1. Tugas menginventarisir penyakit dan cara pengobatan tradisional dengan cara
pengobatannya. a. Bunga Kembang Sepatu Sungsang (Hibiscus schizopetalus) Bahan kimia yang terkandung dalam tanaman obat keluarga ini masih belum banyak diketahui. Efek farmakologis yang dimiliki ole bunga kembang sepatu sungsang di antaranya antiradang (antiinflamasi), menghilangkan pembengkakan, mengeluarkan nanah, dan menumbuhkan sel baru. Daun yang digunakan dalam keadaan segar mempunyai khasiat secara farmakologis untuk mengobati bisul (furunculus), abses, radang ginjal (nephritis), bengkak, radang kulit bernanah (pioderma), rematik arthritis, dan radang sendi. b. Tanaman Obat Tapak Dara (Catharantus roseus) Tapak darah sedikit pahit rasanya, sejuk, agak beracun (toksik). Herba berkhasiat mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (dibetes miletus), kencing sedikit (oliguria), hepatitis, perdarahan akibat turunnya jumlah trombosit (primary thrombocytopenic purpura), malaria, sukar buang air besar (sembelit) dan kanker. Akar berkhasiat mengatasi haid tidak teratur. Cara pemakaiannya adalah dengan merebus herba 6 -15 gram dalam 5 gelas air hingga tersisa 2 gelas dengan api kecil. Setelah dingin, saring dan minim beberapa kali hingga habis dalam sehari. Untuk penyakit kanker, gunakan obat suntiknya. Untuk pemakaian luar, sediakan daun segara dan beras secukupnya lalu tumbuk halus sampai menjadi adonan seperti bubur. Balurkan di luka yang tersiram air panas. c. Khasiat Tembelekan (Lantana camara) Akar tembelekan rasanya tawar dan sejuk. Tembelekan berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik), penawar racun (antioksin), penghilan nyeri (analgesik) dan penghenti pendarahan (hemostatis). Daunnya tanaman tembelekan rasanya pahit, berbau, sejuk dan juga sedikit beracun (toksik), mempunyai khasiat dalam mengatasi gatal-gatal pada kulit, menghilangkan bengkak, antitoksik, dan perangsang terjadinya muntah. Sementara itu bunganya memiliki rasa yang manis serta memiliki khasiat dalam menghentikan terjadinya pendarahan. d. Beluntas (Pluchea indica L. Lees) Beluntas adalah salah satu tanaman obat yang memiliki rasa getir dan bau khas. Beberapa bahan kimia yang terkadang dalam beluntas di antaranya adalah alkaloid dan minyak atsiri. Efek farmakologis yang dikandung daun beluntas berkhasiat meningkatkan nafsu makan serta membantu kelancaran pencernaan e. Sirih (Piper bettle) Air rebusan tanaman obat ini (daun sirih) dipercaya dapat menghilangkan bau mulut jika dikumur-kumur. Khasiat daun sirih lainnya adalah dapat mengurangi jerawat apabila diabasuk ke muka. Sementara jika daun sirih dikonsumsi bersama pinang dan juga kapur juga dipercaya dapat menguatkan gigi sehingga tidak mudah tanggal. f. Tanaman Obat Brotowali (Tinospora crispa) Brotowali banyak digunakan sebagai obat alami penambah nafsu makan. Cara menyiapkannya adalah 3 helai daun brotowali, batang 30 gram, dan air 2.000 cc. Mula-mula daun dan batang dibersihkan. Setelah itu, batang dan daun direbus dengan air. Minumlah air rebusannya 1 gelas perhari. Penyakit lain yang bisa diobati dari batang tanaman brotowali adalah reumatik, memar, demam kuning, dan kencing manis. g. Daun Dewa (Gynura procumbens) Penggunaan daun dewa sebagai salah satu tanaman obat keluarga di antaranya adalah untuk mengatasi kutil. Cara pemakaiannya yaitu lima lembar daun dewa dipetik, lalu ditumbuk sampai halus. Daun yang telah dihaluskan lalu dilekatkan/ditaburkan pada area kulit yang berkutil, setelah itu dibalut sampai melekat erat. Diamkan ramuan selama seharian penuh lalu pada keesokan harinya. Sebatang tanaman daun dewa yang direbus dan diminum airnya dipercaya mampu menyembuhkan banyak penyakit sekaligus, misalnya perdarahan pada wanita, payudara bengkak, batuk, dan muntah darah. h. Gandarusa (Justicia gendarussa) Penyakit yang bisa diobati oleh tanaman gandarusa adalah sakit kepala, rematik, dan terkilir. Cara menggunakannya yaitu pertama-tama daun yang segar dibuat layu lalu ditambah minyak kelapa di atas api kecil, setelah hangat ditempelkan pada kulit yang memar atau terkilir. Sementara untuk sakit kepala, beberapa daun segar dihaluskan lalu ditambah beberapa butir lada dan air secukupnya hingga terbentuk pasta. Borehkan pada pelipis dan dahi. i. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Bagian tanaman obat keluarga ini yang bisa dimanfaatkan adalah rimpang. Rimpangnya mengandung zat tepung, kurkumin, dan minyak atsiri. Keluhan yang dapat diatasi di antaranya yakni anemia, jerawat, sebagai antimikroba, antiinflamasi, meningkatkan nafsu makan antikolesterol, antioksidan, dan untuk mencegah munculnya kanker. Cara menggunakannya adalah rimpang digunakan sebagai obat lulur maupun dijadikan minuman sehat. j. Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) Kandungan kimia cocor bebek antara lain zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, quercetin-3-diarabinoside, kaemferol-3-glikoside, dan tanin. Anggota famili Crassulaceae itu bersifat agak asam, bau lemah, dan dingin. Khasiatnya sebagai antiradang, menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan dan mempercepat penyembuhan. Seluruh bagian tanaman herbal yang segar ini bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat keluarga untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti nyeri lambung dan diare, muntah darah, rematik, disentri, diare dan demam, serta masih banyak lagi penyakit lainnya yang bisa diatasi. k. Tanaman Herbal Pule (Alstonia scholaris) Manfaat pule pandak di antaranya sebagai penenang, menurunkan tekanan darah (hipotensif), melancarkan sirkulasi, menghilangkan sakit, menurunkan panas dalam dan panas lever, antiradang, simpatolitik, serta berefek langsung pada hipotalamus dan saraf simpatis periver. Batang dan daun pule pundak memiliki efek farmakologis menolak angin, menurunkan tekanan darah, dan melancarkan darah beku. Akar, batang dan daun pule pundak dapat digunakan sebagai bahan herbal. l. Pegagan (Centella asiatica) Tanaman obat keluarga ini (pegagan) berkhasiat untuk mengobati penyakit wasir. Caranya yakni, lima tumbuhan pegagan diambil beserta akarnya. Setelah dibersihkan,potong-potonglah tanaman ini. Masukkan potongan tanaman kedalam wadah berisi secangkir air panas, lalu didihkan selama 5 menit. Dinginkan airnya, lalu minum sedikit demi sedikit. Satu cangkir ramuan tersebut dihabiskan untuk sehari. m. Tanaman Obat Keluarga Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) Kumis kucing memiliki rasa sedikit rasa pahit, agak asin, sepat, dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kumis kucing, di antaranya zat samak, minyak atsiri, orthosiphonglikosida, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium (0,6 – 3,5%), dan myoinositol. Sementara itu, kumis kucing juga mempunyai beberapa efek farmakologis, di antaranya menghancurkan batu di saluran kencing, diuretik (peluruh air seni) dan antiradang. Seluruh bagian kumis kucing dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti batu kandung empedu, bengkak kandung kemih encok, infeksi kandung kemih (batu dalam kandung kemih). n. Kunyit (Curcuma domestica) Cincau kunyit asam berpotensi menambah klorofil, vitamin, dan mineral terutama dari umbi kunyit. Kunyit mengandung minyak atsiri dan kurkuminoid. Mintyak atsiri terdiri atas senyawa seskuiter penalkohol, turmeron, dan zingiberen. Kurkuminoid terdiri atas kurkumin, demotoksikurkumin, dan bisdimetoksikurkumin. Selain itu juga mengandung lemak,protein, pati, vitamin C, serta garam-garam mineral. Kunyit bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit, benkak, rematik, sakit maag, sakit kuning, sakit limpa dan sebagainya. o. Tanaman Herbal Lengkuas (Alpinia galanga) Rhizomnya bersifat antibakteri, antikulat, antiprotozoa, dan mengeluarkan dahak. Minyaknya bersifat racun lalat. 1-asetoksicavikol dan 1-asetoksieugenol bersifat antitumor kepada mencit dan antiulser kepada tikus. Borneol dapat menyebabkan bengkak dan sakit hidung, kerongkongan, kulit, mata dan paru-paru. Ia juga dapat meyebabkan sakit kepala, ruam, muntah, dan pitam. Terpinen-4-ol bersifat antibakteria terhadap berbagai jenis penyakit dan antikulat. p. Lidah buaya (Aloe vera) Berdasarkan hasil penelitian, daun lidah buaya dapat berfungsi sebagai antiinflamasi, antijamur, antibakteri dan regenerasi sel. Di samping itu, lidah buaya bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV. Penggunaannya dapat berupa gel dalm bentuk segar atau dalam bentuk bahan jadi (kapsul, jus, pasta atau makanan dan minuman segar kesehatan). Bunga dan akar lidah buaya juga memiliki khasiat sebagai obat cacing dan susah buang air besar (sembelit). q. Bunga Melati (Jasminum sambac) Melati mengandung senyawa-senyawa unsur kimia yang besar manfaat untuk pengobatan. Kandungan kimia yang ada tersebut antara lain indol, benzil, livalylacetaat. Khasiat dan manfaat pengobatan di antaranya adalah menghentikan ASI yang keluar berlebihan, mengatasi sakit mata (mata merah atau belek), bengkak akibat serangan lebah, demam dan sakit kepala, serta sesak napas. r. Mengkudu (Morinda citrifolia) Buah mengkudu mengandung beberapa senyawa yang terbukti mampu mengobati berbagai penyakit. Di antaranya soranyidiol, asam kapril, morinda diol, morindon, damnacanthal, dan metil asetil. Uji praklinis Direktorat Tekhnologi Farmasi dan Medika BPPT menunjukkan bahwa tikus (percobaan) yang diberi dua sendok sari buah tanaman obat keluarga ini perhari akan mengalami penurunan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. s. Meniran (Philanthus urinaria) Khasiat meniran yang paling populer di masyarakat adalah keampuhan dalam mengatasi asam urat, Jika diperhatikan, hampir semua produk-prosuk herbal anti asam urat mengguakan meniran sebagai salah satu bahan dasarnya. Berbagai sumber kesehatan menyatakan bahwa meniran bagian pada meniran bermanfaat untuk pengobatan penyakit, seperti penurun panas, pereda batuk, dan pelindung organ hati. t. Tanaman Obat Keluarga ‘Nona Makan Sirih’ (Clerodendrum thomsonae) Tanaman nona makan sirih merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh memanjat atau merambat dengan tinggi 2 – 5 meter. Tanaman ini mempunyai ranting muda yang bentuknya persegi empat. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur memanjang, ujung runcing dan tepi merata. Bunga muncul dari ujung ranting dan ketiak daun, dalam rangkaian yang bersifat rasemosa, dan berwarna merah berseludung putih kekuningan. 2. Tugas ujian Mid. Wawancara dan inventarisir satu suku bangsa Papua (ibu-ibu) ibu hamil. Bersalin, nifas. (Konsep, Pantangan, Pengobatan/Jenis ramuan, pelaku) sebutan asli dicantumkan. Orang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-masing terhadap berbagai penyakit demikian halnya pada kasus tentang kehamilan, persalinan, dan nifas berdasarkan persepsi kebudayaan mereka. Akibat adanya pandangan tersebut di atas, maka orang Papua mempunyai beberapa bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan cara apa dilakukan pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, perdarahan, pembengkakan kaki selama hamil, berdasarkan pandangan kebudayaan mereka. Sebagai ilustrasi dapat disajikan beberapa contoh kasus pada orang Papua ( Orang Hatam, Sough, Lereh, Walsa, Moi Kalabra). Hal yang sama pula ada pada suku bangsa-suku bangsa Papua lainnya, tetapi secara detail belum dilakukan penelitian terhadap kasus ibu hamil, melahirkan, dan nifas pada orang Papua. Interpretasi Sosial Budaya Orang Hatam dan Sough tentang Ibu hamil, melahirkan, nifas, didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan kebudayaan mereka secara turun temurun. Hal ini jelas didasarkan atas perilaku leluhur dan orang tua mereka sejak dahulu kala sampai sekarang. Bagi orang Hatam dan Sough, kehamilan adalah suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu harus taat pada pantangan-pantangan secara adat, dan bila dilanggar akan menderita sakit. Bila ada gangguan pada kehamilan seorang ibu, biasanya dukun perempuan (Ndaken) akan melakukan penyembuhan dengan membacakan mantera di air putih yang akan diminum oleh ibu tersebut. Tindakan lain yang biasanya dilakukan oleh Ndaken tersebut juga berupa, mengurut perut ibu hamil yang sakit. Sedangkan bila ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, berarti ibu tersebut telah melewati tempat- tempat keramat secara sengaja atau pula telah melanggar pantangan-pantangan yang diberlakukan selama ibu tersebut hamil. Biasanya akan diberikan pengobatan dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum ibu tersebut. Juga dapat diberikan pengobatan dengan menggunakan ramuan daun abrisa yang dipanaskan di api, lalu ditempelkan pada kaki yang bengkak sambil diuruturut. Ada juga yang menggunakan serutan kulit kayu bai yang direbus lalu airnya diminum. Disini posisi seorang dukun perempuan atau Ndaken sangatlah penting, sedangkan dukun laki-laki tidak berperan secara langsung. Bagaimana persepsi orang Hatam dan Sough tentang perdarahan selama kehamilan dan setelah melahirkan ? Hal itu berarti ibu hamil telah melanggar pantangan, suaminya telah melanggar pantangan serta belum menyelesaikan masalah dengan orang lain atau kerabat secara adat. Bila perdarahan terjadi setelah melahirkan, itu berarti pembuangan darah kotor, dan bagi mereka adalah suatu hal yang biasa dan bukan penyakit. Bila terjadi perdarahan, maka Ndaken akan memberikan air putih yang telah dibacakan matera untuk diminum oleh ibu tersebut. Selain itu akan diberikan ramuan berupa daun-daun dan kulit kayu mpamkwendom yang direbus dan airnya diminum oleh ibu tersebut. Bila terjadi pertikaian dengan kerabat atau orang lain, maka suaminya secara adat harus meminta maaf. Di sini peranan dukun perempuan (ndaken) dan dukun laki-laki (Beijinaubout, Rengrehidodo) sangatlah penting.Persalinan bagi orang Hatam dan Sough adalah suatu masa krisis. Persalinan biasanya di dalam pondok (semuka) yang dibangun di belakang rumah. Darah bagi orang Hatam dan Sough bagi ibu yang melahirkan adalah tidak baik untuk kaum laki-laki, karena bila terkena darah tersebut, maka akan mengalami kegagalan dalam aktivitas berburu. Oleh karena itu, seorang ibu yang melahirkan harus terpisah dari rumah induknya. Posisi persalinan dalam bentuk jongkok, karena menurut orang Hatam dan Sough dengan posisi tersebut, maka bayi akan mudah keluar. Pemotongan tali pusar harus ditunggu sampai ari-ari sudah keluar. Apabila dipotong langsung, maka ari-ari tidak akan mau keluar. Bagi orang Kaureh yang berada di kecamatan Lereh, juga mempunyai interpretasi tentang ibu hamil, melahirkan dan nifas berdasarkan pemahaman kebudayaan mereka. Orang Kaureh melihat kehamilan sebagai suatu masa krisis, dimana penuh resiko dan secara alamiah harus dialami oleh seorang ibu, untuk itu perlu taat terhadap pantangan-pantangan dan aturan-aturan secara adat. Bila melanggar, ibu hamil akan memderita sakit dan bisa meninggal. Biasanya bila seorang ibu hamil mengalami penderitaan (sakit), akan diberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum. Yang lebih banyak berperan adalah kepala klen atau ajibar/pikandu. Sedangkan bila seorang ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, itu berati ibu tersebut telah melewati tempat-tempat terlarang atau keramat. Di samping itu pula bisa terjadi karena buatan orang dengan tenung/black magic, atau terkena suanggi. Pengobatannya dengan cara memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau seorang dukun/kepala klen (ajibar/Pikandu) akan mengusirnya dengan membacakan mantera-mantera. Apabila seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan setelah melahirkan mengalami perdarahan, itu bagi mereka adalah suatu hal yang biasa saja. Perdarahan berarti pembuangan darah kotor, dan bila terjadi banyak perdarahan berarti ibu tersebut telah melanggar pantanganpantangan secara adat dan suami belum menyelesaikan persoalan dengan kerabat atau orang lain. Untuk itu biasanya ajibar/Pikandu memberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan mantera yang diminum oleh ibu tersebut. Untuk masalah pertikaian maka suami harus meminta maaf secara adat pada kerabat dan orang lain. Sedangkan persalinan bagi orang Kaureh adalah suatu masa krisis, dan persalinan harus dilakukan di luar rumah dalam pondok kecil di hutan karena darah sangat berbahaya bagi kaum laki-laki. Posisi persalinan dengan cara jongkok, karena akan mudah bayi keluar. Pemotongan tali pusar biasanya setelah ari-ari keluar baru dilaksanakan, sebab bila dipotong sebelumnya maka ari-ari akan tinggal terus di dalam perut. Bagaimana orang Walsa yang berada di kecamatan Waris daerah perbatasan Indonesia dan Papua Niguni. Mereka juga mempunyai kepercayaan tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang didasarkan pada pemahaman kebudayaan mereka secara turun temurun. Bagi orang Walsa, kehamilan adalah kondisi ibu dalam situasi yang baru, dimana terjadi perubahan fisik, dan ini bagi mereka bukan suatu kondisi penyakit. Sebagaimana dengan kelompok suku bangsa yang lain, mereka juga percaya bahwa untuk dapat mewujudkan seorang ibu hamil sehat, maka harus menjalankan berbagai pantangan-pantangan. Namun demikian kadangkala bila ibu mengalami sakit bisa terjadi karena adanya gangguan dari luar seperti terkena roh jahat, atau buatan orang lain yang tidak senang dengan keluarga tersebut. Untuk mengatasi gangguan tersebut biasanya dukun (Putua/ Mundklok) akan membantu dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan memberikan ramuan daun-daun yang direbus lalu diminum ibu hamil tersebut. Sedangkan bila terjadi pembengkakan pada kaki, berarti ibu hamil telah melanggar pantangan, menginjak tempattempat keramat, terkena roh jahat, dan suami belum melunasi mas kawin. Untuk mengatasi masalah tersebut, dukun akan memberikan air putih yang dibacakan mantera untuk diminum, sedangkan untuk mas kawin, maka suami harus lunasi dahulu kepada paman dari istrinya. Sedangkan bila terjadi perdarahan selama hamil dan setelah bersalin, bagi orang Walsa itu hal biasa saja, karena terjadi pembuangan darah kotor, atau ibu telah melanggar pantangan secara adat, suami belum melunasi mas kawin dan ibu terkena jampi-jampi. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya dukun Putua/ Mundklok akan menyarankan untuk menyelesaikan mas kawin, dan juga diberikan ramuan daun-daun untuk diminum. Bagi orang Walsa persalinan adalah suatu masa krisis, untuk itu tidak boleh melanggar pantangan adat. Dahulu melahirkan di pondok kecil (demutpul) yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena darah dari ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami banyak kegagalan dalam usaha serta berburu. Dalam proses persalinan biasanya dibantu oleh dukun Putua/Mundklok, tetapi disamping itu ada bantuan juga dari dewa Fipao supaya berjalan dengan baik. Proses persalinan dalam kondisi jongkok, biar bayi dengan mudah dapat keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari keluar. Orang Moi Kalabra yang berada di kecamatan Wanurian dan terletak di hulu sungai Beraur Sorong mempunyai persepsi juga terhadap kehamilan, persalinan dan nifas bagi ibu-ibu berdasarkan kepercayaan kebudayaan mereka secara turun temurun. Kehamilan bagi mereka adalah si ibu mengalami situasi yang baru dan bukan penyakit. Untuk itu ibu tersebut dan suaminya harus menjalankan berbagai pantangan-pantangan terhadap makanan dan kegiatan yang ditata secara adat. Mereka juga percaya bila ada gangguan terhadap kehamilan, itu berarti ibu dan suaminya telah melanggar pantangan, di samping itu pula ada gangguan dari roh jahat atau buatan orang (suanggi). Untuk mengatasi hal tersebut, dukun laki-laki (Woun) dan dukun perempuan (Naredi Yan Segren) atau Biang akan membantu dengan air putih yang dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan menggunakan jimat tertentu mengusir roh jahat atau gangguan orang lain (suanggi). Pembengkakan pada kaki ibu hamil berarti melanggar pantangan, terekan roh jahat, disihir orang lain dan suami belum melunasi mas kawin, serta menginjak tempat-tempat keramat. Sedangkan apabila terjadi perdarahan pada waktu hamil dan setelah melahirkan itu adalah suatu hal biasa, karena membuang darah kotor. Bila terjadi banyak perdarahan berati ibu tersebut melanggar pantangan serta disihir oleh orang lain. Untuk itu maka akan diberikan ramuan daun-daun dan kulit kayu yang direbus lalu diminum. Kadang diberi daun jargkli, bowolas pada tempat yang sakit oleh dukun Woun atau Naredi Yan Segren, Biang. Adapun persalinan merupana suatu masa krisis untuk itu tidak boleh melanggar pantangan adat. Biasanya proses persalinan dilakukan dalam pondok kecil yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum pria adalah berbahaya, bisa mengakibatkan kegagalan dalam berburu. Posisi persalinaan biasanya dalam kondisi jongkok karena bayi akan mudah keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari telah keluar. Untuk membantu persalinan biasanya dukun akan memberikan ramuan daun- daun yang diminum dan pada bagian perut dioles dengan daun jargkli, gedi, jarak, kapas, daun sereh untuk menghilangkan rasa sakit dan proses kelahiran dapat berjalan cepat. Semua kegiatan persalinan dibantu oleh dukun perempuan (Naredi Yan Segren).