Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN GIZI

DIABETES MELLITUS
DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD CIBABAT CIMAHI

RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI


TAHUN 2020

Jln. Jendral H.Amir Machmud No.140 Cimahi-40513


Telp.(022) 665-2025 faz (022) 6649112-email : rsudcibabat@cimahikota.go.id
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN GIZI
DIABETES MELLITUS
DI POLI PENYAKIT DALAM
RSUD CIBABAT CIMAHI

Oleh :
Anggie Bellina Pratiwi (172110086)
Insani Aulia Kadri (172110130)
Mega Marta Putri (172110134)
Nadia Fadhila (172110101)
Novitri Ayu Ningsih (172110139)
Rosi Yunita Putri (172110146)

Poltekkes Kemenkes RI Padang


Prodi Diploma III Gizi
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI

Topik : Diabetes Mellitus


Sasaran/Target : Pengunjung Poli Penyakit Dalam
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020
Jam : 07.30 WIB
A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti penyuluhan peserta dapat mengetahui dan
memahami tentang diabetes mellitus.
B. Tujuan Khusus
Pada akhir penyuluhan, peserta dapat :
1. Mengetahui dan memahami DM
2. Menjelaskan tentang klasifikasi DM
3. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala DM tipe 2
4. Mengetahui dan Memahami Faktor Resiko DM
5. Mengetahui dan memahami diet pada penderita DM tipe 2
6. Mengetahui dan memahami kandungan gula dan kalori dalam minuman
berpemanis
7. Mengetahui dan memahami anjuran konsumsi gula dalam sehari menurut
kemenkes
8. Mengetahui dan memahami kaitan konsumsi gula dengan DM
C. Materi :
1. Pengertian DM
2. Klasifikasi DM
3. Tanda dan gejala DM
4. Faktor Resiko DM
5. Diet pada penderita DM
6. Kandungan gula dan kalori beberapa minuman
7. Anjuran konsumsi gula dalam sehari menurut kemenkes
8. Kaitan konsumsi gula dengan DM
D. Media :
● Powerpoint
● Leaflet
● Poster
E. Metode :
● Ceramah
● Diskusi
F. Setting Tempat
● Poli Penyakit Dalam
G. Pemateri :
- Anggie Bellina Pratiwi
- Insani Aulia Kadri
- Mega Marta Putri
- Nadia Fadhila
- Novitri Ayu Ningsih
- Rosi Yunita Putri
H. Kegiatan :

No. Kegiatan Waktu


Penyuluh Sasaran
1. Pendahuluan : a. Menjawab Salam 5 Menit
a. Salam Pembuka b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan Diri c. Memperhatikan
c. Menyampaikan Maksud
dan Tujuan dari
Penyuluhan yang akan
dilaksanakan
2. Kegiatan Inti : 15 Menit
a. Pertanyaan pembuka a. Mendengarkan
untuk peserta b. Memperhatikan
b. Menjelaskan tentang
DM
c. Menjelaskan tentang
klasifikasi DM
d. Menjelaskan tanda dan
gejala DM
e. Menjelaskan tentang
faktor risiko DM
f. Menjelaskan tentang
diet pada penderita DM
g. Menjelaskan kandungan
gula dan kalori
minuman berpemanis
h. Menjelaskan anjuran
konsumsi gula dalam
sehari menurut
kemenkes
i. Menjelaskan kaitan
konsumsi gula dengan
DM
3. Penutup : 10 menit
a. Menyimpulkan Materi a. Menyimak dan
yang telah disampaikan Memperhatikan
b. Sesi tanya jawab
c. Mengakhiri Kegiatan
Penyuluhan
d. Salam Penutup b. Menjawab Salam

LAMPIRAN MATERI

DIABETES MELITUS
A. Definisi DM
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia atau tingginya kadar gula darah yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
B. Klasifikasi DM
DM TIPE 1 DM TIPE 2
Usia saat awal diabetes Biasanya pada usia Sering terjadi setelah usia
kanak-kanak atau 35 tahun: gejala timbul
pubertas: gejala timbul secara berangsur-angsur
dengan cepat
Status gizi pada awal Sering sudah terlihat Biasanya terdapat
diabetes kekurangan gizi obesitas
Defesiensi Tidak terdapat produksi Tidak mampu untuk
insulin memproduksi insulin
dalam jumlah yang tepat
Terapi Insulin selalu diperlukan Diet, olahraga, obat
hiperglikemia oral,
insulin
Sumber: Ferrier DR. 2014
C. Tanda dan Gejala DM
Patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl) (PERKENI, 2015)
1. Gula darah sewaktu (GDS) : ≥ 200
2. Gula darah puasa : ≥ 126
3. GD 2 jam PP : ≥ 200
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi: (PERKENI, 2015)
1. Gejala akut diabetes melitus, yaitu poliphagia (banyak makan) polidipsia
(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),
nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
2. Gejala kronik diabetes melitus, yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
D. Faktor Resiko
Yang termasuk faktor risiko DM menurut Perkeni (2011) yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi (unmodifiable risk factor)
adalah Faktor risiko yang sudah ada dan melekat pada seseorang
sepanjang kehidupannya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh dirinya. Faktor risiko DM yang tidak dapat di
modifikasi antara lain:
a) Ras dan etnik
Ras atau etnik yang dimaksud contohnya seperti suku atau kebudayaan
setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu factor
risiko DM yang berasal dari lingkungan sekitar (Masriadi,2012).
b) Riwayat keluarga dengan DM
Seorang anak yang merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan DM (Ayah, ibu, laki-laki, saudara perempuan) beresiko
menderita DM. Bila salah satu dari kedua orang tuanya menderita DM
maka risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% dan bila
kedua orang tuanya menderita DM maka kemungkinan anak terkena
DM tipe 2 adalah 75%. Pada umunya apabila seseorang menderita DM
maka saudara kandungnya mempunyai resiko DM sebanyak 10%
(Kemenkes, 2008). Ibu yang terkena DM mempunyai resiko lebih
besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari seorang ibu
(Trisnawati, 2013).

c. Usia
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia lebih dari 45 tahun sebaiknya harus
dilakukan pemeriksaan DM. Diabetes seringkali ditemukan pada
masyarakat dengan usia yang sudah tua karena pada usia tersebut, fungsi
tubuh secara fisiologis makin menurun dan terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh untuk mengendalikan
gluskosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014).
d. Riwayat Melahirkan
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi yaitu lebih dari 4000 gram
atau riwayat pernah menderita diabetes mellitus gestasional (DMG)
berpotensi untuk menderita DM tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang
pernah melahirkan anak dengan berat lebih dari 4 kg biasanya dianggap
sebagai praDiabetes (Kemenkes, 2018).
e. Riwayat kelahiran
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2,5 kg.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan berat badan normal. Seseorang
yang lahir dengan BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas
sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan
terganggu. Hal tersebut menjadi dasar mengapa riwayat BBLR seseorang
dapat berisiko terhadap kejadian BBLR (Kemenkes, 2018).
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
a. Berat badan berlebih (IMT > 23 kg/m2).
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan10
subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati).
Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan. Indeks
masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2.
Jika lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang tersebut
mengalami obesitas (Gusti & Erna, 2014).

b. Kurangnya aktivitas fisik.


Kurang aktivitas fisik dan berat badan berlebih merupakan faktor
yang paling utama dalam peningkatan kejadian Diebets Mellitus
tipe 2 di seluruh dunia (Rios, 2010). Menurut WHO yang
dimaksud dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit
menit tanpa berhenti dengan melakukan kegiatan fisik ringan,
sedang maupun berat. Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah
penting selain untuk menghidari obesitas, juga untuk mencegah
terjadinya diabetes Mellitus tipe . Pada waktu melakukan aktivitas
dan bergerak, otot-otot memakai lebih banyak glukosa daripada
pada waktu tidak bergerak. Dengan demikian kosentrasi glukosa
darah akan menurun. Melalui olahraga/kegiatan jasmani, insulin
akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam
sel-sel otot untuk digunakan (Soegondo, 2008).
c. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
Disfungsi endotel merupakan salah satu patofisiologi umum yang
menjelaskan hubungan yang kuat antara tekanan darah dan
kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa penanda disfungsi endotel berhubungan
dengan durasi lamanya menderita Diabetes dan disfungsi endotel
berkaitan erat dengan hipertensi (Gusti & Erna, 2014).
d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama
dariaterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Arteosklerosis
dapat menyebabkan aliran darah terganggu. Dislipidemia adalah
salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain
Diabetes dan hipertensi (Pramono, 2009) .
e. Diet tak sehat (unhealthy diet)
Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes dan akhirnya menderita diabetes mellitus
tipe 2.

E. Diet pada penderita DM


Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Berikut adalah tujuan, prinsip dan syarat diet,
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita DM : (Almatsier,
2010)
1. Penatalaksanaan DM
Menurut Waspadji (2007) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical
Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga)
J yangharus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes
mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan.
Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut:
a. Jumlah makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi
penderita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah
kalori yang disarankan berkisar antara 1100-2500 KKal
b. Jenis makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana
harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat
(Waspadji, 2007).
c. Jadwal makan
Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan
sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan
interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada
kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan
perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar
glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas
akibat kekurangan zat gizi (Waspadji, 2007).
2. Tujuan diet
a. Tercapainya dan dipertahankannya keluaran metabolik optimal :
• Gula darah mendekati normal mencegah komplikasi diabetes
• Profil lipid serum optimal  mengurangi resiko makrovaskuler
• Tekanan darah normal  mengurangi resiko makrovaskuler
b. Mencegah dan terapi komplikasi kronik diabetes  Modifikasi in take
zat gizi dan lifestyle
3. Prinsip dan Syarat Diet (1900 kkal)
a. Nasi/penukar 3x sehari ( 5 ½ penukar/hari)
b. Telur/penukar sebanyak 3 penukar/hari (3 butir telur/penukar)
c. Tempe/penukar sebanyak 3-4 penukar/hari (3-4 ptg tempe/hari)
d. Sayuran 3x sehari (3 gelas/hari)
e. Buah 4x sehari (4 bh jeruk/penukar/ hari)
f. Minyak/penukar 4 sdm/hari
g. Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan.
4. Bahan Makanan Yang Dianjurkan
a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi
dan sagu
b. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
tempe, tahu dan kacang-kacangan.
c. Makanan terutama yang diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup,
direbus dan dibakar
5. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
a. mengandung banyak gula sederhana, seperti :
 gula pasir, gula jawa
 sirup, jam, jelly, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu
kental manis, minuman botol ringan dan es krim
b. mengandung banyak lemak, seperti cake, fastfood, goreng-gorengan
c. mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan
F. Kandungan Gula Minuman Berpemanis
Sugar sweetened beverages merupakan minuman yang mengandung gula dan
pemanis lainnya seperti sukrosa dan fruktosa tinggi yang umumnya terdapat pada
sirup jagung dan konsentrat buah serta mencakup hampir seluruh spektrum
minuman ringan misalnya minuman berkarbonasi, susu berperisa, softdrink,
minuman olahraga, minuman energi dan teh berperisa dengan rasa yang sangat
beragam (Andrea Giancoli, R.D., M.H.P., 2011).
Sugar sweetened beverages merupakan minuman dengan takaran gula yang
tinggi dan tersedia dalam berbagai macam jenis minuman, namun umumnya
sugar sweetened beverages hanya mengandung ekstra kalori tanpa kandungan
ekstra nutrisi yang baik dan bermanfaat bagi tubuh (Sugar-Sweetened Beverages
Guide. 2010).
Hasil penelitian “Calories and sugars in boba milk tea: implications for
obesity risk in Asian Pacific Islanders” didapatkan nilai gula dan kalori dalam
minuman boba disajikan dengan komponen gabungan yang berbeda.
Tabel.1. Nilai gula dan kalori dalam minuman boba
Cup kecil Gula (gr) Energi Cup besar Gula (gr) Energi
(473 ml) (kkal) (946 ml) (kkal)
Milk 38 299 Milk 57 448
tea+tapioca tea+tapioka
Milk 43 269 Milk 72 431
tea+jelly tea+jelly
Sumber : Calories and sugars in boba milk tea: implications for obesity risk in
Asian Pacific Islanders
1 botol kemasan = 240 ml
gula = 18 gr = 2 sdm

energy = 70 Kalori

1 kaleng soda 330 ml


gula = 35-50 gr =7-10 sdt
Energi =140 Kalori

G. Anjuran Konsumsi Gula Dalam Sehari Menurut Kemenkes


Gula merupakan sumber tenaga instan yang bertugas meningkatkan tekanan
darah dan fungsi otak serta meredakan stress. Batasan konsumsi gula per hari
berdasarkan PERMENKES RI No. 30 Tahun 2013 adalah 50 gram atau setara
dengan 4 sendok makan. Dampak negatif dari konsumsi gula berlebihan adalah
munculnya resiko diabetes melitus (insulin tidak sensitif/resisten), kegemukan,
serta penyakit metabolik lainnya seperti jantung, stroke dan hipertensi.
Pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi gula adalah dengan
melakukan cek kandungan gula dalam kemasan makanan yang akan kita
konsumsi, kurangi penggunaan gula atau ganti dengan gula rendah kalori
misalnya menghindari minuman ringan, jus kemasan, atau kue-kue manis. Selain
itu, ganti gula dengan buah-buahan segar dan rutin lakukan cek akdar gula untuk
memantau kandungan gula dalam tubuh kita (Kemenkes,2018).
H. Kaitan Konsumsi Gula Dengan DM
Konsumsi gula yang berlebihan dapat berdampak terhadap peningkatan berat
badan, yang jika dilakukan dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar gula
darah sehingga menyebabkan terjadinya penyakit diabetes tipe 2 (Kemenkes,
2014). Terjadinya peningkatan berat badan berisiko terhadap kejadian obesitas,
yaitu terjadinya kelebihan energi di dalam tubuh yang kemudian akan disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Tingginya penumpukan lemak di dalam tubuh dapat
menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang kemudian akan memengaruhi
kadar glukosa di dalam darah (PERKENI, 2015).
Orang yang mengonsumsi minuman manis secara teratur 1 hingga 2 kaleng
sehari atau lebih memiliki risiko 26% lebih besar terkena diabetes tipe 2 daripada
orang yang jarang minum minuman manis (Malik VS, et al, 2010).
Dalam Framingham Heart Study, pria dan wanita yang minum satu atau lebih
soft drink sehari, berisiko 25 % lebih mungkin mengalami masalah dalam
mengelola gula darah dan hampir 50 persen lebih mungkin mengembangkan
sindrom metabolik. (Dhingra R, et al, 2007).
Hal ini sejalan dengan penelitian Murti (2016) yang meneliti tentang
hubungan kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian diabetes mellitus di
Kabupaten Semarang, yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan
konsumsi gula lebih banyak memiliki risiko sebesar 3,9 kali menderita diabetes
mellitus dibandingkan dengan orang yang konsumsi gulanya lebih sedikit.
Penelitian
Wang, et al. (2014) tentang hubungan antara sugar-sweetened beverages
dengan kejadian diabetes mellitus menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna konsumsi minuman manis (SSBs) dengan risiko kejadian diabetes
mellitus (RR 1,30, 95% CI 1,21–1,39), dimana orang yang mengonsumsi SSBs
lebih banyak memiliki risiko menderita diabetes mellitus sebanyak 1,3 kali
dibandingkan orang yang mengonsumsi SSBs lebih sedikit.
I. KESIMPULAN
 Kebiasaan minum minuman berpemanis tanpa disadari dapat menjadi
pemicu timbulnya DM dikarenakan kandungan gula yang tinggi serta
tingkat keseringan dalam mengkonsumsi
 Konsumsi gula diatas anjuran sehari dapat menyebabkan kelebihan
berat badan yang akan berisiko terhadap kerja pangkreas yang tidak
mencukupi memproduksi insulin, sehingga mempengaruhi kadar
glukosa dalam darah
 Ada 2 faktor resiko DM, faktor yang tidak dapat diubah : usia,
ras/etnik, riwayat keluarga DM, riwayat kelahiran, dan riwayat
melahirkan. Sedangkan faktor yang dapat diubah : hipertensi,
dyslipidemia, kurang aktifitas fisik, obesitas dan diet tak sehat.
 3 prinsip penatalaksanaan DM adalah 3J : tepat jumlah, tepat jadwal
dan tepat jenis.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedian Pustaka Utama


Andrea Giancoli, R.D., M.H.P., 2011. Sugary Drinks: A Big Problem for Little
Kids. California Center for Public Health Advocacy (CCPHA)

Fatimah, Restiana Noor. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. J Majority, 4 (5), 94-100
Sumber: Ferrier DR, Lippincott’s Ilustrated Review Biokimia. Edisi ke-6.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher; 2014.
Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Volume 8. No.1 : 39-44.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman gizi seimbang. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Batasan Aman Konsumsi Gula, Garam dan Minyak.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Malik VS, Popkin BM, Bray GA, Després JP, Willett WC, Hu FB. Sugar-
sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-
analysis. Diabetes care. 2010 Nov 1;33(11):2477-83.
Masriadi, 2012 dalam Syamiyah (2014) factor resiko kejadian DM tipe 2 pada
wanita di puskesmas kecamatan Pesanggarahan Jakarta selatan. Skripsi
.Universitas Islam Syarif Hidayatulloh.
Min, Jae Eun, et al. 2016. Calories and sugars in boba milk tea: implications for
obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food Science and Nutrition. 5(1): 38–45

Murti L.Y. (2016). Hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang (Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran, Semarang).

PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia, PERKENI, Jakarta.

PERKENI, 2011, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia, PERKENI, Jakarta.

Pramono L.A., 2009. Dislipidemia. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia. Edisi 7,


Volume 35.

Sugar-Sweetened Beverages Guide. 2010. The CDC Guide to Strategies for


Reducing the Consumption of Sugar-Sweetened Beverages. United States
Soegondo, S., 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing
Manis Sakit Gula. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Trisnawati, S., Widarsa, T., Suastika, K. 2013. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.
Public Healt And Preventive Medicine Archive. Vol 1 No.1

Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta

Wang M., Min Y., Le F. & Ru Y.H. (2014). Association between sugar-sweetened
beverages and type 2 diabetes: a meta-analysis. Journal of Diabetes Investigation,
6(3, 360–366).

Anda mungkin juga menyukai