Hepatitis B Pada Kehamilan
Hepatitis B Pada Kehamilan
II.1. Hepatitis
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh banyak hal
namun yang terpenting diantaranya adalah karena infeksi virus-virus hepatitis.Virus-
virus ini selain dapat memberikan peradangan hati akut, juga dapat menjadi
kronik.Virus-virus hepatitis dibedakan dari virus-virus lain yang juga dapat
menyebabkan peradangan pada hati oleh karena sifat hepatotropik virus-virus
golongan ini. Pertanda adanya kerusakan hati (hepatocellular necrosis) adalah
meningkatnya transaminase dalam serum terutama peningkatan alanin
aminotransferase (ALT) yang umumnya berkorelasi baik dengan beratnya nekrosis
pada sel-sel hati.
Hepatitis kronik dibedakan dengan hepatitis akut apabila masih terdapat tanda-
tanda peradangan hati dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan. Virus-virus hepatitis
penting yang dapat menyebabkan hepatitis akut adalah virus hepatitis A (VHA), B
(VHB), C (VHC) dan E (VHE) sedangkan virus hepatitis yang dapat menyebabkan
hepatitis kronik adalah virus hepatitis B dan C.
diperantarai imun. Langkah pertama dalam proses hepatitis virus akut adalah infeksi
hepatosit oleh HBV, menyebabkan munculnya antigen virus pada permukaan sel.
Yang paling penting dari antigen virus ini mungkin adalah antigen nukleokapsid,
HBcAg dan HbeAg, pecahan produk HBcAg, Antigen-antigen ini, bersama dengan
protein histokompatibilitas (MHC) mayor kelas I, membuat sel suatu sasaran untuk
Untuk memungkinkan hepatosit terus terinfeksi, protein core atau protein MHC kelas
I tidak dapat dikenali, limfosit sitotoksik tidak dapat diaktifkan, atau beberapa
Agar infeksi dari sel ke sel berlanjut, beberapa hepatosit yang sedang mengandung
Walaupun mekanisme cedera hati yang tepat pada infeksi HBV tetap tidak
pasti dan ini tetap harus dijelaskan, Pada pemeriksaan protein nukleokapsid dengan
toleransi imunologik yang besar terhadap bayi HBV bayi yang lahir dari ibu dengan
infeksi HBV kronik yang sangat replikatif (HBeAg-positif). Pada tikus transgenik
pertama kali dalam kehidupan, status imunologik tidak terjadi, dan diperpanjang,
Mekanisme cedera hati akibat HBV tetap tidak pasti, kerusakan jaringan
dalam manifestasi ekstrahepatik dari hepatitis B akut. Sindroma mirip penyakit serum
prodormal yang diamati pada hepatitis B akut tampak berhubungan dengan deposit
dalam dinding pembuluh darah jaringan dari kompleks imun yang bersirkulasi
angioderma, demam, dan artritis.Selama prodormal dini infeksi HBV pada pasien ini,
HBsAg titer tinggi dalam hubungannya dengan jumlah anti-HBs yang sedikit
artritis penyakit tersebut dan juga dapat dideteksi dalam kompleks imun yang
HBs, IgG, IgM, IgA, dan fibrin.Sesudah pasien pulih dari sindrome-mirip penyakit
Mutasi HBV lebih sering daripada untuk virus DNA biasa dan sederetan strain
mutan telah dikenali. Yang paling penting adalah mutan yang menyebabkan kegagalan
Manifestasi Klinis
clearance, fase non replikasi (karier inaktif), dan reaktivasi. Pasien yang sudah
terinfeksi sejak lahir biasanya mempunyai kadar DNA serum yang tinggi tanpa
manifestasi hepatitis aktif. Fase ini disebut fase imunotoleran. Fase immune clearance
histologi, dan lisis hepatosit. Fase non replikasi merupakan fase dimana terjadi
serokonversi HBeAg menjadi anti-HBe.Pada fase ini DNA virus hanya dapat
dengan atau tanpa serokonversi HBeAg, disertai peningkatan ALT. Mutasi pada
Hepatitis B akut Masa inkubasi dari beberapa minggu sampai 6 bulan, tergantung
dari jumlah replikasi virus. Hanya 30% pasien yang disertai ikterus. Infeksi akut
biasanya ditandai dengan serum sickness pada 10-20% kasus, dengan demam,
artralgia, artritis, dan kemerahan pada kulit. Ikterus akan hilang dalam waktu 1-3
bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kelelahan kronik meskipun kadar ALT telah
kembali normal. Pada umumnya kadar ALT dan HBsAg akan menurun dan hilang
bersamaan; 80% kasus HBsAg hilang dalam 12 minggu setelah sakit. Kadar
aminotransferase yang tinggi mencapai 1000-2000 IU/l sering terjadi, dimana ALT
lebih tinggi daripada AST. Hepatitis fulminan terjadi pada kurang dari 1% kasus,
biasanya terjadi dalam waktu 4-8 minggu setelah gejala, dan berhubungan dengan
Hepatitis B kronik Gejala yang paling sering adalah kelelahan, anoreksia, dan
malaise. Kadang-kadang juga disertai nyeri ringan pada abdomen kanan atas.
Hepatitis B kronik dapat tidak bergejala. Bila terdapat sirosis hati, reaktivasi infeksi
dapat disertai dengan ikterus dan gagal hati. Selain itu dapat pula disertai manifestasi
klinis ekstrahepatik.
HBsAg muncul di serum 2-10 minggu setelah paparan virus dan sebelum
setelah beberapa minggu diikuti munculnya antibody anti-HBs. Anti-HBs dapat tidak
25%.
Antibodi terhadap komponen inti (anti HBc) terdeteksi pada infeksi akut,
kronik, maupun eksaserbasi.Selama infeksi akut, IgM anti-HBc terdeteksi selama 4-6
bulan setelah episode hepatitis akut dan jarang betahan sampai 2 tahun.Antigen e
HBeAg biasanya hilang setelah enzim dalam serum mencapai kadar maksimal.
Infeksi virus Hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intak
menyebabkan infeksi akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik. Namun sebaliknya,
95% neonatus yang terinfeksi akan menjadi Hepatitis B kronik. Pada orang dewasa,
gagal hati fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi pada kurang dari 1%
kasus.Survival spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar
20%.Infeksi Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari
6 bulan. Sekitar 1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami
Infeksi pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan
infeksi pada anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik. Hepatitis B kronik
dapat menjadi sirosis hati dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan
Bukti klinis pertama infeksi HBV adalah kenaikan (ALT, SGPT), yang mulai
naik tepat sebelum perkembangan kelesuan (letargi), anoreksia dan malaise, sekitar 6-
dengan prodormal seperti penyakit serum termasuk artritis atau lesi kulit, termasuk
urtikaria, ruam purpura, makular atau makulopapular.Akrodermatitis papular, sindrom
Pada perjalanan penyembuhan infeksi HBV yang biasa, gejala-gejala muncul selama
6-8 minggu.
.
Konsentrasi VHB dalam berbagai cairan tubuh dapat dibagi dalam 3 kategori
yaitu :
konsentrasi tinggi (darah, serum, eksudat luka)
sedang (semen, cairan vagina, saliva)
rendah (urine, feses, keringat, air mata, air susu).
VHB 100 kali lebih infeksius daripada HIV dan paling sering mengenai usia 15-39
tahun. Penularan VHB dapat melalui kontak seksual (± 25 %), parenteral seperti jarum
suntik, dan penularan perinatal melalui kontak darah ibu penderita kronis dengan
membran mukus janin. Secara umum penularan VHB melalui jalur sbb:
Kontak seksual yang tidak aman baik pervaginal ataupun anal dengan penderita
dengan HbsAg positif.
Melalui oral seks dengan penderita HbsAg positif yaitu melalui saliva yang sama
infeksiusnya dengan cairan alat genital.
Kontak darah dengan penderita HbsAg positif seperti; jarum suntik, tranfusi
darah,dsb.
Transmisi Ibu-anak baik selama kehamilan, saat persalinan maupun waktu menyusui.
Transmisi dapat diturunkan dengan memberikan vaksinasi, dimana bayi yang
dilahirkan dari ibu yang infeksius diberikan imunoglobulin dalam 24 jam pertama
sebelum disusui. Hanya bayi yang dapat vaksinasi yang boleh disusui oleh ibu yang
infeksius.
II.4.3. Pencegahan
Pencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan aktifitas
seksual yang aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan yang mempergunakan
alat seperti jarum, siringe, filter, spons, air dan tourniquet, dsb, tidak memakai
bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi darah seperti sikat gigi, gunting kuku, dsb,
memakai pengaman waktu kerja kontak dengan darah, dan melakukan vaksinasi
untuk mencegah penularan.
Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi
adalah sbb :
1. Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari
Berikan vaksin VHB kedalam m.deltoideus. Tersedia 2 monovalen vaksin VHB
untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu Recombivax HB dan Engerix-B. Dosis
HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM pada lengan kontralateral.
Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka mukosa, dosis
kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.
2. Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB
Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah
dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure dengan
vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.
Wanita hamil dengan karier VHB dianjurkan memperhatikan hal-hal sbb :
Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan hepatotoksik seperti asetaminophen
Jangan mendonorkan darah, organ tubuh, jaringan tubuh lain atau semen
Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah seperti sikat
gigi,dsb.
Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium bahwa dirinya
penderita hepatitis B carier.
Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B dalam 1
minggu setelah lahir, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
Konsul teratur kedokter
Periksa fungsi hati.
Pilihan persalinan
Pilihan persalinan dengan Seksio sesaria telah diusulkan dalam menurunkan
resiko transmisi VHB dari ibu kejanin. Walaupun dari penelitian para ahli cara
persalinan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna dalam transmisi VHB dari
ibu ke janin yang mendapatkan imunoprofilaksis. ACOG tidak merekomendasikan SC
untuk menurunkan transmisi VHB dari ibu ke janin. Pada persalinan ibu hamil dengan
titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau HbeAg positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara
persalinan (Surya,1997).
II.4.4 Terapi
Terapi infeksi akut VHB adalah supportif. Terdapat 4 jenis obat dalm
mengobati hepatitis B kronik yaitu interferon (IFN), Pegylated-interferon, Lamivudin
(3TC) dan Adefovir. Obat-obatan ini efektif pada 40-45 % pasien. Jika infeksi terjadi
dalam fase inisial dapat diberikan Imunoglobulin hepatitis B sebagai profilaksis post-
eksposure. Interferon tidak diketahui mempunyai efek samping terhadap embrio atau
fetus. Data yang ada sangat terbatas tapi penggunaan interferon dalam kehamilan
mempunyai resiko yang lebih berat.
Tidak ada data yang mendukung fakta efek teratogenik lamivudin. Lamivudin
telah digunakan pada kehamilan lanjut sebagai usaha mencegah transmisi perinatal
VHB.
BAB III
KESIMPULAN