Makalah VSD
Makalah VSD
ASUHAN KEPERAWATAN
“VENTRIKEL SEPTUM DEVEC (VSD)”
B.Etiologi
Penyebab secara pasti tidak diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi
penyebab terjadinya VSD, yaitu pada saat hamil Ibu menderita rubella. Ibu hamil dengan
alkoholik, usia Ibu pada saat hamil lebih dari 40 tahun, Ibu menderita IDDM (Insulin
Dependent Diabetes Mellitus).
(Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)
Faktor genetik : anak dengan down syndrome, memiliki resiko terjadinya VSD. (Suriadi dan
Rita Y. 2001 : 295)
C.Patofisiologi
Ventrikel Septum Devec (VSD) ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, perubahan fisiologis yang terjadi
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adanya defek pada ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi
sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal, hal ini akan
mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.
Volume darah dari paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru dengan
demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibatnya ada shunting dari kiri ke kanan. Ini
akan mengakibatkan adanya resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot
ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload, terjadilah pembesaran
atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang
tidak sempurna.
Klasifikasi (Mansjoer Arif dkk ; 2000 : 445)
Berdasarkan kelainan hemodinamik VSD terdiri dari :
VSD Kecil
Biasanya asimptomatik jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan
tumbuh kembang, bunyi jantung biasanya normal dapat ditemukan bising sistolik dini pendek
yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya
keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III – IV garis parasternal
kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
VSD Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak nafas saat minum atau memerlukan waktu lebih
lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum. Kenaikan berat badan tidak
memuaskan dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat
mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan, bayi tampak
kurus, dispnoe, tachipnoe, serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien
yang besar dada mingkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III – IV garis paristernal kiri yang menjalar ke
seluruh prekordium
VSD Besar
Gajala ini timbul pada masa neonatus pada minggu I sampai III dapat terjadi parau kiri ke
kanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispnoe. Gagal jantung biasanya timbul
setelah minggu ke VI. Sering di dahului infeksi saluran nafas bawah. Bayi sesak nafas saat
istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan O2 akibat gangguan pernafasan.
Biasanya bunyi jantung masih normal dapat didengar bising sistolik dengan atau tanpa
getaran bising melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar
pada kedua ventrikel. Bising mid diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow
mur mur pada fase pengisian cepat. Saat terjadi parau terbalik dari kanan ke kiri pasien
tampak sianotik dengan keluhan dan gejala yang lebih berat. Anak gagal tumbuh, sianotik
dengan jari-jari tabuh (clubbing fingers). Dada kiri menonjol dengan peningkatan ventrikel
kanan yang hebat. Bj I normal akan tetapi Bj II mengeras dengan splits yang sempit. Bising
yang sebelumnya jelas menjadi berkurang intensitasnya, kontur bising yang semula
pansistolik berubah menjadi ejeksi sistolik. Hati menjadi teraba besar akibat bendungan
sistemik namun edema jarang ditemukan.
D.Manifestasi Klinis
Adanya tanda – tanda gagal jantung kanan, sesak, terdapat mur – mur, distensi vena jugularis,
edema tungkai, hepatomegali.
Dhiaporesis
Tidak mau makan
Tachypnea.
E.Pemeriksaan Diagnostik
Jantung : bising sistolis yang terdengar hampir sama dengan yang didapat pada cacat – cacat yang
lebih kecil ukurannya tetapi secara penutupan katup pulmonal terdengar lebih keras dan suara
jantung ke – 2 hanya terbelah secara sempit, adanya bising diastolik puncak jantung
menunjukkan adanya suatu pintasan dari kiri ke kanan.
Pantau tekanan darah
Foto Rontgen : akan terlihat pembesaran jantung, trunkus pulmonalis yang menonjol serta peredaran
darah paru yang berlebihan.
ECG : memperlihatkan hipertrofi yang mengenai kedua ventrikel : gelombang – gelombang p
tampak meruncing.
Echocardiogram : memperlihatkan beban volume atrium serta ventrikel kiri yang berlebihan, luasnya
penambahan dimensi – dimensi mereka mencerminkan besarnya ukuran pintasan dari kiri ke
kanan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata : Konjungtiva merah muda.
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung, terdapat sianosis.
Mulut : Mukosa bibir kering.
Dada : Pergerakan dada tidak simetris, ada tarikan Intercostae, terdengar bunyi
jantung 1 dan 2 normal, terdengar bising pansistolik disela iga bawah tepi kiri sternum yang
menjalar ke sepanjang sternum atau punggung hepatomegali.
Ekstremitas :
Atas : Ada clubbing fingers, ujung – ujung jari hiperemik.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan ketidakefektifan kontraktilitas jantung
preload dan afterload.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Resiko injury berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian O2 oleh
tubuh dan suplai O2 ke sel.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan.
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel
kanan dan kiri.
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakefektifan kontraktilitas jantung preload
dan afterload
Tujuan
Menjaga keseimbangan antara pre load dan after load
Kriteria Hasil
1) Klien mengalami peningkatan curah jantung
2) Klien mengalami penurunan frekwensi curah jantung.
3) Peningkatan keluaran hasil.
4) Penurunan frekwensi pernafasan.
Intervensi
1) Kaji frekwensi pernafasan dan apikal istirahat tiap 1 – 2 jam dan jika diperlukan.
R/ Hasil frekwensi pernafasan dan adanya tanda – tanda sesak dapat dideteksi secara dini.
2) Pantau Kadar Elektrolit
R/ Adanya peningkatan natrium dan klorida dapat menunjukkan penyerapan cairan pada ginjal
yang menurun.
3) Batasi pemasukan cairan
R/ Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti pada paru. Gejala odem paru dapat
menunjukkan gagal jantung.
4) Timbang BB tiap hari
R/ Penimbangan BB tiap hari dapat menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan BB.
5) Pantau intake dan output cairan
R/ Terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba – tiba atau berlebihan, meskipun
ada oedema.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan dengan pemberian diuretik atau digoksin.
R/ Diuretik akan meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorbsi Natrium dan
Klorida.
Diagnosa II
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Tujuan
Peningkatan cardiak output
Kriteria Hasil
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Tidak ada odem
Intervensi
1) Kaji adanya tanda-tanda sianosis, pucat.
R/ Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2) Pantau pernafasan dan catat kerja pernafasan.
R/ Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
3) Kaji fungsi Gastrointestinal, catat Anoreksia.
R/ Penurunan aliran darah ke mensenteri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal.
Diagnosa III
Resiko injury berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran
Tujuan
Px terhindar dari resiko injury.
Kriteria Hasil
Klien bisa merespon stimulus sesuai dengan perkembangan usianya.
Intervensi
1) Kaji status neurologi anak.
R/ Meningkatnya tingkat kesadaran anak
2) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi.
R/ Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi anak.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan makanan yang menarik untuk Px
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.
Diagnosa IV
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas untuk sekret
Tujuan
Pertukaran gas menjadi optimal.
Kriteria Hasil
Px menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat
Intervensi
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan
2) Posisikan anak dengan tepat agar ada upaya untuk bernafas.
R/ Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk.
3) Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R/ Keabu-abuan dan sinosis sentral mengidentifikasi besarnya hipoksemia
4) Dorong mengeluarkan sputum
R/ Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif
5) Auskultasi bunyi nafas
R/ Adanya mengi, mengidentifikasikan spasme bronkus / tertahannya sekret
6) Pemberian oksigen sesuai program
R/ Memenuhi suplai O2
Diagnosa V
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian O2 oleh
tubuh dan suplai O2 ke sel.
Tujuan
Anak toleran terhadap aktivitas
Kriteria hasil
1) Aktivitas anak kembali normal
2) Anak tidak pucat
Intervensi
1) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas anak
R/ Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas
2) Rencanakan keperawatan dengan periode istirahat
R/ Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung
3) Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari
R/ Anak mengetahui kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
Diagnosa VI
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
Tujuan
Klien dapat menunjukkan / mempertahankan berat badan yang normal
Kriteria hasil
1) Berat badan meningkat
2) Klien mentoleransi dietnya dengan masukan kalori yang adekuat
Intervensi
1) Tingkatan kalori dalam bentuk formula, terutama pada klien yang dibatasi cairannya
R/ Dengan peningkatan kalori dalam bentuk formula akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
pada klien dan dapat mengurangi beban kerja jantung karena rendah cairan
2) Hindari kelelahan yang sangat, saat makan
R/ Kelemahan fisik saat makan akan mengurangi nafsu makan
3) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Makanan porsi kecil tapi sering akan mengurangi adanya mual, muntah dan mengurangi kerja
lambung secara maksimal
4) Gunakan selang NGT untuk pemberian makan pada bayi yang tidak bisa makan per oral
R/ Nutrisi harus selalu diberikan pada tubuh bagaimanapun caranya agar dapat memenuhi
kebutuhan tubuh terhadap nutrisi.
5) Kolaborasi dengan tim gizi
R/ Dengan kolaborasi akan dapat menentukan kebutuhan nutrisi dan macam diet yang diberikan
Diagnosa VII
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel
kanan dan kiri.
Tujuan
Tidak memperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan
Kriteria hasil
Tidak ada Edema
Intervensi
1) Monitor intake dan out put
R/ Perlu untuk menentukan fungsi jantung, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko
kelebihan cairan
2) Monitor berat badan
R/ Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan cairan terbaik
3) Kaji Edema, turgor kulit, membran mukosa
R/ Edema terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh
5. IMPLEMENTASI
Melaksanakan Implementasi sesuai dengan Rencana Keperawatan.
6. EVALUASI
Adanya minat dan selera makan
Porsi makan sesuai dengan kebutuhan
Klien tidak sesak
Orang tua mengerti tentang penyakit anaknya
DAFTAR PUSTAKA