Anda di halaman 1dari 3

STEP 1

Batuk

Refleks yang terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang yang bertujuan untuk membantu
membersihkan saluran pernafasan dari partikel asing, lendir, iritasi maupun mikroba. (Chung,
2008)
Chung, K. 2008. Prevalence, Pathogenesis, and Causes of Cough. Lancet 371 (9621) : 1364-
74

STEP 2

1. Mengapa anak tersebut batuk?


Bronkus dan trakea sangat sensitif terhadap sentuhan ringan, sehingga bila terdapat
benda asing atau penyebab iritasi lainnya walauoun dalam jumlah sedikit akan
menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat trakea bercabang menjadi
bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli
bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia korotif seperti gas sulfur dioksida
atau klorin. Impuls aferen yang berasal dari saluran pernafasan terutama berjalan
melalui nervus vagus ke media otak. Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis
digerakkan oleh lintasan neuronal medula, yang menyebabkan efek batuk. (Guyton &
Hall, 2016)

2. Mekanisme Batuk

Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non
myelin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam
rongga toraks antara lain terdapat pada laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor
akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar 6
reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Serabut aferen
terpenting terdapat pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea,
bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus
vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus
menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium
dan diafragma. Rangsangan ini oleh serabut afferen dibawa ke pusat batuk yang terletak di
medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut
aferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus,
nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-
otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor
ini mekanisme batuk kemudian terjadi. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi
empat fase yaitu :

1. Fase iritasi

Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar,
atau serat aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan
batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus,
rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.

2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot
abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga
udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini
disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma,
sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume
paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat
serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial.

3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor
kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan
intratoraks meningkat hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif.
Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk
dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu
meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal
yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang
sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara. (Price, 2006)

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai