Bab Ii (Kondisi Umum Daerah) PDF
Bab Ii (Kondisi Umum Daerah) PDF
11
hingga berbatasan dengan Kota Denpasar merupakan Tanah Latosol. Wilayah
Bukit yang disusun oleh Batu Kapur memiliki jenis Tanah Mediteran,
sedangkan di sekitar muara sungai dan beberapa pantai jenis tanahnya
Alluvial. Perbedaan jenis tanah tersebut menyebabkan bervariasinya vegetasi
yang sangat berhubungan dengan kandungan mineral dan kesuburan dari
masing – masing jenis tanah tersebut. Wilayah yang terdiri dari Tanah Regosol
dan Latosol sangat cocok diolah untuk penanaman bahan pangan dan
holtikultura sedangkan jenis Mediteran di Wilayah Bukit yang minim air hanya
ditanami bahan pangan disaat musim hujan.
Adanya kondisi geomorfologi yang memisahkan wilayah Bukit dengan
Wilayah Badung Tengah dan Utara menyebabkan aliran sungai yang berasal
dari hulu utara, tidak sampai mengairi wilayah Kecamatan Kuta Selatan,
sehingga secara hidrologis wilayah ini terpisah dari wilayah Badung Tengah
dan Utara. Keseluruhan sungai yang ada di wilayah Bukit merupakan sungai
Periodik yang hanya berair pada saat hujan dan hanya pada saat penghujan
terjadi proses pengisian air tanah. Kondisi tersebut sangat tidak mendukung
pengembangan sektor pertanian sebagimana yang dilakukan di Badung
Tengah dan Utara, sehingga untuk Kawasan Bukit telah diambil kebijakan
untuk pengembangan kawasan pariwisata.
Pertumbuhan penduduk satu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi netto (selisih antara migrasi masuk
dengan migrasi keluar). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung pada
periode 2000-2005 rata-rata 3,15 persen per Tahun. Perkembangan penduduk
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk, Laju pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Badung Tahun 2001 - 2005
Jumlah Penduduk Jenis Kelamin Laju Kepadatan
Tahun ( orang ) Laki Perempuan Pertumbuhan Penduduk
( orang ) ( orang ) (%) ( orang/km2 )
2000 345.863 172.300 173.563 2,33 748
2001 327.206 158.669 168.537 2,87 782
2002 342.013 170.823 171.190 4,53 813
2003 351.077 175.984 175.093 2,65 839
2004 358.311 180.121 178.190 2,06 856
2005 374.377 190.109 184.268 4,48 895
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2000 – 2006
12
2. Sosial Budaya
13
b. Jumlah angkatan kerja, dan pengangguran mengalami perubahan yang
signifikan dari Tahun ke Tahun, seperti tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Badung
Tahun
Jenis Kegiatan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
I. Angkatan Kerja 176.754 164.288 197.727 225.565 217.465 228.940
1. Bekerja 171.955 156.827 178.844 205.575 206.810 216.360
2. Pengangguran 4.799 7.461 18.883 19.990 10.655 12.580
II. Bukan Angkatan Kerja 107.742 119.819 100.479 110.777 95.627 78.715
1. Sekolah 43.665 41.689 51.534 50.900 26.291 31.384
2. Mengurus Rumah Tangga 43.821 51.921 34.840 41.798 47.230 30.211
3. Lainnya 202.456 25.709 141.105 18.079 22.106 17.120
1 Pertanian, Perkebunan, 22.389 13,02 23.065 14,71 31.448 17,58 54.029 26,28 35.613 17,22 28.257 13,62
Kehutanan, Perikanan,
Peternakan
2 Pertambangan dan 103 0,06 582 0,37 120 0,07 805 0.39 476 0,23 - -
Penggalian
3 Industri Pengolahan 14.014 8,15 22.225 14,17 20.153 11,27 20.034 9,75 25.376 12,27 23.107 10,68
4 Listrik, Gas dan Air 567 0,33 97 0,08 410 0,23 162 0,08 1.096 0,53 - -
5 Bangunan 29.473 17,14 22.817 14,56 22.391 12,52 24.689 12,01 18.344 8,87 25.011 11,56
6 Perdagangan, Hotel dan 60.425 35,14 48.935 29,83 63.518 35,52 64.003 31,13 78.360 37,89 76.051 35,92
Restoran
7 Angkutan, Pergudangan 13.550 7,88 10.548 6,73 11.098 6,21 10.653 5,10 12.491 6,04 10.450 4,83
dan Komunikasi
8 Keuangan, Asuransi, 4.333 2,52 5.115 3,28 4.933 2,76 8.251 4,01 5.232 2,53 7.205 3,33
Usaha Persewaan
Bangunan
9 Jasa Kemasyarakatan 27.100 15,76 25.443 16,22 24.341 13,61 22.949 11,16 29.822 14,42 46.085 21,30
10 Lainnya - - - - 432 0,24 - - - - 194 0,09
14
turun dari Tahun sebelumnya yaitu Tahun 2003 sebesar 4,66 dan Tahun
2004 sebesar 3,76. Angka Kematian Ibu melahirkan per 100 ribu kelahiran
hidup dari Tahun 2003 sampai Tahun 2005 sebesar 29,34; 87,64 dan
44,27. Angka kematian bayi per 100 ribu kelahiran hidup dari Tahun 2003
sampai Tahun 2005 menunjukkan angka 4,10; 5,25 dan 4,72. Angka
kematian Balita per 1.000 penduduk juga mengalami penurunan dari Tahun
2003 sampai 2005 sebesar 0,11; 0,004; dan 0,002. Capaian lain Kabupaten
Badung Tahun 2005 adalah terealisasinya pemberian subsidi dana
kesehatan kepada penduduk miskin. Tahun 2005 Angka Harapan Hidup
adalah 72,11 tahun lebih tinggi dari Standar Indonesia Sehat yaitu 67,9
tahun.
e. Di Kabupaten Badung masih terdapat penduduk miskin. Jumlah penduduk
miskin dari tahun ke tahun berfluktuasi. Pada Tahun 1996 persentase
penduduk miskin 2,63 %, Tahun 1999 3,27 %, Tahun 2003 5, 31 %,
sedangkan rumah tangga miskin (RTM) Tahun 2005 adalah 5.201 RTM.
f. Bidang pendidikan angka partisipasi kasar (APK) Tahun 2005 untuk SD
170,52, untuk SMP 141 dan SMA/SMK menunjukkan angka 67,26. Angka
partisipasi murni (APM) Tahun 2005 untuk SD 145,09; SMP 97,31 dan
SMA/SMK 47,06. Di tingkat pendidikan tinggi, jumlah perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta dan program studi sangat memadai meskipun masih
terdapat disparitas yang tinggi antarperguruan tinggi, khususnya dalam
kualitas proses pembelajaran. Sementara jumlah SD Negeri sebanyak 248
sekolah, SD swasta sebanyak 8 sekolah, SMP Negeri 17 sekolah, SMP
swasta sebanyak 25 sekolah, SMA Negeri sebanyak 8 sekolah, SMA
swasta sebanyak 9 sekolah, SMK Negeri sebanyak 1 sekolah dan SMK
swasta sebanyak 11 sekolah.
g. Pemberdayaan perempuan dan anak telah menunjukkan peningkatan yang
tercermin dari kualitas hidup perempuan dan anak, meskipun belum merata
disemua bidang pembangunan. Isu gender masih menjadi isu global di
berbagai negara termasuk di Indonesia, ketimpangan gender masih terjadi
di segala bidang pembangunan. Di Kabupaten Badung isu gender masih
terlihat di beberapa aspek seperti di bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik dan pemerintahan serta sosial budaya. Permasalahan
ketimpangan dan ketidakadilan gender (KKG) sampai saat ini masih terjadi
di masyarakat dan masih perlu mendapat perhatian dan penanganan oleh
Pemerintah. Kebijakan Pemerintah dalam upaya melaksanakan
pembangunan pemberdayaan perempuan tercermin dengan dikeluarkannya
15
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
(PUG). Di samping itu pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional telah memasukkan
program-program pemberdayaan perempuan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten Badung dalam rangka
mengatasi ketimpangan gender di berbagai bidang pembangunan serta
menindaklanjuti komitmet Pemerintah telah melakukan koordinasi antar
instansi dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di Daerah yang
berpersfektif gender. Diharapkan pada tahun 2025, masyarakat yang setara
dan adil gender sudah bisa tercapai.
h. Kabupaten Badung menjadi salah satu tujuan utama bagi para migran,
karena fungsinya sebagai daerah pariwisata. Ke depan Badung tetap
menjadi daya tarik bagi datangnya migran untuk mencari pekerjaan di
sektor jasa, perdagangan dan perhotelan. Adanya mutasi penduduk
pendatang dalam jumlah yang cukup besar yang tidak dilengkapi dengan
administrasi kependudukan dan keterampilan yang memadai akan dapat
menimbulkan kerawanan sosial di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana
terdapat pada tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel : 2.5.
Angka Kelahiran, Kematian, Datang dan Pindah
Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Badung
LAHIR MATI DATANG PINDAH
TAHUN
L P L P L P L P
2005 1.626 1.484 734 718 10.729 8.091 2.120 2.948
2004 1.282 1.223 646 541 5.915 4.840 2.302 2.555
2003 1.347 1.225 635 524 6.089 6.114 1.496 2.149
2002 1.389 1.338 697 579 8.466 8.792 1.652 2.247
2001 1.329 1.140 652 529 10.895 11.162 6.304 7.903
2000 1.740 1.747 722 649 5.410 6.796 2.764 2.297
16
3. Ekonomi
17
Tabel 2.6
Realisasi Ekspor Non Migas Kabupaten Badung
Jenis Barang Volume Nilai ($ US)
Hasil Kerajinan 40.358.262 68.923.168,30
Hasil Industri 31.466.900 70.248.471,11
Hasil Pertanian 1.165.327 2.536.536,80
Hasil Perkebunan 3.611 43.163,20
Kom. Lain-lain 2.274.955 1.821.897,35
Jumlah
2005 75.269.055 143.573.236,76
2004 - 152.509.990,05
2003 - 149.300.971,80
2002 - 154.214.732,21
2001 - 142.139.508,40
2000 - 145.813.683,20
Sumber : Badung Dalam Angka 2000 - 2006
c. Investasi
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Badung sebagai wujud
pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan Tri Hita Karana,
konsekuensi logisnya setiap bentuk investasi di kabupaten Badung harus
berdampak positif bagi masyarakat, tidak merusak lingkungan, dan tetap
menjaga nilai-nilai dan hubungan antar manusia, manusia dengan
lingkungan dan manusia dengan Sang Pencipta. Wujud positif dari
hubungan tersebut adalah bahwa setiap investasi harus melibatkan
sebesar-besarnya peran aktif masyarakat sehingga mampu memberikan
kontribusi bukan hanya dalam konteks nilai ekonomis namun juga social,
budaya, dan spiritual.
Kegiatan investasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi daerah. Investasi merupakan stimulus bagi pembangunan daerah.
Program pemerintah yang menitikberatkan pada pembangunan berbasiskan
perekonomian kerakyatan dengan menciptakan iklim investasi yang baik
sehingga mampu menarik investor untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Perkembangan investasi di Kabupaten Badung baik penanaman
modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN)
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Investasi yang sangat diminati
oleh investor adalah pada sektor tersier antara lain sektor jasa seperti jasa
pariwisata, bidang konstruksi, perdagangan, keuangan dan jasa jasa
lainnya. Potensi investasi yang masih bisa dikembangkan pada sektor
18
primer adalah tanaman pangan seperti padi dan kacang kedelai; tanaman
perkebunan kelapa dalam dan kopi arabika; perikanan : budidaya ikan laut.
Pada Sektor Sekunder juga masih bisa dikembangkan antara lain: industri
kecil dan menengah, industri sedang dan besar seperti industri pakaian jadi
dan kulit. Perkembangan Investasi di Kabupaten Badung Tahun 2000
sampai 2005, sebagaimana terdapat pada tabel 2.7 sebagai berikut :
Tabel 2.7
Perkembangan Investasi
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005
TAHUN
INVESTASI
2000 2001 2002 2003 2004 2005
SWASTA
19
Tabel 2.8
Perkembangan PDRB Kabupaten. Badung Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2000–2005 (Dalam jutaan rupiah)
2000 2001 2002 2003 2004 2005
No Lapangan Usaha
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Pertanian 296.011,30 327.970,82 404.146,51 487.103,84 520.788,36 643.519,20
8,62 8,29 8,39 9,28 8,84 9,19
2 Pertambangan & 7.987,85 9.142,96 10.241,76 11.235,29 10.259,89 9.715,01
Penggalian 0,23 0,23 0,21 0,21 0,17 0,14
3 Industri Pengolahan 102.652,34 115.399,13 139.120,78 150.862,67 165.134,17 182.621,75
2,99 2,92 2,89 2,87 2,80 2,61
4 Listrik, Gas dan Air 46.484,78 56.562,49 77.768,41 87.990,80 105.582,34 143.382,70
Bersih 1,35 1,43 1,61 1,68 1,79 2,05
5 Bangunan 159.467,34 177.993,66 241.010,56 269.101,08 317.623,09 383.973,44
4,64 4,50 5,00 5,13 5,39 5,48
6 Perdagangan Hotel dan 1.551.722,87 1.670.995,75 1.982.526,74 2.183.219,66 2.420.490,15 2.815.368,11
Restauran 45,19 42,22 41,15 41,60 41,09 40,19
7 Pengangkutan dan 917.973,50 1.171.537,59 1.397.048,32 1.409.059,27 1.628.544,61 1.987.076,66
Komunikasi 26,73 29,60 29,00 26,85 27,64 28,37
8 Keuangan Persw. & 94.286,78 110.160,42 126.700,94 139.451,92 157.285,39 188.579,00
Jasa Prshan 2,75 2,78 2,63 2,66 2,67 2,69
9 Jasa-jasa 257.096,62 317.761,52 439.464,85 509.901,55 565.523,65 650.410,32
7,49 8,03 9,12 9,72 9,60 9,29
3.433.683,38 3.957.524,34 4.818.028,87 5.247.926,08 5.891.231,65 7.004.646,19
Jumlah
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
20
Tabel 2.10.
Laju Inflasi di Kabupaten Tahun 2001 - 2005
1 2001 11,52
2. 2002 12,49 RATA-RATA
3. 2003 4,56 9,17%
4. 2004 5,97
5. 2005 11,31
21
Tahun 2005 kapasitas daya tampung pedagang tersedia sebanyak 2.672
tempat yang terdiri atas kios, los dan halaman (tanah). Jumlah
pedagangnya mencapai 2.440 orang atau 91,32 persen dari tempat yang
tersedia.
a. Kondisi kehidupan politik di Kabupaten Badung dewasa ini cukup baik yang
dapat dilihat dari pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung aman
dan damai serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
cukup tinggi yang dapat dibuktikan pada pemilihan anggota legislatif
tanggal 5 April 2005 sebesar 81,55%, pada Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden tahap I dan II sebesar 80,87% dan 79,66%, serta pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Badung sebesar
82,09%.
b. Selama pemilihan tersebut tidak terjadi konflik yang berarti antar pendukung
partai politik atau kandidat kepala daerah. Prediksi kehidupan politik 20
Tahun mendatang adalah adanya kehidupan politik yang demokratis, adil
dan damai di Kabupaten Badung. Indikator peluang untuk terciptanya
kondisi kehidupan politik tersebut antara lain: tingkat kesadaran berpolitik
masyarakat Badung yang tinggi, terbukti dari tingkat partisipasi dan tidak
terjadinya konflik yang berarti di dalam berbagai perhelatan akbar politik
praktis yang telah dilaksanakan. Ini merupakan peluang yang sangat
penting dalam penciptaan kehidupan politik yang demokratis adil dan
22
damai. Kedewasaan para elit politik dalam menerima hasil pemilihan umum
maupun pilkada, sangat mendukung peluang terwujudnya kehidupan politik
yang demokratis adil dan damai di Badung. Netralitas pemerintah daerah
Kabupaten Badung dalam setiap perhelatan akbar demokrasi juga
merupakan faktor yang signifikan untuk terciptanya kehidupan politik yang
demokratis adil dan damai. Ancaman serta permasalahan yang ada adalah
bagaimana mengelola dan mempertahankan koordinasi antar partai politik,
elite politik dan pendukungnya yang sudah kondusif seperti sekarang ini,
agar tercipta kehidupan politik yang demokratis adil dan damai di
Kabupaten Badung.
c. Dalam bidang hukum, penegakan supremasi hukum dan hak azasi manusia
masih perlu ditingkatkan. Kurang optimalnya penegakan supremasi hukum
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu SDM penegak hukum, kesadaran
hukum serta sarana dan prasarana.
d. Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat desa, dan peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan
dan keadilan. Pelayanan umum mencakup segala bentuk kegiatan
pelayanan perijinan dan non perijinan yang dilaksanakan oleh SKPD di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. Pemerintah Kabupaten Badung
didukung dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan
Sekretariat DPRD Kabupaten Badung yang diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 Tahun 2001, terdiri dari Sekretariat
Daerah, 19 Dinas Daerah, 10 Lembaga Teknis Daerah. Secara administratif
pemerintahan, Kabupaten Badung mewilayahi 6 Kecamatan, 16 Kelurahan,
46 Desa, 161 Lingkungan dan 360 Banjar Dinas. Jumlah pegawai
Pemerintah Kabupaten Badung sampai dengan Tahun 2005 sebanyak
10.128 orang, terdiri dari PNS sebanyak 6.851 orang dan THL/Honorer
sebanyak 3.277 orang. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
Pemerintah Kabupaten Badung didukung oleh Pemerintahan
Desa/Kelurahan. Keberadaan Desa/Kelurahan di Kabupaten Badung
hingga tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 2.12 dibawah ini :
23
Tabel 2.12
Perkembangan Jumlah Desa/Kelurahan
di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
2000 42 16 58
2001 42 16 58
2002 46 16 62
2003 46 16 62
2004 46 16 62
2005 46 16 62
24
tidak memiliki administrasi kependudukan dan ketrampilan berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban.
d. Keberadaan aparat keamanan sebagai kekuatan dalam menegakkan
ketentraman dan ketertiban belum maksimal, sehingga dalam
pelaksanaannya dibantu partisipasi hansip desa dan pecalang. Dapat dilihat
pada Tabel 2.14 dibawah ini :
Tabel 2.14
Kekuatan Pertahanan Sipil di Kabupaten Badung
KEKUATAN ANGGOTA
KECAMATAN JUMLAH MATRIK HANSIP (ORANG)
KASATGAS KECAMATAN L P JUMALAH
1 4 7 8 10
Matrik Hansip
Pemkab Badung 0 0 301 206 507
Matrik Hansip
Proyek Vital
Kab. Badung 0 0 498 440 938
1) Pendidikan
25
pada jenjang SD terjadi perubahan yang cukup berarti (Tabel 2.14 s/d
Tabel 2.17).
Ke depan tidak dapat dihindarkan, kalau rasio guru-murid saat ini ingin
dipertahankan, harus ada penambahan jumlah sekolah dan guru. Pada
akhir PJP jumlah anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan
mengalami peningkatan rata-rata dua kali lipat, yang dapat dilihat pada
Tabel 2.15, 2.16, 2.17, dan 2.18 dibawah ini :
Tabel 2.15
Perkembangan Jumlah Sekolah TK, Murid dan Guru
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Rasio
Jumlah TK murid
Tahun murid guru guru-
(buah) (orang/sek
(orang) (orang) murid
olah)
2000 105 7.462 313 71 1:24
26
Tabel 2.17
Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTP
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Rasio
murid
Tahun SLTP murid guru guru-
(orang/sek
(buah) (orang) (orang) murid
olah)
2000 40 14.194 1.153 355 1:12
2001 39 14.422 1.094 370 1:13
2002 40 14.036 1.252 351 1:11
2003 40 15.712 1.232 393 1:13
2004 40 16.748 1.301 419 1;13
2005 42 17.962 1.393 428 1:13
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tabel 2.18
Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTA
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Rasio
murid
Tahun SLTA murid guru guru-
(orang/se
(buah) (orang) (orang) murid
kolah)
2000 29 10.823 941 373 1:12
2001 27 10.835 913 401 1:12
2002 29 11.097 1.006 383 1:11
2003 29 11.070 1.002 382 1:11
2004 29 10.856 1.019 374 1:11
2005 29 10.982 1.096 379 1:10
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Separuh lebih kondisi ruang belajar tingkat SD termasuk kurang baik.
Sedangkan tingkat SLTP dan SLTA kondisi yang rusak lebih sedikit
yaitu masing-masing kurang dari 10 persen.
2) Kesehatan
27
Tabel 2.19
Perkembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Tenaga Paramedis Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
2002 1 - 11 40 65 298
2003 1 2 12 47 67 315
2004 1 2 12 47 74 310
2005 1 2 12 50 89 341
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tahun 2005 hasil registrasi penduduk mencatat penduduk Kabupaten
Badung jumlahnya 374.377 orang. Jika jumlah penduduk ini dikaitkan
dengan banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
menunjukkan setiap Puskesmas melayani 29.859 penduduk dan satu
Puskesmas Pembantu melayani 7.624 penduduk. Disamping itu,
keberadaan RSUD Kapal sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
belum optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pada akhir PJP penduduk Kabupaten Badung
diproyeksikan lebih dari 600.000 orang, sehingga jelas diperlukan
penambahan fasilitas pelayanan kesehatan agar tidak terjadi penurunan
pelayanan minimal secara kuantitatif.
28
Lokasi pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung telah
ditetapkan di Kelurahan Sempidi Kecamatan Mengwi seluas 46,6 Ha
berdasarkan Keputusan Bupati Badung Nomor 362 Tahun 2004 tentang
Rencana Teknik Ruang Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Badung. Pelaksanaan pembangunan tersebut sampai saat ini baru pada
tahap pembebasan lahan, yang belum keseluruhan dapat dibebaskan
khususnya pada akses masuk di timur dan barat kawasan.
Sedangkan untuk Kantor Camat serta Lurah/Perbekel perlu dilakukan
renovasi guna menunjang pelayanan kepada masyarakat.
4) Pariwisata
Kabupaten Badung adalah salah satu daerah tujuan wisata yang sangat
terkenal baik di Indonesia ataupun dunia internasional. Sebagian besar
prasarana pariwisata seperti hotel dan restoran yang ada di Bali, berada
di Kabupaten Badung.
Pertumbuhan sarana pariwisata berupa hotel dan kamar hotel di
Kabupaten Badung dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata mencapai
lima persen per tahun untuk hotel dan 4,5 persen per tahun untuk kamar
hotel (Tabel 2.19). Sementara pertumbuhan restoran, rumah makan dan
bar kenaikannya cukup signifikan baik jumlah unit ataupun seatnya
(Tabel 2.20). Hal ini mungkin disebabkan rumah makan, restoran dan
bar bukan terbatas dikunjungi oleh wisatawan, tetapi juga oleh
penduduk lokal.
Melihat tingkat hunian hotel bintang dan non bintang selama lima tahun
terakhir ini sangat fluktuatif (hotel bintang 59,12 persen dan non bintang
44,32 persen), Terpuruknya sektor pariwisata selama ini karena
terganggunya stabilitas keamanan sebagai akibat terjadinya ledakan
bom di Legian Kuta, 12 Oktober 2002 dan kemudian menyusul ledakan
kedua, 1 Oktober 2005. Sebenarnya kunjungan wisatawan asing ke
Bali Tahun 2004 sudah lebih banyak dibandingkan Tahun 2001. tetapi
dengan terjadinya ledakan bom yang kedua 1 Oktober 2005, kunjungan
wisatawan asing ke Bali akan menurun drastis sama halnya setelah
terjadinya ledakan bom yang pertama 12 Oktober 2002. Menurunnya
kunjungan wisatawan ke Bali bukan hanya terbatas oleh wisatawan
mancanegara, tetapi juga wisatawan domestik. Kebijakan pemerintah
menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005 telah memicu inflasi menjadi
29
lebih dari 15 persen (tingkat nasional), sehingga menurunkan daya beli
masyarakat termasuk permintaan untuk berwisata, sebagaimana
nampak pada Tabel 2.20 dan 2.21 di bawah ini :
Tabel 2.20
Perkembangan Jumlah Hotel dan Kamar menurut Jenis,
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Hotel
Non bintang Pondok wisata Jumlah
Tahun berbintang
Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar
30
Tabel 2.22
Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2000-2005
b. Infrastruktur
31
Tersier sepanjang 418,88 kilometer. Dari panjang total masing-masing
saluran tersebut, 15% saluran primer-nya mengalami kerusakan,
demikian juga 17% saluran sekunder dan 25% pada saluran tersier
kondisinya mengalami kerusakan (Dinas Bina Marga dan Pengairan’
2005). Di Wilayah Kabupaten Badung terdapat 20 bendung, 26
bangunan bagi, 8 bangunan bagi sadap, 238 bangunan sadap, 20
kantong lumpur, dan 30 bangunan terjun, dimana sebagian telah
mengalami kerusakan.
3) Infrastruktur jalan dan jembatan disamping mempunyai fungsi ekonomi
juga mempunyai fungsi sosial. Oleh karenanya infrastruktur jalan
merupakan prasarana yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan ekonomi ataupun sosial.
Bahwa panjang jalan kabupaten dan jalan lingkungan di Kabupaten
Badung adalah masing-masing 556,872 km dan 1.471 km. Jumlah
jembatan adalah 126 buah. Proporsi kenaikan panjang jalan relatif kecil
dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan. Periode 2003-2005
jumlah kendaraan di Kabupaten Badung bertambah sebanyak hampir
30.000 unit atau tumbuh sebesar 16,8 persen. Sedangkan pada tahun-
tahun sebelumnya menunjukkan pertumbuhan kendaraan yang
mencakup wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Periode
2001, pertumbuhan kendaraan di kedua wilayah tersebut mencapai 10,7
persen per tahun.
Perkembangan kondisi jalan tahun 2000-2005 dengan kondisi terbilang
baik, seperti pada tabel 2.23 di bawah ini :
Tabel 2.23
Jalan Utama di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
JENIS
TAHUN
JALAN
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Negara 42,720 42,720 42,720 42,720 42,720 41,200
Provinsi 56,770 56,770 56,770 56,770 56,770 100,360
Kabupaten 374,170 399,634 368,225 374,667 374,667 383,767
Sumber : Badung Dalam Angka 2006 dan Dinas BMP Kab. Badung
Sedangkan kondisi jalan yang sedang dan rusak hanya terdapat pada
jalan kabupaten dengan panjang jalan rata-rata selama periode tersebut
masing-masing 116,641 km dan 56,464 km.
32
4) Sistem jaringan pelayanan transportasi darat di dalam wilayah
Kabupaten Badung maupun keluar wilayah didukung oleh
4 terminal/pangkalan ( Terminal Tipe C Bualu, Tipe C Dalung Permai,
pangkalan Kampus Bukit dan pangkalan Sentral Parkir Kuta) yang
sampai saat ini kondisinya terutama terkait dengan operasionalnya
kurang prima. Hal tersebut akibat dari rendahnya minat masyarakat
memanfaatkan angkutan umum, yang ditujukan dengan meningkatnya
jumlah kendaraan pribadi, sesuai tabel 2.24 dibawah ini.
Tabel : 2.24
Sistem Jaringan Transportasi
MOBIL SEPEDA
TAHUN JUMLAH
PENUMPANG GEROBAK BUS MOTOR
2000 78.850 24.593 4.616 341.445 449.504
2001 85.792 26.736 4.537 396.561 513.626
2002 88.387 32.938 5.138 - 126.463
2003 24.695 7.129 552 140.667 173.043
2004 26.367 7.586 575 166.082 200.610
2005 27.783 8.185 612 195.014 231.594
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2006
Tahun 2000-2002 adalah Data Badung dan Kota Denpasar
33
meter3 sedangkan penggunaannya 27.469.270 meter3. Distribusi
pelanggan air minum dapat dikelompokkan menjadi rumah tangga,
Niaga/Industri, Sosial dan Non Rutin yang jumlah setiap tahunnya
semakin meningkat kecuali pelanggan non rutinnya, sebagaimana
ditunjukkan tabel : 2.25.di bawah ini.
Tabel 2.25
Jumlah Pelanggan, Produksi dan Konsumsi Air Minum
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005
Produksi Konsumsi
Tahun Pelanggan (Or)
Air Minum (M3) Air Minum (M3)
2000 26.535 10.621.280 7.160.056
2001 29.394 26.622.988 24.944.536
2002 32.001 32.961.405 25.375.707
2003 34.794 32.786.889 25.533.921
2004 37.301 35.619.347 25.137.089
2005 39.818 37.163.590 27.469.270
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
34
Tabel 2.26
Jumlah Pelanggan Listrik
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005
35
Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Cemagi dan Desa Munggu,
sedangkan desa-desa lainnya di Kecamatan Mengwi ditangani
secara swakelola.
c) Volume sampah di wilayah Kecamatan Petang dan Abiansemal
mencapai 12 m3/hari.
d) Volume sampah yang dimusnahkan dengan mesin incenerator
mencapai 72 m3/hari.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah selain dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung, juga melibatkan berpartisipasi pihak
swasta, PD Pasar serta swakelola oleh desa dan masyarakat.
Jumlah pegawai dan tenaga kebersihan pada DKP Badung
sebanyak 905 orang dengan rincian Pegawai DKP sebanyak 492
orang, tenaga padat karya kebersihan sebanyak 302 orang, tenaga
padat karya pertamanan sebanyak 87 orang dan tenaga pemusnah
sampah sebanyak 24 orang.
Sarana-prasarana penunjang dalam penanganan sampah milik
Pemerintah Kabupaten Badung sampai Tahun 2005 meliputi :
(1) Penampungan sementara yang berlokasi di Bali Hai, Banjar
Segara sebanyak 10 unit dengan kapasitas 6 m3.
(2) Transfer Depo sebanyak 1 unit dengan kapasitas 36 m3.
(3) Container sebanyak 20 unit dengan kapasitas 6 m3 berlokasi
di wilayah pelayanan pangkalan Kuta sebanyak 15 unit dan
pangkalan Mengwi sebanyak 5 unit.
(4) Dump Truck sebanyak 43 unit dengan kapasitas 4 m3.
(5) Arm Roll Truck sebanyak 8 unit dengan kapasitas 4 m3.
(6) Kijang Dum sebanyak 9 unit.
(7) Mobil penyapuan sebanyak 4 unit dengan kapasitas 2 m3.
(8) Mesin incenerator sebanyak 5 unit.
(9) Alat berat di TPA dan Pantai Kuta sebanyak 6 unit.
(10) TPS di Kecamatan Kuta sebanyak 4 unit berlokasi di Yonif 741
Tuban, Jalan Nusantara, Jalan Dewi Sri dan Jalan Gatot Kaca.
(11) TPS di Kecamatan Mengwi sebanyak 5 unit berlokasi di Br.
Pande, Br. Batu Mengwi, Br. Gambang, Br. Delod Bale Agung
dan Br. Munggu.
10) Pengendalian masalah banjir di Kabupaten Badung ditangani melalui
pembangunan jaringan drainase dan bangunan pengendali. Jaringan
drainase yang terdapat di Kabupaten Badung meliputi jaringan primer
36
sepanjang 73,383 km, jaringan sekunder sepanjang 418,881 km dan
jaringan tersier sepanjang 50,495 km, serta bangunan pengendali
berupa pintu air sebanyak 51 unit. Pada beberapa kawasan seperti
kawasan Kuta, kawasan Seminyak, Jalan Pratama, Jalan Uluwatu dan
Kawasan Bualu sering terjadi genangan akibat air hujan selama 2-3 jam
dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Hal tersebut disebabkan karena
terjadinya pendangkalan pada saluran drainase baik karena sampah
maupun limbah. Disamping itu munculnya permasalahan banjir
terutama di Kawasan Perkotaan disebabkan pesatnya pembangunan
yang tidak ditunjang jaringan drainase yang memadai berdampak pada
berkurangnya daerah resapan air hujan karena tertutup oleh bangunan
dan prasarana perkotaan lainnya.
37
Wilayah Pembangunan Badung Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) Sub Wilayah
Pembangunan, yaitu :
38
tanaman pantai serta pembuangan air limbah hotel ke sungai atau laut.
Tindakan-tindakan ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
sumber daya alam dan lingkungan hidup seperti terjadinya pendangkalan,
erosi, banjir dan pencemaran Tukad Badung, Tukad Ayung, Tukad Mati, serta
terjadinya intrusi air laut di wilayah Kuta, Tuban, Kedonganan dan Jimbaran. Di
beberapa kawasan terjadi penurunan peruntukan air tanah, terjadinya
kekeruhan dan keracunan air sumur penduduk, penyebaran penyakit saluran
pencernaan dan saluran pernafasan, iklim yang tidak teratur, menurunnya
biodiversitas, abrasi pantai dan semakin kotornya air laut. Menyadari
pentingnya geomorfologi dan lingkungan hidup sebagai aset Kabupaten
Badung, serta dalam upaya menyikapi permasalahan yang dapat merusak
dan/atau mencemari lingkungan dan sumber daya alam, Pemda Kabupaten
Badung telah melakukan beberapa langkah program dan aksi untuk
mengantisipasi, memelihara dan menanggulanginya. Namun berbagai kegiatan
yang telah dilakukan nampaknya belum mampu mencegah dan mengantisipasi
laju degradasi tersebut secara signifikan, bahkan nampak suatu kecendrungan
potensi dan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Faktor-faktor yang
dapat diidentifikasi sebagai penyebab degradasi adalah sebagai berikut. a).
Meningkatnya pencemaran lingkungan sebagai akibat laju pertumbuhan
penduduk yang terkonsentrasi di wilayah perkotaan, perubahan gaya hidup
yang komsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat, kemajuan transportasi
yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi besih lingkungan menimbulkan
dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan. b). Sungai-sungai
tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga dan tanah tercemar oleh
bahan kimia, pupuk dan sampah. c). Adanya perubahan iklim dan pemanasan
global yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup, inkonsistensi dan
tumpang tindihnya kebijakan. d). Kontradiksi dan kekaburan norma hukum yang
mengaturnya. e). Lemahnya penegakan hukum. f). Adanya kecenderungan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berlebih (over
exploitation). g). Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dari berbagai
instansi dalam pengeloloaan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik
dalam hal penyelenggaraan, pengawasan dan pengendaliannya
a. Kondisi sumber daya air
Secara umum kualitas sumberdaya air meliputi air sungai, air laut, air tanah
dan air minum di Kabupaten Badung mengalami kemerosotan mutu. Hal
tersebut ditunjukan dari Indeks Pencemaran (IP) dan tingkat pencemaran
terhadap bebarapa sampel air sebagai berikut :
39
1) Kualitas air sungai dari beberapa sampel yang diambil secara umum
menunjukan kondisi dengan tingkat pencemaran ringan-sedang dengan
IP 1,86 – 5,66.
2) Kualitas air laut pada beberapa sampel menunjukan tingkat
pencemaran ringan-sedang dengan IP 4,32 – 5,01.
3) Kualitas Air Tanah berdasarkan nilai Indeks Pencemaran, menunjukan
bahwa kualitas air tanah di Kabupaten Badung secara umum dalam
kategori pencemaran ringan-sedang dengan IP 1,33-5,43.
4) Kualitas Air Bersih pada sumber-sumber air berupa mata air yang
umum digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga baik
minum, cuci dan mandi secara umum mengalami pencemaran ringan
dengan kisaran Nilai Indeks Pencemaran antara 1,71-3,08.
b. Kondisi kualitas udara
Secara umum kualitas udara di Kabupaten Badung masih dibawah baku
mutu lingkungan yang diijinkan. Unsur pencemar udara yang menimbulkan
tekanan dan penurunan terhadap kualitas lingkungan udara untuk
Kabupaten Badung adalah Karbonmonoksida (CO), Sulfurdioksida (SO2)
dan Nitrogendioksida (NO2). Sumber pencemaran udara di Kabupaten
Badung sebagian besar berasal dari hasil pembakaran BBM untuk
transportasi darat serta faktor-faktor lainnya sebagai berikut :
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor selama empat tahun terakhir
(2001-2005) selama 24,98%;
Kurangnya jalur hijau dengan tanaman yang dapat mengabsorpsi bahan
pencemar;
Hasil pembakaran BBM yang tidak sempurna terutama mesih-mesin
kendaraan yang sudah tua.
Dampak dari pencemaran ini secara kumulatif dapat menimbulkan efek
buruk terhadap kesehatan manusia, hewan, vegetasi, material dan
ekosistem dalam berbagai bentuk antara lain ganguan pernafasan dan jarak
pandang (visibility) serta berubahnya siklus karbon, nitrogen, belerang,
fotosintesis di atmosfer bumi.
c. Kondisi Hutan
Berdasarkan fungsinya hutan mempunyai tiga fungsi pokok yaitu hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Luas kawasan hutan
menurut fungsinya sampai Tahun 2005 yaitu 1.767,87 ha meliputi hutan
lindung seluas 1.126,90 ha terdapat di Kecamatan Petang, hutan wisata
seluas 13,97 ha terdapat di Kecamatan Abiansemal dan hutan
40
mangrove/bakau seluas 627 ha terdapat di Kecamatan Kuta dan Kuta
Selatan.
Luas kawasan hutan seluruhnya sekitar 4,22% dari luas wilayah Kabupaten
Badung, sehingga masih jauh dari kondisi ideal yaitu sebesar 30%.
Demikian pula halnya dengan luas hutan di Provinsi Bali yaitu sekitar 23,2%
dari luas Bali.
d. Lahan Kritis
Lahan kritis yang terdapat di Kabupaten Badung tersebar didalam kawasan
hutan dan diluar kawasan hutan. Luas lahan kritis didalam kawasan hutan
terdapat di Kecamatan Petang seluas 775 ha serta Kecamatan Kuta
Selatan dan Kecamatan Kuta seluas 270 ha (90 ha kritis dan 180 ha
potensial kritis). Dengan demikian lahan kritis di dalam kawasan hutan
secara keseluruhan luasnya 1.045 ha.
Lahan kritis di luar kawasan hutan dalam kawasan lindung terdapat di
Kecamatan Petang seluas 771 ha dan Kecamatan Abiansemal seluas 136
ha. Sedangkan lahan kritis pada kawasan budidaya pertanian terdapat di
Kecamatan Petang selaus 7.846 ha, Kecamatan Abiansemal seluas 1.062
ha, Kecamatan Kuta Selatan seluas 7.750 ha. Dengan demikan lahan kritis
di luar kawasan hutan secara keseluruhan luasnya 17.585 ha. Luasan
lahan kritis di Kabupaten Badung dipertegas dengan Surat Keputusan
Gubernur Bali Nomor 539/03-N/Hk/2006 tanggal 12 Oktober 2006 tentang
Penetapan Luasan Lahan Kritis di 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali
yaitu 90 ha yang berada didalam kawasan hutan Tahura Ngurah Rai di
Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan lahan kritis
yang berada diluar kawasan hutan seluas 2.211 ha tersebar di Desa
Ungasan, Desa Kutuh dan Kelurahan Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan
Kondisi geografis Kabupaten Badung mengakibatkan kondisi alamnya
rentan terhadap bencana alam. Potensi bencana berupa angin kencang,
kekeringan, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami. Daerah rawan
bencana yang paling besar diakibatkan oleh angin kencang seluas 7.098,03
(16,95% dari luas lahan di Kabupaten Badung) . Selain itu, daerah pesisir
kabupaten Badung berpotensi pula terjadi tsunami dengan daerah rawan
bencana seluas 1.561,77 ha (3,7% dari luas lahan di Kabupaten Badung).
Kecamatan Abiansemal merupakan daerah dengan luasan rawan bencana
terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Badung,
hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.28 dibawah ini :
41
Tabel : 2. 28
Data Luasan Daerah Rawan Bencana
di Kabupaten Badung
Luasan Daerah Rawan Bencana
Jumlah
Jenis Bencana Kuta
Kuta Kuta Utara Mengwi Abiansemal Petang (ha)
Selatan
Angin Kencang 1.310,31 951,57 978,75 1.849,14 1.711,08 297,18 7.098,03
Kekeringan 11,07 - - - 0,09 - 11,6
Banjir 752,49 951,57 251,91 58,77 - - 2.011,59
Tanah Longsor 478,89 - 0,27 39,42 187,47 6.290,73 6.996,78
Gempa Bumi - - 180,99 318,15 456,66 499,14
Tsunami 556,02 931,86 63,27 10,62 - - 1.561,77
Jumlah 3.108,78 1.294,20 185.203,80 2.216,79 7.044,57 2.835
Sumber : Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam di Provinsi Bali
e. Sumber daya air yang berasal dari air permukaan di Badung didukung oleh
adanya 24 sungai yang muaranya ke laut di bagian selatan Kabupaten
Badung. Sungai-sungai ini umumnya memanjang yang hulunya ada di
bagian utara Badung dan hilirnya di bagian selatan. Dengan demikian
Daerah Aliran Sungainya (DAS) juga berbentuk memanjang yang
dibeberapa bagian secara administrasi merupakan DAS yang lintas
kabupaten. Sedikit berbeda dengan sungai-sungai di Badung Tengah dan
Badung Utara yang di kontrol secara geologi oleh batuan vulkanis dan
topografi pegunungan sehingga sungai-sungai yang relatif memanjang
memiliki air dengan debit membesar pada musim hujan dan mengecil di
musim kemarau, Sungai di Badung Selatan yaitu di Kawasan Bukit berupa
sungai pada Batuan Karts sehingga sungainya berbentuk melingkar dan
hanya berair pada saat musim hujan.
f. Geomorfologi Wilayah Badung yang dimulai oleh pegunungan di utara,
dataran dan pantai di bagian selatan, serta dikontrol oleh dominasi batuan
vulkanik (Batuan Gunung Api Buyan Beratan dan Batur) menjadikan potensi
air tanah baik hampir diseluruh wilayah Kabupaten Badung. Air tanah
tersebut umumnya merupakan air tanah bebas dan permukaannya relatif
dangkal (3 m – 8m). Potensi tersebut memicu besarnya minat masyarakat
mengekploitasi air tanah untuk keperluan usaha ataupun keperluan rumah
tangga yang sampai tahun 2005 terdapat 465 ijin sumur bor dan 64 sumur
gali yang dimanfaatkan oleh berbagai usaha.
42
B. Tantangan RPJP Tahun 2005 – 2025
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan jangka panjang Kabupaten
Badung Tahun 2005 – 2025 meliputi :
2. Bidang Ekonomi
43
berasal dari kegiatan perdagangan bebas. Dimana mobilitas berbagai
sumberdaya menghadapi hambatan yang semakin kecil. Pada situasi ini,
dengan tingkat mobilitas penduduk antar daerah dan antar negara menjadi
tinggi, maka jika kualitas tenaga kerja secara teknis rendah akan berakibat
pada rendahnya daya saing tenaga kerja, pada gilirannya akan sangat
merugikan Kabupaten Badung secara keseluruhan.
e. Kebijakan yang tidak terpadu dan sinergis antar Provinsi dan antar
Kabupaten/Kota dalam pelayanan investasi akan menjadi kendala
masuknya investasi. Selain itu, iklim investasi yang belum kondusif, antara
lain kepastian hukum yang berkaitan dengan tanah, birokrasi, serta
mekanisme dan prosedur investasi, merupakan kelemahan utama yang
menghambat investasi langsung.
f. Tantangan dalam bidang keuangan daerah adalah masih rendahnya
kesadaran masyarakat membayar pajak, belum banyak tergalinya berbagai
sumber pendapatan dan perlunya peningkatan kemandirian sumber
pembiayaan pembangunan daerah.
g. Pada bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tantangan meliputi
kemampuan membaca peluang pasar, manajemen keuangan, dan budaya
kerja, pola dan teknik produksi yang belum mampu menghasilkan barang
dan jasa yang sesuai dengan kualitas dan persyaratan standarisasi pasar
domestik dan internasional.
44
kualitas sumber daya iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan iptek.
45
kemungkinan adanya gangguan ketentraman dan ketertiban baik yang
datang dari dalam maupun dari luar.
b. Keragaman etnis yang tinggi apabila tidak dikelola dengan arif bijaksana
dapat memunculkan kerawanan berupa konflik bernuansa SARA. Selain itu,
dampak daripada globalisasi dan era informasi menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku masyarakat. Posisi Kabupaten Badung sebagai daerah
wisata berpeluang bagi munculnya gangguan stabilitas daerah seperti
terorisme, penyebaran paham-paham ekstrim dan kriminalitas.
46
e. Perkembangan kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dan informatika
kedepan semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini akan
berdampak pada peningkatan pemanfaatan ruang terkait dengan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi, yang apabila tidak terdapat
ketentuan dalam pembangunannya akan berdampak negatif terhadap
keindahan ruang wilayah Kabupaten Badung sebagai kawasan pariwisata.
f. Tantangan utama yang dihadapi pada sektor energi adalah riskannya
keandalan pasokan energi, kedepan harus ada upaya pencarian sumber
energi alternatif yang mampu membantu sumber energi listrik yang ada saat
ini.
g. Meningkatnya bencana alam seperti banjir sebagai dampak Global
Warming.
h. Perkembangan pembangunan yang cukup pesat di Kabupaten Badung
tentu membawa konsekuensi terjadinya perubahan terhadap bentang alam
serta timbulnya berbagai permasalahan lingkungan. Faktor alam/iklim
makro juga membawa dampak terhadap perubahan ekologi lingkungan di
kawasan pesisir dan pantai seperti terjadinya abrasi pantai, sedimentasi,
akresi, instrusi air dan rob. Sementara kerusakan di kawasan hulu dalam
bentuk erosi, tanah longsor, rawan air, lahan kritis dan sebagainya
disebabkan adanya proses konversi lahan pertanian menjadi non pertanian,
berkurangnya tutupan lahan hijau pada kawasan lindung serta eksploitasi
sumberdaya lingkungan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan. Perkembangan sektor pariwisata dan jasa penunjang lainnya
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan
masyarakat, namun disisi lain mengakibatkan terjadinya eksternalitas
berupa polusi dan pencemaran lingkungan.
i. Dalam penanganan masalah lingkungan akan semakin menurunnya daya
dukung dan daya tampung lahan, belum optimalnya penanganan kerusakan
dan pencemaran lingkungan, partisipasi masyarakat yang belum optimal
dalam pelestarian lingkungan serta lemahnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran pembangunan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan.
j. Dalam pengelolaan sampah akan semakin meningkatnya volume produksi
sampah yang harus ditangani sementara disisi lain kapasitas sarana-
prasarana penunjang seperti tempat pembuangan akhir semakin terbatas,
tempat penampungan sementara yang terbatas, armada pengangkutan
sampah yang perlu diremajakan serta pengembangan teknologi
47
pengolahan sampah yang efisien dan efektif. Sebagai daerah tujuan
pariwisata, permasalahan sampah perlu dikelola dengan manajemen yang
profesional dengan dukungan sumberdaya manusia yang memadai serta
penerapan teknologi yang tepat. Pada skala rumah tangga dan lingkungan
perlu dikembangkan konsep 3 R (reduce, reused, recycle) dengan
dukungan alat pengolahan sampah seperti mesin pencacah sampah dan
komposter sehingga sampah yang terangkut ke TPA dapat dikurangi.
Tantangan ke depan dalam pengelolaan air limbah adalah meningkatkan
cakupan pelayanan pengolahan air limbah baik melalui sistem setempat
maupun sistem terpusat hingga mencapai 80%, produksi air limbah akan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan konsumsi air bersih.
48
C. Modal Dasar
Badung seluas 418,52 km2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan
Pulau Bali secara geografis terletak di Bali Selatan yang memiliki pesona alam
yang indah berupa pegunungan, hutan seluas 1.767,87 Ha, lahan pertanian
seluas 26.390,16 Ha dan pantai sepanjang 81,3 km. Posisi strategis
Kabupaten Badung pada jalur transportasi yang dilalui oleh jalur Sumatera-
Jawa-Bali-NTB-NTT, merupakan potensi ekonomi yang sangat potensial.
49