DIABETES MELLITUS
DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD CIBABAT CIMAHI
Oleh :
Anggie Bellina Pratiwi (172110086)
Insani Aulia Kadri (172110130)
Mega Marta Putri (172110134)
Nadia Fadhila (172110101)
Novitri Ayu Ningsih (172110139)
Rosi Yunita Putri (172110146)
LAMPIRAN MATERI
DIABETES MELITUS
A. Definisi DM
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia atau tingginya kadar gula darah yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
B. Klasifikasi DM
DM TIPE 1 DM TIPE 2
Usia saat awal diabetes Biasanya pada usia Sering terjadi setelah usia
kanak-kanak atau 35 tahun: gejala timbul
pubertas: gejala timbul secara berangsur-angsur
dengan cepat
Status gizi pada awal Sering sudah terlihat Biasanya terdapat
diabetes kekurangan gizi obesitas
Defesiensi Tidak terdapat produksi Tidak mampu untuk
insulin memproduksi insulin
dalam jumlah yang tepat
Terapi Insulin selalu diperlukan Diet, olahraga, obat
hiperglikemia oral,
insulin
Sumber: Ferrier DR. 2014
C. Tanda dan Gejala DM
Patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl) (PERKENI, 2015)
1. Gula darah sewaktu (GDS) : ≥ 200
2. Gula darah puasa : ≥ 126
3. GD 2 jam PP : ≥ 200
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi: (PERKENI, 2015)
1. Gejala akut diabetes melitus, yaitu poliphagia (banyak makan) polidipsia
(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),
nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
2. Gejala kronik diabetes melitus, yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
D. Faktor Resiko
Yang termasuk faktor risiko DM menurut Perkeni (2011) yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi (unmodifiable risk factor)
adalah Faktor risiko yang sudah ada dan melekat pada seseorang
sepanjang kehidupannya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh dirinya. Faktor risiko DM yang tidak dapat di
modifikasi antara lain:
a) Ras dan etnik
Ras atau etnik yang dimaksud contohnya seperti suku atau kebudayaan
setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu factor
risiko DM yang berasal dari lingkungan sekitar (Masriadi,2012).
b) Riwayat keluarga dengan DM
Seorang anak yang merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan DM (Ayah, ibu, laki-laki, saudara perempuan) beresiko
menderita DM. Bila salah satu dari kedua orang tuanya menderita DM
maka risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% dan bila
kedua orang tuanya menderita DM maka kemungkinan anak terkena
DM tipe 2 adalah 75%. Pada umunya apabila seseorang menderita DM
maka saudara kandungnya mempunyai resiko DM sebanyak 10%
(Kemenkes, 2008). Ibu yang terkena DM mempunyai resiko lebih
besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari seorang ibu
(Trisnawati, 2013).
c. Usia
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia lebih dari 45 tahun sebaiknya harus
dilakukan pemeriksaan DM. Diabetes seringkali ditemukan pada
masyarakat dengan usia yang sudah tua karena pada usia tersebut, fungsi
tubuh secara fisiologis makin menurun dan terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh untuk mengendalikan
gluskosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014).
d. Riwayat Melahirkan
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi yaitu lebih dari 4000 gram
atau riwayat pernah menderita diabetes mellitus gestasional (DMG)
berpotensi untuk menderita DM tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang
pernah melahirkan anak dengan berat lebih dari 4 kg biasanya dianggap
sebagai praDiabetes (Kemenkes, 2018).
e. Riwayat kelahiran
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2,5 kg.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan berat badan normal. Seseorang
yang lahir dengan BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas
sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan
terganggu. Hal tersebut menjadi dasar mengapa riwayat BBLR seseorang
dapat berisiko terhadap kejadian BBLR (Kemenkes, 2018).
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
a. Berat badan berlebih (IMT > 23 kg/m2).
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan10
subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati).
Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan. Indeks
masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2.
Jika lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang tersebut
mengalami obesitas (Gusti & Erna, 2014).
energy = 70 Kalori
Fatimah, Restiana Noor. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. J Majority, 4 (5), 94-100
Sumber: Ferrier DR, Lippincott’s Ilustrated Review Biokimia. Edisi ke-6.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher; 2014.
Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Volume 8. No.1 : 39-44.
Malik VS, Popkin BM, Bray GA, Després JP, Willett WC, Hu FB. Sugar-
sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-
analysis. Diabetes care. 2010 Nov 1;33(11):2477-83.
Masriadi, 2012 dalam Syamiyah (2014) factor resiko kejadian DM tipe 2 pada
wanita di puskesmas kecamatan Pesanggarahan Jakarta selatan. Skripsi
.Universitas Islam Syarif Hidayatulloh.
Min, Jae Eun, et al. 2016. Calories and sugars in boba milk tea: implications for
obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food Science and Nutrition. 5(1): 38–45
Murti L.Y. (2016). Hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang (Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran, Semarang).
Trisnawati, S., Widarsa, T., Suastika, K. 2013. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.
Public Healt And Preventive Medicine Archive. Vol 1 No.1
Wang M., Min Y., Le F. & Ru Y.H. (2014). Association between sugar-sweetened
beverages and type 2 diabetes: a meta-analysis. Journal of Diabetes Investigation,
6(3, 360–366).