Gambaran Konsumsi Pangan,

Permasalahan Gizi dan Penyakit

Tidak Menular di Sumatera Barat
Gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Stamps_of_Indonesia

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Sumatera Barat 2013 & Studi Diet Total (SDT) 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2015

1
 Daftar Isi

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang
b. Metode

2. Gambaran konsumsi pangan dan permasalahan gizi pada balita (kelompok umur 0-59 BULAN)

a. rerata tingkat kecukupan energi dan kecukupan protein pada balita menurut provinsi, 2013/2014
b. prevalensi gizi kurang pada balita menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
c. prevalensi stunting pada balita menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
d. prevalensi gemuk pada balita menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
e. prevalensi gizi kurang pada balita dan rerata tingkat kecukupan energi menurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014
f. prevalensi gizi kurang pada balita dan rerata tingkat kecukupan protein menurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014
g. prevalensi stunting pada balita dan rerata tingkat kecukupan energi menurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014
h. prevalensi stunting pada balita dan rerata tingkat kecukupan proteinmenurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014
i. prevalensi gemuk pada balita dan rerata tingkat kecukupan energi menurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014

2
 Daftar Isi
3. Gambaran konsumsi pangan dan permasalahan gizi pada anak (kelompok umur 5 – 12 tahun)

a. rerata tingkat kecukupan energi dan kecukupan protein pada kelompok umur 5-12 tahun menurut
provinsi, 2013/2014
b. prevalensi stunting pada kelompok umur 5-12 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat,
2013/2014
c. prevalensi stunting pada kelompok umur 5-12 tahun , rerata kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP)
tinggi, 2013/2014
d. prevalensi obesitas pada kelompok umur 5-12 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera
Barat, 2013/2014
e. prevalensi obesitas pada kelompok umur 5 – 12 tahun, rerata kecukupan energi (AKE) dan protein
(AKP) tinggi, 2013/2014

3
 Daftar Isi
4. Gambaran konsumsi pangan dan permasalahan gizi pada remaja (kelompok umur 13 – 18 tahun)

a. rerata tingkat kecukupan energi dan kecukupan protein pada kelompok umur 13-18 tahun menurut
provinsi, 2013/2014
b. prevalensi stunting pada kelompok umur 13-18 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat,
2013/2014
c. prevalensi stunting pada kelompok umur 13-15 tahun, rerata kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP)
tinggi, 2013/2014
d. prevalensi obesitas pada kelompok umur 13-18 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera
Barat, 2013/2014
e. prevalensi obesitas pada kelompok umur 13-15 tahun dan rerata kecukupan energi (AKE), 2013/2014

4
 Daftar Isi
5. Gambaran konsumsi pangan dan penyakit tidak menular pada kelompok umur >15 tahun

a. rerata asupan lemak (gram) pada penduduk > 15 tahun menurut provinsi, 2013/2014
b. rerata asupan gula (gram) pada penduduk > 15 tahun menurut provinsi, 2013/2014
c. prevalensi stroke (PERMIL) pada penduduk ≥ 15 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera
Barat, 2013/2014
d. prevalensi jantung koroner (permil) pada penduduk ≥ 15 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi
Sumatera Barat, 2013/2014
e. prevalensi diabetes pada penduduk ≥ 15 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat,
2013/2014
f. prevalensi stroke (permil) pada penduduk ≥ 15 tahun dan rerata asupan lemak (gram) menurut daerah
di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
g. prevalensi stroke (permil) pada penduduk ≥ 15 tahun dan rerata asupan lemak (gram) menurut daerah
di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
h. prevalensi penyakit jantung koroner (permil) pada penduduk > 15 tahun dan rerata asupan lemak
(gram) menurut daerah, Sumatera Barat – 2013/2014
i. prevalensi penyakit jantung koroner (permil) pada penduduk > 15 tahun dan rerata asupan lemak
(gram) menurut jenis kelamin, Sumatera Barat – 2013/2014
j. prevalensi diabetes (≥ 15 tahun) & asupan gula* (gram/org/hari), 2013/2014
5
 Daftar Isi

6. Gambaran konsumsi pangan dan penyakit tidak menular pada kelompok umur >18 tahun

a. Rerata asupan Natrium (mg) pada penduduk > 18 tahun menurut provinsi, 2013/2014
b. prevalensi hipertensi (%) pada penduduk > 18 tahun menurut provinsi, 2013/2014
c. prevalensi hipertensi (%) pada penduduk > 18 tahun dan rerata asupan Natrium (mg) menurut daerah,
Sumatera Barat - 2013/2014
d. prevalensi hipertensi (%) pada penduduk > 18 tahun dan rerata asupan Natrium (mg) menurut jenis
kelamin, Sumatera Barat – 2013/2014
e. rerata asupan garam (gram) pada penduduk > 18 tahun menurut provinsi, 2013/2014
f. prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥ 18tahun dan rerata asupan garam menurut daerah di
provinsi Sumatera Barat, 2013/2014
g. prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥ 18tahun dan rerata asupan garam menurut jenis kelamin
di provinsi Sumatera Barat, 2013/2014

6
LATAR BELAKANG
Peningkatan penyakit tidak menular (PTM), tingginya masalah
gizi (Riskesdas 2013) diduga berkaitan dengan perubahan pola
konsumsi makanan di masyarakat.

Konsumsi makanan, minuman bergula, bergaram dan

berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayur dan buah
yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM
terkait-gizi (Beaglehole et al., 2011).

 Konsumsi gula ≥ 50 gr/org/hari, natrium ≥ 2000

mg/org/hari, lemak total ≥ 67 gr/org/hari berisiko hipertensi,
stroke, diabetes & penyakit jantung (Permenkes 30/2013)

Penyakit kronis disebabkan rendahnya asupan sayuran &

buah, obesitas, asupan lemak jenuh, rendahnya tingkat aktivitas
fisik, adopsi pola hidup buruk.

 Gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih disebabkan langsung oleh

konsumsi makanan.

7
 STUDI DIET TOTAL (SDT) 2014

• Terdiri dari kegiatan Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia
1 Makanan (ACKM).

• SKMI bertujuan memperoleh informasi gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat
2 kecukupan zat gizi penduduk, informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk
memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM.

• Analisis 5 zat gizi meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium.

3 • Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam Angka Kecukupan
Gizi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (AKG WNPG) 2013
 RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2013 dan SKMI-SDT 2014
a. Data Riskesdas 2013 dan SDT 2014 meliputi 33
d. Indikator SDT :
provinsi
1) Persentase kecukupan energi (% AKE)*
2) Persentase kecukupan protein (% AKP)*
b. Pengelompokan umur:
3) Rerata Asupan natrium
1) Balita (0 – 59 bulan)
4) Rerata Asupan lemak total
2) Anak (5 – 12 tahun)
5) Rerata Asupan gula
3) Remaja (13 – 18 tahun)
6) Rerata Asupan garam
4) Dewasa (>18 tahun)
7) Persentase Asupan natrium ≥ 2000 mg/org/hr
8) Persentase Asupan lemak total ≥ 67 gr/org/hr
c. Indikator Riskesdas:
9) Persentase Asupan gula ≥ 50 gr/org/hr
1) Prevalensi stunting (0-59 bulan)
10) Persentase Asupan garam > 5 gr/org/hr
2) Prevalensi gizi kurang (menurut kelompok umur)
3) Prevalensi gemuk (0-59 bulan)
4) Prevalensi obesitas (5 tahun ke atas)
*AKE : Angka Kecukupan Energi
5) Prevalensi diabetes melitus (≥ 15 tahun)
*AKP : Angka Kecukupan Protein
6) Prevalensi stroke (≥ 15 tahun)
7) Prevalensi jantung (≥ 15 tahun)
8) Prevalensi hipertensi (≥ 18 tahun)

9
 INTERPRETASI HASIL ANALISIS

Bukan hubungan sebab akibat

Menggambarkan beberapa masalah

yang dimiliki masing-masing provinsi

Permasalahan yang ditampilkan adalah

status gizi, penyakit, gizi makanan

10
 GAMBARAN WILAYAH SUMATERA BARAT
Gambaran Geografi

a. Luas wilayah 42.012 km2.

b. Terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota

Gambaran Demografi

a. ∑ Penduduk = 5.035.311 jiwa, 2.496.318 penduduk laki-laki dan 2.538.993

penduduk perempuan
b. Komposisi penduduk menurut umur menunjukkan paling banyak penduduk berada
pada usia 5-9 tahun baik pada laki-laki maupun perempuan.
c. Kepadatan penduduk 119,85jiwa/km2
d. Kota Bukittinggi merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi (4.581
jiwa/km2), sedangkan Kepulauan Mentawai yang terendah (13,2 jiwa /km2).
Sumber: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/kunjungan-kerja/old/sumbar.pdf

11
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN
PERMASALAHAN GIZI PADA BALITA
(KELOMPOK UMUR 0-59 BULAN)

12
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI (% AKE) BALITA MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Nusa Tenggara Timur 92.3
Papua 94.6
Gorontalo 94.8
Sulawesi Tengah 95.2
Lampung 95.9
Riau 96.9
Aceh 96.9
Kalimantan Barat 97.2 Peringkat 24
Papua Barat 97.3
Sumatera Barat 97.3 dari 33 Provinsi
Sulawesi Tenggara 97.4
Sulawesi Barat 98
98.6
Sulawesi Utara
Bengkulu 98.9 Rerata kecukupan energi balita
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
99.3
100.1
di Sumatera Barat kurang dari
Sumatera Utara 100.2 AKE ( <100% AKE)*, lebih
Maluku 100.7
Kalimantan Tengah 100.7 rendah dibandingkan nasional.
Indonesia 101
Bali 101.1
Jawa Barat 101.1
Kalimantan Selatan 101.2
Jawa Tengah 101.4
Maluku Utara 101.5
Bangka Belitung 101.6
Kalimantan Timur 102.5
Jambi 103
Banten 103.6
Nusa Tenggara Barat 104.2
Sumatera Selatan 104.4
Kepulauan Riau 104.5
DI Yogyakarta 109.1 Sumber : SDT 2014, tabel 3.3.2 halaman 54
DKI Jakarta 114.4
0 20 40 60 80 100 120
Keterangan :
* = Kategori tingkat kecukupan energi SDT 2014 hlmn 80
13
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN (% AKP) BALITA MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Papua 95
Nusa Tenggara Timur 104.7
Jawa Barat 119.1
Sulawesi Tengah 123.2
Kalimantan Barat 125.4
Jawa Tengah 125.4
Papua Barat 126.1 Peringkat 18
Sulawesi Selatan 128.1
Sulawesi Barat 129 dari 33 Provinsi
Kalimantan Selatan 130.9
Nusa Tenggara Barat 133.4
Indonesia 134.5
Jawa Timur 134.8
Lampung 136.1 Rerata kecukupan
136.3
Bengkulu
DKI Jakarta 136.8 protein balita di
Sumatera Barat
Bali
137.3
141.1
Sumatera Barat sesuai
Banten 144.5 AKP ( >100% AKP)*; lebih
Riau 144.6
Kalimantan Timur 145.5 besar dari Indonesia.
Sumatera Selatan 146.1
Gorontalo 148.3
Sulawesi Tenggara 148.8
Kalimantan Tengah 148.8
DI Yogyakarta 149.3
Jambi 151.6
Bangka Belitung 152.4
Kepulauan Riau 154.5
Sulawesi Utara 156.9
Aceh 161.6
Maluku Utara 162.1
Maluku 164.9
Sumatera Utara 166.6
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Sumber : SDT 2014, tabel 3.5.2 halaman 84
Keterangan :
* = Kategori tingkat kecukupan protein SDT 2014 hlmn 110
14
 PREVALENSI STATUS GIZI KURANG PADA BALITA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT,
2013/2014
Kota Pariaman 36.3
Pasaman Barat 34.1
Kepulauan Mentawai 31.2
10 Kabupaten/Kota dengan
Pasaman 28.5
prevalensi gizi buruk dan
Pesisir Selatan 28
kurang diatas prevalensi
Solok Selatan 27.7
Sumatera Barat.
Lima Puluh Kota 27.6
Padang Pariaman 22.9
Dharmas Raya 22.7
Solok
Sumatera Barat
Sawahlunto_sijunjung 19.3
21.3

21.2 ! Kota Pariaman & Kab. Pasaman Barat

Kota Solok 17.8

Kota Bukittinggi 15.7
Agam 15.3
Kota Payakumbuh 12.9
Kota Padang Panjang 12.4
Kota Padang 11.7
Tanah Datar 10.3
Kota Sawah Lunto 7.8

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.1 halaman 223
Ket :
Prevalensi berat kurang = Prevalensi gizi buruk + prevalensi gizi kurang 15
 PREVALENSI STUNTING PADA BALITA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT, 2013/2014

Pasaman 55.2
Pasaman Barat 51.5
Pesisir Selatan 50
9 Kabupaten/Kota dengan
Solok Selatan 48.6
44
prevalensi stunting sangat
Kota Pariaman
Solok 42
tinggi dan diatas prevalensi
Padang Pariaman 41 Sumatera Barat.
Kepulauan Mentawai 40.9

!
Dharmas Raya 40.3
Kota Pasaman, Pasaman Barat,
Sumatera Barat 39.2
Tanah Datar 38.8
Pesisir Selatan
Sawahlunto_sijunjung 37.2
Kota Padang 33.7
Kota Solok 30.7
Kota Payakumbuh 30.4
Agam 30
Lima Puluh Kota 28.8
Kota Padang Panjang 28.5
Kota Bukittinggi 28.4
Kota Sawah Lunto 22.5

0 10 20 30 40 50 60
Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.3 halaman 226
Keterangan : 16
* = Menurut WHO 2010 prevalensi stunting sangat tinggi ≥ 40% ; tinggi sebesar 30 – 39% (RKD dalam Angka 2013 halaman 387
 PREVALENSI GEMUK PADA BALITA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT, 2013/2014
Kota Pariaman 19.8
Kota Padang 16.8
Dharmas Raya 16.6
7 Kabupaten/Kota dengan
15.1
Tanah Datar prevalensi balita gemuk
Pesisir Selatan 12.7
lebih besar dari prevalensi
Pasaman Barat 11.8
10.6
di Sumatera Barat.
Sijunjung
10.1
!
Sumatera Barat
Kota Payakumbuh 9.6 Kab. Langkat
Kota Sawah Lunto 8.9
Padang Pariaman 8.9
Kepulauan Mentawai 7.8
Kota Solok 7.3
Pasaman 7.3
Agam 7
Kota Padang Panjang 6.9
Kota Bukittinggi 6.5
Solok Selatan 6.1
Lima Puluh Kota 4.1
Solok 3.2

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sumber : RKD Sumatera Barat Dalam Angka 2013, Tabel 3.14.5 halaman 228
17
 PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA DAN RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI MENURUT DAERAH, SUMATERA BARAT –
2013/2014
120

100

80
Tabel 1
Prevalensi Gizi Kurang dan Rerata Kecukupan Energi
60 Perkotaan
Daerah Prevalensi Gizi Rerata Kecukupan
Pedesaan Kurang (%) (1) Energi (%AKE) (2)
40
Perkotaan 14,8 100,4
Pedesaan
20 24,9 95,1

0
Prevalensi Gizi Rerata Kecukupan
Kurang (%) Energi (% AKE)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.2 halaman 225
(2) SDT 2014, tabel 3.3.2. halaman 54 18
 PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA DAN RERATA TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN MENURUT DAERAH, SUMATERA BARAT –
2013/2014
160

140

120
Tabel 2
100 Prevalensi Gizi Kurang dan Rerata Kecukupan Protein

80 Perkotaan
Daerah Prevalensi Gizi Rerata Kecukupan
Kurang (%) (1) Protein (%AKP) (2)
60 Pedesaan
Perkotaan 14,8 146,8

40 Pedesaan
24,9 130,4

20

0
Prevalensi Gizi Rerata Kecukupan
Kurang (%) Protein (% AKP)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.2 halaman 225
(2) SDT 2014, tabel 3.5.2. halaman 84 19
 PREVALENSI STUNTING PADA BALITA DAN RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENE RGI MENURUT DAERAH, SUMATERA BARAT –
2013/2014

120

100

80 Tabel 3
Prevalensi Stunting dan Rerata Kecukupan Energi

60 Perkotaan Daerah Prevalensi Stunting Rerata Kecukupan

(%) (1) Energi (%AKE) (2)
Pedesaan
40 Perkotaan 40,6 100,4
Pedesaan 37,9 95,1
20

0
Prevalensi Stuting Rerata Kecukupan
(%) Energi (% AKE)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.4 halaman 227
(2) SDT 2014, tabel 3.32. halaman 54 20
 PREVALENSI STUNTING PADA BALITA DAN RERATA TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN MENURUT DAERAH, SUMATERA BARAT –
2013/2014

160

140

120
Tabel 4
Prevalensi Stunting dan Rerata Kecukupan Protein
100
Daerah Prevalensi Stunting Rerata Kecukupan
80 Perkotaan (%) (1) Protein (%AKP) (2)

60 Pedesaan Perkotaan 40,6 146,8

Pedesaan 37,9 130,4

40

20

0
Prevalensi Stuting Rerata Kecukupan
(%) Protein (% AKP)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.5 halaman 375
(2) SDT 2014, tabel 3.5.2. halaman 84 21
 PREVALENSI GEMUK PADA BALITA DAN RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI MENURUT DAERAH, SUMATERA BARAT – 2013/2014

120

100
Tabel 5
80 Prevalensi Gemuk dan Rerata Kecukupan Energi

Daerah Prevalensi Gemuk Rerata Kecukupan

60 Perkotaan (%) (1) Energi (%AKE) (2)
Pedesaan Perkotaan 3,1 100,4
40
Pedesaan 2,7
95,1
20

0
Prevalensi Gemuk Rerata Kecukupan
(%) Energi (% AKE)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.6. halaman 229
(2) SDT 2014, tabel 3.32. halaman 54 22
 GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN
PERMASALAHAN GIZI PADA ANAK (KELOMPOK
UMUR 5 – 12 TAHUN)

23
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI (% AKE) PADA KELOMPOK UMUR 5 -12 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Nusa Tenggara Timur 69.1
Sulawesi Utara 71.3
Lampung 76.7
Sumatera Utara 78.2
Papua 78.9
Gorontalo 78.9
Riau 79.1 Peringkat 14
Maluku 79.5
Maluku Utara 79.6 dari 33 Provinsi
Sulawesi Barat 79.9
Sulawesi Tengah 80
Kalimantan Tengah 80.6
Sulawesi Tenggara 81.6
Kalimantan Barat 82.5 Rerata kecukupan energi
Jambi 83.1
Bengkulu 84.1 di Sumatera Barat
Aceh 84.1
Papua Barat 84.3 kurang dari AKE
85.5
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Barat 86.1 (<100% AKE)*; lebih kecil
Sulawesi Selatan 86.4 dibandingkan nasional.
Indonesia 86.5
Sumatera Selatan 86.6
Bali 87.2
Jawa Timur 88.3
Jawa Tengah 88.9
Jawa Barat 90.7
Kalimantan Timur 91.2
Kalimantan Selatan 91.2
Banten 91.8
Bangka Belitung 95.4
DI Yogyakarta 97.7
Kepulauan Riau 98.1
DKI Jakarta 103.1 Sumber : SDT 2014, tabel 3.3.5 halaman 57
0 20 40 60 80 100 120

Keterangan :
* = Kategori tingkat kecukupan energi SDT 2014 hlmn 80
24
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN (% AKP) PADA KELOMPOK UMUR 5 -12 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Papua 73.2
Nusa Tenggara Timur 85
Lampung 105.6
Sulawesi Barat 107.2
Sulawesi Tengah 109.1
Jawa Barat 109.6
Maluku 110.6 Peringkat 13
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat
110.6
110.6
dari 33 Provinsi
Jawa Tengah 113.1
Kalimantan Barat 115
Indonesia 115.9 Rerata kecukupan protein di
Bali 115.9
Bengkulu 116 Sumatera Barat sesuai AKP
Sumatera Selatan 118.1
Papua Barat 118.4 (>100% AKP)*; lebih besar
119
Jambi
Jawa Timur 119.5 dibandingkan nasional.
Sulawesi Utara 120.1
Maluku Utara 120.8
Banten 121
Sumatera Barat 121.2
Gorontalo 121.6
Kalimantan Selatan 121.9
Sumatera Utara 123.1
Kalimantan Timur 123.5
Riau 123.6
Kalimantan Tengah 124
Sulawesi Tenggara 124.3
DI Yogyakarta 130.1
Aceh 131.7
DKI Jakarta 136.2 Sumber : SDT 2014, tabel 3.5.2 halaman 84
Kepulauan Riau 140.4
Bangka Belitung 148.2

Keterangan : 0 20 40 60 80 100 120 140 160

* = Kategori tingkat kecukupan protein SDT 2014 hlmn 110
25
 PREVALENSI STUNTING PADA KELOMPOK UMUR 5-12 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA
BARAT, 2013/2014
Pasaman 53.7

Pasaman Barat 53.2

Kota Pariaman 49.1

6 Kabupaten/Kota dengan
Pesisir Selatan 42.6

Solok 41.7
prevalensi stunting lebih
Sawahlunto_sijunjung 41.5 besar dari prevalensi di
Sumatera Barat 37.1 Sumatera Barat.
Solok Selatan 37.1

!
Tanah Datar 36.7

Kepulauan Mentawai 36.3 Kab. Pasaman & Kab. Pasaman Barat

Agam 36

Dharmas Raya 35

Lima Puluh Kota 34.9

Padang Pariaman 33.5

Kota Padang 26.6

Kota Solok 26.2

Kota Sawah Lunto 23.8

Kota Payakumbuh 21.4

Kota Bukittinggi 18.4

Kota Padang Panjang 18.2

0 10 20 30 40 50 60
Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.8 halaman 231
Keterangan : 26
* = Menurut WHO 2010 prevalensi kependekan sangat tinggi ≥ 40% ; tinggi sebesar 30 – 39% (RKD dalam Angka 2013 halaman 387
 PREVALENSI STUNTING PADA KELOMPOK UMUR 5-12 TAHUN , RERATA KECUKUPAN ENERGI (AKE) DAN PROTEIN (AKP) TINGGI,
2013/2014

140
121
37 dari 100 anak-anak di Sumatera Barat
120 stunting!

100 86.1 Prevalensi stunting di Sumatera Barat sebesar

37,1%; sementara rerata kecukupan energi kurang
80 dari AKE (<100% AKE) sedangkan rerata
kecukupan protein sesuai AKP (≥100% AKP).
60
37.1

40

20

0
Prevalensi stunting (%) % AKE % AKP

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.8 halaman 231
(2) SDT 2014, Tabel 3.5.2 halaman 84 ; Tabel 3.3.5 halaman 52 27
 PREVALENSI OBESITAS PADA KELOMPOK UMUR 5-12 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA
BARAT, 2013/2014
Pasaman Barat 14.3

Pasaman 14.2

Tanah Datar 11.7

6 Kabupaten/Kota dengan
8.2
Pesisir Selatan
prevalensi obesitas lebih
Dharmas Raya 8.1
besar dari prevalensi di
Kota Sawah Lunto 8
Sumatera Barat.
Sumatera Barat 7.7
Kota Padang 7.6

Padang Pariaman

Kota Bukit tinggi 7

7.6
! Kab. Pasaman Barat & Pasaman

Kota Payakumbuh 6.6

Solok Selatan 5.2

Kota Padang Panjang 4.9

Agam 4.8

Kota Solok 4.5

Lima Puluh Kota 4.2

Solok 4

Kepulauan Mentawai 2.9

Sawahlunto_sijunjung 2.1

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat2013, Tabel 3.14.9, halaman 232
28
 PREVALENSI OBESITAS PADA KELOMPOK UMUR 5 – 12 TAHUN, RERATA KECUKUPAN ENERGI (AKE) DAN PROTEIN (AKP) TINGGI,
2013/2014

140
121
7 dari 100 anak-anak di Sumatera Barat
120
obesitas!

100 86.1 Prevalensi obesitas di Sumatera Barat sebesar 7,7%;

rerata kecukupan energi kurang dari AKE (<100%
80 AKE) dan rerata kecukupan protein sesuai AKP
(≥100% AKP).
60

40

7.7
20

0
Prevalensi obesitas (%) % AKE % AKP

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.9, halaman 232
(2) SDT 2014, Tabel 3.5.2 halaman 84 ; Tabel 3.3.5 halaman 52 29
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN
PERMASALAHAN GIZI PADA REMAJA
(KELOMPOK UMUR13 – 18 TAHUN)

30
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI (% AKE) PADA KELOMPOK UMUR 13-18 TAHUN MENURUT PROVINSI,
2013/2014
Sulawesi Utara 58.1
Nusa Tenggara Timur 58.2
Papua 61.1
Lampung 62.5
Maluku 62.7
Sulawesi Barat 64.5
65.9
Peringkat 12
Riau
Gorontalo 66.1 dari 33 Provinsi
Sumatera Utara 66.2
Papua Barat 66.4
Bengkulu 67.5
Maluku Utara 68.4
69
Kalimantan Tengah
Aceh 69.2
Rerata kecukupan energi
Sulawesi Tengah
Jambi
69.4
69.5
di Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara 70.5 kurang dari AKE
Sumatera Selatan 70.7
Kalimantan Timur 71.4 (<100% AKE)*; namun
Kalimantan Barat 71.6
Indonesia 72.3 lebih tinggi
Jawa Tengah
Sumatera Barat
72.8
72.9
dibandingkan nasional.
Sulawesi Selatan 73.3
Jawa Timur 73.3
Jawa Barat 74.1
Banten 74.4
Kalimantan Selatan 74.8
Bali 77.2
Bangka Belitung 80.8
Nusa Tenggara Barat 81.6
DI Yogyakarta 83.1 Sumber : SDT 2014, tabel 3.3.14 halaman 66
Kepulauan Riau 86.5
DKI Jakarta 95.9
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Keterangan :
* = Kategori tingkat kecukupan energi SDT 2014 hlmn 80
31
 RERATA TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN (% AKP) PADA KELOMPOK UMUR 13 -18 TAHUN MENURUT PROVINSI,
2013/2014
Papua 53.4
Nusa Tenggara Timur 64.8
Papua Barat 73.3
Lampung 80
Jawa Barat 83.5
Sulawesi Barat 84.4
Jawa Tengah 84.7 Peringkat 13
Sulawesi Tengah
Maluku
89
89.1
dari 33 Provinsi
Indonesia 89.5
Sumatera Selatan 89.5
Banten 90
Sulawesi Selatan 90.3
Kalimantan Barat 90.7 Rerata kecukupan
Bengkulu 91.2
92.3
protein di Sumatera
Jawa Timur
Sulawesi Utara 93.1 Barat kurang dari AKE
Kalimantan Timur 93.5
Riau 94.2 (<100% AKE)*; lebih besar
Sumatera Utara 94.2
94.7
dibandingkan nasional.
Jambi
Sumatera Barat 94.8
Kalimantan Tengah 95.6
Aceh 96.7
Maluku Utara 96.8
Sulawesi Tenggara 97.9
Bali 97.9
Kalimantan Selatan 98.5
DI Yogyakarta 99.8
Gorontalo 101
Nusa Tenggara Barat 104.9 Sumber : SDT 2014, tabel 3.5.13 halaman 93
DKI Jakarta 111.3
Kepulauan Riau 112.6
Bangka Belitung 114.2
0 20 40 60 80 100 120
Keterangan :
* = Kategori tingkat kecukupan energi SDT 2014 hlmn 80
32
 PREVALENSI STUNTING PADA KELOMPOK UMUR 13-18 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
Kepulauan Mentawai 61.7
Pasaman 52.1
Kota Pariaman 48.8 11 Kabupaten/Kota dengan
Pasaman Barat 48.4 prevalensi stunting sangat
Dharmasraya 46.7 tinggi dan lebih besar dari
Padang Pariaman 44 prevalensi di Sumatera Barat.
Solok Selatan 43.1
Solok 41.8
Pesisir Selatan 39.3
Tanah Datar
Sijunjung
SUMATERA BARAT
38
37.9
37.8
! Kepulauan Mentawai

Agam 31.9
Kota Padang 30.9
Kota Sawah Lunto 30.1
Lima Puluh Kota 28.8
Kota Solok 27.2
Kota Padang Panjang 25.4
Kota Payakumbuh 16.7
Kota Bukittinggi 15.9
0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.10 halaman 233
Keterangan : 33
* = Menurut WHO 2010 prevalensi kependekan sangat tinggi ≥ 40% ; tinggi sebesar 30 – 39% (RKD dalam Angka 2013 halaman 387
 PREVALENSI STUNTING PADA KELOMPOK UMUR 13-15 TAHUN, RERATA KECUKUPAN ENERGI (AKE) DAN PROTEIN (AKP) TING GI,
2013/2014

94.8
100

90
42 dari 100 remaja 13-15 tahun di
72.9 Sumatera Barat stunting!
80

70
Prevalensi stunting di Sumatera Barat sebesar 42%;
sementara rerata kecukupan energi kurang dari AKE
60 (<100% AKE) juga rerata kecukupan protein kurang
50
42 dari AKP (≥100% AKP).

40

30

20

10

0
Prevalensi stunting (%) % AKE % AKP

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.10 halaman 233
(2) SDT 2014, , tabel 3.3.14 halaman 66, tabel 3.5.13 halaman 93 34
 PREVALENSI OBESITAS PADA KELOMPOK UMUR 13-18 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
Kota Payakumbuh 3.8
Lima Puluh Kota 2.9 11 Kabupaten/Kota dengan
Kota Padang Panjang 2.4
2
prevalensi obesitas lebih
Kota Sawah Lunto
Pesisir Selatan 2 besar dari prevalensi di
Solok 1.9 Sumatera Barat.
Kota Bukittinggi
Sijunjung
Kota Pariaman 1.2
1.4
1.4 ! Kota Payakumbuah

Dharmasraya 1.2
SUMATERA BARAT 1.1
Solok Selatan 1
Agam 0.9
Kota Solok 0.8
Kota Padang 0.8
Padang Pariaman 0.6
Tanah Datar 0.5
Kepulauan Mentawai 0.5
Pasaman Barat 0
Pasaman 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.11 halaman 234
35
 PREVALENSI OBESITAS PADA KELOMPOK UMUR 13-15 TAHUN DAN RERATA KECUKUPAN ENERGI (AKE), 2013/2014

72.9
80
2 dari 100 remaja 13-15 tahun di
70 Sumatera Barat obesitas!
60 Beban ganda di Sumatera Barat dimana prevalensi
stunting sebesar 2,1%; sementara rerata kecukupan
50
energi kurang dari AKE (<100% AKE).
40

30

20

2.1
10

0
Prevalensi obesitas (%) % AKE

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.14.11 halaman 234
(2) SDT 2014, , tabel 3.3.14 halaman 66, tabel 3.5.13 halaman 93 36
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR PADA DEWASA
(KELOMPOK UMUR >15 TAHUN)

37
 RERATA ASUPAN LEMAK (gram) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
DKI Jakarta 27.31
Jawa Tengah 24.01
Kepulauan Riau 23.91
DI Yogyakarta 23.11
Jawa Timur 23.08
Lampung 22.73 Peringkat 11
Banten 22.42 terendah dari 33
Jawa Barat 21.86
Bali 21.54 Provinsi
Gorontalo 21.33
Kalimantan Timur 20.92
Indonesia 20.9016
Sumatera Selatan 20.50
Papua Barat 20.43 Rerata asupan lemak di
Sulawesi Utara
Aceh
19.84
19,60
Sumatera Barat lebih rendah
Maluku Utara
Riau
19.58
19.45
dibandingkan nasional.
Kalimantan Selatan 19.39
Maluku 18.61
Jambi 18.58
Sumatera Utara 18.09
Kalimantan Barat 17.52
Sumatera Barat 17.49
Nusa Tenggara Barat 16.78
Kalimantan Tengah 16.52
Bengkulu 16.24
Kep.Bangka Belitung 15.86
Sulawesi Tengah 14.94
Sulawesi Tenggara 13.60
Sulawesi Selatan 12.93
Sulawesi Barat 11.45
Papua 9.98
Nusa Tenggara Timur 7.81
Sumber : SDT 2014, tabel 3.7.10 halaman 122
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

38
 RERATA ASUPAN GULA (gram) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
DI Yogyakarta 30.92
Kalimantan Selatan 24.41
Jawa Tengah 22.49
Papua Barat 21.36
Kep.Bangka Belitung 19.92 Peringkat 13
Sumatera Selatan 17.64
Sulawesi Selatan 17.17 tertinggi dari
17.06
Kalimantan Barat
Aceh 16.62 33 Provinsi
Jawa Timur 16.33
Kalimantan Tengah 16.17
Kepulauan Riau 16.14
Sumatera Barat 16.10
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
16.02
16.00
Rerata asupan gula di
DKI Jakarta 15.78
15.67
Sumatera Barat lebih
Kalimantan Timur
Indonesia 15.1078 tinggi dibandingkan
Nusa Tenggara Barat 14.78
Riau 14.67 Indonesia.
Sulawesi Barat 14.67
Bengkulu 14.31
Sumatera Utara 14.00
Jambi 13.52
Sulawesi Utara 13.51
Lampung 13.31
Sulawesi Tenggara 12.68
Maluku 11.75
Nusa Tenggara Timur 11.74
Bali 11.69
Banten 9.98
Papua 9.49
Gorontalo 8.77
Jawa Barat 8.17
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Sumber35.00
: SDT 2014, tabel 3.2.39 halaman 50

39
 PREVALENSI STROKE (PERMIL) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN MENURUT KABU PATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
Padang Pariaman 21

Agam 18.1

Tanah Datar 16.2

9 Kabupaten/Kota dengan
Sijunjung 16.1 prevalensi stroke lebih besar
Solok 14.6 dari prevalensi di Sumatera Barat.
Lima Puluh Kota 14.5

Kota Sawah Lunto 12.8

12.7

!
Kota Solok

Kota Bukittinggi 12.4 Kab. Padang Pariaman

12 dari 1000 penduduk ≥ 15
Sumatera Barat 12.2 tahun di Sumatera Barat
9.9
Pasaman Barat mengalami stroke.
Kota Padang Panjang 9.7

Kota Payakumbuh 9.6

Kepulauan Mentawai 9

Pasaman 8.7

Kota Padang 8.4

Kota Pariaman 8.2

Pesisir Selatan 7.9

Dharmasraya 6.9

Solok Selatan 4.9

0 5 10 15 20 25 Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.5. halaman 79

Sumber : RKD Dalam
Ket :
* = Prevalensi diukur berdasarkan diagnosis dokter dan gejala (D/G) pada responden.
40
 PREVALENSI JANTUNG KORONER (PERMIL) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
Solok 2.9

Kota Solok 1.9

Padang Pariaman 1.9 9 Kabupaten/Kota dengan

Tanah Datar 1.9 prevalensi jantung koroner
Kota Sawah Lunto 1.8 lebih besar dari
Solok Selatan 1.5 prevalensi di Sumatera
Lima Puluh Kota 1.5 Barat.
Pesisir Selatan 1.4

!
Kota Payakumbuh 1.3

Sumatera Barat 1.2 1 dari 1000 penduduk ≥ 15 tahun di Sumatera Kota Solok
Sijunjung 1.1 Barat menderita penyakit jantung koroner.
Kota Pariaman 0.9

Pasaman 0.9

Kota Bukittinggi 0.8

Pasaman Barat 0.8

Agam 0.8

Kota Padang Panjang 0.6

Kota Padang 0.6

Kepulauan Mentawai 0.2

Dharmasraya 0.1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.5. halaman 79
Ket :
* = Prevalensi diukur berdasarkan diagnosis dokter dan gejala pada responden (D/G).
41
 PREVALENSI DIABETES PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA
BARAT, 2013/2014
Padang Pariaman 3.2

Kota Padang Panjang 2.8

2.7
8 Kabupaten/Kota dengan
Kota Pariaman
Kota Sawah Lunto 2.6 prevalensi diabetes lebih
Pasaman Barat 2.5 besar dari prevalensi di
Sijunjung 2.4 Sumatera Barat
Pesisir Selatan 2.1

Kota Solok 2

Sumatera Barat
Kota Payakumbuh
Kota Padang
1.8
1.8
1.8
1 dari 100 penduduk ≥ 15
tahun di Sumatera Barat
menderita diabetes
! Kab. Padang Pariaman

Lima Puluh Kota 1.8

Solok Selatan 1.6

Tanah Datar 1.6

Solok 1.6

Kota Bukit tinggi 1.4

Dharmasraya 1

Pasaman 0.9

Agam 0.8

Kepulauan Mentawai 0.3

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013 Tabel 3.5.3 halaman 77
Ket :
* = Prevalensi diukur berdasarkan pengukuran diagnosis/gejala (D/G)
42
 PREVALENSI STROKE (PERMIL) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN DAN RERATA ASUPAN LEMAK (GRAM) MENURUT DAERAH DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014

60

50

40 Tabel 21
Prevalensi Stroke dan Rerata Asupan Lemak

30
Daerah Prevalensi Stroke (‰) Rerata asupan lemak
Perkotaan (1)
(gr/org/hari)(2)
20 Pedesaan Perkotaan 11,6 56,2
Pedesaan 12,6 44,9
10

0
Prevalensi Stroke Rerata Asupan
(%) Lemak
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.6 halaman 80
(2) SDT 2014, tabel 3.7.8, halaman 120; tabel 3.7.9 halaman 121 43
 PREVALENSI STROKE (PERMIL) PADA PENDUDUK ≥ 15 TAHUN DAN RERATA ASUPAN LEMAK (GRAM) MENURUT JENIS KELAMIN DI
PROVINSI SUMATERA BARAT, 2013/2014

60

50
Tabel 22
40 Prevalensi Stroke dan Rerata Asupan Lemak

30 Jenis Kelamin Prevalensi Stroke (‰) Rerata asupan lemak

Laki-Laki (1)
(gr/org/hari)(2)
20 Perempuan Laki – laki 11,8 51,9
Perempuan 12,5 47,2
10

0
Prevalensi Stroke Rerata Asupan
(%) Lemak
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.6 halaman 166
(2) SDT 2014, Tabel 3.7.10 halaman 122 44
 PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PERMIL) PADA PENDUDUK > 15 TAHUN DAN RERATA ASUPAN LEMAK (GRAM) MENURUT
DAERAH, SUMATERA BARAT – 2013/2014

60

50

40 Tabel 23
Prevalensi PJK dan Rerata Asupan Lemak

30 Daerah Prevalensi PJK (‰) (1) Rerata asupan lemak

Perkotaan (gr/org/hari)(2)
20 Pedesaan Perkotaan 1 56,2
Pedesaan 1,4 44,9
10

0
Prevalensi PJK (%) Rerata Asupan
Lemak
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.6 halaman 80
(2) SDT 2014, tabel 3.7.8, halaman 120; tabel 3.7.9 halaman 121 45
 PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PERMIL) PADA PENDUDUK > 15 TAHUN DAN RERATA ASUPAN LEMAK (GRAM) MENURUT
JENIS KELAMIN, SUMATERA BARAT – 2013/2014

60

50
Tabel 24
40 Prevalensi PJK dan Rerata Asupan Lemak

30 Jenis Kelamin Prevalensi PJK (‰) (1) Rerata asupan lemak

Laki-Laki (gr/org/hari)(2)
Laki – laki 1,1 51,9
20 Perempuan
Perempuan 1,3 47,2
10

0
Prevalensi PJK (%) Rerata Asupan
Lemak
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.6 halaman 80
(2) SDT 2014, Tabel 3.7.10 halaman 122 46
 PREVALENSI DIABETES (≥ 15 TAHUN) & ASUPAN GULA* (gram/org/hari), 2013/2014

15.3

16 1 dari 100 penduduk ≥ 15 tahun di

Sumatera Barat mengalami diabetes.
14

Prevalensi diabetes di Sumatera Barat sebesar

12
1,8%; dan asupan gula (15,3 gram) lebih
rendah dari nasional ( 15,7 gram).
10

4 1.8

Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.3 halaman 77
0 SDT 2014, tabel 3.3.2 halaman 54, tabel 3.5.2 halaman 84
Diabetes melitus (%) Asupan gula (gr/org/hr)
Ket :
* = Asupan gula (gram) pada seluruh kelompok umur
Prevalensi diabetes melitus diukur berdasarkan D/G
47
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR PADA DEWASA
(KELOMPOK UMUR >18 TAHUN)

48
 RERATA ASUPAN NATRIUM (mg) PADA PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Nusa Tenggara Barat 3305
DKI Jakarta 3130
Kep.Bangka Belitung 3087
Sulawesi Tenggara 2985
Sulawesi Selatan 2934
Banten 2885 Peringkat 13
Jawa Tengah 2873
Jawa Timur 2859 tertinggi dari
2850
Kalimantan Selatan
Jambi 2807 33 Provinsi
Sumatera Selatan 2772
Jawa Barat 2757
Sumatera Barat 2718
Indonesia 2702 Rerata asupan natrium
Aceh
Kepulauan Riau
2702
2700
di Sumatera Barat lebih
Kalimantan Timur 2679
2636
tinggi dibandingkan
Kalimantan Barat
DI Yogyakarta 2606 Indonesia.
Kalimantan Tengah 2581
Bali 2545
Lampung 2472
Sulawesi Barat 2424
Papua Barat 2369
Sumatera Utara 2326
Bengkulu 2168
Maluku Utara 2094
Riau 2051
Maluku 2017
Nusa Tenggara Timur 2015
Sulawesi Tengah 1968
Sulawesi Utara 1809
Gorontalo 1594
Papua 1426 Sumber : SDT 2014, tabel 3.10.11 halaman 154
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

49
 PREVALENSI HIPERTENSI (%) PADA PENDUDUK ≥ 18 TAHUN (%) MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
Padang Pariaman 28.8

28.7
Kota Payakumbuh
12 Kabupaten/Kota dengan
27
Kota Sawah Lunto
prevalensi hipertensi lebih
Sijunjung 26

Kota Padang Panjang 25.9

besar dari prevalensi di
Solok 25.8
Sumatera Barat.
Kota Bukit tinggi 25.3

Lima Puluh Kota 24.9

Kota Padang

Kota Solok

Pasaman 23.5
24.2

23.9 ! Kab. Padang Pariaman &

Kota Payakumuh
Dharmasraya 23

Sumatera Barat 22.6

Pesisir Selatan 21.2
22 dari 100 penduduk ≥
Agam 19.6
18 tahun di Sumatera
Solok Selatan 18.3 Barat menderita
Tanah Datar 16.5 hipertensi.
Kepulauan Mentawai 15.6

Pasaman Barat 15.3

Kota Pariaman 14.9

0 5 10 15 20 25 30
Sumber : RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.3 halaman 77
Ket :
* = Prevalensi diukur berdasarkan pengukuran (U)
50
 PREVALENSI HIPERTENSI (%) PADA PENDUDUK > 18 TAHUN DAN RERATA ASUPAN NATRIUM (MG) MENURUT DAERAH, SUMATER A
BARAT - 2013/2014

24.5 2780
24 2760
23.5 2740
23
2720
22.5 Tabel 25
2700 Prevalensi Hipertensi dan Rerata Asupan Natrium
22
21.5 2680 Daerah Prevalensi Hipertensi Rerata asupan natrium
(%) (1) (gr/org/hari)(2)
21 2660
20.5 2640 Perkotaan 24 2762
20 Rerata Asupan Pedesaan 21,6 2687
Prevalensi Natrium
Hipertensi (%) (gr/org/hari)

Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.4 halaman 164
(2) SDT 2014, tabel 3.10.9 halaman 152; tabel 3.10.10 halaman 153 51
 PREVALENSI HIPERTENSI (%) PADA PENDUDUK > 18 TAHUN DAN RERATA ASUPAN NATRIUM (MG) MENURUT JENIS KELAMIN,
SUMATERA BARAT – 2013/2014

30 2740
25 2730
2720 Tabel 26
20
2710 Prevalensi Hipertensi dan Rerata Asupan Natrium

15 Jenis Kelamin Prevalensi Hipertensi Rerata asupan natrium

2700
(%) (1) (gr/org/hari)(2)
10 2690
Laki – laki 20,2 2698
5 2680
Perempuan 24,9 2737
2670
0 Rerata Asupan
Prevalensi Hipertensi Natrium
(%) (gr/org/hari)
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Sumatera Barat 2013, Tabel 3.5.4 halaman 164
(2) SDT 2014, Tabel 3.10.11 halaman 154 52
 RERATA ASUPAN GARAM (GRAM) PADA PENDUDUK > 18 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013/2014
Nusa Tenggara Barat 8.23
Kep.Bangka Belitung 7.81
DKI Jakarta 7.80
Sulawesi Tenggara 7.48
Banten 7.36
Sulawesi Selatan 7.26 Peringkat 12
Jambi 7.13
Jawa Timur 7.13 terendah dari
Jawa Tengah 7.12
Kalimantan Selatan 7.09 33 Provinsi
Sumatera Selatan 6.98
Aceh 6,88
Jawa Barat 6.86
Sumatera Barat 6.81 Rerata asupan garam di
INDONESIA 6.78
Kalimantan Timur 19,60 Sumatera Barat lebih
Kepulauan Riau 6.74
Kalimantan Barat 6.67 rendah dibandingkan
Kalimantan Tengah
DI Yogyakarta
6.50
6.48
Indonesia.
Bali 6.31
Lampung 6.29
Sulawesi Barat 6.10
Sumatera Utara 6.03
Papua Barat 6.01
Bengkulu 5.50
Maluku Utara 5.30
Riau 5.22
Nusa Tenggara Timur 5.12
Maluku 5.04
Sulawesi Tengah 4.95
Sulawesi Utara 4.65
Gorontalo 3.95
Papua 3.64
Sumber : SDT 2014, tabel 3.10.11 halaman 154
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

53
 PREVALENSI HIPERTENSI PADA KELOMPOK UMUR ≥ 18TAHUN DAN RERATA ASUPAN GARAM MENURUT DAERAH DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
30

25

20

Tabel 25
15 Prevalensi Hipertensi dan Rerata Asupan Garam
Perkotaan
10 Pedesaan Daerah Prevalensi Rerata asupan
Hipertensi (%) (1) garam
(gr/org/hari)(2)
5 Perkotaan 24 6.85
Pedesaan 21.6 6.79
0
Prevalensi Rerata Asupan
Hipertensi (%) Garam
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Aceh 2013, Tabel 7.4 halaman 105
(2) SDT 2014, tabel 3.10.9 halaman 152; tabel 3.10.10 halaman 153 54
 PREVALENSI HIPERTENSI PADA KELOMPOK UMUR ≥ 18TAHUN DAN RERATA AS UPAN GARAM MENURUT JENIS KELAMIN DI PROVINSI
SUMATERA BARAT, 2013/2014
30

25

20

15 Tabel 26
Laki-Laki Prevalensi Hipertensi dan Rerata Asupan Garam

10 Perempuan Jenis Kelamin Prevalensi Rerata asupan

Hipertensi (%) (1) garam
(gr/org/hari)(2)
5 Laki – laki 20.2 6.78
Perempuan 24.9 6.85
0
Prevalensi Rerata Asupan
Hipertensi (%) Garam
(gr/org/hari)

Sumber : (1) RKD Dalam Angka Aceh 2013, Tabel 7.4 halaman 105
(2) SDT 2014, Tabel 3.10.11 halaman 154 55
TERIMA KASIH

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2015