Anda di halaman 1dari 39

BAB II

KONDISI UMUM DAERAH

A. Kondisi Saat Ini

1. Geografi dan Demografi

Kabupaten Badung secara geografis terletak antara 8’14’20”-8’50’48’’


LS dan 115’05’00”–115’26’16” BT dengan luas wilayah 418,52 km2 atau sekitar
7,43 persen dari daratan Pulau Bali. Hamparan geografis ini dibagi menjadi
enam Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Petang disusul
kemudian dengan Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi, Abiansemal, Kuta Utara
dan Kuta.
Wilayah Kabupaten Badung yang secara administratif memanjang
dari utara ke selatan memiliki Geomorfologi yang bervariasi, dengan ketinggian
0 sampai dengan 750 meter dari permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan
yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit, sebagian besar wilayahnya berupa
perbukitan kapur dengan geomorfologi Karts yang berbeda dengan wilayah di
utaranya yang memiliki geomorfologi vulkanik ( dataran, bergelombang dan
perbukitan ) dengan batuan penyusunnya didominasi oleh batuan gunung api.
Perbedaan geomorfologi tersebut secara geologi diakibatkan oleh adanya
sesar melintang arah timur – barat, diantara kawasan Bukit dengan kawasan
Badung di bagian utaranya. Hal tersebut berdampak pada terangkatnya Batu
Kapur dan Bukit, dimana sebelumnya batuan tersebut merupakan endapan
laut. Diantara kedua wilayah tersebut berbentuk isthmus ( daerah sempit yang
menghubungkan dua daratan dimana didua sisinya terdapat air) yaitu sekitar
Bandara Ngurah Rai, Jimbaran dan Tanjung Benoa yang karena merupakan
dataran rendah kemudian terisi oleh endapan alluvial. Ketinggian wilayah
dibagian utara Badung yang relatif tinggi, hanya 7,5 % dari keseluruhan
luasannya yang kemiringan lerengnya diatas 40 %, sehingga daerah rawan
erosi di wilayah ini relatif kecil.
Perbedaan jenis batuan serta morfologi di daerah Kab. Badung
membuat berbedanya jenis tanah dimasing - masing wilayahnya. Jenis tanah di
ujung utara Kabupaten Badung merupakan Tanah Andosol, sedang dibagian
sisi timurnya yang berbatasan dengan Kabupaten Gianyar memanjang sampai
di sekitar perbatasan Denpasar merupakan Tanah Regosol. Sisi barat bagian
tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan memanjang ke selatan

11
hingga berbatasan dengan Kota Denpasar merupakan Tanah Latosol. Wilayah
Bukit yang disusun oleh Batu Kapur memiliki jenis Tanah Mediteran,
sedangkan di sekitar muara sungai dan beberapa pantai jenis tanahnya
Alluvial. Perbedaan jenis tanah tersebut menyebabkan bervariasinya vegetasi
yang sangat berhubungan dengan kandungan mineral dan kesuburan dari
masing – masing jenis tanah tersebut. Wilayah yang terdiri dari Tanah Regosol
dan Latosol sangat cocok diolah untuk penanaman bahan pangan dan
holtikultura sedangkan jenis Mediteran di Wilayah Bukit yang minim air hanya
ditanami bahan pangan disaat musim hujan.
Adanya kondisi geomorfologi yang memisahkan wilayah Bukit dengan
Wilayah Badung Tengah dan Utara menyebabkan aliran sungai yang berasal
dari hulu utara, tidak sampai mengairi wilayah Kecamatan Kuta Selatan,
sehingga secara hidrologis wilayah ini terpisah dari wilayah Badung Tengah
dan Utara. Keseluruhan sungai yang ada di wilayah Bukit merupakan sungai
Periodik yang hanya berair pada saat hujan dan hanya pada saat penghujan
terjadi proses pengisian air tanah. Kondisi tersebut sangat tidak mendukung
pengembangan sektor pertanian sebagimana yang dilakukan di Badung
Tengah dan Utara, sehingga untuk Kawasan Bukit telah diambil kebijakan
untuk pengembangan kawasan pariwisata.
Pertumbuhan penduduk satu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi netto (selisih antara migrasi masuk
dengan migrasi keluar). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung pada
periode 2000-2005 rata-rata 3,15 persen per Tahun. Perkembangan penduduk
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk, Laju pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Badung Tahun 2001 - 2005
Jumlah Penduduk Jenis Kelamin Laju Kepadatan
Tahun ( orang ) Laki Perempuan Pertumbuhan Penduduk
( orang ) ( orang ) (%) ( orang/km2 )
2000 345.863 172.300 173.563 2,33 748
2001 327.206 158.669 168.537 2,87 782
2002 342.013 170.823 171.190 4,53 813
2003 351.077 175.984 175.093 2,65 839
2004 358.311 180.121 178.190 2,06 856
2005 374.377 190.109 184.268 4,48 895
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2000 – 2006

12
2. Sosial Budaya

a. Kehidupan beragama di Kabupaten Badung telah berjalan dengan baik


dalam artian terjadi toleransi kehidupan beragama yang sangat tinggi. Hal
ini merupakan modal penting dalam menjaga harmoni kehidupan
masyarakat. Kesadaran melaksanakan ajaran agama dalam masyarakat
masih perlu terus ditingkatkan dalam hal penghayatan dan penerapan nilai-
nilai ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan beragama tidak berada pada
tataran simbol-simbol keagamaan tetapi lebih mengarah pada substansi
keagamaan yang berperan bagi etos kerja, prestasi, dan dorongan untuk
mencapai kemajuan. Tahun 2005 tempat ibadah di Kabupaten Badung
jumlahnya sebanyak 410 buah. Dari berbagai tempat ibadah tersebut,
mayoritas merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu, kemudian disusul
oleh Islam, Kristen dan Budha serta aliran kepercayaan yang tersebar di
wilayah Kabupaten Badung, seperti yang terlihat pada tabel 2.2 di bawah
ini.
Tabel 2.2.
Banyaknya Tempat Ibadah (Bangunan Suci) menurut Kecamatan
Di Kabupaten Badung Tahun 2005
Kecamatan
No Tempat Ibadah Kuta Kuta Jumlah
Kuta Mengwi Abiansemal Petang
Selatan Utara
1 Kahyangan Tiga] 27 18 18 123 74 76 336
2 Sad + Dang Kahyangan 4 0 1 2 0 3 10
3 Kahyangan Lainnya 3 0 1 1 1 4 10
4 Masjid 4 10 3 0 0 1 18
5 Langgar 0 0 0 0 0 0 0
6 Mushola 3 1 5 0 0 0 9
7 Gereja Kristen 1 1 8 5 0 2 17
8 Gereja Katolik 1 1 3 1 0 0 6
9 Klentengan/Vihara 2 2 0 1 0 0 5
Sumber : Badung Dalam Angka 2006

13
b. Jumlah angkatan kerja, dan pengangguran mengalami perubahan yang
signifikan dari Tahun ke Tahun, seperti tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Badung
Tahun
Jenis Kegiatan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
I. Angkatan Kerja 176.754 164.288 197.727 225.565 217.465 228.940
1. Bekerja 171.955 156.827 178.844 205.575 206.810 216.360
2. Pengangguran 4.799 7.461 18.883 19.990 10.655 12.580
II. Bukan Angkatan Kerja 107.742 119.819 100.479 110.777 95.627 78.715
1. Sekolah 43.665 41.689 51.534 50.900 26.291 31.384
2. Mengurus Rumah Tangga 43.821 51.921 34.840 41.798 47.230 30.211
3. Lainnya 202.456 25.709 141.105 18.079 22.106 17.120

Sumber : Badung Dalam Angka 2006


Tabel 2.4
Penduduk Kabupaten Badung Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun
No. Lapangan Usaha Utama 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase

1 Pertanian, Perkebunan, 22.389 13,02 23.065 14,71 31.448 17,58 54.029 26,28 35.613 17,22 28.257 13,62
Kehutanan, Perikanan,
Peternakan
2 Pertambangan dan 103 0,06 582 0,37 120 0,07 805 0.39 476 0,23 - -
Penggalian
3 Industri Pengolahan 14.014 8,15 22.225 14,17 20.153 11,27 20.034 9,75 25.376 12,27 23.107 10,68
4 Listrik, Gas dan Air 567 0,33 97 0,08 410 0,23 162 0,08 1.096 0,53 - -
5 Bangunan 29.473 17,14 22.817 14,56 22.391 12,52 24.689 12,01 18.344 8,87 25.011 11,56
6 Perdagangan, Hotel dan 60.425 35,14 48.935 29,83 63.518 35,52 64.003 31,13 78.360 37,89 76.051 35,92
Restoran
7 Angkutan, Pergudangan 13.550 7,88 10.548 6,73 11.098 6,21 10.653 5,10 12.491 6,04 10.450 4,83
dan Komunikasi
8 Keuangan, Asuransi, 4.333 2,52 5.115 3,28 4.933 2,76 8.251 4,01 5.232 2,53 7.205 3,33
Usaha Persewaan
Bangunan
9 Jasa Kemasyarakatan 27.100 15,76 25.443 16,22 24.341 13,61 22.949 11,16 29.822 14,42 46.085 21,30
10 Lainnya - - - - 432 0,24 - - - - 194 0,09

Sumber : Badung Dalam Angka 2000 – 2006


c. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) semakin baik yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri atas Indeks
Kelangsungan Hidup, Indeks Pengetahuan, dan Indeks Daya Beli. Angka
IPM Kabupaten Badung Pada Tahun 2005 sebesar 71,6.
d. Status kesehatan masyarakat Badung pada Tahun 2005 kualitasnya cukup
baik yang dicerminkan oleh indikator derajat kesehatan. Hal ini ditunjukkan
oleh Angka Kematian Kasar per seribu penduduk Tahun 2005 sebesar 3,81

14
turun dari Tahun sebelumnya yaitu Tahun 2003 sebesar 4,66 dan Tahun
2004 sebesar 3,76. Angka Kematian Ibu melahirkan per 100 ribu kelahiran
hidup dari Tahun 2003 sampai Tahun 2005 sebesar 29,34; 87,64 dan
44,27. Angka kematian bayi per 100 ribu kelahiran hidup dari Tahun 2003
sampai Tahun 2005 menunjukkan angka 4,10; 5,25 dan 4,72. Angka
kematian Balita per 1.000 penduduk juga mengalami penurunan dari Tahun
2003 sampai 2005 sebesar 0,11; 0,004; dan 0,002. Capaian lain Kabupaten
Badung Tahun 2005 adalah terealisasinya pemberian subsidi dana
kesehatan kepada penduduk miskin. Tahun 2005 Angka Harapan Hidup
adalah 72,11 tahun lebih tinggi dari Standar Indonesia Sehat yaitu 67,9
tahun.
e. Di Kabupaten Badung masih terdapat penduduk miskin. Jumlah penduduk
miskin dari tahun ke tahun berfluktuasi. Pada Tahun 1996 persentase
penduduk miskin 2,63 %, Tahun 1999 3,27 %, Tahun 2003 5, 31 %,
sedangkan rumah tangga miskin (RTM) Tahun 2005 adalah 5.201 RTM.
f. Bidang pendidikan angka partisipasi kasar (APK) Tahun 2005 untuk SD
170,52, untuk SMP 141 dan SMA/SMK menunjukkan angka 67,26. Angka
partisipasi murni (APM) Tahun 2005 untuk SD 145,09; SMP 97,31 dan
SMA/SMK 47,06. Di tingkat pendidikan tinggi, jumlah perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta dan program studi sangat memadai meskipun masih
terdapat disparitas yang tinggi antarperguruan tinggi, khususnya dalam
kualitas proses pembelajaran. Sementara jumlah SD Negeri sebanyak 248
sekolah, SD swasta sebanyak 8 sekolah, SMP Negeri 17 sekolah, SMP
swasta sebanyak 25 sekolah, SMA Negeri sebanyak 8 sekolah, SMA
swasta sebanyak 9 sekolah, SMK Negeri sebanyak 1 sekolah dan SMK
swasta sebanyak 11 sekolah.
g. Pemberdayaan perempuan dan anak telah menunjukkan peningkatan yang
tercermin dari kualitas hidup perempuan dan anak, meskipun belum merata
disemua bidang pembangunan. Isu gender masih menjadi isu global di
berbagai negara termasuk di Indonesia, ketimpangan gender masih terjadi
di segala bidang pembangunan. Di Kabupaten Badung isu gender masih
terlihat di beberapa aspek seperti di bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik dan pemerintahan serta sosial budaya. Permasalahan
ketimpangan dan ketidakadilan gender (KKG) sampai saat ini masih terjadi
di masyarakat dan masih perlu mendapat perhatian dan penanganan oleh
Pemerintah. Kebijakan Pemerintah dalam upaya melaksanakan
pembangunan pemberdayaan perempuan tercermin dengan dikeluarkannya

15
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
(PUG). Di samping itu pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional telah memasukkan
program-program pemberdayaan perempuan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten Badung dalam rangka
mengatasi ketimpangan gender di berbagai bidang pembangunan serta
menindaklanjuti komitmet Pemerintah telah melakukan koordinasi antar
instansi dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di Daerah yang
berpersfektif gender. Diharapkan pada tahun 2025, masyarakat yang setara
dan adil gender sudah bisa tercapai.
h. Kabupaten Badung menjadi salah satu tujuan utama bagi para migran,
karena fungsinya sebagai daerah pariwisata. Ke depan Badung tetap
menjadi daya tarik bagi datangnya migran untuk mencari pekerjaan di
sektor jasa, perdagangan dan perhotelan. Adanya mutasi penduduk
pendatang dalam jumlah yang cukup besar yang tidak dilengkapi dengan
administrasi kependudukan dan keterampilan yang memadai akan dapat
menimbulkan kerawanan sosial di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana
terdapat pada tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel : 2.5.
Angka Kelahiran, Kematian, Datang dan Pindah
Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Badung
LAHIR MATI DATANG PINDAH
TAHUN
L P L P L P L P
2005 1.626 1.484 734 718 10.729 8.091 2.120 2.948
2004 1.282 1.223 646 541 5.915 4.840 2.302 2.555
2003 1.347 1.225 635 524 6.089 6.114 1.496 2.149
2002 1.389 1.338 697 579 8.466 8.792 1.652 2.247
2001 1.329 1.140 652 529 10.895 11.162 6.304 7.903
2000 1.740 1.747 722 649 5.410 6.796 2.764 2.297

Sumber : Badung Dalam Angka 2000 - 2006

i. Pengembangan seni, tradisional maupun modern sudah mendapatkan


perhatian yang memadai, baik dalam pembiayaan, penyediaan
sarana/prasarana, dan pengembangan sumber daya manusianya.
Keikutsertaan Kabupaten Badung dalam berbagai event Pesta Seni, tingkat
nasional maupun ke luar negeri mencerminkan kehidupan berkesenian
semakin bergairah.

16
3. Ekonomi

a. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung atas dasar harga konstan


tampak mengalami perlambatan pertumbuhan sejak Tahun 2001 sampai
dengan Tahun 2002 yaitu sebesar 5,51 persen Tahun 2001, menjadi 3,90
persen pada Tahun 2002. Tahun 2003 menurun lagi menjadi 3,00 persen.
Tahun 2004 pertumbuhannya nampak mengalami peningkatan menjadi
5,78 persen namun Tahun 2005 mengalami perlambatan pertumbuhan
menjadi 5,61 persen. Dengan demikian pertumbuhan perekonomian
Kabupaten Badung selama lima tahun terakhir secara rata-rata mencapai
4,76 persen. Selama Tahun 2001-2005 tersebut rata-rata pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Badung mencapai 4,76 persen. Dua tahun diantaranya
yakni Tahun 2002 dan 2003 berada di bawah rata-rata adalah 3,90 persen
dan 3,00 persen. Hal ini dapat dipahami bahwa Tahun tersebut terjadi
gangguan keamanan Bom Kuta, dua Tahun kemudian terjadi perbaikan
ekonomi mencapai 5,78 persen Tahun 2004 sementara pada Tahun 2005
mengalami pertumbuhan 5,61 persen atau mengalami perlambatan
pertumbuhan 0,17 persen. Karena pada Tahun 2005 bulan Oktober 2005
kembali lagi diguncang bom seri ke II. Gangguan keamanan yang kedua ini
diharapkan Animo Wisatawan khususnya wisatawan manca negara tidak
membawa dampak buruk terlalu lama. Sekaligus menjadi perhatian khusus
bagi Pemerintah, Masyarakat dan Komponen Kepariwisataan.
b. Perekonomian Badung memberikan pengaruh signifikan kepada
pertumbuhan ekonomi Bali yang sebagian besar digerakkan oleh sektor
pariwisata, sehingga dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan
ekspor non migas dan investasi untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat Bali, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.6 dibawah ini.

17
Tabel 2.6
Realisasi Ekspor Non Migas Kabupaten Badung
Jenis Barang Volume Nilai ($ US)
Hasil Kerajinan 40.358.262 68.923.168,30
Hasil Industri 31.466.900 70.248.471,11
Hasil Pertanian 1.165.327 2.536.536,80
Hasil Perkebunan 3.611 43.163,20
Kom. Lain-lain 2.274.955 1.821.897,35
Jumlah
2005 75.269.055 143.573.236,76
2004 - 152.509.990,05
2003 - 149.300.971,80
2002 - 154.214.732,21
2001 - 142.139.508,40
2000 - 145.813.683,20
Sumber : Badung Dalam Angka 2000 - 2006

c. Investasi
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Badung sebagai wujud
pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan Tri Hita Karana,
konsekuensi logisnya setiap bentuk investasi di kabupaten Badung harus
berdampak positif bagi masyarakat, tidak merusak lingkungan, dan tetap
menjaga nilai-nilai dan hubungan antar manusia, manusia dengan
lingkungan dan manusia dengan Sang Pencipta. Wujud positif dari
hubungan tersebut adalah bahwa setiap investasi harus melibatkan
sebesar-besarnya peran aktif masyarakat sehingga mampu memberikan
kontribusi bukan hanya dalam konteks nilai ekonomis namun juga social,
budaya, dan spiritual.
Kegiatan investasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi daerah. Investasi merupakan stimulus bagi pembangunan daerah.
Program pemerintah yang menitikberatkan pada pembangunan berbasiskan
perekonomian kerakyatan dengan menciptakan iklim investasi yang baik
sehingga mampu menarik investor untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Perkembangan investasi di Kabupaten Badung baik penanaman
modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN)
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Investasi yang sangat diminati
oleh investor adalah pada sektor tersier antara lain sektor jasa seperti jasa
pariwisata, bidang konstruksi, perdagangan, keuangan dan jasa jasa
lainnya. Potensi investasi yang masih bisa dikembangkan pada sektor

18
primer adalah tanaman pangan seperti padi dan kacang kedelai; tanaman
perkebunan kelapa dalam dan kopi arabika; perikanan : budidaya ikan laut.
Pada Sektor Sekunder juga masih bisa dikembangkan antara lain: industri
kecil dan menengah, industri sedang dan besar seperti industri pakaian jadi
dan kulit. Perkembangan Investasi di Kabupaten Badung Tahun 2000
sampai 2005, sebagaimana terdapat pada tabel 2.7 sebagai berikut :
Tabel 2.7
Perkembangan Investasi
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

TAHUN
INVESTASI
2000 2001 2002 2003 2004 2005

PEMERINTAH 318.747.821.807 584.803.788.101 515.858.577.885 441.887.808.880 573.848.125.848 651.744.248.213

SWASTA

1. PMA 125.076.487.010 606.146.000 6.076.000.000 8.175.920.000 175.712.850.000 63.296.650.000

2. PMDN 34.387.000.000 25.680.782.935 79.700.625.000 19.353.911.032 62.094.781.682 43.011.880.963


Sumber : Badan Penanaman Modal Propinsi Bali 2005

d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Badung dibentuk oleh


sembilan sektor. Sampai Tahun 2005, pembentukan PDRB Kabupaten
Badung didominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, disusul sektor
angkutan dan komunikasi. PDRB atas dasar harga berlaku dari Tahun
2003, 2004 dan tahun 2005 (dalam jutaan rupiah) adalah 5.247.925,98;
5.891.231,65 dan 7.004.646,19, sedangkan atas dasar harga konstan
berturut-turut adalah 3.876.928,95; 4.100.875,14 dan 4.330.863,41. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran menyumbang PDRB dari Tahun 2003,
2004 dan tahun 2005 41,6%; 41,09% dan 40,19%. Sektor pertanian masih
kecil kontribusinya yaitu rata-rata ± 9% per tahun. sebagaimana terdapat
pada tabel 2.8 sebagai berikut :

19
Tabel 2.8
Perkembangan PDRB Kabupaten. Badung Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2000–2005 (Dalam jutaan rupiah)
2000 2001 2002 2003 2004 2005
No Lapangan Usaha
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Pertanian 296.011,30 327.970,82 404.146,51 487.103,84 520.788,36 643.519,20
8,62 8,29 8,39 9,28 8,84 9,19
2 Pertambangan & 7.987,85 9.142,96 10.241,76 11.235,29 10.259,89 9.715,01
Penggalian 0,23 0,23 0,21 0,21 0,17 0,14
3 Industri Pengolahan 102.652,34 115.399,13 139.120,78 150.862,67 165.134,17 182.621,75
2,99 2,92 2,89 2,87 2,80 2,61
4 Listrik, Gas dan Air 46.484,78 56.562,49 77.768,41 87.990,80 105.582,34 143.382,70
Bersih 1,35 1,43 1,61 1,68 1,79 2,05
5 Bangunan 159.467,34 177.993,66 241.010,56 269.101,08 317.623,09 383.973,44
4,64 4,50 5,00 5,13 5,39 5,48
6 Perdagangan Hotel dan 1.551.722,87 1.670.995,75 1.982.526,74 2.183.219,66 2.420.490,15 2.815.368,11
Restauran 45,19 42,22 41,15 41,60 41,09 40,19
7 Pengangkutan dan 917.973,50 1.171.537,59 1.397.048,32 1.409.059,27 1.628.544,61 1.987.076,66
Komunikasi 26,73 29,60 29,00 26,85 27,64 28,37
8 Keuangan Persw. & 94.286,78 110.160,42 126.700,94 139.451,92 157.285,39 188.579,00
Jasa Prshan 2,75 2,78 2,63 2,66 2,67 2,69
9 Jasa-jasa 257.096,62 317.761,52 439.464,85 509.901,55 565.523,65 650.410,32
7,49 8,03 9,12 9,72 9,60 9,29
3.433.683,38 3.957.524,34 4.818.028,87 5.247.926,08 5.891.231,65 7.004.646,19
Jumlah
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Pendapatan perkapita penduduk atas dasar harga berlaku terus mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana nampak dalam Tabel 2.9.
Tabel 2.9.
Perkembangan Pendapatan Perkapita
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
No. Tahun Pendapatan Perkapita keterangan
1 2000 10.100.465,01 -
2 2001 11.370.268,65 -
3 2002 13.108.777,85 -
4 2003 12.948.282,58 -
5 2004 14.234.497,91 -
6 2005 16.575.944,81 -
Sumber : Badung Dalam Angka 2005 - 2006

e. Tingkat inflasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi


kegiatan investasi. Kedua variabel ini berjalan ke arah yang berlawanan.
Oleh karenanya untuk mendukung agar investasi makin bergairah, salah
satunya tingkat inflasi harus dapat dikendalikan pada tingkat yang relatif
rendah. Tingkat inflasi di Kota Denpasar merupakan cerminan keadaan
Provinsi Bali termasuk Kabupaten Badung. Laju inflasi dari tahun 2001 –
2005 dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini.

20
Tabel 2.10.
Laju Inflasi di Kabupaten Tahun 2001 - 2005

NO. TAHUN LAJU INFLASI KETERANGAN

1 2001 11,52
2. 2002 12,49 RATA-RATA
3. 2003 4,56 9,17%
4. 2004 5,97
5. 2005 11,31

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006


f. Koperasi sebagai lembaga ekonomi kerakyatan dibedakan menjadi KUD
dan non KUD. Adapun perkembangan jumlah KUD dan Non KUD di
Kabupaten Badung selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11
Perkembangan Koperasi dan Anggota Koperasi
Di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

KUD Non KUD


Tahun
Anggota Anggota
Unit Unit
(orang) (orang)
2000 11 15.113 150 70.382
2001 11 15.113 167 74.198
2002 11 15.097 157 57.304
2003 11 15.120 157 57.304
2004 11 15.085 208 76.832
2005 11 16.921 228 81.584
Sumber : Badung Dalam Angka 2005 - 2006
Selain Koperasi, lembaga keuangan desa yang juga berperan
menggerakkan perekonomian masyarakat yaitu Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Jumlah LPD di Kabupaten Badung sampai dengan Tahun 2005
sebanyak 118 buah dengan nilai asset sebesar Rp.692.747.773.000 dan
kredit yang disalurkan sebesar Rp.512.825.098.000.
Sedangkan pasar sebagai salah satu tempat transaksi antara penjual dan
pembeli berbagai jenis produk, selama lebih dari lima tahun terakhir
jumlahnya meningkat dari 36 unit menjadi 41 unit. Pasar di Kabupaten
Badung ada yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam hal ini PD Pasar
dan juga oleh desa adat.

21
Tahun 2005 kapasitas daya tampung pedagang tersedia sebanyak 2.672
tempat yang terdiri atas kios, los dan halaman (tanah). Jumlah
pedagangnya mencapai 2.440 orang atau 91,32 persen dari tempat yang
tersedia.

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Dalam menghadapi persaingan global, penguasaan ilmu pengetahuan dan


teknologi mutlak diperlukan. Kemampuan pemanfaatan, pengembangan,
dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirasakan belum optimal.
Kegiatan penelitian terapan yang dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten
Badung masih minim. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh belum optimalnya
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor produksi, belum
berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat dan
terbatasnya sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Kemampuan daerah dalam penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dinilai masih belum memadai untuk
meningkatkan daya saing.

5. Politik, Hukum dan Pemerintahan

a. Kondisi kehidupan politik di Kabupaten Badung dewasa ini cukup baik yang
dapat dilihat dari pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung aman
dan damai serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
cukup tinggi yang dapat dibuktikan pada pemilihan anggota legislatif
tanggal 5 April 2005 sebesar 81,55%, pada Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden tahap I dan II sebesar 80,87% dan 79,66%, serta pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Badung sebesar
82,09%.
b. Selama pemilihan tersebut tidak terjadi konflik yang berarti antar pendukung
partai politik atau kandidat kepala daerah. Prediksi kehidupan politik 20
Tahun mendatang adalah adanya kehidupan politik yang demokratis, adil
dan damai di Kabupaten Badung. Indikator peluang untuk terciptanya
kondisi kehidupan politik tersebut antara lain: tingkat kesadaran berpolitik
masyarakat Badung yang tinggi, terbukti dari tingkat partisipasi dan tidak
terjadinya konflik yang berarti di dalam berbagai perhelatan akbar politik
praktis yang telah dilaksanakan. Ini merupakan peluang yang sangat
penting dalam penciptaan kehidupan politik yang demokratis adil dan

22
damai. Kedewasaan para elit politik dalam menerima hasil pemilihan umum
maupun pilkada, sangat mendukung peluang terwujudnya kehidupan politik
yang demokratis adil dan damai di Badung. Netralitas pemerintah daerah
Kabupaten Badung dalam setiap perhelatan akbar demokrasi juga
merupakan faktor yang signifikan untuk terciptanya kehidupan politik yang
demokratis adil dan damai. Ancaman serta permasalahan yang ada adalah
bagaimana mengelola dan mempertahankan koordinasi antar partai politik,
elite politik dan pendukungnya yang sudah kondusif seperti sekarang ini,
agar tercipta kehidupan politik yang demokratis adil dan damai di
Kabupaten Badung.
c. Dalam bidang hukum, penegakan supremasi hukum dan hak azasi manusia
masih perlu ditingkatkan. Kurang optimalnya penegakan supremasi hukum
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu SDM penegak hukum, kesadaran
hukum serta sarana dan prasarana.
d. Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat desa, dan peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan
dan keadilan. Pelayanan umum mencakup segala bentuk kegiatan
pelayanan perijinan dan non perijinan yang dilaksanakan oleh SKPD di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. Pemerintah Kabupaten Badung
didukung dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan
Sekretariat DPRD Kabupaten Badung yang diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 Tahun 2001, terdiri dari Sekretariat
Daerah, 19 Dinas Daerah, 10 Lembaga Teknis Daerah. Secara administratif
pemerintahan, Kabupaten Badung mewilayahi 6 Kecamatan, 16 Kelurahan,
46 Desa, 161 Lingkungan dan 360 Banjar Dinas. Jumlah pegawai
Pemerintah Kabupaten Badung sampai dengan Tahun 2005 sebanyak
10.128 orang, terdiri dari PNS sebanyak 6.851 orang dan THL/Honorer
sebanyak 3.277 orang. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
Pemerintah Kabupaten Badung didukung oleh Pemerintahan
Desa/Kelurahan. Keberadaan Desa/Kelurahan di Kabupaten Badung
hingga tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 2.12 dibawah ini :

23
Tabel 2.12
Perkembangan Jumlah Desa/Kelurahan
di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Tahun Desa Kelurahan Jumlah

2000 42 16 58
2001 42 16 58
2002 46 16 62
2003 46 16 62
2004 46 16 62
2005 46 16 62

Sumber: Bagian Pemdes Setda Kabupaten Badung 2006

6. Ketentraman dan Ketertiban

a. Berbagai kejahatan/pelanggaran yang terjadi dalam kurun waktu Tahun


2000 sampai dengan 2005 seperti terlihat pada tabel 2.13.
Tabel 2.13
Banyaknya Perkara Kejahatan/Pelanggaran yang Dilaporkan
di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

PENCURIAN PENGANIAYAAN LAIN-LAIN


TAHUN PENGGELAPAN PENIPUAN PENADAHAN JUMLAH
BERAT RINGAN BIASA BERAT RINGAN KEJAHATAN
2000 1336 87 351 301 271 3 8 307 1410 4041
2001 230 - 72 130 100 2 2 64 140 732
2002 91 18 42 41 15 1 3 65 191 446
2003 274 - 79 259 276 2 2 78 143 1094
2004 137 - 75 179 202 - 2 67 131 776
2005 55 12 21 28 7 17 15 32 10 194
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
b. Kejadian kebakaran yang menggangu ketentraman dan ketertiban di
wilayah Kabupaten Badung pada tahun 2000 sebanyak 35 kasus, tahun
2001 sebanyak 46 kasus, tahun 2002 sebanyak 74 kasus, tahun 2003
sebanyak 44 kasus, tahun 2004 sebanyak 83 kasus dan tahun 2005
sebanyak 78 kasus.
c. Sebagai daerah tujuan wisata, Kabupaten Badung sangat diminati oleh
penduduk pendatang, sehingga jumlah penduduk yang datang ke
Kabupaten Badung tiap tahunnya meningkat. Penduduk pendatang yang

24
tidak memiliki administrasi kependudukan dan ketrampilan berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban.
d. Keberadaan aparat keamanan sebagai kekuatan dalam menegakkan
ketentraman dan ketertiban belum maksimal, sehingga dalam
pelaksanaannya dibantu partisipasi hansip desa dan pecalang. Dapat dilihat
pada Tabel 2.14 dibawah ini :
Tabel 2.14
Kekuatan Pertahanan Sipil di Kabupaten Badung
KEKUATAN ANGGOTA
KECAMATAN JUMLAH MATRIK HANSIP (ORANG)
KASATGAS KECAMATAN L P JUMALAH
1 4 7 8 10

Kuta Selatan 6 33 186 0 186


Kuta 5 44 155 31 186
Kuta Utara 6 52 186 0 186
Mengwi 20 69 620 0 620
Abiansemal 18 72 527 0 527
Petang 7 49 217 0 217

Matrik Hansip
Pemkab Badung 0 0 301 206 507

Matrik Hansip
Proyek Vital
Kab. Badung 0 0 498 440 938

Jumlah 2005 62 465 1,046 718 1,764


2004 62 319 2,690 749 3,367
2003 68 1,764 2,968 749 3,717
2002 67 1,764 2,911 425 3,336
2001 95 3,438 4,189 983 5,172
2000 100 8,262 5,104 3,158 8,262
Sumber : Badung Dalam Angka 2000-2006

7. Sarana Prasarana Wilayah dan Infrastruktur

a. Sarana Prasarana Wilayah

1) Pendidikan

Perkembangan jumlah sekolah mulai dari tingkat TK sampai dengan


SLTA di Kabupaten Badung periode 2000-2005 tidak sama. Jumlah
sekolah TK dan SLTA bertambah, tetapi untuk tingkat SD berkurang.
Sedangkan jumlah murid dan guru dalam periode yang sama
bertambah untuk semua jenjang pendidikan. Akibatnya rasio guru-murid
selama kurun waktu 2000-2005 untuk semua jenjang pendidikan mulai
dari TK sampai dengan SLTA tidak berubah secara signifikan, kecuali

25
pada jenjang SD terjadi perubahan yang cukup berarti (Tabel 2.14 s/d
Tabel 2.17).
Ke depan tidak dapat dihindarkan, kalau rasio guru-murid saat ini ingin
dipertahankan, harus ada penambahan jumlah sekolah dan guru. Pada
akhir PJP jumlah anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan
mengalami peningkatan rata-rata dua kali lipat, yang dapat dilihat pada
Tabel 2.15, 2.16, 2.17, dan 2.18 dibawah ini :
Tabel 2.15
Perkembangan Jumlah Sekolah TK, Murid dan Guru
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Rasio
Jumlah TK murid
Tahun murid guru guru-
(buah) (orang/sek
(orang) (orang) murid
olah)
2000 105 7.462 313 71 1:24

2001 119 8.323 567 70 1:15

2002 126 8.424 422 67 1:20

2003 128 9.175 443 72 1:21

2004 134 9.875 432 74 1:23

2005 139 10.415 632 75 1:17


Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tabel 2.16
Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SD
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Rasio
murid
Tahun SD murid guru guru-
(orang/se
(buah) (orang) (orang) murid
kolah)
2000 302 36.618 2.429 121 1:15
2001 278 40.526 2.305 146 1:18
2002 254 42.069 2.477 166 1:17
2003 254 41.866 2.494 165 1:17
2004 256 47.503 2.626 186 1:18
2005 256 49.895 2.683 195 1:19
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

26
Tabel 2.17
Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTP
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Rasio
murid
Tahun SLTP murid guru guru-
(orang/sek
(buah) (orang) (orang) murid
olah)
2000 40 14.194 1.153 355 1:12
2001 39 14.422 1.094 370 1:13
2002 40 14.036 1.252 351 1:11
2003 40 15.712 1.232 393 1:13
2004 40 16.748 1.301 419 1;13
2005 42 17.962 1.393 428 1:13
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tabel 2.18
Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTA
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Rasio
murid
Tahun SLTA murid guru guru-
(orang/se
(buah) (orang) (orang) murid
kolah)
2000 29 10.823 941 373 1:12
2001 27 10.835 913 401 1:12
2002 29 11.097 1.006 383 1:11
2003 29 11.070 1.002 382 1:11
2004 29 10.856 1.019 374 1:11
2005 29 10.982 1.096 379 1:10
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Separuh lebih kondisi ruang belajar tingkat SD termasuk kurang baik.
Sedangkan tingkat SLTP dan SLTA kondisi yang rusak lebih sedikit
yaitu masing-masing kurang dari 10 persen.

2) Kesehatan

Selama periode 2000-2005, fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga


dokter dan paramedis mengalami peningkatan dari tahun ketahun
sebagaimana nampak pada Tabel 2.19 di bawah ini :

27
Tabel 2.19
Perkembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Tenaga Paramedis Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tenaga Kesehatan


Tahun Rumah Sakit
Puskesmas Pustu Dokter Paramedis
Pemerintah Swasta
2000 1 - 11 40 40 191
2001 1 - 11 40 39 332

2002 1 - 11 40 65 298
2003 1 2 12 47 67 315

2004 1 2 12 47 74 310
2005 1 2 12 50 89 341
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tahun 2005 hasil registrasi penduduk mencatat penduduk Kabupaten
Badung jumlahnya 374.377 orang. Jika jumlah penduduk ini dikaitkan
dengan banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
menunjukkan setiap Puskesmas melayani 29.859 penduduk dan satu
Puskesmas Pembantu melayani 7.624 penduduk. Disamping itu,
keberadaan RSUD Kapal sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
belum optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pada akhir PJP penduduk Kabupaten Badung
diproyeksikan lebih dari 600.000 orang, sehingga jelas diperlukan
penambahan fasilitas pelayanan kesehatan agar tidak terjadi penurunan
pelayanan minimal secara kuantitatif.

3) Gedung Pemerintahan Daerah

Sampai dengan awal tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Badung


belum memiliki Pusat Pemerintahan yang representatif dan berlokasi di
wilayah Kabupaten Badung, melainkan sebagian tersebar di wilayah
Kota Denpasar dan sebagian kecil telah berada di wilayah Kabupaten
Badung, yaitu Kantor Bupati Badung masih memanfaatkan Gedung
Diklat di Sempidi, Kantor DPRD memanfaatkan Rumah Jabatan Ketua
dan Wakil-Wakil Ketua DPRD di Jalan Melati Denpasar, dan Dinas
Pendapatan Daerah meminjam Gedung Dinas Perindag Provinsi Bali,
Dinas Pariwisata dan Kantor Pertambangan dan Energi berlokasi di
Kecamatan Kuta serta instansi lainnya tersebar di wilayah Kota
Denpasar dengan kondisi gedung yang kurang memadai.

28
Lokasi pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung telah
ditetapkan di Kelurahan Sempidi Kecamatan Mengwi seluas 46,6 Ha
berdasarkan Keputusan Bupati Badung Nomor 362 Tahun 2004 tentang
Rencana Teknik Ruang Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Badung. Pelaksanaan pembangunan tersebut sampai saat ini baru pada
tahap pembebasan lahan, yang belum keseluruhan dapat dibebaskan
khususnya pada akses masuk di timur dan barat kawasan.
Sedangkan untuk Kantor Camat serta Lurah/Perbekel perlu dilakukan
renovasi guna menunjang pelayanan kepada masyarakat.

4) Pariwisata

Kabupaten Badung adalah salah satu daerah tujuan wisata yang sangat
terkenal baik di Indonesia ataupun dunia internasional. Sebagian besar
prasarana pariwisata seperti hotel dan restoran yang ada di Bali, berada
di Kabupaten Badung.
Pertumbuhan sarana pariwisata berupa hotel dan kamar hotel di
Kabupaten Badung dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata mencapai
lima persen per tahun untuk hotel dan 4,5 persen per tahun untuk kamar
hotel (Tabel 2.19). Sementara pertumbuhan restoran, rumah makan dan
bar kenaikannya cukup signifikan baik jumlah unit ataupun seatnya
(Tabel 2.20). Hal ini mungkin disebabkan rumah makan, restoran dan
bar bukan terbatas dikunjungi oleh wisatawan, tetapi juga oleh
penduduk lokal.
Melihat tingkat hunian hotel bintang dan non bintang selama lima tahun
terakhir ini sangat fluktuatif (hotel bintang 59,12 persen dan non bintang
44,32 persen), Terpuruknya sektor pariwisata selama ini karena
terganggunya stabilitas keamanan sebagai akibat terjadinya ledakan
bom di Legian Kuta, 12 Oktober 2002 dan kemudian menyusul ledakan
kedua, 1 Oktober 2005. Sebenarnya kunjungan wisatawan asing ke
Bali Tahun 2004 sudah lebih banyak dibandingkan Tahun 2001. tetapi
dengan terjadinya ledakan bom yang kedua 1 Oktober 2005, kunjungan
wisatawan asing ke Bali akan menurun drastis sama halnya setelah
terjadinya ledakan bom yang pertama 12 Oktober 2002. Menurunnya
kunjungan wisatawan ke Bali bukan hanya terbatas oleh wisatawan
mancanegara, tetapi juga wisatawan domestik. Kebijakan pemerintah
menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005 telah memicu inflasi menjadi

29
lebih dari 15 persen (tingkat nasional), sehingga menurunkan daya beli
masyarakat termasuk permintaan untuk berwisata, sebagaimana
nampak pada Tabel 2.20 dan 2.21 di bawah ini :
Tabel 2.20
Perkembangan Jumlah Hotel dan Kamar menurut Jenis,
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
Hotel
Non bintang Pondok wisata Jumlah
Tahun berbintang
Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar

2000 75 13883 253 6784 102 475 430 20667


2001 76 13904 265 6797 104 476 445 21177
2002 81 14260 290 7352 103 496 474 22108
2003 90 14992 302 7565 110 530 502 23017
2004 90 14922 309 7828 124 594 523 23867
2005 90 14922 337 8368 143 689 570 23997
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006
Tabel 2.21
Perkembangan Banyaknya Restoran, Rumah Makan dan Bar
Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Restoran Rumah makan Bar


Tahun
Jumlah Jumlah Jumlah
Unit Unit Unit
Kursi Kursi Kursi
2000 43 7.386 377 20.630 206 3.005
2001 61 10.647 362 20.410 246 7.905
2002 67 11.179 374 21.153 258 8.412
2003 76 11.866 383 21.555 264 8.592
2004 97 12.929 413 23.808 287 9.364
2005 131 15.463 429 25.087 302 9.644
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 – 2006

Kunjungan wisatawan asing di Kabupaten Badung dalam kurun waktu


2000-2005 rata-rata mengalami penurunan kecuali pada tahun 2004.
Penurunan signifikan sebesar 21,1% pada tahun 2003 dikarenakan
peristiwa Bom Bali di Legian. Pada tahun 2004 jumlah wisatawan
meningkat sebesar 46,76% namun mengalami penurunan kembali pada
tahun 2005 dikarenakan peristiwa Bom Bali di Jimbaran pada tahun
2004, sebagaimana nampak pada Tabel 2.22 di bawah ini :.

30
Tabel 2.22
Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2000-2005

No. KEBANGSAAN 2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Australia 231.739 239.053 183.561 139.029 267.338 249.001


2 Hongkong 773 746 1.768 4.947 12.677 7.310
3 India 4.747 5.387 5.277 4.554 6.468 6.614
4 Jepang 362.270 296.284 301.380 185.751 325.849 310.141
5 Korsel 13.739 35.634 41.036 46.365 80.273 78.146
6 Selandia Baru 25.971 26.018 22.376 15.646 20.209 15.928
7 Taiwan 157.608 154.575 168.756 170.533 183.624 127.994
8 Pakistan, 903 1.000 2.235 2.405 2.503 1.891
Banglades,
Srilangka
9 Austria 12.793 8.331 7.014 5.284 6.859 7.566
10 Denmark 9.784 9.595 8.293 5.529 6.981 8.720
11 Inggris 107.181 116.323 96.806 50.050 55.502 75.845
12 Italia 39.274 32.939 32.531 12.132 19.955 19.389
13 Jerman 83.349 83.973 72.700 53.732 70.033 73.997
14 Perancis 43.555 42.915 43.623 29.626 40.426 44.869
15 Swiss 19.962 16.614 13.243 9.727 16.022 17.155
16 Benelux (Belanda, 39.761 43.938 46.001 39.131 39.635 49.709
Belgia, Luxemberg)
17 Norwegia, Swedia, 30.668 20.940 22.066 13.126 15.882 15.739
Finlandia
18 Spanyol & Portugal 15.748 16.953 22.189 12.797 15.716 16.572
19 Eropa Lainnya 34.553 30.327 27.696 14.206 29.408 29.815
20 Amerika Serikat 79.462 68.359 49.719 35.962 50.455 51.739
21 Argentina - 2.412 835 797 1.016 2.269
22 Brazil - 3.358 3.133 2.433 3.390 3.617
23 Kanada 18948 19018 17042 11730 15058 15430
24 Mexico 0 2138 2613 1835 2031 1688
25 Ameika Lainnya 11.397 2.575 2.722 1.732 2.053 2.075
26 Brunai Darusalam 274 243 425 479 901 617
27 Kamboja - 61 77 158 142 231
28 Laos - 32 67 75 93 49
29 Malaysia 16.252 17.496 19.960 34.823 62.973 66.568
30 Myanmar - 156 250 168 233 158
31 Philipina 4.063 4.639 7.275 8.016 6.385 6.969
32 Singapura 17.370 18.915 28.919 42.932 43.112 35.164
33 Thailand 11.384 12.719 12.827 10.136 13.147 7.983
34 Vietnam - 338 346 645 1.464 1.389
35 Afrika 7.846 6.875 5.955 4.606 5.679 6.783
36 Timur Tengah 4.492 3.130 3.770 3.925 9.579 900
37 Negara Lainnya 6.973 9.108 11.356 13.180 24.215 26.418

Jumlah 1.412.839 1.353.117 1.285.842 988.202 1.457.286 1.386.448

b. Infrastruktur

1) Kondisi infrastruktur di Badung saat ini masih kurang aksesibilitas,


kualitas dan cakupan pelayanannya, sehingga infrastruktur belum
sepenuhnya dapat mendukung pembangunan sektor riil, mendorong
sektor produksi dan keseimbangan pembangunan daerah.
2) Dibidang Pengairan (irigasi), pemeliharaan saluran telah dilakukan
secara sistematis sejak dulu oleh masing-masing subak. Namun saat ini
pembangunan dan pemeliharaan irigasi dilakukan oleh pemerintah
bekerjasama dengan masyarakat subak. Sampai dengan Tahun 2005
Kabupaten Badung memiliki saluran irigasi dengan total panjang 650,07
kilometer yang terbagi berupa Saluran Primer sepanjang 93,90
kilometer, Saluran Sekunder sepanjang 137,29 kilometer dan Saluran

31
Tersier sepanjang 418,88 kilometer. Dari panjang total masing-masing
saluran tersebut, 15% saluran primer-nya mengalami kerusakan,
demikian juga 17% saluran sekunder dan 25% pada saluran tersier
kondisinya mengalami kerusakan (Dinas Bina Marga dan Pengairan’
2005). Di Wilayah Kabupaten Badung terdapat 20 bendung, 26
bangunan bagi, 8 bangunan bagi sadap, 238 bangunan sadap, 20
kantong lumpur, dan 30 bangunan terjun, dimana sebagian telah
mengalami kerusakan.
3) Infrastruktur jalan dan jembatan disamping mempunyai fungsi ekonomi
juga mempunyai fungsi sosial. Oleh karenanya infrastruktur jalan
merupakan prasarana yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan ekonomi ataupun sosial.
Bahwa panjang jalan kabupaten dan jalan lingkungan di Kabupaten
Badung adalah masing-masing 556,872 km dan 1.471 km. Jumlah
jembatan adalah 126 buah. Proporsi kenaikan panjang jalan relatif kecil
dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan. Periode 2003-2005
jumlah kendaraan di Kabupaten Badung bertambah sebanyak hampir
30.000 unit atau tumbuh sebesar 16,8 persen. Sedangkan pada tahun-
tahun sebelumnya menunjukkan pertumbuhan kendaraan yang
mencakup wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Periode
2001, pertumbuhan kendaraan di kedua wilayah tersebut mencapai 10,7
persen per tahun.
Perkembangan kondisi jalan tahun 2000-2005 dengan kondisi terbilang
baik, seperti pada tabel 2.23 di bawah ini :
Tabel 2.23
Jalan Utama di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005
JENIS
TAHUN
JALAN
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Negara 42,720 42,720 42,720 42,720 42,720 41,200
Provinsi 56,770 56,770 56,770 56,770 56,770 100,360
Kabupaten 374,170 399,634 368,225 374,667 374,667 383,767
Sumber : Badung Dalam Angka 2006 dan Dinas BMP Kab. Badung
Sedangkan kondisi jalan yang sedang dan rusak hanya terdapat pada
jalan kabupaten dengan panjang jalan rata-rata selama periode tersebut
masing-masing 116,641 km dan 56,464 km.

32
4) Sistem jaringan pelayanan transportasi darat di dalam wilayah
Kabupaten Badung maupun keluar wilayah didukung oleh
4 terminal/pangkalan ( Terminal Tipe C Bualu, Tipe C Dalung Permai,
pangkalan Kampus Bukit dan pangkalan Sentral Parkir Kuta) yang
sampai saat ini kondisinya terutama terkait dengan operasionalnya
kurang prima. Hal tersebut akibat dari rendahnya minat masyarakat
memanfaatkan angkutan umum, yang ditujukan dengan meningkatnya
jumlah kendaraan pribadi, sesuai tabel 2.24 dibawah ini.
Tabel : 2.24
Sistem Jaringan Transportasi
MOBIL SEPEDA
TAHUN JUMLAH
PENUMPANG GEROBAK BUS MOTOR
2000 78.850 24.593 4.616 341.445 449.504
2001 85.792 26.736 4.537 396.561 513.626
2002 88.387 32.938 5.138 - 126.463
2003 24.695 7.129 552 140.667 173.043
2004 26.367 7.586 575 166.082 200.610
2005 27.783 8.185 612 195.014 231.594
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2006
Tahun 2000-2002 adalah Data Badung dan Kota Denpasar

Sehubungan dengan pembangunan terminal Tipe A Mengwi, sampai


tahun 2005 baru pada tahap pengadaan lahan dan pembangunan
struktur, dan untuk kelanjutan pembangunannya diperlukan
penganggaran secara bertahap.
Terkait dengan transportasi udara, di wilayah Kabupaten Badung
terdapat Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Selama tahun 2005
arus keberangkatan pesawat udara mencapai 31.441 kali penerbangan
dan kedatangan sebanyak 31.315 kali penerbangan. Kapasitas dari
landasan pacu (runway) pada tahun 2005 dapat menampung 40
pergerakan per jam. Dilihat dari landasan pacu yang ada saat ini
dibandingkan kecendrungan jenis pesawat terbang yang membutuhkan
landasan pacu lebih panjang maka kondisi saat ini belumlah memadai.
Pertumbuhan kedatangan penumpang selama sepuluh tahun terakhir
cendrung meningkat dengan rata-rata 6,18% per tahun, sedangkan
penerbangan pesawat mengalami pertumbuhan sekitar 6,66% per
tahun.
5) Pada tahun 2000 produksi air minum mencapai 10.621.280 meter3
sedangkan penggunaannya sekitar 7.160.056 meter3, begitu pula pada
tahun 2005 menunjukkan besarnya produksi mencapai 37.163.590

33
meter3 sedangkan penggunaannya 27.469.270 meter3. Distribusi
pelanggan air minum dapat dikelompokkan menjadi rumah tangga,
Niaga/Industri, Sosial dan Non Rutin yang jumlah setiap tahunnya
semakin meningkat kecuali pelanggan non rutinnya, sebagaimana
ditunjukkan tabel : 2.25.di bawah ini.
Tabel 2.25
Jumlah Pelanggan, Produksi dan Konsumsi Air Minum
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005
Produksi Konsumsi
Tahun Pelanggan (Or)
Air Minum (M3) Air Minum (M3)
2000 26.535 10.621.280 7.160.056
2001 29.394 26.622.988 24.944.536
2002 32.001 32.961.405 25.375.707
2003 34.794 32.786.889 25.533.921
2004 37.301 35.619.347 25.137.089
2005 39.818 37.163.590 27.469.270
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

6) Infrastruktur telematika terdiri dari jaringan radio, jaringan televisi,


jaringan internet dan jaringan telepon.
7) Listrik merupakan infrastruktur dasar yang kebutuhannya semakin hari
semakin meningkat, sampai tahun 2005 sumber energi listrik di
Kabupaten Badung dipasok oleh PLN dengan pembangkit PLTD/PLTG
Sanggaran, pembangkit PLTD/ PLTG Gilimanuk, PLTGU Pemaron serta
jaringan interkoneksi Jawa Bali. Terdapat peningkatan jumlah
pelanggan listrik di Kabupaten Badung dari 186.621 pelanggan pada
tahun 2001 menjadi 217.599 pelanggan di tahun 2005 dengan rata-rata
pertumbuhan 3,92% pertahun. Sampai saat ini untuk menanggulangi
keterbatasan ketersediaan listrik, beberapa perusahaan swasta yang
menggunakan daya listrik relatif besar, memenuhi kebutuhannya
dengan mengoperasikan genset sendiri. Sampai dengan tahun 2005
terdapat 177 genset yang dioperasikan oleh masing-masing pengusaha.
Sampai saat ini belum ada listrik dari sumber alternatif. Jumlah
pelanggan lima tahun terakhir seperti tabel : 2.26 dibawah ini

34
Tabel 2.26
Jumlah Pelanggan Listrik
Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

Tahun Pelanggan listrik Keterangan

2000 421.552 Badung dan Denpasar


2001 186.621 -
2002 196.425 -
2003 201.814 -
2004 208.744 -
2005 217.599 -
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

8) Pengelolaan air limbah di Kabupaten Badung menggunakan 2 (dua)


sistem yakni sistem pengelolaan air limbah terpusat (offsite system) dan
sistem pengelolaan air limbah setempat (onsite system). Kondisi sampai
Tahun 2005 sebagian besar air limbah yang berasal dari kegiatan hotel,
restoran, garmen dan rumah tangga, pengelolaannya menggunakan
sistem setempat berupa tangki septik dan sumur resapan yang belum
dapat menanggulangi masalah limbah dengan baik.
Sedangkan air limbah industri pariwisata di Kawasan BTDC Nusa Dua
dan beberapa hotel berbintang di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan
sebagian telah memiliki sistem pengolahan air limbah sendiri berupa
Sewerage System Treatment (STP), dimana hasil pengolahan air
limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk penyiraman
tanaman.
9) Dalam hal persampahan, volume sampah sampai Tahun 2005
mencapai 1.151 m3 /hari, dimana yang terangkut ke TPA Suwung
mencapai 1.112 m3/hari (96,61%), sedangkan sisanya sebesar 39
m3/hari (3,39%) dikelola oleh masyarakat dan pihak swasta dengan cara
dibakar, ditimbun pada lahan kosong serta diolah menjadi kompos.
Total volume sampah yang ditangani DKP Badung dan terangkut ke
TPA Suwung sebesar 767 m3/hari, dengan sistem penanganan sebagai
berikut :
a) Wilayah Pangkalan Kuta dengan cakupan pelayanan meliputi
Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta sebagian Kecamatan
Kuta Utara (Kelurahan Kerobokan) sebanyak 554 m3/hari.
b) Wilayah Pangkalan Mengwi mencapai 129 m3/hari dengan cakupan
pelayanan meliputi 5 (lima) Desa yaitu Desa Gulingan, Desa

35
Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Cemagi dan Desa Munggu,
sedangkan desa-desa lainnya di Kecamatan Mengwi ditangani
secara swakelola.
c) Volume sampah di wilayah Kecamatan Petang dan Abiansemal
mencapai 12 m3/hari.
d) Volume sampah yang dimusnahkan dengan mesin incenerator
mencapai 72 m3/hari.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah selain dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung, juga melibatkan berpartisipasi pihak
swasta, PD Pasar serta swakelola oleh desa dan masyarakat.
Jumlah pegawai dan tenaga kebersihan pada DKP Badung
sebanyak 905 orang dengan rincian Pegawai DKP sebanyak 492
orang, tenaga padat karya kebersihan sebanyak 302 orang, tenaga
padat karya pertamanan sebanyak 87 orang dan tenaga pemusnah
sampah sebanyak 24 orang.
Sarana-prasarana penunjang dalam penanganan sampah milik
Pemerintah Kabupaten Badung sampai Tahun 2005 meliputi :
(1) Penampungan sementara yang berlokasi di Bali Hai, Banjar
Segara sebanyak 10 unit dengan kapasitas 6 m3.
(2) Transfer Depo sebanyak 1 unit dengan kapasitas 36 m3.
(3) Container sebanyak 20 unit dengan kapasitas 6 m3 berlokasi
di wilayah pelayanan pangkalan Kuta sebanyak 15 unit dan
pangkalan Mengwi sebanyak 5 unit.
(4) Dump Truck sebanyak 43 unit dengan kapasitas 4 m3.
(5) Arm Roll Truck sebanyak 8 unit dengan kapasitas 4 m3.
(6) Kijang Dum sebanyak 9 unit.
(7) Mobil penyapuan sebanyak 4 unit dengan kapasitas 2 m3.
(8) Mesin incenerator sebanyak 5 unit.
(9) Alat berat di TPA dan Pantai Kuta sebanyak 6 unit.
(10) TPS di Kecamatan Kuta sebanyak 4 unit berlokasi di Yonif 741
Tuban, Jalan Nusantara, Jalan Dewi Sri dan Jalan Gatot Kaca.
(11) TPS di Kecamatan Mengwi sebanyak 5 unit berlokasi di Br.
Pande, Br. Batu Mengwi, Br. Gambang, Br. Delod Bale Agung
dan Br. Munggu.
10) Pengendalian masalah banjir di Kabupaten Badung ditangani melalui
pembangunan jaringan drainase dan bangunan pengendali. Jaringan
drainase yang terdapat di Kabupaten Badung meliputi jaringan primer

36
sepanjang 73,383 km, jaringan sekunder sepanjang 418,881 km dan
jaringan tersier sepanjang 50,495 km, serta bangunan pengendali
berupa pintu air sebanyak 51 unit. Pada beberapa kawasan seperti
kawasan Kuta, kawasan Seminyak, Jalan Pratama, Jalan Uluwatu dan
Kawasan Bualu sering terjadi genangan akibat air hujan selama 2-3 jam
dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Hal tersebut disebabkan karena
terjadinya pendangkalan pada saluran drainase baik karena sampah
maupun limbah. Disamping itu munculnya permasalahan banjir
terutama di Kawasan Perkotaan disebabkan pesatnya pembangunan
yang tidak ditunjang jaringan drainase yang memadai berdampak pada
berkurangnya daerah resapan air hujan karena tertutup oleh bangunan
dan prasarana perkotaan lainnya.

8. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 29 Tahun


1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung, struktur ruang wilayah Kabupaten Badung terbagi atas 3 (tiga) wilayah
pembangunan yaitu :

a. Wilayah Pembangunan Badung Utara meliputi Kecamatan Petang dan


Kecamatan Abiansemal dengan pusat pengembangan di Blahkiuh yang
berfungsi sebagai pusat pengembangan pemerintah tingkat Kecamatan,
pusat perdagangan, pusat pengembangan pertanian dalam arti luas dan
pusat permukiman.

b. Wilayah Pembangunan Badung Tengah meliputi Kecamatan Mengwi


dengan pusat pengembangan di Mengwi yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan fasilitas tingkat Kabupaten, pusat pengembangan pemerintahan
Kecamatan, pusat pengembangan pertanian lahan basah, pusat
perdagangan dan aneka industri, pusat angkutan darat dan komunikasi dan
pusat permukiman.

c. Wilayah Pembangunan Badung Selatan meliputi Kecamatan Kuta dengan


pusat pengembangan di Kuta dengan fungsi utama sebagai pusat
pengembangan pemerintahan tingkat kecamatan, pusat pengembangan
pariwisata, pusat perdagangan dan jasa, pusat angkutan udara, darat dan
komunikasi, pusat pendidikan, pusat kesehatan dan pusat permukiman.

37
Wilayah Pembangunan Badung Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) Sub Wilayah
Pembangunan, yaitu :

 Sub Wilayah Pembangunan Kuta Utara meliputi Kerobokan, Canggu dan


Dalung dengan pusat pengembangannya di Kerobokan.
 Sub Wilayah Pembangunan Kuta Tengah meliputi Jimbaran, Kuta dan
Tuban dengan pusat pengembangannya di Kuta.
 Sub Wilayah Pembangunan Kuta Selatan meliputi Benoa, Ungasan dan
Pecatu dengan pusat pengembangannya di Benoa, seperti pada tabel
2.27 di bawah ini :
Tabel : 2.27
Perkembangan Penggunaan lahan
di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005 sebagai berikut :

Kabupaten Badung (ha)


Jenis Penggunaan Tanah
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tanah Sawah 10705 10615 10413 10334 10299 10121
Tanah Kering 31147 31237 31439 31518 31553 31731
Pekarangan Rumah 9369 9626 9076 9139 9171 9341
Tegal 8422 8221 8620 8633 8709 8717
Tambak 1 1 1 1 1 1
Kolam 24 25 26 31 31 31
Tanah Sementara
165 165 164 164 164 159
Tidak diusahakan
Hutan Rakyat 1252 1252 1252 1252 1252 1253
Hutan Negara 1414 1417 1490 1490 1490 1490
Tanah Perkebunan 6694 6694 6622 6622 6547 6547
Tanah Lainnya 3806 3836 4188 4186 4188 4192
Jumlah Semua 41852 41852 41852 41852 41852 41852
Sumber : Badung Dalam Angka, Tahun 2000-2005

Saat ini pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya alam pada masing-


masing Kecamatan di Kabupaten Badung sudah semakin meningkat dan
kurang terkendali seiring dengan percepatan pembangunan disektor industri
pariwisata. Hal ini telah membawa dampak negatif yang mengarah pada
timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup beserta sumber daya
alamnya. Perkembangan industri pariwisata telah menimbulkan kerusakan
lingkungan di wilayah pesisir Bali bagian selatan (termasuk Kabupaten Badung)
yang diakibatkan oleh pengambilan karang pantai, pengambilan air tanah
secara liar dan berlebihan, pembangunan prasarana dan sarana pendukung
yang tidak memperhatikan peruntukan dan garis sempadan pantai, perusakan

38
tanaman pantai serta pembuangan air limbah hotel ke sungai atau laut.
Tindakan-tindakan ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
sumber daya alam dan lingkungan hidup seperti terjadinya pendangkalan,
erosi, banjir dan pencemaran Tukad Badung, Tukad Ayung, Tukad Mati, serta
terjadinya intrusi air laut di wilayah Kuta, Tuban, Kedonganan dan Jimbaran. Di
beberapa kawasan terjadi penurunan peruntukan air tanah, terjadinya
kekeruhan dan keracunan air sumur penduduk, penyebaran penyakit saluran
pencernaan dan saluran pernafasan, iklim yang tidak teratur, menurunnya
biodiversitas, abrasi pantai dan semakin kotornya air laut. Menyadari
pentingnya geomorfologi dan lingkungan hidup sebagai aset Kabupaten
Badung, serta dalam upaya menyikapi permasalahan yang dapat merusak
dan/atau mencemari lingkungan dan sumber daya alam, Pemda Kabupaten
Badung telah melakukan beberapa langkah program dan aksi untuk
mengantisipasi, memelihara dan menanggulanginya. Namun berbagai kegiatan
yang telah dilakukan nampaknya belum mampu mencegah dan mengantisipasi
laju degradasi tersebut secara signifikan, bahkan nampak suatu kecendrungan
potensi dan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Faktor-faktor yang
dapat diidentifikasi sebagai penyebab degradasi adalah sebagai berikut. a).
Meningkatnya pencemaran lingkungan sebagai akibat laju pertumbuhan
penduduk yang terkonsentrasi di wilayah perkotaan, perubahan gaya hidup
yang komsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat, kemajuan transportasi
yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi besih lingkungan menimbulkan
dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan. b). Sungai-sungai
tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga dan tanah tercemar oleh
bahan kimia, pupuk dan sampah. c). Adanya perubahan iklim dan pemanasan
global yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup, inkonsistensi dan
tumpang tindihnya kebijakan. d). Kontradiksi dan kekaburan norma hukum yang
mengaturnya. e). Lemahnya penegakan hukum. f). Adanya kecenderungan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berlebih (over
exploitation). g). Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dari berbagai
instansi dalam pengeloloaan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik
dalam hal penyelenggaraan, pengawasan dan pengendaliannya
a. Kondisi sumber daya air
Secara umum kualitas sumberdaya air meliputi air sungai, air laut, air tanah
dan air minum di Kabupaten Badung mengalami kemerosotan mutu. Hal
tersebut ditunjukan dari Indeks Pencemaran (IP) dan tingkat pencemaran
terhadap bebarapa sampel air sebagai berikut :

39
1) Kualitas air sungai dari beberapa sampel yang diambil secara umum
menunjukan kondisi dengan tingkat pencemaran ringan-sedang dengan
IP 1,86 – 5,66.
2) Kualitas air laut pada beberapa sampel menunjukan tingkat
pencemaran ringan-sedang dengan IP 4,32 – 5,01.
3) Kualitas Air Tanah berdasarkan nilai Indeks Pencemaran, menunjukan
bahwa kualitas air tanah di Kabupaten Badung secara umum dalam
kategori pencemaran ringan-sedang dengan IP 1,33-5,43.
4) Kualitas Air Bersih pada sumber-sumber air berupa mata air yang
umum digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga baik
minum, cuci dan mandi secara umum mengalami pencemaran ringan
dengan kisaran Nilai Indeks Pencemaran antara 1,71-3,08.
b. Kondisi kualitas udara
Secara umum kualitas udara di Kabupaten Badung masih dibawah baku
mutu lingkungan yang diijinkan. Unsur pencemar udara yang menimbulkan
tekanan dan penurunan terhadap kualitas lingkungan udara untuk
Kabupaten Badung adalah Karbonmonoksida (CO), Sulfurdioksida (SO2)
dan Nitrogendioksida (NO2). Sumber pencemaran udara di Kabupaten
Badung sebagian besar berasal dari hasil pembakaran BBM untuk
transportasi darat serta faktor-faktor lainnya sebagai berikut :
 Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor selama empat tahun terakhir
(2001-2005) selama 24,98%;
 Kurangnya jalur hijau dengan tanaman yang dapat mengabsorpsi bahan
pencemar;
 Hasil pembakaran BBM yang tidak sempurna terutama mesih-mesin
kendaraan yang sudah tua.
Dampak dari pencemaran ini secara kumulatif dapat menimbulkan efek
buruk terhadap kesehatan manusia, hewan, vegetasi, material dan
ekosistem dalam berbagai bentuk antara lain ganguan pernafasan dan jarak
pandang (visibility) serta berubahnya siklus karbon, nitrogen, belerang,
fotosintesis di atmosfer bumi.
c. Kondisi Hutan
Berdasarkan fungsinya hutan mempunyai tiga fungsi pokok yaitu hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Luas kawasan hutan
menurut fungsinya sampai Tahun 2005 yaitu 1.767,87 ha meliputi hutan
lindung seluas 1.126,90 ha terdapat di Kecamatan Petang, hutan wisata
seluas 13,97 ha terdapat di Kecamatan Abiansemal dan hutan

40
mangrove/bakau seluas 627 ha terdapat di Kecamatan Kuta dan Kuta
Selatan.
Luas kawasan hutan seluruhnya sekitar 4,22% dari luas wilayah Kabupaten
Badung, sehingga masih jauh dari kondisi ideal yaitu sebesar 30%.
Demikian pula halnya dengan luas hutan di Provinsi Bali yaitu sekitar 23,2%
dari luas Bali.
d. Lahan Kritis
Lahan kritis yang terdapat di Kabupaten Badung tersebar didalam kawasan
hutan dan diluar kawasan hutan. Luas lahan kritis didalam kawasan hutan
terdapat di Kecamatan Petang seluas 775 ha serta Kecamatan Kuta
Selatan dan Kecamatan Kuta seluas 270 ha (90 ha kritis dan 180 ha
potensial kritis). Dengan demikian lahan kritis di dalam kawasan hutan
secara keseluruhan luasnya 1.045 ha.
Lahan kritis di luar kawasan hutan dalam kawasan lindung terdapat di
Kecamatan Petang seluas 771 ha dan Kecamatan Abiansemal seluas 136
ha. Sedangkan lahan kritis pada kawasan budidaya pertanian terdapat di
Kecamatan Petang selaus 7.846 ha, Kecamatan Abiansemal seluas 1.062
ha, Kecamatan Kuta Selatan seluas 7.750 ha. Dengan demikan lahan kritis
di luar kawasan hutan secara keseluruhan luasnya 17.585 ha. Luasan
lahan kritis di Kabupaten Badung dipertegas dengan Surat Keputusan
Gubernur Bali Nomor 539/03-N/Hk/2006 tanggal 12 Oktober 2006 tentang
Penetapan Luasan Lahan Kritis di 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali
yaitu 90 ha yang berada didalam kawasan hutan Tahura Ngurah Rai di
Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan lahan kritis
yang berada diluar kawasan hutan seluas 2.211 ha tersebar di Desa
Ungasan, Desa Kutuh dan Kelurahan Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan
Kondisi geografis Kabupaten Badung mengakibatkan kondisi alamnya
rentan terhadap bencana alam. Potensi bencana berupa angin kencang,
kekeringan, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami. Daerah rawan
bencana yang paling besar diakibatkan oleh angin kencang seluas 7.098,03
(16,95% dari luas lahan di Kabupaten Badung) . Selain itu, daerah pesisir
kabupaten Badung berpotensi pula terjadi tsunami dengan daerah rawan
bencana seluas 1.561,77 ha (3,7% dari luas lahan di Kabupaten Badung).
Kecamatan Abiansemal merupakan daerah dengan luasan rawan bencana
terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Badung,
hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.28 dibawah ini :

41
Tabel : 2. 28
Data Luasan Daerah Rawan Bencana
di Kabupaten Badung
Luasan Daerah Rawan Bencana
Jumlah
Jenis Bencana Kuta
Kuta Kuta Utara Mengwi Abiansemal Petang (ha)
Selatan
Angin Kencang 1.310,31 951,57 978,75 1.849,14 1.711,08 297,18 7.098,03
Kekeringan 11,07 - - - 0,09 - 11,6
Banjir 752,49 951,57 251,91 58,77 - - 2.011,59
Tanah Longsor 478,89 - 0,27 39,42 187,47 6.290,73 6.996,78
Gempa Bumi - - 180,99 318,15 456,66 499,14
Tsunami 556,02 931,86 63,27 10,62 - - 1.561,77
Jumlah 3.108,78 1.294,20 185.203,80 2.216,79 7.044,57 2.835
Sumber : Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam di Provinsi Bali

e. Sumber daya air yang berasal dari air permukaan di Badung didukung oleh
adanya 24 sungai yang muaranya ke laut di bagian selatan Kabupaten
Badung. Sungai-sungai ini umumnya memanjang yang hulunya ada di
bagian utara Badung dan hilirnya di bagian selatan. Dengan demikian
Daerah Aliran Sungainya (DAS) juga berbentuk memanjang yang
dibeberapa bagian secara administrasi merupakan DAS yang lintas
kabupaten. Sedikit berbeda dengan sungai-sungai di Badung Tengah dan
Badung Utara yang di kontrol secara geologi oleh batuan vulkanis dan
topografi pegunungan sehingga sungai-sungai yang relatif memanjang
memiliki air dengan debit membesar pada musim hujan dan mengecil di
musim kemarau, Sungai di Badung Selatan yaitu di Kawasan Bukit berupa
sungai pada Batuan Karts sehingga sungainya berbentuk melingkar dan
hanya berair pada saat musim hujan.
f. Geomorfologi Wilayah Badung yang dimulai oleh pegunungan di utara,
dataran dan pantai di bagian selatan, serta dikontrol oleh dominasi batuan
vulkanik (Batuan Gunung Api Buyan Beratan dan Batur) menjadikan potensi
air tanah baik hampir diseluruh wilayah Kabupaten Badung. Air tanah
tersebut umumnya merupakan air tanah bebas dan permukaannya relatif
dangkal (3 m – 8m). Potensi tersebut memicu besarnya minat masyarakat
mengekploitasi air tanah untuk keperluan usaha ataupun keperluan rumah
tangga yang sampai tahun 2005 terdapat 465 ijin sumur bor dan 64 sumur
gali yang dimanfaatkan oleh berbagai usaha.

42
B. Tantangan RPJP Tahun 2005 – 2025
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan jangka panjang Kabupaten
Badung Tahun 2005 – 2025 meliputi :

1. Bidang Sosial Budaya

a. Tantangan bidang kebudayaan adalah pesatnya pembangunan dan


derasnya arus globalisasi akan melemahkan nilai-nilai tradisional serta
membawa dampak perubahan sikap mental masyarakat.
b. Jumlah penduduk Kabupaten Badung yang semakin besar merupakan
tantangan tersendiri. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan diprediksi
kepadatan dan migrasi penduduk akan semakin komplek.
c. Tantangan yang paling besar dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender adalah masih kuatnya berlaku sistem patrilinial dalam masyarakat.
d. Semakin besarnya ketimpangan antara pertumbuhan angkatan kerja
dengan lapangan kerja yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang
tinggi, tidak diimbangi dengan perluasan lapangan kerja. Hal ini diperburuk
lagi dengan adanya tenaga kerja asing yang memanfaatkan peluang kerja
yang ada.

2. Bidang Ekonomi

a. Tantangan pembangunan perekonomian daerah 20 tahun mendatang


adalah sulitnya mempertahankan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan, karena perekonomian
Kabupaten Badung sangat tergantung pada sektor pariwisata yang
cenderung sangat rentan terhadap berbagai gejolak baik internal maupun
eksternal. Secara eksternal dihadapkan pada situasi persaingan yang
makin ketat dan terintegrasinya ekonomi dunia. Tantangan ke depan
lainnya adalah menyusutnya lahan pertanian dan menjadi petani sudah
tidak favorit lagi. Tantangan internal perekonomian Badung adalah
terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di Badung Selatan.
b. Adanya penyempitan lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi lahan.
c. Potensi sub sektor perikanan dan peternakan yang belum tergarap secara
maksimal. Peternak dan nelayan belum diberdayakan dengan program
peningkatan keahlian dan sarana produksi.
d. Globalisasi dan terintegrasinya ekonomi dunia merupakan tantangan yang
berat dalam persaingan antar daerah dan antar negara untuk menarik
investasi, baik dari modal asing maupun domestik. Tantangan berat juga

43
berasal dari kegiatan perdagangan bebas. Dimana mobilitas berbagai
sumberdaya menghadapi hambatan yang semakin kecil. Pada situasi ini,
dengan tingkat mobilitas penduduk antar daerah dan antar negara menjadi
tinggi, maka jika kualitas tenaga kerja secara teknis rendah akan berakibat
pada rendahnya daya saing tenaga kerja, pada gilirannya akan sangat
merugikan Kabupaten Badung secara keseluruhan.
e. Kebijakan yang tidak terpadu dan sinergis antar Provinsi dan antar
Kabupaten/Kota dalam pelayanan investasi akan menjadi kendala
masuknya investasi. Selain itu, iklim investasi yang belum kondusif, antara
lain kepastian hukum yang berkaitan dengan tanah, birokrasi, serta
mekanisme dan prosedur investasi, merupakan kelemahan utama yang
menghambat investasi langsung.
f. Tantangan dalam bidang keuangan daerah adalah masih rendahnya
kesadaran masyarakat membayar pajak, belum banyak tergalinya berbagai
sumber pendapatan dan perlunya peningkatan kemandirian sumber
pembiayaan pembangunan daerah.
g. Pada bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tantangan meliputi
kemampuan membaca peluang pasar, manajemen keuangan, dan budaya
kerja, pola dan teknik produksi yang belum mampu menghasilkan barang
dan jasa yang sesuai dengan kualitas dan persyaratan standarisasi pasar
domestik dan internasional.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Dalam rangka menghadapi perekembangan ekonomi global berbasis


pengetahuan, persaingan akan semakin tinggi menuntut peningkatan
kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan iptek nasional, peranan daerah sangat
diharapkan, maka tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kontribusi
iptek mulai dari perencanaan hingga implementasi hasil riset dan
pengembangan.
b. Pemanfaatan hasil riset dan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;
memenuhi kebutuhan dasar, kesehatan dan pendidikan, energi, dan
pangan; memperkuat sinergi kebijakan iptek dengan kebijakan sektor lain;
meningkatkan komitmen dan budaya bangsa terhadap pengembangan
iptek, mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan
menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan

44
kualitas sumber daya iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan iptek.

4. Politik, Hukum dan Pemerintahan

a. Beranekaragamnya penduduk Badung dari segi agama dan suku bangsa


jika tidak dibina dengan benar akan menjadi potensi kelemahan yang dapat
menimbulkan konflik SARA dan politik. Perubahan situasi politik nasional
memberikan implikasi komplek dalam kehidupan politik di daerah.
b. Tantangan terberat adalah menjaga konsolidasi politik secara
berkelanjutan, berupa reformasi struktur politik; penyempurnaan proses
politik; mewujudkan demokrasi yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Tantangan lain adalah mendorong terbangunnya partai politik yang mandiri
dan memiliki kapasitas untuk melaksanakan pendidikan politik rakyat,
mampu menyalurkan aspirasi politik rakyat, dan menghasilkan pejabat
politik yang mampu mengelola penyelenggaraan pemerintahan secara
profesional.
c. Di Bidang hukum tantangan ke depan adalah masih banyaknya kasus-
kasus pelanggaran hukum karena lemahnya penegakan hukum, masih
terdapat berbagai produk hukum yang tumpang tindih, inkonsisten antara
peraturan yang sederajat dan peraturan yang lebih rendah dengan
peraturan di atasnya; masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat;
serta kurangnya independensi kelembagaan hukum, khususnya aparat
penegak hukum di tingkat daerah.
d. Di bidang pemerintahan adalah belum mantapnya proses reformasi
birokrasi menuju pemerintahan yang bersih, transparan dan berakuntabilitas
tinggi. Perlunya struktur kelembagaan Pemerintah Daerah yang efisien dan
efektif; pengembangan pemerintahan berorientasi kewirausahaan yang
didukung oleh aparatur yang profesional dan kreatif, serta mampu
menguasai dan memanfaatkan teknologi informatika dalam mewujudkan E-
Goverment.

5. Ketentraman dan Ketertiban

a. Tantangan ke depan yang dihadapi Kabupaten Badung adalah


meningkatnya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat, tingginya
potensi konflik vertikal maupun horizontal. Kedepan perlu adanya
keterpaduan dalam mengantisipasi dan mengadakan deteksi dini terhadap

45
kemungkinan adanya gangguan ketentraman dan ketertiban baik yang
datang dari dalam maupun dari luar.
b. Keragaman etnis yang tinggi apabila tidak dikelola dengan arif bijaksana
dapat memunculkan kerawanan berupa konflik bernuansa SARA. Selain itu,
dampak daripada globalisasi dan era informasi menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku masyarakat. Posisi Kabupaten Badung sebagai daerah
wisata berpeluang bagi munculnya gangguan stabilitas daerah seperti
terorisme, penyebaran paham-paham ekstrim dan kriminalitas.

6. Sarana Prasarana Wilayah dan Infrastruktur

a. Jaringan pengairan/irigasi yang pada dasarnya telah dikelola secara


kontinyu ternyata masih menyisakan beberapa jaringan yang kondisinya
perlu ditingkatkan, apalagi jika dikaitkan kerentanannya terhadap cuaca.
Jaringan irigasi yang baik akan dapat menunjang pembangunan sektor
pertanian yang merupakan salah satu potensi dasar Kabupaten Badung.
Selain pemeliharaan, pembangunan irigasi baru juga perlu didorong untuk
memfungsikan dan mengoptimasikan lahan-lahan pertanian yang produktif .
b. Pembangunan jalan baru merupakan prioritas 20 tahun ke depan,
mengingat meningkatnya perekonomian di Kabupaten Badung berdampak
pada meningkatnya aktivitas masyarakat, membawa dampak pada
penurunan pelayanan jalan (kemacetan), sehingga sangat diperlukan
pengembangan jalan baru serta melakukan peningkatan dan pemeliharaan
jalan yang telah ada
c. Pembangunan transportasi masal merupakan hal prioritas yang perlu
mendapat penanganan, mengingat belum optimalnya pemanfaatan
transportasi masal berdampak pada meningkatnya penggunaan kendaraan
pribadi sebagai sumber dari kemacetan lalu-lintas. Terminal tipe A di
Mengwi yang sudah mulai dibangun diperlukan percepatan
pembangunannya, sehingga dapat berfungsi sebagai Terminal Regional.
Penataan sarana dan prasarana transportasi menjadi hal yang mendesak
guna mendorong masyarakat tergerak memanfaatkan jasa transportasi
umum.
d. Penetapan Milenium Development Goals (MDG’s) dalam pelayanan air
bersih sampai dengan Tahun 2015 sebesar 80 %, merupakan tantangan
berat yang harus ditangani mengingat dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan air bersih.

46
e. Perkembangan kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dan informatika
kedepan semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini akan
berdampak pada peningkatan pemanfaatan ruang terkait dengan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi, yang apabila tidak terdapat
ketentuan dalam pembangunannya akan berdampak negatif terhadap
keindahan ruang wilayah Kabupaten Badung sebagai kawasan pariwisata.
f. Tantangan utama yang dihadapi pada sektor energi adalah riskannya
keandalan pasokan energi, kedepan harus ada upaya pencarian sumber
energi alternatif yang mampu membantu sumber energi listrik yang ada saat
ini.
g. Meningkatnya bencana alam seperti banjir sebagai dampak Global
Warming.
h. Perkembangan pembangunan yang cukup pesat di Kabupaten Badung
tentu membawa konsekuensi terjadinya perubahan terhadap bentang alam
serta timbulnya berbagai permasalahan lingkungan. Faktor alam/iklim
makro juga membawa dampak terhadap perubahan ekologi lingkungan di
kawasan pesisir dan pantai seperti terjadinya abrasi pantai, sedimentasi,
akresi, instrusi air dan rob. Sementara kerusakan di kawasan hulu dalam
bentuk erosi, tanah longsor, rawan air, lahan kritis dan sebagainya
disebabkan adanya proses konversi lahan pertanian menjadi non pertanian,
berkurangnya tutupan lahan hijau pada kawasan lindung serta eksploitasi
sumberdaya lingkungan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan. Perkembangan sektor pariwisata dan jasa penunjang lainnya
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan
masyarakat, namun disisi lain mengakibatkan terjadinya eksternalitas
berupa polusi dan pencemaran lingkungan.
i. Dalam penanganan masalah lingkungan akan semakin menurunnya daya
dukung dan daya tampung lahan, belum optimalnya penanganan kerusakan
dan pencemaran lingkungan, partisipasi masyarakat yang belum optimal
dalam pelestarian lingkungan serta lemahnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran pembangunan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan.
j. Dalam pengelolaan sampah akan semakin meningkatnya volume produksi
sampah yang harus ditangani sementara disisi lain kapasitas sarana-
prasarana penunjang seperti tempat pembuangan akhir semakin terbatas,
tempat penampungan sementara yang terbatas, armada pengangkutan
sampah yang perlu diremajakan serta pengembangan teknologi

47
pengolahan sampah yang efisien dan efektif. Sebagai daerah tujuan
pariwisata, permasalahan sampah perlu dikelola dengan manajemen yang
profesional dengan dukungan sumberdaya manusia yang memadai serta
penerapan teknologi yang tepat. Pada skala rumah tangga dan lingkungan
perlu dikembangkan konsep 3 R (reduce, reused, recycle) dengan
dukungan alat pengolahan sampah seperti mesin pencacah sampah dan
komposter sehingga sampah yang terangkut ke TPA dapat dikurangi.
Tantangan ke depan dalam pengelolaan air limbah adalah meningkatkan
cakupan pelayanan pengolahan air limbah baik melalui sistem setempat
maupun sistem terpusat hingga mencapai 80%, produksi air limbah akan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan konsumsi air bersih.

7. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

a. Tantangan kedepan dalam penyelenggaraan penataan ruang adalah


mewujudkan keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antar sektor
dan antar wilayah sehingga potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Badung dan kemajuan daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan maka penataan ruang di
Kabupaten Badung dilaksanakan melalui harmonisasi lingkungan alam dan
lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan
sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta yang dapat memberikan
pelindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.
b. Pemanfaatan ruang sesuai peruntukan sehingga struktur dan pola ruang
yang terbentuk diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
c. Berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai akibat konversi lahan pertanian,
hutan rakyat dan kebun menjadi kawasan permukiman dan prasarana
pengembangan ekonomi.
d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dituntut berorientasi
pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sehingga
mampu memberikan manfaat bagi pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat Kabupaten Badung.
e. Pencemaran air di Kabupaten Badung, baik pada air permukaan dan air
tanah merupakan tantangan tersendiri, hal tersebut diakibatkan masih
besarnya tantangan program sanitasi lingkungan.

48
C. Modal Dasar

1. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Badung Tahun 2005 sebanyak 374.377


orang dengan tingkat kepadatan 895 jiwa/km2 merupakan potensi untuk
pembangunan daerah Badung dilihat dari segi kualitasnya maupun sebagai
potensi pasar. Kualitas SDM Kabupaten Badung tercermin pada tingkat
pendidikan yang dimiliki sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.29.
Tabel 2.29
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut
Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Di Kabupaten Badung
Tahun 2005

No. Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Persentase (%)


1 Tidak Punya Ijazah 22,52
2 SD / MI / Sederajat 21,20
3 SLTP / MTs / Kejuruan / Sederajat 13,72
4 SMU / SMA Sederajat 27,92
5 SM Kejuruan 5,97
6 Diploma I / II 3,25
7 Diploma III / Sarmud 1,89
8 Diploma IV / S1 3,39
9 S2 / S3 0,14
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005
2. Sumber Daya Alam

Badung seluas 418,52 km2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan
Pulau Bali secara geografis terletak di Bali Selatan yang memiliki pesona alam
yang indah berupa pegunungan, hutan seluas 1.767,87 Ha, lahan pertanian
seluas 26.390,16 Ha dan pantai sepanjang 81,3 km. Posisi strategis
Kabupaten Badung pada jalur transportasi yang dilalui oleh jalur Sumatera-
Jawa-Bali-NTB-NTT, merupakan potensi ekonomi yang sangat potensial.

49

Anda mungkin juga menyukai