecahan Masalah Rusak Alat

Untuk pencegahan, sebaiknya sebelum melakukan pekerjaan peralatan

terlebih dahulu di lakukan pengecekan dan sebaiknya juga pihak kontraktor

mempersiapkan mekanik dan bahan/spearpart dengan baik, agar masalah bisa di

tangani dengan segera.

Anda mungkin juga menyukai