Anda di halaman 1dari 16

Laporan

Mekanika Fluida dan Partikel

Karakteristik Pompa
Rhama Bagus Kurniawan* (1), Annisa Alifia Rahmah (2) dan Zela Marni Safitri
Ir. Agung Subyakto, MS.
Departemen Teknik Kimia Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019

Abstrak

Pompa adalah suatu alat atau mesin untuk memindahkan cairan dari satu tempat ketempat lain
melalui suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan
berlangsung secara terus menerus. Pompa sentrifugal adalah sebuah jenis pompa yang popular
digunakan dalam dunia industri. Pompa sentrifugal sendiri memiliki prinsip kerja yang mengubah
energy kinetis yang berawal dari kecepatan aliran sebuah fluida menjadi energi potensial atau energy
dinamis. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui karakteristik pompa sentrifugal dan untuk
mengetahui hubungan kurva sistem antara parameter-parameter pompa meliputi Tekanan (P),
Efisiensi (η), Work Horse Power (WHP), Brake Horse Power (BHP) terhadap volumetric flow rate (Q)
pada konfigurasi aliran sistem.
Prosedur Percobaan untuk mengetahui karakteristik pompa sentrifugal yaitu pertama melakukan
tahapan persiapan dengan cara mengukur temperatur, viskositas, dan mengecek pompa yang akan
digunakan. Setelah itu melakukan tahapan percobaan yaitu melakukan pengaturan V2 hingga
memperoleh Q sesuai variabel yang ditentukan dengan membuka penuh V3 dan menutup penuh V4 untuk
sirkuit 1. Melakukan hal yang sebaliknya untuk sirkuit 2. Selanjutnya, mengamati dan mencatat tekanan
pada barometer sesuai variabel, mencatat waktu putaran kWh meter untuk setiap putaran pada, dan
mengukur static head (SH). Mengulangi percobaan yang sama pada sirkuit 2.
Setelah melakukan percobaan didapatkan hasil hubungan kurva sistem antara parameter tekanan
(P) memiliki hasil semakin tinggi volumetric flow rate (Q) maka semakin tinggi tekanan (P) yang
dialami. Hubungan kurva sistem antara parameter Work Horse Power atau WHP (watt) memiliki hasil
semakin tinggi volumetric flow rate (Q) maka semakin tinggi Work Horse Power (WHP) yang dialami.
Hubungan kurva sistem antara parameter Break Horse Power (BHP) memiliki hasil semakin tinggi
volumetric flow rate (Q) maka Break Horse Power (BHP) yang dialami relatif mengalami penurunan.
Hubungan kurva sistem antara parameter efisiensi (%) dengan debit diperoleh efisiensi terbesar pada
sirkuit 1 pada debit 460,8 L/jam yaitu 0,659612 sedangkan pada sirkuit 2 yaitu 0,620293.

Kata kunci : Karakteristik Pompa, Fluida, Tekanan

1. Pendahuluan
Pompa merupakan salah satu mesin aliran fluida hidrolik yang berfungsi untuk
memindahkan fluida tak mampat (incompressible fluids) dari suatu tempat ke tempat lain
dengan cara menaikkan tekanan fluida yang dipindahkan tersebut. Pompa sentrifugal adalah
jenis pompa yang sangat banyak dipakai oleh industri terutama pengolahan dan
pendistribusian air bekerja dengan prinsip putaran impeler sebagai elemen pemindah fluida
yang digerakkan oleh suatu penggerak (Sukardi, 2012).
Agar pompa yang digunakan pada suatu instalasi tertentu dapat memenuhi kebutuhan
sesuai yang direncanakan, maka spesifikasi pompa yang digunakan perlu diuji, karena
terdapat kemungkinan spesifikasi pompa tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan,
sehingga pompa gagal dipergunakan. Kemungkinan kegagalan pompa dapat terjadi sejak
dari proses pembuatan, perakitan, atau ada kerusakan komponen pompa sebelum digunakan.
Dengan pengujian kinerja pompa diharapkan kegagalan pompa pada instalasi dapat diatasi.
Pengujian pompa selama ini hanya berdasarkan aktualisasi setelah pompa dipasang dan
digunakan pada unit instalasi, sehingga kegagalan perencanaan debit dan head
mengharuskan menggantikan pompa dengan pompa yang lain sampai diperoleh pompa yang
memiliki debit dan head sesuai dengan yang direncanakan. Selain cara pengujian yang
disebutkan di atas dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat uji metering pumps,
namun alat ini sulit didapat dan harganya cukup mahal. Bertolak pada persoalan tersebut,
maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian untuk mendapatkan metode alternatif
pengukuran kinerja pompa yang murah dan mudah penggunaannya, namun hasil
pengukurannya dapat diandalkan (Putro, 2010).
Oleh karena itu tujuan dari percobaan karakteristik pompa ini adalah untuk mengetahui
karakteristik pompa sentrifugal dan untuk mengetahui hubungan kurva sistem antara
parameter-parameter pompa meliputi tekanan (P), efisiensi (η), Work Horse Power, Brake
Horse Power, terhadap volumetrik flowrate (Q) pada konfigurasi aliran sistem.
Pompa memiliki fungsi utama diantaranya adalah mensirkulasikan fluida sekitar sistem
dan memindahkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menaikan tekanan fluida
tersebut. Karena poros pompa berputar, maka impeller dengan sudu-sudu impeller berputar
sehingga tekanan dan kecepatannya naik dan terlempar dari tengah pompa ke saluran yang
berbentuk volute atau sepiral dan disalurkan keluar melalui nosel. Baiknya suatu
performance suatu pompa tergantung kepada karakterisik dari pompa itu sendiri.
Karakteristik pompa adalah prestasi pompa dalam bentuk grafik hubungan antara Head,
daya dan Efisiensi terhadap debit. Karakteristik dari pompa sentripugal merupakan cara
dimana tinggi tekan tekanan diferensial bervariasi dengan keluaran (output) pada kecepatan
konstan. Head dan debit aliran menentukan kinerja sebuah pompa yang secara grafis dalam
bentuk kurva kinerja atau kurva karakteristik pompa (Sukardi, 2012).
Pada pompa sentrifugal, zat cair akan berputar akibat dorongan sudu-sudu dan
menimbulkan gaya sentrifugal yang menyebabkan cairan mengalir dari tengah impeler dan
keluar melalui saluran sudu-sudu dan meninggalkan impeller dengan kecepatan tinggi.
Cairan dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan saluran yang penampangnya makin
membesar sehingga terjadi perubahan head (tinggi tekan) kecepatan menjadi head tekanan.
Setelah cairan dilemparkan oleh impeller, ruang diantara sudu-sudu menjadi vacuum,
menyebabkan cairan akan terhisap masuk sehingga terjadi proses pengisapan.
Memperhatikan hal tersebut dan dengan luasnya aplikasi penggunaan pompa centripugal
ini, maka diperlukan stabilitas yang tinggi dan performansi yang sangat prima dan dapat
diandalkan,dan apabila turunnya performansi pompa secara tiba-tiba dalam operasi sering
menjadi masalah dan mengganggu kinerja sistem secara keseluruhan. Turunnya performansi
pompa secara tiba-tiba dan ketidakstabilan dalam operasi akan menjadi masalah, indikasi
penyebab turunnya performansi pompa (Sukardi, 2012).
Ditinjau dari mekanisme kerjanya, pompa terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pompa rotary,
pompa torak/piston dan pompa sentrifugal. Pemakaian pompa yang paling banyak
digunakan baik di lingkungan rumah tangga maupun di industri adalah jenis pompa
sentrifugal. Pada pompa sentrifugal gaya sentrifugal dimanfaatkan untuk mendorong fluida
keluar impeler. Sedangkan macam pompa sentrifugal ada tiga, yaitu: pompa rumah keong,
pompa diffuser dan pompa turbin (Putro, 2010).
Gambar 1. Pompa rumah keong tipe radial (kiri) dan Pompa diffuser tipe radial
(kanan)
Sumber : Putro, 2010

Gambar 2. Pompa turbin tipe radial


Sumber: Putro, 2010
Menurut Putro (2010), prinsip kerja pompa sentrifugal adalah ketika impeler berputar,
dalam rumah pompa terjadi vakum sehingga udara luar masuk terhisap akibat terjadi
perbedaan tekanan yang menyebabkan fluida terhisap. Selanjutnya fluida didorong impeler
keluar akibat gaya sentrifugal yang terjadi pada impeler. Sedangan menurut Musyafa
(2015), prinsip kerjanya menaikkan tekanan cairan dengan memanipulasi kecepatan, gaya
sentrifugal dan mentransformasikan gaya tersebut ke impeller yang berputar di dalam casing
untuk membuat perbedaan tekanan pada sisi hisap (suction) dan tekan (discharge). Kinerja
pompa ditentukan oleh head, kapasitas dan efisiensi. Head adalah kemampuan dari pompa
untuk mengangkut fluida, kapasitas adalah jumlah volume fluida yang berpindah atau
dialirkan dalam satuan waktu, efisiensi adalah perbandingan daya pompa dibandingkan
dengan energy yang dibutuhkan oleh motor penggerak untuk menjalankan pompa.
Gambar 3. Ilustrasi kerja pompa sentrifugal tipe radial
Sumber: Putro, 2010
Menurut Siregar (2012), prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal adalah sebagai berikut:
a. Gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga
kecepatan fluida meningkat.
b. Kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser) menjadi
tekanan atau head.
Pada tahapan perubahan debit air pada pemodelan pembangkit listrik tenaga mikro hidro
mula-mula dilakukan dengan cara menghidupkan pompa sehingga air dari bak
penampungan tersedot dan dialirkan melalui pipa, kemudian dilanjutkan dengan mengatur
posisi governoor kemudian mengukur debit air yang keluar pada nozzle dengan bejana ukur
sehingga didapatkan debit air yang di inginkan. Sedangkan perubahan tekanan air dilakukan
dengan mengatur governoor, yaitu berupa keran yang terpasang pada pipa pesat (penstock).
Dengan menggunakan manometer yang terpasang pada pipa sebagai alat ukur untuk
mengukur tekanan air (Krishnastana, 2018).

Sumber: Krishnastana, 2018


Menurut Siregar (2012), karakteristik pompa adalah prestasi pompa dalam bentuk grafik
hubungan antara head, daya dan efisiensi terhadap debit. Karakteristik dari pompa
sentrifugal merupakan cara dimana head tekanan diferensial bervariasi dengan keluaran
(output) pada kecepatan konstant, adapun sebagai berikut:
a. Head Statis
Head statis merupakan perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada sisi tekan
dengan permukaan zat cair pada sisi isap.
b. Head Pompa
Head pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan volume fluida air sesuai yang
direncanakan dapat ditentukan oleh kondisi instatalasi pompa itu sendiri.
c. Head Losses
Pada instalasi pipa terdapat head losses, hal ini dikarenakan adanya gesekan, dan
perlengkapan pipa diantara katup, belokan, penyempitan ataupun pembesaran
penampang secara mendadak sehingga terjadi turbulensi aliran.
d. Net Positive Suction Head (NPSH)
Parameter NPSH menunjukan perbedaan antara tekanan sebenarnya cairan dalam
pipa dan tekanan uap cairan pada suhu tertentu. NPSH merupakan parameter yang
penting untuk mempertimbangkan ketika merancang sebuah sirkuit.
Menurut Wahyudi (2012), adapun parameter pengukuran kinerja pompa meliputi:
a. Debit
Dalam menentukan debit dari suatu aliran dapat mengunakan rumus sebagai berikut:
𝑣
Q=𝐴

Keterangan:
v : Kecepatan aliran (m/s)
A : Luas penampang (m2)
b. Brake Horse Power
BHP adalah daya dari kincir yang diukur setelah mengalami pembebanan. BHP dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
BHP = Ʈ ω = F.R.ω (watt)
Keterangan:
Ʈ : Torsi (N.m)
2𝜋𝑛
ω : Kecepatan sudut = 60
F : Gaya tangensial (N)
R : Radius kincir (m)
c. Work Horse Power
WHP merupakan daya yang dihasilkan oleh air akibat ketinggian dan kapasitas air,
dirumuskan:
WHP = ρ.Q.g.H (watt)
Keterangan:
ρ : densitas air (kg/m3 )
Q : kapasitas aliran (m3 /s)
g : percepatan gravitasi bumi (m/s²)
H : head air ( m )
d. Efisiensi (η)
Efisiensi merupakan perbandingan antara BHP dengan WHP yang dikalikan dengan
seratus persen, dengan rumus sebagai berikut:
BHP
η = WHP x 100%

Keterangan:
BHP : Brake Horse Power (watt)
WHP : Work Horse Power (watt)
Hubungan antara BHP, WHP dan debit adalah adanya perubahan BHP dapat terjadi
karena adanya perubahan debit aliran dan perubahan head pompa yang berpengaruh
terhadap nilai WHP (Sukamta, 2015).
2. Metode Penelitian
2.1 Alat yang Digunakan
1. Beaker Glass
2. Gelas Ukur
3. KWh Meter
4. Stopwatch
5. Thermometer
6. Rangkaian alat percobaan pompa sentrifugal
a. Pompa Sentrifugal–pheriperal
 DAB Model Aqua 100 Vista
 Maximum Capacity : 34 L/m
 Suction Head : 9 m
 Discharge Head : 22 m
 Total Head : 31 m
 IP : 44
 Widding: Class A
 Size : 1” inch x 1” inch
 Output : 100 watt
 v/HZ/pH : 220/50/1
 rpm : 2850
b. Barometer (Bourdon Pressure Gauge)
 Skala psi: 2,5 Psig ; 35 kg/cm2
c. KWh meter
d. Pipa
 Pipa Standard Comercial Steel Schedule 40
1. Pipa ½” inch :
 inside diameter : 0,0158 m
 outside diameter : 0,02143m
 luas penampang pipa : 1,961 x 10-4 m2
2. Pipa 1” inch :
 inside diameter : 0,02664 m
 outside diameter : 0,0334 m
 luas penampang pipa : 5,574 x 10-4m2
e. Fitting :
1. Globe Valve (screwed)
 Globe valve 1” inch
 Globe valve ½” inch
2. Tee
 Tee 1” inch (screwed)
 Tee ½” inch (flanged)
3. Coupling
 Coupling 1” inch
 Coupling ½” inch
4. Union
 Union 1” inch
 Union ½” inch
5. Increaser pipa 1” inch ke pipa ½” inch
6. Reducer pipa ½” inch ke pipa 1” inch
7. Regular elbow 900 (screwed)

2.2 Variabel Percobaan


a) Variabel Tetap : Static Head (z)
b) Variabel Bebas :
Volumetric flow rate (Q):
1. 50,4 L/jam
2. 72 L/jam
3. 93,6 L/jam
4. 115,2 L/jam
5. 136,8 L/jam
6. 158,4 L/jam
7. 180 L/jam
8. 201,6 L/jam
9. 223,2 L/jam
10. 244,8 L/jam
11. 266,4 L/jam
12. 288 L/jam
13. 309,6 L/jam
14. 331,2 L/jam
15. 352,8 L/jam
16. 374,4 L/jam
17. 396 L/jam
18. 417,6 L/jam
19. 439,2 L/jam
20. 460,8 L/jam
c) Variabel Terikat : Tekanan (P), Brake Horse Power (BHP), Work Horse Power
(WHP), dan efisiensi pompa.

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Tahap Persiapan
a. Properti Fluida
1. Mengukur temperature air dengan menggunakan termometer.
2. Setelah mengetahui suhu fluida, mencari data viskositas pada buku “Transport
Processes and Unit Operations” - Geankoplis appendix A.2.
3. Menghitung mengukur densitas fluida menggunakan piknometer.
b. Mencari Q Maksimum
1. Memeriksa seluruh rangkaian alat percobaan yang digunakan dalam percobaan
karakteristik pompa.
2. Melakukan percobaan dengan memulai menghidupkan pompa lalu menunggunya
sampai keadaan steady state.
3. Melakukan percobaan pada setiap sirkuit untuk mendapatkan Q maksimum.
4. Mengukur volume air yang keluar dari discharge sirkuit 1 selama 5 detik.
(Mengulangi percobaan ini sebanyak 2 kali dan menghitung rata-ratanya).
5. Mengulangi percobaan 3 dan 4 pada sirkuit 2.
2.3.2 Tahap Percobaan
1. Melakukan pengaturan V2 hingga memperoleh Q sesuai variabel yang ditentukan
dengan membuka penuh V3 dan menutup penuh V4 untuk sirkuit 1. Melakukan hal
yang sebaliknya untuk sirkuit 2.
2. Mengamati dan mencatat tekanan pada barometer untuk variabel 50,4 L/jam; 72
L/jam; 93,6 L/jam; 115,2 L/jam; 136,8 L/jam; 158,4 L/jam; 180 L/jam; 201,6 L/jam;
223,2 L/jam; 244,8 L/jam; 266,4 L/jam; 288 L/jam; 309,6 L/jam; 331,2 L/jam; 352,8
L/jam; 374,4 L/jam; 396 L/jam; 417,6 L/jam; 439,2 L/jam; dan 460,8 L/jam.
3. Mencatat waktu putaran kWh meter untuk setiap putaran pada variabel yang
diberikan yaitu 50,4 L/jam; 72 L/jam; 93,6 L/jam; 115,2 L/jam; 136,8 L/jam; 158,4
L/jam; 180 L/jam; 201,6 L/jam; 223,2 L/jam; 244,8 L/jam; 266,4 L/jam; 288 L/jam;
309,6 L/jam; 331,2 L/jam; 352,8 L/jam; 374,4 L/jam; 396 L/jam; 417,6 L/jam; 439,2
L/jam; dan 460,8 L/jam.
4. Mengukur static head (SH) pada variabel yang diberikan yaitu 50,4 L/jam; 72 L/jam;
93,6 L/jam; 115,2 L/jam; 136,8 L/jam; 158,4 L/jam; 180 L/jam; 201,6 L/jam; 223,2
L/jam; 244,8 L/jam; 266,4 L/jam; 288 L/jam; 309,6 L/jam; 331,2 L/jam; 352,8
L/jam; 374,4 L/jam; 396 L/jam; 417,6 L/jam; 439,2 L/jam; dan 460,8 L/jam.
5. Mengulangi percobaan nomer 2 sampai 4 pada sirkuit 2.
2.4 Skema Alat

Gambar 1. Skema Alat Percobaan


3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Data Pengamatan
Properti Fluida
Suhu : 30°C
Viskositas : 0,8007 x 10-3 Pa.s (Geankoplis, 2003)
Densitas : 988,82 kg/m3 (Geankoplis, 2003)
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Q Sirkuit 1 Sirkuit 2

(L/jam) P (Psi) I (A) V (Volt) P (Psi) I (A) V (Volt)

50,4 2 0,968 230,1 2,5 0,969 229,4


72 2,3 0,964 230 2,8 0,968 229,1
93,6 2,7 0,963 229,8 3 0,966 229
115,2 3,1 0,952 229,5 3 0,961 229,1
136,8 3,6 0,951 229,3 3,1 0,954 228,9
158,4 3,9 0,948 229,2 3,5 0,949 228,8
180 4 0,946 229 3,9 0,948 228,6
201,6 4 0,939 228,9 4 0,932 228,5
223,2 4,5 0,937 228,6 4,5 0,931 228,8
244,8 4,9 0,933 228,4 4,8 0,916 228,7
266,4 5,3 0,93 228,1 6,1 0,909 228,5
288 5,7 0,927 227,9 6,9 0,908 228,8
309,6 6 0,899 227,5 7,8 0,903 228,6
331,2 6 0,898 227,3 8 0,899 228,4
352,8 7 0,894 227,1 8,5 0,897 228,3
374,4 7,5 0,893 226,9 9,2 0,896 228,2
396 8 0,879 226,7 10 0,886 228,1
417,6 8,5 0,873 226,4 10,9 0,885 228,6
439,2 9 0,c863 226,2 11,2 0,873 228,8
460,8 10 0,856 226 12 0,869 228,8
3.2 Pembahasan
Dari percobaan karakteristik pompa didapatkan hubungan antara tekanan (P), Work
Horse Power atau (WHP), Brake Horse Power (BHP), efisiensi (η) terhadap bahwa
volumetric flow rate (Q) yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

14

12

10

8
P (Psi)

4
Sirkuit 1
2
Sirkuit 2
0
72
0

115.2
136.8
158.4

201.6
223.2
244.8
266.4

309.6
331.2
352.8
374.4

417.6
439.2
460.8
50.4

93.6

180

288

396
Q (L/jam)

Grafik 1. Hubungan antara Q (L/jam) dengan Tekanan (psi) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hubungan antara Q (L/jam) dengan
tekanan (psi) di setiap sirkuit seperti pada Grafik 1 di atas. Pada sirkuit 1 diperoleh data
tekanan (psi) pada debit 0 L/jam adalah 0 psi; pada 50,4 L/jam adalah 2 psi; pada 72 L/jam
adalah 2,3 psi; pada 93,6 L/jam adalah 2,7 psi; pada 115,2 L/jam adalah 3,1 psi; pada 136,8
L/jam adalah 3,6 psi; pada 158,4 L/jam adalah 3,9 psi; pada 180 L/jam adalah 4 psi; pada 201,6
L/jam adalah 4 psi; pada 223,2 L/jam adalah 4,5 psi; pada 244,8 L/jam adalah 4,9 psi; pada
266,4 L/jam adalah 5,3 psi; pada 288 L/jam adalah 5,7 psi; pada 309,6 L/jam adalah 6 psi; pada
331,2 L/jam adalah 6 psi; pada 352,8 L/jam adalah 7 psi; pada 374,4 L/jam adalah 7,5 psi; pada
396 L/jam adalah 8 psi; pada 417,6 L/jam adalah 8,5 psi; pada 439,2 L/jam adalah 9 psi; dan
pada 460,8 L/jam adalah 10 psi. Sedangkan pada sirkuit 2, tekanan (psi) pada debit 0 L/jam
adalah 0 psi; pada 50,4 L/jam adalah 2,5 psi; pada 72 L/jam adalah 2,8 psi; pada 93,6 L/jam
adalah 3 psi; pada 115,2 L/jam adalah 3 psi; pada 136,8 L/jam adalah 3,1 psi; pada 158,4 L/jam
adalah 3,5 psi; pada 180 L/jam adalah 3,9 psi; pada 201,6 L/jam adalah 4 psi; pada 223,2 L/jam
adalah 4,5 psi; pada 244,8 L/jam adalah 4,8 psi; pada 266,4 L/jam adalah 6,1 psi; pada 288
L/jam adalah 6,9 psi; pada 309,6 L/jam adalah 7,8 psi; pada 331,2 L/jam adalah 8 psi; pada
352,8 L/jam adalah 8,5 psi; pada 374,4 L/jam adalah 9,2 psi; pada 396 L/jam adalah 10 psi;
pada 417,6 L/jam adalah 10,9 psi; pada 439,2 L/jam adalah 11,2 psi; dan pada 460,8 L/jam
adalah 12 psi.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar debit dari
aliran suatu fluida maka akan semakin besar pula tekanan yang ditunjukkan oleh barometer
pada sirkuit 1 dan sirkuit 2. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Weking (2018) bahwa debit
air semakin meningkat seiring dengan peningkatan tekanan air. Semakin besar tekanan yang
diberikan gaya dorong dari aliran air akan semakin besar dan kecepatan air semakin meningkat
sehingga debit air semakin besar. Menurut Krishnastana (2018), perubahan tekanan air
dilakukan dengan mengatur governoor, yaitu berupa keran yang terpasang pada pipa pesat
(penstock). Dengan menggunakan manometer yang terpasang pada pipa sebagai alat ukur
untuk mengukur tekanan air.
1.4

1.2

1
WHP (Watt)
0.8

0.6

0.4
Sirkuit 1
0.2
Sirkuit 2
0
0

72

115.2
136.8
158.4

201.6
223.2
244.8
266.4

309.6
331.2
352.8
374.4

417.6
439.2
460.8
50.4

93.6

180

288

396
Q (L/jam)

Grafik 2. Hubungan antara Q (L/jam) dengan WHP (watt) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hubungan antara Q (L/jam) dengan
WHP (Work Horse Power) atau WHP (watt) di setiap sirkuit seperti pada Grafik 3 di atas.
Pada sirkuit 1 diperoleh data WHP (watt) pada debit 0 L/jam adalah 0 watt; pada 50,4 L/jam
adalah 0,063793 watt; pada 72 L/jam adalah 0,092301 watt; pada 93,6 L/jam adalah 0,122094
watt; pada 115,2 L/jam adalah 0,153487 watt; pada 136,8 L/jam adalah 0,192329 watt; pada
158,4 L/jam adalah 0,229905 watt; pada 180 L/jam adalah 0,27111 watt; pada 201,6 L/jam
adalah 0,315233 watt; pada 223,2 L/jam adalah 0,364173 watt; pada 244,8 L/jam adalah
0,416877 watt; pada 266,4 L/jam adalah 0,474945 watt; pada 288 L/jam adalah 0,538584 watt;
pada 309,6 L/jam adalah 0,60742 watt; pada 331,2 L/jam adalah 0,682397 watt; pada 352,8
L/jam adalah 0,763277 watt; pada 374,4 L/jam adalah 0,850291 watt; pada 396 L/jam adalah
0,945266 watt; pada 417,6 L/jam adalah 1,047534 watt; pada 439,2 L/jam adalah 1,157782
watt; dan pada 460,8 L/jam adalah 1,157782 watt. Sedangkan pada sirkuit 2, data WHP (watt)
pada debit 0 L/jam adalah 0 watt; pada 50,4 L/jam adalah 0,060316 watt; pada 72 L/jam adalah
0,08749 watt; pada 93,6 L/jam adalah 0,116143 watt; pada 115,2 L/jam adalah 0,146609 watt;
pada 136,8 L/jam adalah 0,17935 watt; pada 158,4 L/jam adalah 0,214791 watt; pada 180
L/jam adalah 0,253359 watt; pada 201,6 L/jam adalah 0,29548 watt; pada 223,2 L/jam adalah
0,341581 watt; pada 244,8 L/jam adalah 0,392089 watt; pada 266,4 L/jam adalah 0,44743 watt;
pada 288 L/jam adalah 0,508029 watt; pada 309,6 L/jam adalah 0,574314 watt; pada 331,2
L/jam adalah 0,646711 watt; pada 352,8 L/jam adalah 0,725645 watt; pada 374,4 L/jam adalah
0,811544 watt; pada 396 L/jam adalah 0,904834 watt; pada 417,6 L/jam adalah 1,005941 watt;
pada 439,2 L/jam adalah 1,11529 watt; dan pada 460,8 L/jam adalah 1,233311 watt.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, dapat diketahui hubungan debit dengan Work Horse
Power (WHP) adalah semakin besar debit dari suatu fluida maka akan semakin besar pula nilai
WHP. Hal ini sesuai dengan literatur mesnurut Musyafa (2015) Untuk mencari efisiensi dari
pompa yaitu work horse power (WHP) dibagi brake horse power (BHP) atau daya penggerak
dikali seratus persen. WHP diperoleh dari masa jenis fluida di kali grafitasi dikali kapasitas
dikalikan head. Dari rumus tersebut dapat dilihat ketika kapasitas bertambah maka nilai dari
WHP juga akan meningkat.
230
220
210
BHP (KWh) 200
190
180
170 Sirkuit 1
160 Sirkuit 2
150
72
0
50.4

93.6
115.2
136.8
158.4

201.6
223.2
244.8
266.4

309.6
331.2
352.8
374.4

417.6
439.2
460.8
180

288

396
Q ( L/jam)

Grafik 2. Hubungan antara Q (L/jam) dengan BHP (KWh) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hubungan antara Q (L/jam) dengan
BHP (Brake Horse Power) atau BHP (kWh) di setiap sirkuit seperti pada Grafik 2 di atas.
Pada sirkuit 1 diperoleh data BHP (kWh) pada debit 0 L/jam adalah 0 kWh; pada 50,4 L/jam
adalah 222,7368 kWh; pada 72 L/jam adalah 221,72 kWh; pada 93,6 L/jam adalah 221,2974
kWh; pada 115,2 L/jam adalah 220,1651 kWh; pada 136,8 L/jam adalah 218,0643 kWh; pada
158,4 L/jam adalah 217,2816 kWh; pada 180 L/jam adalah 216,634 kWh; pada 201,6 L/jam
adalah 214,9371 kWh; pada 223,2 L/jam adalah 214,1982 kWh; pada 244,8 L/jam adalah
213,0972 kWh; pada 266,4 L/jam adalah 212,133 kWh; pada 288 L/jam adalah 211,2633 kWh;
pada 309,6 L/jam adalah 204,5225 kWh; pada 331,2 L/jam adalah 204,1154 kWh; pada 352,8
L/jam adalah 203,0274 kWh; pada 374,4 L/jam adalah 202,6217 kWh; pada 396 L/jam adalah
199,2693 kWh; pada 417,6 L/jam adalah 197,6472 kWh; pada 439,2 L/jam adalah 195,2106
kWh; dan pada 460,8 L/jam adalah 193,456 kWh. Sedangkan pada sirkuit 2, data BHP (kWh)
pada debit 0 L/jam adalah 0 kWh; pada 50,4 L/jam adalah 222,2886 kWh; pada 72 L/jam adalah
221,7688 kWh; pada 93,6 L/jam adalah 221,214 kWh; pada 115,2 L/jam adalah 220,1651
kWh; pada 136,8 L/jam adalah 218,3706 kWh; pada 158,4 L/jam adalah 217,1312 kWh; pada
180 L/jam adalah 216,7128 kWh; pada 201,6 L/jam adalah 212,962 kWh; pada 223,2 L/jam
adalah 213,0128 kWh; pada 244,8 L/jam adalah 209,4892 kWh; pada 266,4 L/jam adalah
207,7065 kWh; pada 288 L/jam adalah 207,7504 kWh; pada 309,6 L/jam adalah 206,4258
kWh; pada 331,2 L/jam adalah 205,3316 kWh; pada 352,8 L/jam adalah 204,7851 kWh; pada
374,4 L/jam adalah 204,4672 kWh; pada 396 L/jam adalah 202,0966 kWh; pada 417,6 L/jam
adalah 202,311 kWh; pada 439,2 L/jam adalah 199,7424 kWh; dan pada 460,8 L/jam adalah
198,8272 kWh.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, seharusnya diperoleh hubungan debit dengan Brake
Horse Power (BHP) yaitu semakin besar debit suatu fluida maka akan semakin kecil pula nilai
BHP. Namun pada percobaan yang kami lakukan terjadi kenaikan nilai BHP pada sirkuit 2
pada beberapa titik yaitu dari 212,962 kWH ke 213,0128 kWH pada debit 201,6 L/jam menuju
223,2 L/jam, dari 207,7065 kWH ke 207,7504 kWH pada debit 266,4 L/jam menuju 288 L/jam,
dan 202,0966 kWH ke 202,311 kWH pada debit 396 L/jam menuju 417,6 L/jam. Menurut Dari
nilai BHP fluida air mengalami penurunan seiring meningkatnya nilai kapasitasnya (debit). hal
isi disebabkan semakin kecil bukaan yang diatur maka nilai kapasitas aliran akan semakin kecil
tetapi nilai kecepatan rpm-nya meningkat. Meningkatnya nilai rpm membuat nilai BHP
menjadi naik. Hal ini dibuktikan oleh literatur Yohana (2012), dengan bertambahnya debit
pompa, ternyata daya poros yang diperoleh semakin menurun. Hasil ini sesuai dengan hasil
pengujian karakteristik performansi pompa di PT Cahaya Surya Mandiri, Semarang. Dan
menurut Sukamta (2015), nilai BHP tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung stabil,
tetapi terlihat terjadi penururan pada nilai BHP. Adanya perubahan BHP dapat terjadi karena
adanya perubahan debit aliran dan perubahan head pompa yang berpengaruh terhadap nilai
WHP. Sedangkan menurut Muktabar (2014) daya poros pompa atau yang biasa disebut BHP,
akan meningkat apabila debit yang dibutuhkan meningkat.

0.7

0.6

0.5
Efisiensi (100%)

0.4

0.3

0.2
Sirkuit 1
0.1 Sirkuit 2
0
72
0

115.2
136.8
158.4

201.6
223.2
244.8
266.4

309.6
331.2
352.8
374.4

417.6
439.2
460.8
288
180

396
50.4

93.6

Q (L/jam)

Grafik 4. Hubungan antara Q (L/jam) dengan efisiensi (%) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hubungan antara Q (L/jam) dengan
efisiensi (%) di setiap sirkuit seperti pada Grafik 4 di atas. Pada sirkuit 1 diperoleh data
efisiensi (%) pada debit 0 L/jam adalah 0 (%); pada 50,4 L/jam adalah 0,028641 (%); pada 72
L/jam adalah 0,04163 (%); pada 93,6 L/jam adalah 0,055172 (%); pada 115,2 L/jam adalah
0,070251 (%); pada 136,8 L/jam adalah 0,088198 (%); pada 158,4 L/jam adalah 0,10581 (%);
pada 180 L/jam adalah 0,125146 (%); pada 201,6 L/jam adalah 0,146663 (%); pada 223,2
L/jam adalah 0,170017 (%); pada 244,8 L/jam adalah 0,195628 (%); pada 266,4 L/jam adalah
0,22389 (%); pada 288 L/jam adalah 0,254935 (%); pada 309,6 L/jam adalah 0,296994 (%);
pada 331,2 L/jam adalah 0,296994 (%); pada 352,8 L/jam adalah 0,375948 (%); pada 374,4
L/jam adalah 0,419645 (%); pada 396 L/jam adalah 0,474366 (%); pada 417,6 L/jam adalah
0,530002 (%); pada 439,2 L/jam adalah 0,593094 (%); dan pada 460,8 L/jam adalah 0,659612
(%). Sedangkan pada sirkuit 2, diperoleh data efisiensi (%) pada debit 0 L/jam adalah 0 (%);
pada 50,4 L/jam adalah 0,027134 (%); pada 72 L/jam adalah 0,039451 (%); pada 93,6 L/jam
adalah 0,052503 (%); pada 115,2 L/jam adalah 0,06659 (%); pada 136,8 L/jam adalah
0,082131 (%); pada 158,4 L/jam adalah 0,098922 (%); pada 180 L/jam adalah 0,11691 (%);
pada 201,6 L/jam adalah 0,138748 (%); pada 223,2 L/jam adalah 0,160357 (%); pada 244,8
L/jam adalah 0,187164 (%); pada 266,4 L/jam adalah 0,215414 (%); pada 288 L/jam adalah
0,244538 (%); pada 309,6 L/jam adalah 0,278218 (%); pada 331,2 L/jam adalah 0,314959 (%);
pada 352,8 L/jam adalah 0,354345 (%); pada 374,4 L/jam adalah 0,396907 (%); pada 396
L/jam adalah 0,447724 (%); pada 417,6 L/jam adalah 0,497225 (%); pada 439,2 L/jam adalah
0,558364 (%); dan pada 460,8 L/jam adalah 0,620293 (%).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, dapat diketahui hubungan debit dengan efisiensi
adalah semakin besar debit suatu fluida maka akan semakin besar pula nilai efisiensi. Hasil
percobaan menunjukkan hubungan antara Q dengan efisiensi dapat dilihat pada sirkuit 1 dan
sirkuit 2 bahwa semakin besar debit aliran maka semakin besar pula efisiensinya. Menurut
Thoharudin (2014) Efisiensi dari pompa dipegaruhi juga oleh sudu impeler, semakin besar
jumlah sudu impeler maka semakin besar pula efisiensi pompa yang dihasilkan. Hal ini
dipengaruhi oleh head yang dihasilkan, sementara daya shaft pompa tidak terjadi perubahan
yang signifikan sehingga dengan semakin besar head maka semakin besar pula efisiensi pompa
yang dihasilkan. Adanya area berkecepatan tinggi berakibat pada tingginya turbulensi.
Turbulensi yang tinggi mengakibatkan tingginya rugi tekanan sehingga walaupun impeler
pompa memiliki torsi yang besar akan tetapi diperoleh head yang rendah sehingga efisiensi
pompa rendah.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Pompa sentrifugal memiliki efisiensi terbesar pada sirkuit 1 pada debit 460,8 L/jam
yaitu 0,659612 sedangkan pada sirkuit 2 yaitu 0,620293. Dengan efisiensi pompa
sentrifugal yang kecil, disarankan pompa sentrifugal tersebut tidak untuk mengairkan
fluida kental.
2. Hubungan kurva sistem antara parameter tekanan (P), Work Horse Power (WHP), dan
efisiensi pompa (%) berbanding lurus dengan volumetric flow rate (Q) sedangkan
hubungan parameter Brake Horse Power (BHP) berbanding terbalik dengan voulmetric
flow rate (Q), tetapi juga terdapat kenaikan pada nilai BHP yang terjadi pada Sirkuit 2.

Daftar Pustaka
Arijanto. (2015). Analisis Pengaruh Kekentalan Fluida Air Dan Minyak Kelapa Pada
Performansi Pompa Sentrifugal. Jurnal Teknik Mesin S-1 Vol. 3 No. 2.
Krishnastana, M. A. (2018). Studi Analisis Perubahan Debit dan Tekanan Air Pada Pemodelan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro Vol. 17 No.
2.
Muktabar, A. K. (2014). Kaji Eksperimental Pengaruh Aliran Dua Fase Crude Oil-Water dalam
Pipa Horisontal Terhadap Performansi Pompa Sentrifugal dengan Variasi Impeller.
Jurnal Teknik Mesin S-1 Vol. 2 No. 2.
Musyafa, A. A. (2015). Pengaruh Jumlah Sudu Sentrifugal Impeller Terhadap Kapasitas Dan
Efisiensi Pompa Sentrifugal. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 3.
Putro, W. D. (2010). Pengujian Kinerja Pompa Sentrifugal Menggunakan Kontrol Inventer.
Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.
Sidik, H. P. (2019). Analisis Peningkatan Efesiensi Daya Pada Sudu Turbin Jenis Pelton Skala
Laboratorium. Suara Teknik: Jurnal Ilmiah.
Siregar, B. G. (2012). Studi Eksperimental Karakteristik Bubble Sebagai Indikasi Awal
Terjadinya Fenomena Kavitasi Dengan Menggunakan Sinyal Vibrasi Pada Pompa
Sentrifugal. Jurnal e-Dinamis Vol. 1 No. 1.
Sukamta. (2015). Analisis Unjuk Kerja Boiler Feed Pump Turbine Untuk Kapasitas Ketel Uap
2000 Ton/Jam Di PLTU Cirebon Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.
Sukardi, I. A. (2012). Studi Awal Kajian Bubble Pada Pompa Sentripugal Yang Diukur Dengan
Sinyal Vibrasi. Jurnal DinamisVol. I No. 11.
Thoharudin. (2014). Optimasi Tinggi Tekan dan Efisiensi Pompa Sentrifugal dengan
Perubahan Jumlah Sudu Impeler dan Sudut Sudu Keluar Impeler (Β2) Menggunakan
Simulasi Computational Fluid Dynamics. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains
& Teknologi (SNAST).
Wahyudi, S. (2012). Pengaruh Variasi Tebal Sudu Terhadap Kinerja Kincir Air Tipe Sudu Datar.
Jurnal Rekayasa Mesin Vol. 3 No. 2.
Weking, A. I. (2018). Analisa Pengaruh Tekanan Air Terhadap Kinerja PLTMH dengan
Menggunakan Turbin Archimedes Screw. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro Vol. 17 No.
3.

Anda mungkin juga menyukai