Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak


Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

BAB IV
KEGIATAN YANG DIAMATI

4.1 Pekerjaan Tanah dan Persiapan

4.1.1 Pengertian
Pekerjaan tanah adalah melaksanakan galian atau urugan tanah sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran
sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan pondasi, serta pembuatan akses
mobilisasi untuk kendaraan proyek.

4.1.2 Pengamatan di lapangan


Pekerjaan penimbunan untuk penambahan lajur ke empat dan bahu
dilakukan dengan material (selected borrow material) yang didatangkan dari
quary daerah Sudamanik dan Rumpin. Penimbunan bertahap dari bawah ke atas
dan dipadatkan setiap ketinggian 50 m.

4.1.3 Lingkup Pekerjaan Tanah dan Persiapan


Pekerjaan ini meliputi:
1. Pengukuran/surveying.
2. Marking.
3. Galian.
4. Timbunan.
5. Pemadatan.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 1
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.1.4 Tenaga, Alat, dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Surveyor Selected Theodolite
Mandor borrow Excavator
Operator material Dump Truk
(Sirtu) Motor Grader & Vibro Roller

Table 4.1Tenaga, Alat, dan Bahan Pekerjaan Tanah

4.1.5 Metode Pelaksanaan pekerjaa


1. Tim Survei melakukan stake out dan marking lokasi.
2. Mobilisasi alat berat sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
3. Membersihkan dan menyingkirkan semua semak-semak, rumput-rumput
didalam daerah pekerjaan. Dalam pembersihan ini semua tunggul-tunggul
dan akar-akar harus dimusnahkan dan disingkirkan sehingga nantinya dapat
diyakini semak-semak dan rumput-rumput tidak akan tumbuh kembali.
4. Lubang-lubang bekas penyingkiran pangkal pohon dan akar-akar harus diisi
kembali atau ditimbun dengan tanah yang sesuai spesifikasi.
5. Pembuangan lapisan tanah atas (Top Soil) +/- 20cm atau sesuai kondisi
lapangan dilakukan agar tanah humus pemicu tumbuhan tumbuh kembali
pada bagian atas tanah hilang.
6. Pembuatan akses kendaraan proyek, berupa jalur tanah yang telah
dipadatkan.
7. Setelah ditentukan lokasi oleh tim survei kemudian dilakukan cutting pada
perkerasan di bahu existing lalu digali, lalu dipasang patok-patok oleh tim
survei dan dilakukan penggalian atau penimbunan.
8. Pengangkutan material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan
dump truck. Pekerjaan disini menggunakan bahan selected borrow material
yang didatangkan langsung dari Gunung Sudamanik dan daerah Rumpin.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 2
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

9. Penuangan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan


pekerjaan penimbunan dan sekaligus pembentukan lereng dengan
menggunakan excavator secara bertahap.
10. Meratakan material dengan menggunakan alat motor grader sampai
ketebalan yang direncakan. Sebagai panduan operator motor grader maka
dipasang patok oleh surveyor tiap jarak 25 meter yang ditandai dengan
tinggi hamparan.
11. Memadatkan material dengan menggunakan vibrator roller yang dimulai
dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan
dalam keadaan memanjang , sedangkan pada tikungan (alinyemen
horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6
pasing (12 kali lintasan) hingga kepadatan mencapai 95% dan didapatkan
elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.
12. Pengecekan elevasi oleh tim survei untuk memastikan pekerjaan dilakukan
dengan tepat dan sesuai rencana.

Gambar 4.4 Proses Penurunan selected material dari dump truck


Proses penurunan selected borrow material dari dump truck harus dilakukan secara
merata dan bertahap, agar elevasi timbunan sesuai dengan gambar rencana.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 3
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.5 Proses penimbunan dengan excavator


Proses penimbunan dilakukan secara merata dan bertahap, dilakukan pemadatan
setiap ketinggian 50 cmagar tanah tidak mudah longsor. Penimbunan juga
dilakukan bertahap agar elevasi timbunan sesuai dengan gambar rencana.

Gambar 4.6 Proses Perataan Timbunan


Proses pemerataan timbunan dilakukan sebelum pemadatan, sekaligus diatur
elevasinya dengan alat motor grader.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 4
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.7 Proses Pemadatan Tanah


Proses pemadatan dilakukan dengan vibro roller secara bertahap sampai hasil
elevasi pemadatan sesuai dengan gambar rencana.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 5
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.2 Pekerjaan penghamparan lapis pondasi atas (Base A)

4.2.1 Pengertian
Lapis pondasi atas atau di sebut agregat lapis pondasi kelas A adalah bagian
perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah dan lapisan permukaan.Fungsi
dari lapis pondasi ini antara lain yaitu:

1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.

4.2.2 Pengamatan di lapangan


Lapis pondasi atas atau Base A terdiri dari material pilihan kelas A (agregat 1
inch) terdiri dari batu pecah dan abu batu. Tebal Base A pada proyek penambahan
lajur ke-4 tol Tangerak-Merak ruas tol Tangerang barat-Cikupa ini setebal 25 cm.
Dipadatkan dengan vibro roller dengan dua kali hampar.

4.2.3 Lingkup pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi:
1. Pengukuran/surveying
2. Marking
3. Penghamparan agregat kelas A
4. Pemadatan

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 6
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.2.4 Tenaga, Alat, dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Surveyor Selected Theodolite
Mandor material Excavator
Operator (Sirtu) Dump Truk
Motor Grader & Vibro Roller

Table 4.2 Tenaga, Alat, dan Bahan Pekerjaan Base A

4.2.5 Metode Pelaksanaan pekerjaan


1. Setelah pekerjaan penggalian dan penimbunan (Subgrade) dikerjakan sesuai
dengan elevasi yang diinginkan. Dilakukan pengukuran untuk menentukan
patok ketinggian Base A.
2. Setelah itu dilakukan penghamparan base Atinggi 25 cm dengan motor
grader. Dilakukan penghamparan 2 kali. Penghamparan pertama hingga
tinggi 15 cm lalu dilakukan pemadatan dengan vibro roller. Dilakukan 10
kali passing dengan dipadatkan dan digetarkan.
3. Tahap selanjutnya adalah penghamparan kedua dengan tinggi 10 cm. Setelah
agregat terhampar lalu dilakukan pemadatan dengan vibro roller. Dilakukan
10 kali passing dengan dipadatkan dan digetarkan.
4. Pemadatandengan menggunakan mesin vibro roller sampai dengan kepadatan
95%.
5. Dilakukan survei elevasi oleh tim survei untuk memastikan pekerjaan
dilakukan dengan tepat.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 7
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.8 Proses Pematokan untuk Tinggi Base A

Proses pengukuran dilakukan guna menentukan tinggi Base A yang akan


dihamparkan.

Gambar 4.9 Proses Penghamparan Base A dan Pemadatannya

Penghamparan base A dilakukan dengan motor grader dan dilakukan pemadatan


dengan vibro roller

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 8
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.10 Lapis pondasi atas (Base A) yang sudah dipadatkan

Lapis pondasi atas (Base A) yang sudah dipadatkan setebal 25 cm. Lapisan yang
sudah dipadatkan ini terlebih dahulu harus melalui test CBR dan profoling agar
bisa menentukan sudah siap dilapisi LC atau belum.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 9
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.3 Pekerjaan Lantai Kerja (Lean Concrete)

4.3.1 Pengertian
Lean concrete merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam konstruksi
bangunan dengan lingkup dan kondisi lingkungan yang cukup kompleks. Ketebalan
lantai kerja biasanya setebal 10 - 15 cm. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga
kerja, peralatan, material, dan pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan
pembuatan lapisan perataan (leveling course) dengan lean concrete, termasuk
persiapan lapisan alas, pengadaan beton ready mix, penuangan, pemadatan, finishing,
pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan insidental lainnya yang berkaitan.

Penyedia Jasa bertanggung jawab menjamin kualitas beton memenuhi spesifikasi


yang disyaratkan. Lean concrete akan dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis,
landai dan penampang permukaan seperti tertera pada gambar rencana. Lean concrete
harus dijaga agar selalu dalam kondisi baik sebelum menghamparkan lapisan
berikutnya adapun fungsi dari pembuatan lean concrete adalah sebagai berikut :

1. Memudahkan pekerja berdiri di atas lahan datar, lahan menjadi tidak kotor dan
becek.
2. Merupakan dudukan besi lapis bawah (untuk pondasi rakit atau pile-cap).
3. Menahan gaya angkat (up-lift force) tanah di bawahnya.

4.3.2 Pengamatan di Lapangan


Pada Proyek Penambahan lajur ke-4 Tol Tangerak-Merak ruas tol Tangerang
Barat-Cikupa, pada pekerjaan lantai kerja atau Lean Concrete untuk pelebaran bahu
menggunakan beton K 125 ( kelas E ) dengan tinggi lantai kerja 10 cm.

4.3.3 Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pengukuran
3. Pekerjaan Leveling
4. Pekerjaan Bekisting
5. Pekerjaan Pengecoran

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 10
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.3.4 Tenaga, Alat dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Mandor Beton Cangkul
Tukang K 125 Jidar
( kelas E ) Truk molen
Besi
bekisting
Patok
tulangan
Table 4.2 Kebutuhan tenaga, bahan, dan alat pekerjaan Lean Concrete

4.3.5 Metode Pekerjaan dan Persiapan


1. Setelah pekerjaan persiapan tanah dasar/lapis pondasi atas selesai dilakukan,
permukaan harus dibersihkan dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan
asing lainnya dan diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan
permukaannya .

2. Selanjutnya permukaan disiram air dengan menggunakan water tank truck


apabila terlalu kering agar dasar permukaan dalam kondisi basah sewaktu
proses pengecoran lantai kerja berlangsung.

3. Pemasangan bekisting samping lantai kerja menggunakan baja/kayu untuk


menghindari melubernya material beton ke samping dan sebagai bahan
pembentuk konstruksi.

4. Penghamparan beton dilakukan di lokasi pekerjaan dengan ketebalan sesuai


desain yang direncanakan, sedangkan untuk kerataan digunakan jidar.

5. Setelah Lean concrete selesai dipadatkan dan diratakan, maka Lean concrete
harus segera dirawat (curing).

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 11
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.11 Proses Pematokan Bekisting lean concrete


Pembuatan marking dilakukan oleh tim surveyor untuk menentukan ukuran yang
tepat.

Gambar 4.12 Proses Pemasangan Bekisting untuk lean concrete


Pemasangan bekisting yang terbuat dari besi untuk persiapan pengecoran lean
concrete dengan tebal atau tinggi 10 cm.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 12
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.13 Proses Pengecoran Lean Concrete


Pengecoran lean concrete dilakukan dengan cangkul secara manual tidak perlu
menggunakan vibrator karena lean concrete tanpa tulangan dengan tinggi 10 cm.

Gambar 4.14 Proses Perawatan (curing)Lean Concrete


Perawatan (curing) lean concrete dilakukan dengan menutup permukan dengan
lapisan geotex basah dan dilakukan penyiraman setiap 3 kali sehari.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 13
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.4 Pekerjaan Perkerasan Rigid (Rigid Pavement)

4.4.1 Pengertian
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah satu
jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang
cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas
antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada persimpangan
bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton sebagai bahan
perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya diatas permukaan
perkerasan dilapisi asphalt. Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding
perkerasan lentur (asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke
subgrade. Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan (stiffness), akan
mendistribusikan beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri
bagian utama yang menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur
karena dibuat dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan
tidak sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan
seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan sehingga
dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu konstruksi seperti ini juga
dilakukan untuk mencegah terjadinya retak menerus pada perkerasan jika terjadi
keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Salah satu cara yang digunakan untuk
mencegah terjadinya hal diatas adalah dengan cara membuat konstruksi segmen pada
perkerasan kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap segmennya.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 14
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.4.2 Pengamatan di lapangan


Pada Proyek pekerjaan pelebaran lajur ke-4 tol Tangerang-Merak ruas
tol Tangerang Barat-Cikupa pada pengecoran rigid digunakan beton Non Fly
Ash (NFA) f’s 45 dengan nilai slump5 ± 2 (Kelas P). Tulangan yang dipakai
untuk dowel bar adalah tulangan Ø32 dan D16 untuk tie bar.

4.4.3 Lingkup Pekerjaan


1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Pengukuran
3) Pekerjaan Bekisting/Acuan
Persyaratan :
 Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk
menahan beban-beban selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang
terbuat dari baja lurus, harus diuji, dan harus memenuhi persyaratan
bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6,4 mm (1/4 inch)
bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10 ft) dan beban
yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan
lainnya yang mungkin akan bergerak di atasnya.
 Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8
mm (5/16 inch). Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton
yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch).
Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal
rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal
pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
 Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak
melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan
alat pemadat. Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan
harus menonjol keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
 Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan
bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 15
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

3 m (10 ft) panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih
dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang.
 Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem
penguncian untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan
tersebut. Pada lengkungan dengan jari-jari kecil dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau
acuan melengkung.
 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat
karya, maka acuan dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat
menggunakan vibrator perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin
penggetar dan ditarik tenaga manusia). Kayu untuk keperluan ini
dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku dipasang di atasnya,
dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.

A. Pemasangan Acuan

Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti


ketentuan-ketentuan di bawah ini:
 Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen
dan ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang
dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak
pada elevasi yang benar.
 Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat,
sebaiknva dilakukan, dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian
di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali.
Alinyemen acuan baru harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki
memanjang penghamparan beton.
 Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang
tidak stabil, acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup
jauh di depan tempat penghamparan beton sehingga memungkinkan

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 16
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran


penghamparan beton.
 Acuan dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis
pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan
dengan baik menggunakan alat pemadat mesin atau manual. Acuan
harus disangga pada tempatnya, paling sedikit setiap 3 m (10 ft).

B. Pembongkaran Acuan

 Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah


penghamparan beton.
 Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera
dirawat.

4) Pekerjaan Penulangan rigid

A. Tulangan Baja

 Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja


atau batang baja berulir sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar
Rencana.
 Baja tulangan harus merupakan batang baja polos atau berulir grade
U24 atau batang berulir grade U40 sesuai dengan persyaratan Sll
0136-84, kecuali jika disetujui lain atau diperlihatkan lain dalam
Gambar Rencana.
 Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-
persyaratan AASHTO M 55. Tulangan ini harus disediakan dalam
bentuk lembaran-lembaran datar dan merupakan jenis yang
disetujui.
 Batang baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 54. Bagian-
bagiannya harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar Rencana.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 17
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

 Batang baja untuk Ruji (dowel) harus berupa batang bulat biasa
sesuai dengan AASHTO M 31. Batang dowel berlapis plastik yang
memenuhi AASHTO M 254 dapat digunakan.
 Batang pengikat (tie bar) harus berupa batang baja berulir sesuai
dengan AASHTO M 31.

5) Pekerjaan Pengecoran

A. Pembuatan Beton

 Pencampuran dan Penakaran


 Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara
yang ditetapkan dalam BS CP 114.
 Proporsi bahan dan berat penakaran harus sesuai dengan batas-batas
yang diberikan dalam Tabel 4.3.

Ukuran Agregat Rasio Air /


Kadar Semen Minimum
Mutu Beton Maksimum Semen
(kg/m3 dari campuran)
(mm) (terhadap berat)
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
K400 25 0,45 370
19 0,45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

Tabel 4.4 . Batasan proporsi takaran campuran

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 18
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

 Campuran Percobaan
 Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-
bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran-
campuran percobaan dengan menggunakan instalasi dan peralatan
yang sama seperti yang akan digunakan nanti.
 Campuran percobaan dapat dianggap dapat diterima asal
memenuhi semua persyaratan sifat campuran yang ditetapkan
dalam Butir 7.5.3. di bawah ini.

 Persyaratan Sifat Campuran


a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan
dalam Tabel 4.4 ,bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-
03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-
2458-1991 (AASHTO T141).
b. Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan Tabel 4.4.
c. Dengan menggunakan cara pengujian "the third point" kuat lentur
karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm2.
d. Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat
kemudahan pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan
penuh dengan instalasi yang digunakan dengan tanpa pengaliran
yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur dengan
cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan
tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan
dalam batas toleransi ± 20 mm dari slump optimum yang disetujui.
Beton yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut
tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan.
e. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton
di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 4.4., maka
Atika Rizoda Putri (1115020007)
Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 19
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai


penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat
diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan
yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang
disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi
ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton
dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari
kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan
dalam Butir 7.6.2.c.
f. Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Kontraktor
mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran
atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan.
g. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak
boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3
hari saja, perlu analiss teknis.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 20
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2) Slump (cm)


Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder
Mutu Beton
Digetarkan Tidak Digetarkan
15 x 15 x 15 cm 15 cm x 30 cm
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
K600 390 600 325 500 20 – 50 -
K500 325 500 260 400 20 – 50 -
K400 285 400 240 330 20 – 50 -
K350 250 350 210 290 20 – 50 50 – 100
K300 215 300 180 250 20 – 50 50 – 100
K250 180 250 150 210 20 – 50 50 – 100
K225 150 225 125 190 20 – 50 50 – 100
K175 115 175 95 145 30 – 60 50 – 100
K125 80 125 70 105 20 – 50 50 – 100
Tabel 4.5 . Ketentuan sifat campuran

Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 ± 25mm

 Kekuatan beton
 Beton harus mempunyai kekuatan lentur karakteristik sebesar 45
kg/cm2 pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97.
 Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan
karakteristik harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur 28 hari.
 Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur
karakteristik.

 Penyesuaian campuran
a. Penyesuaian sifat kelecakan (workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi
yang semula dirancang, maka Kontraktor akan melakukan perubahan
pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apa
pun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air
/ semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan
cara menambah air atau cara lain tidak diperkenankan. Bahan tambah
Atika Rizoda Putri (1115020007)
Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 21
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

(aditiv) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila


secara khusus telah disetujui.
b. Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau
disetujui, kadar semen harus ditingkatkan.
c. Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh
diiakukan tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu.

 Penakaran agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau pembulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus
telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin
pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

 Pencampuran
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
campuran yang merata dari seluruh bahan.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan
alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air
yang digunakan dalam setiap penakaran.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 22
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

c. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen


yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan
sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan
ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran berlangsung seperempat
bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar
waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

B. Pengendalian mutu di lapangan

 Pengujian untuk kelecakan (workability)


 Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada
setiap takaran beton yang dihasilkan.
 Pengujian kuat tekan
Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian
kuat tekan untuk setiap 60 m3 beton yang dicor. Setiap pengujian
harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada umur 3, 7
dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari
memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-
contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak.
Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3
hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28
hari.

 Pengujian tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton
akhir, meliputi :
 Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau
perangkat penguji lainnya.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 23
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

 Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.


 Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus.

6) Pekerjaan Pemotongan (cutting) segmen

A. Sambungan (Joint)

Joint atau sambungan adalah alat yang digunakan pada perkerasan


kaku untuk menghubungkan tiap segmen pada perkerasan. Berfungsi
untuk mendistribusikan atau menyalurkan beban yang diterima plat
atau segment yang satu ke segment yang lain, sehingga tidak terjadi
pergeseran pada segmen akibat beban dari kendaraan.

Gambar 4.15 Pengaruh Joint Pada Perkerasan Akibat Beban

Ada tiga dasar jenis joint yang digunakan pada perkerasan beton
yaitu, constraction, construction dan isolasi joint, desain yang
diperlukan untuk setiap jenis tergantung pada orientasi joint terhadap
arah jalan (melintang atau memanjang). Faktor yang penting pada
joint adalah berarti secara mekanis menyambungkan plat, kecuali
pada isolasi joint, dengan penyambungan membantu penyebaran
beban pada satu plat ke plat lainnya. Dengan menurunnya tegangan
di dalam beton akan meningkatkan masa layan pada joint dan plat

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 24
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

B. Bahan-bahan untuk Sambungan

a. Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-


persyaratan AASHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut
harus dilubangi untuk dilalui dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar rencana. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus
disediakan dalam bentuk satu kesatuan utuh untuk tebal dan lebar
penuh yang diperlukan untuk sambungan yang bersangkutan kecuali
jika diijinkan lain. Di mana ujung-ujung yang berbatasan
diperkenankan, maka ujung-ujung tersebut harus diikat satu sama
lainnya dan dipertahankan dengan kokoh dan tepat ditempatnya
dengan jepitan kawat (stapling) atau penyambung / pengikat yang
baik lainnya.

b. Bahan penutup sambungan (joint sealant) harus berupa Expandite


Plastic, senyawa gabungan bitumen karet Grade 99 yang dituangkan
dalam keadaan panas, atau bahan serupa yang disetujui. Bahan
sambungan harus sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuat
bahan yang bersangkutan.

7) Pekerjaan Perawatan (curing)

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 25
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.4.4 Tenaga, Alat dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Bekisting
Concrete paver
Mandor
Beton f’s 45
Pekerja Truck molen
Alat grooving
Jidar

Table 4.6 Kebutuhan tenaga, bahan, dan alat pekerjaan Lean Concrete.

4.4.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

a. Setelah pekerjaan lantai kerja (Lean Concrete) dilakukan dan menunggu


umur beton sampai 7 hari maka dapat dilakukan pengecoran rigid di
atasnya, sebelumnya permukaan harus dibersihkan dari kotoran, lumpur,
batu lepas, atau bahan asing lainnya dan diperiksa, kerataan finishing dan
permukaan.
b. Melakukan pemasangan Tie bar yang menyambungkan antara perkerasan
eksisting dengan rigid yang baru. Dengan cara mengebor rigid eksisting,
kemudian memberikan lubang tersebut dengan chemical lalu pasang tie bar.
c. Kemudian lakukan pemasangan bekisting dan penghamparan plastik
pemisah LC dan Rigid serta pemasangan tulangan dowel dan tie barserta
pemasangan wiremesh dan ceker ayam.
d. Setelah proses persiapan bekisting, pelapisan dengan plastik dan
penulangan, setelah itu dapat dilakukan pengecoran. Proses pengecoran
dilakukan melihat suhu lingkungan di lapangan lebih baik dilakukan malam
hari. Sebelum dilakukan pengecoran, beton yang datang harus diuji slump
terlebih dahulu dan diambil sample untuk uji kuat tekan agar sesuai dengan
mix design.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 26
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

e. Pada saat pengecoran harus dibantu dengan alat vibrator agar terpadatkan
sempurna. Setalah itu diratakan 3 kali dan dikasarkan (grooving)
f. Setelah pengecoran selesai dilakukan penyiraman untuk perawatan beton
awal atau disebut curing compound (disempot dengan cairan obat).
g. Beton yang telah dicor lalu ditutup dengan lapisan geotex agar terhindar
dari cahaya matahari langsung dan dilakukan penyiraman dengan air
sebanyak 3 kali sehari sampai umur beton cukup.
h. Beton lalu dipotong per segmennya setelah 7 jam pengecoran.

Gambar 4.16 Proses Penulangan Rigid Pavement.

Penulangan pada rigid terdiri dari tulangan untuk dowel barØ32, tie bar D16 dan
tulangan besi pengisi serta penyangga yang disebut ceker ayam.

Gambar 4.17 Proses Pengecekan Slump pada Truck Molen.


Proses pengecekan slump sebelum pengecoran rigid dengan nilai slump pada beton
yang dibawa oleh truck molen harus sebesar 5 ± 2 (Kelas P).

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 27
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.18 Proses Pengecoran Rigid.


Proses penuangan beton kedalam area kerja yang telah di bekisting dan harus dibantu
dengan alat vibrator agar hasilnya terpadatkan dengan sempurna.

Gambar 4.19 Proses Perataan dan Grooving Rigid.


Proses pemerataan dilakukan sebanyak 3 kali dengan alat concrete paver sampai
hasil permukaan rigid terlihat halus, kemudian dibentuk tekstur garis-garis di lapisan
atas rigid (grooving) .

Gambar 4.20 Proses Curing.


Proses curing dilakukan setelah proses pengecoran selesai untuk perawatan beton
awal (menggunakan cairan obat) .

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 28
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.5 Pengujian CBR (California Bearing Ratio) di Lapangan

4.5.1 Pengertian
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban
penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.Pelaksanaan pengujian CBR
Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011 (Cara Uji CBR Lapangan).Maksud dan
tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui daya dukung tanah dinyatakan
dalam nilai CBR (California Bearing Ratio) dengan satuan % (persen). Data
CBR digunakan sebagai salah satu masukan dalam proses perencanaan jalan
yaitu untuk:

1. Penentuan tebal perkerasan (full depth pavement) untuk bagian jalan


yang direncanakan akan mendapatkan penanganan “pelebaran jalan”;
2. Penentuan tebal lapis ulang (overlay) di atas jalan aspal apabila tidak
dapat disediakan / tidak terdapat data Benkelman Beam;
3. Penentuan tebal perkerasan untuk bagian jalan yang harus direkonstruksi
(seluruh perkerasan lama dibongkar);
4. Penentuan tebal perkerasan jalan baru.

4.5.2 Pengamatan di Lapangan


Pada Proyek Penambahan lajur ke-4 Tol Tangerak-Merak ruas tol
Tangerang Barat-Cikupa, pada pengujian CBR lapangan harus diawasi oleh
seorang konsultan lapangan dan dilaksanakan oleh tiga orang petugas quality.

4.5.3 Lingkup Pengujian CBR


Pengujian ini meliputi:
1. Penentuan lokasi.
2. Mobilisasi Truk dengan beban 12 ton.
3. Pemasangan alat.
4. Pembacaan alat.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 29
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

5. Pendataan hasil pengujian.


6. Pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengujian

4.5.4 Peralatan Pengujian CBR di Lapangan

1. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 12 ton, dilengkapi dengan


swivel head.
2. Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton
(6000 lbs), 5 ton (10.000 lbs).
3. Piston/torak penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
4. Arloji penunjuk (dial) penetrasi untuk mengukur penetrasi dengan
ketelitian 0,01 mm (0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi
propil sepanjang lebih kurang 2,5 meter.
5. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di
tengah dengan berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan
seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang dapat ditambahkan bilamana perlu.
6. Sebuah truck yang dibebani pasir dengan total beban mencapai xxx yang
dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR mekanis.

4.5.5 Pemasangan Alat

1. Truk/alat berat lainnya ditempatkan sedemikan rupa sehingga dapat


dipasang dongkrak CBR mekanis tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh
per kendaraan (jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena
terpengaruh pengenduran gaya oleh per kendaraan)
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston
penetrasi berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.
5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga piston dalam keadaan
vertikal.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 30
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris
dan tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang
disyaratkan
7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah
torak penetrasi sehingga piston penetrasi tepat masuk kedalam lubang
keping beban tersebut.
8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian
rupa sehingga jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat
baja.

4.5.6 Tenaga, Alat dan Bahan

1. Piston penetrasi diturunkan sehingga memberikan beban permulaan


sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-beban
tambahan.
2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial
penetrasi) diatur sehingga menunjuk pada angka nol.
3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan penetrasinya
mendekati kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan
pembebanan ini yang sering terlupa atau tidak terlaksana dengan baik
konsistensi kecepatan penetrasi per menitnya.
4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka
tabel SNI yang direvisi):
 0,3128 mm (0,0125”) 0,32 mm [15 detik]
 0,6200 mm (0,0250”) 0,64 mm [30 detik]
 1,2500 mm (0,0500”) 1,27 mm [60 detik / 1 menit]
 1,8700 mm (0,0750”) 1,91 mm [1 menit 30 detik]
 2,5400 mm (0,1000”) 2,54 mm [2 menit]
 3,7500 mm (0,1500”) 3,81 mm [3 menit]
 5,0800 mm (0,2000”) 5,08 mm [4 menit]
 7,5000 mm (0,3000”) 7,62 mm [6 menit]

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 31
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

 10,1600 mm (0,4000”) 10,16 mm [8 menit]


 12,5000 mm (0,5000”) 12,70 mm [10 menit]

4.5.7 Perhitungan CBR di Lapangan

1. Tentukan beban yang bekerja pada torak.


2. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi.
3. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya.
4. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidakpada keadaan tertentu, kurva
penetrasi dapat berbentuk lengkung ke atas sehingga perlu dikoreksi dan
titik inisial bergeser dari titik nol.

Table 4.7 Grafik pembebanan standar dan


koreksi hasil pembebanan pada pengujian CBR.
5. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa hitungan
berikutnya.
6. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan 0,2 inchi/5,08
mm.
7. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 32
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

 0,71 kg/mm2 (1000 Psi) (untuk penetrasi 0,1 inch atau 2,54 mm )
 1,06 kg/mm2 (1500 Psi) (untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08 mm)

Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi di bawah


0,2 inchi, maka tegangan dasar dapat diinterpolasi. Umumnya CBR
dinyatakan pada penetrasi 0,1 inchiJika CBR pada penetrasi 0,2 inchi
lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka pengujian harus
dilakukan minimal 3 kali pada lokasi yang berdekatan Jika dari 3 hasil
pengujian menunjukkan CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari
CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR
pada penetrasi 0,2 inchi.

Gambar 4.21 Proses perangkaian alat dongkrak CBR mekanis


Perangkaian alat ini dilakukan oleh petugas quality yang akan menguji CBR
lapangan.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 33
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.22 Proses pemasangan alat dongkrak CBR mekanis


Pemasangan alat dongkrak CBR mekanis harus benar dan tegak lurus, serta di beri
beban 12 ton (truk yang berisi pasir).

Gambar 4.23 Proses pembacaan dial.


Proses ini minimal harus dilakukan oleh 3 orang petugas. Petugas pertama memutar
tuas, petugas kedua membaca stopwatch dan petugas ketiga bertugas untuk mencatat
bacaan dial.
Atika Rizoda Putri (1115020007)
Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 34
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.6 Pengujian Profolling Lapangan

4.6.1 Pengertian
Pengujian profolling dilakukan untuk mendapatkan informasi
bawahpermukaan secara mendatar (variasi lateral). Bila suatu perkerasan jalan
tidakmempunyai kekuatan secukupnya secara keseluruhan, maka jalan
tersebut akanmengalami penurunan dan pergeseran, baik pada perkerasan
jalan maupun padatanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan bergelombang
besar dan berlubang,sampai pada akhirnya rusak sama sekali. Perkerasan jalan
harus memenuhi 2syarat, yaitu :
1. Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memikul
beratkendaraan yang akan memakainya.
2. permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari
roda-roda kendaraan, juga terhadap air dan hujan.

4.6.2 Pengamatan di Lapangan


Pada Proyek Penambahan lajur ke-4 Tol Tangerak-Merak ruas tol
Tangerang Barat-Cikupa, pengujian profolling dilakukan pada pekerjaan tanah
yang telah mencapai tahap base A yang akan dilanjutkan pada tahap pekerjaan
lean concrete.

4.6.3 Lingkup Pekerjaan di Lapangan


Pekerjaan ini meliputi:
1. Penentuan Lokasi.
2. Mobilisasi Truk dengan muatan 12 ton.
3. Persiapan petugas quality.
4. Pelaksanaan pengujian profoling.
5. Menandai lokasi yang belum siap untuk tahap selanjutnya.
6. Pencatatan pengujian profoling.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan pengujian profoling.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 35
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.6.1 Tenaga, Alat, dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Quality
Pelaksana Dump Truk
Operator

Table 4.2 Tenaga, Alat, dan Bahan Pengujian Profoling.

4.6.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

1. Menentukan lokasi yang telah siap untuk di uji profolling. (lokasi


pekerjaanjalan yang sudah sampai tahap Base A).
2. Mobilisasi dump truk beserta dengan muatannya yang mencapai 12
ton.
3. Persiapan petugas quality di samping dan di belakang dump truck
untukproses pengamatan.
4. Jalankan mobil dump truck dengan kecepatan 10 km/jam truk
sepanjanglokasi pengujian.
5. Petugas quality mengamati, mencatat dan memberikan tanda pada
bagianjalan yang belum siap untuk tahap selanjutnya. Apabila jalan
tersebut belum siap untuk tahap selanjutnya maka akan terlihat jelas
jejak roda ban dump truk yang melintas. Solusi untuk memperbaiki
pekerjaan tanah tersebutadalah dengan patching ulang atau
penjemuran lapisan tanah lapisan atas kemudian dipadatkan kembali.
6. Petugas quality menentukan pekerjaan tanah yang harus di
patchingdanpekerjaan tanah yang harus di jemur.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 36
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.24 Proses Pengujian Profolling


Proses pengujian profolling di lapangan yang diawasi oleh 2 konsultan lapangan,
seorang pelaksana dan 2 orang petugas quality.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 37
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.7 Pekerjaan Strauss Pile

4.7.1 Pengertian

Strauss pile adalah pekerjaan pondasi dengan cara tanah di bor secara
manual ( penggerak mata bor nya adalah tenaga manusia) hingga kedalaman
tertentu lalu dimasukkan besi tulangan yang telah diinstall kemudian
dituangkan adukan cor hingga penuh Pondasi strauss pile termasuk kategori
pondasi dalam yang masih sejenis dengan pondasi bor pile namun kapasitas
diameter dan kedalaman pengeboran metode ini terbatas karena tenaga
penggerak mata bor nya adalah tenaga manual tanpa bantuan mesin.

4.7.2 Pengamatan di Lapangan

Pada Proyek Penambahan lajur ke-4 Tol Tangerak-Merak ruas tol


Tangerang Barat-Cikupa, pada pekerjaan strauss pile dikerjakan oleh tiga orang
pekerja,satu orang mandor, dan diawasi oleh seorang pelaksana.

4.7.3 Lingkup Pekerjaan Strauss Pile


Pekerjaan ini meliputi:
1. Penentuan lokasi.
2. Mobilisasi alat dan bahan.
3. Setting alat bore pile manual.
4. Proses pengeboran.
5. Pembersihan lubang hasil pengeboran.
6. Pengecoran.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 38
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.7.4 Tenaga, Alat dan Bahan

Tenaga Bahan Alat


Surveyor Tulangan Theodolite
Pekerja Spiral, Air, Excavator
Operator dan Beton. Truck Molen
Bore Pile Manual
Table 4.2 Tenaga, Alat, dan Bahan Strauss Pile

4.7.5 Metode Pelaksanaan Strauss Pile

1. Membuat marking pada titik-titik lokasi yang akan dilakukan pelaksanaan


kegiatan strauss pile

2. Mobilisasi dan setting alat agar sesuai dengan titik-titik yang telah
ditentukan.

3. Predrilling dengan menggunakan bore pile manual.


4. Pengeboran hingga kedalaman rencana. Pengeboran dilakukan dengan
menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai kebutuhan yang memiliki
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg.
5. Penggalian dilakukan dengan Eksavator dan material hasil galian langsung
diangkut keluar lokasi proyek dengan Dump Truck.
6. Pembersihan lubang bor dari lumpur.
7. Pengukuran dasar lubang bor untuk memastikan ukurannya sudah sesuai
rencana dan memastikan lubang bor sudah bersih
8. Kepala strauss pile dicutter sebelum dipotong supaya hasil pemotongan
rapih/tidak rusak.
9. Pemotongan kepala Strauss pile oleh tenaga manusia sampai kelihatan besi
tulangannya.
10. Pemadatan tanah dasar dengan menggunakan stamper.
11. Penghamparan dan pemadatan pasir t = 10 cm.
12. Pengecoran lantai kerja (beton BO).
Atika Rizoda Putri (1115020007)
Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 39
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.25 Proses Marking pada Titik-Titik di Lapangan.


Pembuatan marking dilakukan oleh tim surveyor untuk menentukan titik-titik
pengeboran strauss pile di lapangan.

Gambar 4.26 Pengeboran dengan Bor Pile Manual


Pengeboran dilakukan menggunakan Bor Pile Manual atau alat lain yang
memungkinkan sesuai dengan kondisi di lapangan

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 40
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

Gambar 4.27 Proses Merangkai Tulangan Pondasi


Perangkaian tulangan pondasi yang kemudian akan dimasukkan ke lubang hasil
pengeboran.

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 41
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Proyek Pekerjaan Penambahan Lajur ke 4 Tol Tangerang – Merak
Ruas Tangerang Barat - Cikupa
Paket 1 (STA 26+039 – 28+500)

4.8 Pekerjaan dinding abutment (breast wall)

4.8.1 Pengertian

Atika Rizoda Putri (1115020007)


Muhammad Arif Wicaksono (1115020022) 42

Anda mungkin juga menyukai