Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER DAN TUGAS

ETNOGRAFI PAPUA

Dosen Pengampu : Dr. AGUS DUMATUBUN, M.Si

NAMA : ADFI KHALID

NIM : 2019072014018

PEMINATAN : KESLING ( TUBEL )

SEMESTER : LIMA (V)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2019
TUGAS DAN UJIAN MID.

1. Tugas menginventarisir penyakit dan cara pengobatan tradisional dengan cara


pengobatannya.
a. Bunga Kembang Sepatu Sungsang (Hibiscus schizopetalus)
Bahan kimia yang terkandung dalam tanaman obat keluarga ini masih belum
banyak diketahui. Efek farmakologis yang dimiliki ole bunga kembang sepatu
sungsang di antaranya antiradang (antiinflamasi), menghilangkan pembengkakan,
mengeluarkan nanah, dan menumbuhkan sel baru.
Daun yang digunakan dalam keadaan segar mempunyai khasiat secara
farmakologis untuk mengobati bisul (furunculus), abses, radang ginjal (nephritis),
bengkak, radang kulit bernanah (pioderma), rematik arthritis, dan radang sendi.
b. Tanaman Obat Tapak Dara (Catharantus roseus)
Tapak darah sedikit pahit rasanya, sejuk, agak beracun (toksik). Herba
berkhasiat mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (dibetes
miletus), kencing sedikit (oliguria), hepatitis, perdarahan akibat turunnya jumlah
trombosit (primary thrombocytopenic purpura), malaria, sukar buang air besar
(sembelit) dan kanker. Akar berkhasiat mengatasi haid tidak teratur.
Cara pemakaiannya adalah dengan merebus herba 6 -15 gram dalam 5 gelas
air hingga tersisa 2 gelas dengan api kecil. Setelah dingin, saring dan minim
beberapa kali hingga habis dalam sehari. Untuk penyakit kanker, gunakan obat
suntiknya. Untuk pemakaian luar, sediakan daun segara dan beras secukupnya lalu
tumbuk halus sampai menjadi adonan seperti bubur. Balurkan di luka yang
tersiram air panas.
c. Khasiat Tembelekan (Lantana camara)
Akar tembelekan rasanya tawar dan sejuk. Tembelekan berkhasiat sebagai
pereda demam (antipiretik), penawar racun (antioksin), penghilan nyeri
(analgesik) dan penghenti pendarahan (hemostatis).
Daunnya tanaman tembelekan rasanya pahit, berbau, sejuk dan juga sedikit
beracun (toksik), mempunyai khasiat dalam mengatasi gatal-gatal pada kulit,
menghilangkan bengkak, antitoksik, dan perangsang terjadinya muntah.
Sementara itu bunganya memiliki rasa yang manis serta memiliki khasiat dalam
menghentikan terjadinya pendarahan.
d. Beluntas (Pluchea indica L. Lees)
Beluntas adalah salah satu tanaman obat yang memiliki rasa getir dan bau
khas. Beberapa bahan kimia yang terkadang dalam beluntas di antaranya adalah
alkaloid dan minyak atsiri. Efek farmakologis yang dikandung daun beluntas
berkhasiat meningkatkan nafsu makan serta membantu kelancaran pencernaan
e. Sirih (Piper bettle)
Air rebusan tanaman obat ini (daun sirih) dipercaya dapat menghilangkan bau
mulut jika dikumur-kumur. Khasiat daun sirih lainnya adalah dapat mengurangi
jerawat apabila diabasuk ke muka. Sementara jika daun sirih dikonsumsi bersama
pinang dan juga kapur juga dipercaya dapat menguatkan gigi sehingga tidak
mudah tanggal.
f. Tanaman Obat Brotowali (Tinospora crispa)
Brotowali banyak digunakan sebagai obat alami penambah nafsu makan. Cara
menyiapkannya adalah 3 helai daun brotowali, batang 30 gram, dan air 2.000 cc.
Mula-mula daun dan batang dibersihkan. Setelah itu, batang dan daun direbus
dengan air. Minumlah air rebusannya 1 gelas perhari.
Penyakit lain yang bisa diobati dari batang tanaman brotowali adalah
reumatik, memar, demam kuning, dan kencing manis.
g. Daun Dewa (Gynura procumbens)
Penggunaan daun dewa sebagai salah satu tanaman obat keluarga di antaranya
adalah untuk mengatasi kutil. Cara pemakaiannya yaitu lima lembar daun dewa
dipetik, lalu ditumbuk sampai halus. Daun yang telah dihaluskan lalu
dilekatkan/ditaburkan pada area kulit yang berkutil, setelah itu dibalut sampai
melekat erat. Diamkan ramuan selama seharian penuh lalu pada keesokan harinya.
Sebatang tanaman daun dewa yang direbus dan diminum airnya dipercaya
mampu menyembuhkan banyak penyakit sekaligus, misalnya perdarahan pada
wanita, payudara bengkak, batuk, dan muntah darah.
h. Gandarusa (Justicia gendarussa)
Penyakit yang bisa diobati oleh tanaman gandarusa adalah sakit kepala,
rematik, dan terkilir.
Cara menggunakannya yaitu pertama-tama daun yang segar dibuat layu lalu
ditambah minyak kelapa di atas api kecil, setelah hangat ditempelkan pada kulit
yang memar atau terkilir. Sementara untuk sakit kepala, beberapa daun segar
dihaluskan lalu ditambah beberapa butir lada dan air secukupnya hingga terbentuk
pasta. Borehkan pada pelipis dan dahi.
i. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Bagian tanaman obat keluarga ini yang bisa dimanfaatkan adalah rimpang.
Rimpangnya mengandung zat tepung, kurkumin, dan minyak atsiri. Keluhan yang
dapat diatasi di antaranya yakni anemia, jerawat, sebagai antimikroba,
antiinflamasi, meningkatkan nafsu makan antikolesterol, antioksidan, dan untuk
mencegah munculnya kanker.
Cara menggunakannya adalah rimpang digunakan sebagai obat lulur maupun
dijadikan minuman sehat.
j. Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
Kandungan kimia cocor bebek antara lain zat asam lemon, zat asam apel,
vitamin C, quercetin-3-diarabinoside, kaemferol-3-glikoside, dan tanin. Anggota
famili Crassulaceae itu bersifat agak asam, bau lemah, dan dingin. Khasiatnya
sebagai antiradang, menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan dan
mempercepat penyembuhan.
Seluruh bagian tanaman herbal yang segar ini bisa dimanfaatkan sebagai
tanaman obat keluarga untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti nyeri
lambung dan diare, muntah darah, rematik, disentri, diare dan demam, serta masih
banyak lagi penyakit lainnya yang bisa diatasi.
k. Tanaman Herbal Pule (Alstonia scholaris)
Manfaat pule pandak di antaranya sebagai penenang, menurunkan tekanan
darah (hipotensif), melancarkan sirkulasi, menghilangkan sakit, menurunkan
panas dalam dan panas lever, antiradang, simpatolitik, serta berefek langsung pada
hipotalamus dan saraf simpatis periver.
Batang dan daun pule pundak memiliki efek farmakologis menolak angin,
menurunkan tekanan darah, dan melancarkan darah beku. Akar, batang dan daun
pule pundak dapat digunakan sebagai bahan herbal.
l. Pegagan (Centella asiatica)
Tanaman obat keluarga ini (pegagan) berkhasiat untuk mengobati penyakit
wasir. Caranya yakni, lima tumbuhan pegagan diambil beserta akarnya. Setelah
dibersihkan,potong-potonglah tanaman ini. Masukkan potongan tanaman kedalam
wadah berisi secangkir air panas, lalu didihkan selama 5 menit.
Dinginkan airnya, lalu minum sedikit demi sedikit. Satu cangkir ramuan
tersebut dihabiskan untuk sehari.
m. Tanaman Obat Keluarga Kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
Kumis kucing memiliki rasa sedikit rasa pahit, agak asin, sepat, dan bersifat
sejuk. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kumis kucing, di antaranya
zat samak, minyak atsiri, orthosiphonglikosida, minyak lemak, saponin,
sapofonin, garam kalium (0,6 – 3,5%), dan myoinositol.
Sementara itu, kumis kucing juga mempunyai beberapa efek farmakologis, di
antaranya menghancurkan batu di saluran kencing, diuretik (peluruh air seni) dan
antiradang. Seluruh bagian kumis kucing dapat dimanfaatkan untuk mengobati
beberapa penyakit seperti batu kandung empedu, bengkak kandung kemih encok,
infeksi kandung kemih (batu dalam kandung kemih).
n. Kunyit (Curcuma domestica)
Cincau kunyit asam berpotensi menambah klorofil, vitamin, dan mineral
terutama dari umbi kunyit. Kunyit mengandung minyak atsiri dan kurkuminoid.
Mintyak atsiri terdiri atas senyawa seskuiter penalkohol, turmeron, dan
zingiberen. Kurkuminoid terdiri atas kurkumin, demotoksikurkumin, dan
bisdimetoksikurkumin.
Selain itu juga mengandung lemak,protein, pati, vitamin C, serta garam-garam
mineral. Kunyit bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit, benkak, rematik,
sakit maag, sakit kuning, sakit limpa dan sebagainya.
o. Tanaman Herbal Lengkuas (Alpinia galanga)
Rhizomnya bersifat antibakteri, antikulat, antiprotozoa, dan mengeluarkan
dahak. Minyaknya bersifat racun lalat. 1-asetoksicavikol dan 1-asetoksieugenol
bersifat antitumor kepada mencit dan antiulser kepada tikus.
Borneol dapat menyebabkan bengkak dan sakit hidung, kerongkongan, kulit,
mata dan paru-paru. Ia juga dapat meyebabkan sakit kepala, ruam, muntah, dan
pitam. Terpinen-4-ol bersifat antibakteria terhadap berbagai jenis penyakit dan
antikulat.
p. Lidah buaya (Aloe vera)
Berdasarkan hasil penelitian, daun lidah buaya dapat berfungsi sebagai
antiinflamasi, antijamur, antibakteri dan regenerasi sel. Di samping itu, lidah
buaya bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah, menstimulasi
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan
sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV.
Penggunaannya dapat berupa gel dalm bentuk segar atau dalam bentuk bahan
jadi (kapsul, jus, pasta atau makanan dan minuman segar kesehatan). Bunga dan
akar lidah buaya juga memiliki khasiat sebagai obat cacing dan susah buang air
besar (sembelit).
q. Bunga Melati (Jasminum sambac)
Melati mengandung senyawa-senyawa unsur kimia yang besar manfaat untuk
pengobatan. Kandungan kimia yang ada tersebut antara lain indol, benzil,
livalylacetaat.
Khasiat dan manfaat pengobatan di antaranya adalah menghentikan ASI yang
keluar berlebihan, mengatasi sakit mata (mata merah atau belek), bengkak akibat
serangan lebah, demam dan sakit kepala, serta sesak napas.
r. Mengkudu (Morinda citrifolia)
Buah mengkudu mengandung beberapa senyawa yang terbukti mampu
mengobati berbagai penyakit. Di antaranya soranyidiol, asam kapril, morinda diol,
morindon, damnacanthal, dan metil asetil.
Uji praklinis Direktorat Tekhnologi Farmasi dan Medika BPPT menunjukkan
bahwa tikus (percobaan) yang diberi dua sendok sari buah tanaman obat keluarga
ini perhari akan mengalami penurunan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol.
s. Meniran (Philanthus urinaria)
Khasiat meniran yang paling populer di masyarakat adalah keampuhan dalam
mengatasi asam urat, Jika diperhatikan, hampir semua produk-prosuk herbal anti
asam urat mengguakan meniran sebagai salah satu bahan dasarnya.
Berbagai sumber kesehatan menyatakan bahwa meniran bagian pada meniran
bermanfaat untuk pengobatan penyakit, seperti penurun panas, pereda batuk, dan
pelindung organ hati.
t. Tanaman Obat Keluarga ‘Nona Makan Sirih’ (Clerodendrum thomsonae)
Tanaman nona makan sirih merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh
memanjat atau merambat dengan tinggi 2 – 5 meter. Tanaman ini mempunyai
ranting muda yang bentuknya persegi empat. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk
bulat telur memanjang, ujung runcing dan tepi merata.
Bunga muncul dari ujung ranting dan ketiak daun, dalam rangkaian yang
bersifat rasemosa, dan berwarna merah berseludung putih kekuningan.
2. Tugas ujian Mid. Wawancara dan inventarisir satu suku bangsa Papua (ibu-ibu)
ibu hamil. Bersalin, nifas. (Konsep, Pantangan, Pengobatan/Jenis ramuan,
pelaku) sebutan asli dicantumkan.
Orang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan
mereka masing-masing terhadap berbagai penyakit demikian halnya pada kasus
tentang kehamilan, persalinan, dan nifas berdasarkan persepsi kebudayaan mereka.
Akibat adanya pandangan tersebut di atas, maka orang Papua mempunyai beberapa
bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan cara apa dilakukan
pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
perdarahan, pembengkakan kaki selama hamil, berdasarkan pandangan kebudayaan
mereka. Sebagai ilustrasi dapat disajikan beberapa contoh kasus pada orang Papua (
Orang Hatam, Sough, Lereh, Walsa, Moi Kalabra). Hal yang sama pula ada pada suku
bangsa-suku bangsa Papua lainnya, tetapi secara detail belum dilakukan penelitian
terhadap kasus ibu hamil, melahirkan, dan nifas pada orang Papua.
Interpretasi Sosial Budaya Orang Hatam dan Sough tentang Ibu hamil,
melahirkan, nifas, didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan kebudayaan mereka
secara turun temurun. Hal ini jelas didasarkan atas perilaku leluhur dan orang tua
mereka sejak dahulu kala sampai sekarang. Bagi orang Hatam dan Sough, kehamilan
adalah suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu harus taat pada
pantangan-pantangan secara adat, dan bila dilanggar akan menderita sakit. Bila ada
gangguan pada kehamilan seorang ibu, biasanya dukun perempuan (Ndaken) akan
melakukan penyembuhan dengan membacakan mantera di air putih yang akan
diminum oleh ibu tersebut. Tindakan lain yang biasanya dilakukan oleh Ndaken
tersebut juga berupa, mengurut perut ibu hamil yang sakit. Sedangkan bila ibu hamil
mengalami pembengkakan pada kaki, berarti ibu tersebut telah melewati tempat-
tempat keramat secara sengaja atau pula telah melanggar pantangan-pantangan yang
diberlakukan selama ibu tersebut hamil. Biasanya akan diberikan pengobatan dengan
memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum ibu tersebut. Juga
dapat diberikan pengobatan dengan menggunakan ramuan daun abrisa yang
dipanaskan di api, lalu ditempelkan pada kaki yang bengkak sambil diuruturut. Ada
juga yang menggunakan serutan kulit kayu bai yang direbus lalu airnya diminum.
Disini posisi seorang dukun perempuan atau Ndaken sangatlah penting, sedangkan
dukun laki-laki tidak berperan secara langsung. Bagaimana persepsi orang Hatam dan
Sough tentang perdarahan selama kehamilan dan setelah melahirkan ? Hal itu berarti
ibu hamil telah melanggar pantangan, suaminya telah melanggar pantangan serta
belum menyelesaikan masalah dengan orang lain atau kerabat secara adat. Bila
perdarahan terjadi setelah melahirkan, itu berarti pembuangan darah kotor, dan bagi
mereka adalah suatu hal yang biasa dan bukan penyakit. Bila terjadi perdarahan, maka
Ndaken akan memberikan air putih yang telah dibacakan matera untuk diminum oleh
ibu tersebut. Selain itu akan diberikan ramuan berupa daun-daun dan kulit kayu
mpamkwendom yang direbus dan airnya diminum oleh ibu tersebut. Bila terjadi
pertikaian dengan kerabat atau orang lain, maka suaminya secara adat harus meminta
maaf. Di sini peranan dukun perempuan (ndaken) dan dukun laki-laki (Beijinaubout,
Rengrehidodo) sangatlah penting.Persalinan bagi orang Hatam dan Sough adalah
suatu masa krisis. Persalinan biasanya di dalam pondok (semuka) yang dibangun di
belakang rumah. Darah bagi orang Hatam dan Sough bagi ibu yang melahirkan adalah
tidak baik untuk kaum laki-laki, karena bila terkena darah tersebut, maka akan
mengalami kegagalan dalam aktivitas berburu. Oleh karena itu, seorang ibu yang
melahirkan harus terpisah dari rumah induknya. Posisi persalinan dalam bentuk
jongkok, karena menurut orang Hatam dan Sough dengan posisi tersebut, maka bayi
akan mudah keluar. Pemotongan tali pusar harus ditunggu sampai ari-ari sudah
keluar. Apabila dipotong langsung, maka ari-ari tidak akan mau keluar.
Bagi orang Kaureh yang berada di kecamatan Lereh, juga mempunyai
interpretasi tentang ibu hamil, melahirkan dan nifas berdasarkan pemahaman
kebudayaan mereka. Orang Kaureh melihat kehamilan sebagai suatu masa krisis,
dimana penuh resiko dan secara alamiah harus dialami oleh seorang ibu, untuk itu
perlu taat terhadap pantangan-pantangan dan aturan-aturan secara adat. Bila
melanggar, ibu hamil akan memderita sakit dan bisa meninggal. Biasanya bila
seorang ibu hamil mengalami penderitaan (sakit), akan diberikan ramuan berupa air
putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum. Yang lebih banyak berperan
adalah kepala klen atau ajibar/pikandu.
Sedangkan bila seorang ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, itu
berati ibu tersebut telah melewati tempat-tempat terlarang atau keramat. Di samping
itu pula bisa terjadi karena buatan orang dengan tenung/black magic, atau terkena
suanggi. Pengobatannya dengan cara memberikan air putih yang telah dibacakan
mantera untuk diminum, atau seorang dukun/kepala klen (ajibar/Pikandu) akan
mengusirnya dengan membacakan mantera-mantera. Apabila seorang ibu hamil
mengalami perdarahan dan setelah melahirkan mengalami perdarahan, itu bagi
mereka adalah suatu hal yang biasa saja. Perdarahan berarti pembuangan darah kotor,
dan bila terjadi banyak perdarahan berarti ibu tersebut telah melanggar
pantanganpantangan secara adat dan suami belum menyelesaikan persoalan dengan
kerabat atau orang lain. Untuk itu biasanya ajibar/Pikandu memberikan ramuan
berupa air putih yang telah dibacakan mantera yang diminum oleh ibu tersebut. Untuk
masalah pertikaian maka suami harus meminta maaf secara adat pada kerabat dan
orang lain. Sedangkan persalinan bagi orang Kaureh adalah suatu masa krisis, dan
persalinan harus dilakukan di luar rumah dalam pondok kecil di hutan karena darah
sangat berbahaya bagi kaum laki-laki. Posisi persalinan dengan cara jongkok, karena
akan mudah bayi keluar. Pemotongan tali pusar biasanya setelah ari-ari keluar baru
dilaksanakan, sebab bila dipotong sebelumnya maka ari-ari akan tinggal terus di
dalam perut.
Bagaimana orang Walsa yang berada di kecamatan Waris daerah perbatasan
Indonesia dan Papua Niguni. Mereka juga mempunyai kepercayaan tentang
kehamilan, persalinan dan nifas yang didasarkan pada pemahaman kebudayaan
mereka secara turun temurun. Bagi orang Walsa, kehamilan adalah kondisi ibu dalam
situasi yang baru, dimana terjadi perubahan fisik, dan ini bagi mereka bukan suatu
kondisi penyakit. Sebagaimana dengan kelompok suku bangsa yang lain, mereka juga
percaya bahwa untuk dapat mewujudkan seorang ibu hamil sehat, maka harus
menjalankan berbagai pantangan-pantangan. Namun demikian kadangkala bila ibu
mengalami sakit bisa terjadi karena adanya gangguan dari luar seperti terkena roh
jahat, atau buatan orang lain yang tidak senang dengan keluarga tersebut. Untuk
mengatasi gangguan tersebut biasanya dukun (Putua/ Mundklok) akan membantu
dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau
dengan memberikan ramuan daun-daun yang direbus lalu diminum ibu hamil tersebut.
Sedangkan bila terjadi pembengkakan pada kaki, berarti ibu hamil telah melanggar
pantangan, menginjak tempattempat keramat, terkena roh jahat, dan suami belum
melunasi mas kawin. Untuk mengatasi masalah tersebut, dukun akan memberikan air
putih yang dibacakan mantera untuk diminum, sedangkan untuk mas kawin, maka
suami harus lunasi dahulu kepada paman dari istrinya. Sedangkan bila terjadi
perdarahan selama hamil dan setelah bersalin, bagi orang Walsa itu hal biasa saja,
karena terjadi pembuangan darah kotor, atau ibu telah melanggar pantangan secara
adat, suami belum melunasi mas kawin dan ibu terkena jampi-jampi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, biasanya dukun Putua/ Mundklok akan menyarankan untuk
menyelesaikan mas kawin, dan juga diberikan ramuan daun-daun untuk diminum.
Bagi orang Walsa persalinan adalah suatu masa krisis, untuk itu tidak boleh
melanggar pantangan adat. Dahulu melahirkan di pondok kecil (demutpul) yang
dibangun di hutan, karena darah bagi kaum laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena
darah dari ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami banyak kegagalan dalam
usaha serta berburu. Dalam proses persalinan biasanya dibantu oleh dukun
Putua/Mundklok, tetapi disamping itu ada bantuan juga dari dewa Fipao supaya
berjalan dengan baik. Proses persalinan dalam kondisi jongkok, biar bayi dengan
mudah dapat keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari keluar.
Orang Moi Kalabra yang berada di kecamatan Wanurian dan terletak di hulu
sungai Beraur Sorong mempunyai persepsi juga terhadap kehamilan, persalinan dan
nifas bagi ibu-ibu berdasarkan kepercayaan kebudayaan mereka secara turun temurun.
Kehamilan bagi mereka adalah si ibu mengalami situasi yang baru dan bukan
penyakit. Untuk itu ibu tersebut dan suaminya harus menjalankan berbagai
pantangan-pantangan terhadap makanan dan kegiatan yang ditata secara adat. Mereka
juga percaya bila ada gangguan terhadap kehamilan, itu berarti ibu dan suaminya
telah melanggar pantangan, di samping itu pula ada gangguan dari roh jahat atau
buatan orang (suanggi). Untuk mengatasi hal tersebut, dukun laki-laki (Woun) dan
dukun perempuan (Naredi Yan Segren) atau Biang akan membantu dengan air putih
yang dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan menggunakan jimat tertentu
mengusir roh jahat atau gangguan orang lain (suanggi). Pembengkakan pada kaki ibu
hamil berarti melanggar pantangan, terekan roh jahat, disihir orang lain dan suami
belum melunasi mas kawin, serta menginjak tempat-tempat keramat. Sedangkan
apabila terjadi perdarahan pada waktu hamil dan setelah melahirkan itu adalah suatu
hal biasa, karena membuang darah kotor. Bila terjadi banyak perdarahan berati ibu
tersebut melanggar pantangan serta disihir oleh orang lain. Untuk itu maka akan
diberikan ramuan daun-daun dan kulit kayu yang direbus lalu diminum. Kadang
diberi daun jargkli, bowolas pada tempat yang sakit oleh dukun Woun atau Naredi
Yan Segren, Biang. Adapun persalinan merupana suatu masa krisis untuk itu tidak
boleh melanggar pantangan adat. Biasanya proses persalinan dilakukan dalam pondok
kecil yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum pria adalah berbahaya, bisa
mengakibatkan kegagalan dalam berburu. Posisi persalinaan biasanya dalam kondisi
jongkok karena bayi akan mudah keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari telah
keluar. Untuk membantu persalinan biasanya dukun akan memberikan ramuan daun-
daun yang diminum dan pada bagian perut dioles dengan daun jargkli, gedi, jarak,
kapas, daun sereh untuk menghilangkan rasa sakit dan proses kelahiran dapat berjalan
cepat. Semua kegiatan persalinan dibantu oleh dukun perempuan (Naredi Yan
Segren).

Anda mungkin juga menyukai