Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH DISCOVERY LEARNING

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
“Regulasi terkait yankestrad dan perbedaan hatra dengan nakestrad”
Dosen pengampu Ns. Mardiyanti, M.Kep.MDS

Penyusun

DESI KURNIAWATI

11151040000076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,serta
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapa menyelesaikan makalah ini mengenai “Regulasi
terkait yankestrad dan perbedaan hatra dengan nakestrad”. Dan juga kami berterima kasih kepada
Ibu Ns. MARDIYANTI M.Kep.MDS selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Komplementer
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Tangerang, 11 September 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
Tujuan.......................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
ISI.................................................................................................................................................... 5
Regulasi terkait Yankestrad ........................................................................................................ 5
Hatra Dan Nakestrad ................................................................................................................. 20
BAB III ......................................................................................................................................... 25
PENUTUP..................................................................................................................................... 25
Kesimpulan................................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif sebagai sosial dan ekonomi.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Oleh karena itu,
pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada masyarakat harus dapat dipertanggung
jawabkan manfaat dan keamananya.
Pelayanan kesehatan tradisional sebagai sejarah budaya Indonesia. Bersama
pelayanan kesehatan konvensional diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang sehat,
mandiri, dan berkedaulatan melalui pemanfaatan tenaga dan keterampilan. Berdasarkan
data tahun 2013 proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisonal sebesar 30,4% , keterampilan sebanyak 17,8% dan ramuan sebesar 49%.
Sedangkan aneka ragam spesies tanaman terdapat lebih dari 1600 jenis tanaman obat yang
berpotensi sebagai produk ramuan kesehatan tradisional secara turun-temurun, dan kondisi
ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional banyak diminati untuk upaya
penyembuhan.
Pelayanan kesehatan tradisional menggunakan cara dan jenis yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara empiris dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat. Sedangkan kompetensi
penyehat tradisional (Hattra) dikembangkan melalui upaya saintifikasi produk dan
prakteknya agar dapat diterima dan diakui manfaat, mutu serta keamananya bagi
masyarakat luas. Dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris dan
pelayanan kesehatan tradisional komplementer harus dibina dan diawasa oleh pemerintah,
sehingga diperlukan landasan ,kepastian dan perlindungan hukum (WHO complementary
medicine 2014-2023).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana regulasi terkait yankestrad di Indonesia?
2. Apa saja perbedaan hatra dan nakestrad ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana regulasi terkait Yankestrad di Indonesia
2. Untuk mengetahui perbedaan Hatra dan Nakestrad
BAB II

ISI

I. Regulasi terkait Yankestrad


Definisi
Pelayanan kesehatan tradisional/Yankestrad adalah gabungan pengetahuan,
keterampilan dan praktek yang berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman dari
kebudayaan tertentu, baik yang dapat dijelaskan maupun tidak dan yang digunakan dalam
pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosis, perbaikan atau pengobatan penyakit
fisik dan mental (Traditional Medicine, WHO)
Yankestrad adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pelayanan kesehatan tradisional terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. Yankestrad Empiris
Penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara
empiris.
Ketentuan :
a. Dapat dipertanggung jawabkan dan digunakan secara rasional.
b. Dalam rangka upaya promotif preventif.
c. Digunakan dalam pendekatan holistik dan alamiah untuk menyeimbangkan
kembali antara kemampuan adaptasi dengan penyebab gangguan kesehatan.
d. Tidak bertentangan dengan norma agama (klenik, mistik/menggunakan bantuan
gaib) dan norma yang berlaku di masyarakat.
e. Tidak bertentangan dengan program pemerintah dalam upaya kesehatan
masyarakat.

Tabel. Pelayanan kesehatan tradisional empiris

SDM KEILMUA PENDIDIKA UPAYA PENDAFTAR TEMPAT


N N KESEHATA AN DAN
N PERIZINAN
Penyehat Terbukti -informal Promotif STPT berlaku Mandiri
tradision secara (khusus) dan 2 tahun dan atau praktik
al empiris preventif dapat berkelomp
-non formal diperbaharui ok di panti
(magang sehat
pada hatra
senior)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2016 tentang


pelayanan kesehatan tradisional empiris.

Pembinaan dan pengawasan

A. Pembinaan
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional empiris dilakukan secara
berjenjang oleh puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi
dan kementrian kesehatan dengan melibatkan lintas sektor terkait sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing.
1. Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pembinaan meliputi :
a. Menginventarisasi dan mengidentifikasi pelayanan kesehatan tradisional di
wilayah kerjanya.
b. Melakukan pembinaan kepada penyehat tradisional yang ada di wilayah
kerjanya (hygiene sanitasi, universal precautions/tata cara perlindungan diri,
cara pencatatan pelaporan, cara mengirim/merujuk klien ke puskesmas dan
atau rumah sakit, dan lain sebagainya).
2. Dinas kesehatan kabupaten/kota mempunyai tugas dan tanggung jawab, meliputi:
a. Membina penyehat tradisional di wilayah kerjanya melalui sarasehan,
komunikasi informasi dan edukasi (KIE), pelatihan dan/atau pertemuan
lainnya.
b. Memberikan penilaian teknis terhadap penggunaan metode, bahan/obat
tradisional/alat dan teknologi kesehatan tradisional sebagai dasar
pertimbangan rekomendasi penerbitan STPT.
c. Menjalin koordinasi dengan satuan kerja pemerintah daerah kabupaten/kota
yang menyelenggarakan perizinan terpadu.
3. Dinas kesehatan provinsi mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor dalam rangka penguatan
pembinaan program pengembangan pelayanan kesehatan tradisional kepada
kabupaten/kota melalui dukungan pembekalan teknis dan manajemen.
b. Melakukan koordinasi dalam upaya peningkatan peran dan fungsi sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (sentra P3T).
c. Berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan jaringan informasi dan dokumentasi
(JID) kesehatan tradisional.
4. Kementrian kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab, meliputi :
a. Menyiapkan regulasi, kebijakan dan norma, standar, prosedur dan kriteria
(NSPK) tentang kesehatan tradisional serta kegiatan operasional dalam rangka
penguatan program kesehatan tradisional di provinsi.
b. Mengembangkan jaringan informasi dan dokumentasi (JID) kesehatan
tradisional.
B. Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk melihat kesesuaian antara peraturan dengan keadaan
di lapangan. Hal ini dilakukan dengan memasuki setiap tempat yang diduga
digunakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional empiris dan memeriksa kelegalitas yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional empiris. Setiap petugas yang
melakukan pengawasan dilengkapi dengan tanda pengenal, surat perintah
pemeriksaan serta instrumen pengawasan (tata cara sidak).
Sasaran pengawasan pelayanan kesehatan tradisional empiris meliputi :
1. Dokumentasi legalitas STPT dan papan nama hattra
2. Bahan dan alat yang digunakan
3. Dan sarana prasarana.

Pelaksanaan pengawasan meliputi :

1. Tim penilaian teknis di kabupaten/kota yang anggotanya ditunjuk oleh kepala


dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri dari :
a. Lintas program dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Lintas sektor
c. Asosiasi/pakar : imparsial independen
2. Tim pemeriksa yang bertugas untuk memeriksa dugaan pelanggaran kode
perilaku/disiplin yang dilakukan oleh hattra.
3. Tenaga kesehatan puskesmas (pengelola program kesehatan tradisional yang
ditugasi oleh kepala puskesmas).

Pengawasan dilakukan pada beberapa tahap :

1. Tahap penilaian administrasi dan penilaian teknis


2. Tahap pemantauan periodik
3. Tahap aduan/klaim konsumen/laporan masyarakat.
Masyarakat dapat berperan dalam melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan menyampaikan
keluhan kepada puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten/kota.

Mekanisme pengawasan pelayanan kesehatan tradisional empiris :

a. Kementrian kesehatan memberikan sosialisasi norma, standar, prosedur dan


kriteria (NSPK) terkait pengawasan ke dinas kesehatan provinsi dan dinas
kesehatan kabupaten/kota.
b. Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat mengangkat tenaga pengawas yang
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Dinas kesehatan kabupaten/kota atau tenaga pengawas bertindak berdasarkan
laporan penyehat tradisional yang diberikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
dan berdasarkan pengaduan dari masyarakat. Kedua hal tersebut menjadi dasar
untuk melakukan investigasi kepada penyehat tradisional.
d. Setelah dilakukan investigasi dan menemukan adanya pelanggaran pelayanan
kesehatan tradisional, dinas kesehatan kabupaten/kota atau tenaga pengawas
dapat langsung memberikan teguran lisan. Apabila dalam kurun waktu 3x24 jam
tidak ada perubahan maka dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan
pencabutan STPT/ijin sarana bagi panti sehat. Jika terdapat dugaan pelanggaran
etik maka dinas kesehatan kabupaten/kota atau tenaga pengawas berkoordinasi
dengan asosiasi penyehat tradisional.

2. Yankestrad komplementer
Penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam
penjelasnya serta manfaat dan kemananya terbukti secara ilmiah. Jenis Yankestrad
Komplementer ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari tim, yang
terdiri dari Kemkes, OP, praktisi dan pakar Kestrad.

Tabel. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer


SDM KEILMUAN PENDIDIKAN UPAYA PENDAFTARAN TEMPAT
KESEHATAN DAN
PERIZINAN
Tenaga Biokultural Formal Promotif, STR TKT dan Mandiri atau
kesehatan dan minimal D3 preventif, SIP TKT berkelompok
tradisional biomedis dibidang kuratif dan di fasilitas
(nakestrad) terbukti yankestrad rehabilitatif pelayanan
secara kesehatan
ilmiah tradisional

3. Yankestrad Integrasi
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan konvensional
dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat pelengkap atau
pengganti.

Tabel. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi


SDM KEILMUAN PENDIDIKAN UPAYA PENDAFTARAN TEMPAT
KESEHATAN DAN
PERIZINAN
Dilakukan Kombinasi Formal Promotif, STR dan SIP Fasilitas
secara yankes minimal D3 preventif, pelayanan
bersama konvensional kuratif dan kesehatan
oleh dan rehabilitatif
nakes yankestrad
komplementer

Tata Cara Pelayanan, Registrasi dan Perizinan

1. Penyehat Tradisional (Hattra)


Syarat dan ketentuan :
a) Hattra hanya dapat menerima klien sesuai keilmuan dan keahlian.
b) Bila berhalangan praktik tidak dapat digantikan oleh Hattra lainya.
c) Bila tidak mampu memberikan pelayanan , wajib mengirimkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
d) Wajib memiliki STPT .
e) Tidak melakukan intervensi tubuh yang bersifat invasif.
f) Hanya dapat memiliki 1 STPT dan 1 tempat praktik.
g) Izin praktik perseorangan melekat pada STOT Hattra.
h) Setiap panti sehat harus memiliki izin sarana.
i) Wajib menaati kode etik hattra
Syarat untuk mendapatkan STPT :

STPT hanya diberikan Hattra yang tidak melakukan intervensi terhadap tubuh yang bersifat
invasif serta tidak bertentangan dengan konsep dan ciri khas Yankestrad empiris. STPT
berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang. Persyaratanya yaitu :

a) Surat pernyataan mengenai metode atau tahnik pelayanan yang diberikan.


b) Fotokopi KTP yang masih berlaku.
c) Pas foto terbaru 4x6 2 lembar.
d) Surat keterangan lokasi praktik dari kelurahan atau kantor desa.
e) Surat pengantar dari Puskesmas.
f) Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah penilaian teknis).
g) Surat rekomendasi dari asosiasi terkait.

Syarat untuk memperpanjang STPT :

a) Fotokopy STPT yang masih berlaku.


b) Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah penilaian teknis).
c) Permohonan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum jangka waktu STPT berakhir.

Cara Pengobatan Yankestrad


a. Ramuan terdiri dari tumbuhan, hewan dan mineral dengan metode herbal/jamu.
b. Keterampilan terdiri dari tehnik manual, terapi olah pikir, terapi energi dengan
metode pijat, terapi patah tulang, bekam, rukyah, hipnoterapi tenaga dalam serta roki.
c. Gabungan/ kombinasi memadukan metode keterampilan dan ramuan berdasarkan
teori.

Pembinaan dan Pengawasan


Dilakukan secara berjenjang mulai Menteri, Kadinkes Provinsi, Kadinkes Kabupaten/Kota
sesuai dengan tugas dan kewenanganya.

Perizinan dan Pendaftaran


a) Setiap penyehat tradisional /Hattra harus memiliki Surat
b) Terdaftar Penyehat Tradisional/STPT yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
atau Kabupaten/Kota.
c) Setiap Hattra yang menjalankan praktek wajib memiliki STRTKT dan SIPTKT.
Tujuan Yankestrad
Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar dapat mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
melalui pelayanan kesehatan tradisional.
Tujuan Khusus :
1. Memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat.
2. Menginventarisasi jumlah pengobat tradisional jenis dan cara pengobtanya.
3. Meningktakan mutu pelayanan kesehatan tradisional.
4. Membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan
kesehatan konvensional.
5. Memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan
tradisional

Sasaran Yankestad
a. Penyehat tradisonal / Hattra.
b. Masyarakat sebagai klien.

Landasan Hukum
1. Permenkes RI Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris.
2. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
4. PP Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Yankestrad.
5. PP Nomor 72 Tahun 2012 Tentang SKN.
6. Permenkes Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Iklan Dan Publikasi Yankes.
7. Permenkes Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.
8. Permenkes Nomor 90 Tahun 2013 Tentang SP3T.
9. Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes.
10. Kepmenkes Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 Tentang Kebijakan Obat
Tradisional Nasional.
Regulasi-Regulai Terkait Yankestrad
Antara lain :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1186/MENKES/Per/XI/1996 tentang
Pemanfaatan Akupunktur di Sarana Pelayanan Kesehatan;
Keputusan MenKes Nomor 1076/ Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional Pasal 9
1) Pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan penapisan, pengkajian,
penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan dapat
diberikan Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
2) Akupunkturis yang telah lulus uji kompetensi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang
pengobatan tradisional yang bersangkutan dapat diberikan Surat Izin Pengobat Tradisional
(SIPT) berdasarkan Keputusan ini.
3) Akupunkturis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melakukan praktik perorangan
dan/atau berkelompok.
4) Akupunkturis yang telah memiliki SIPT dapat diikutsertakan di sarana pelayanan
kesehatan.
5) Penetapan pengobat tradisional lainnya yang akan diberi izin selain dari pada ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan ditetapkan tersendiri dengan Keputusan
Menteri.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/ Menkes/SK/VII/2003 tentang


Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional;
Pelayanan kesehatan tradisional juga diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1076
Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisonal, yang mana bagi setiap pihak yang
akan melakukan pekerjaan pelayanan pengobatan tradisional wajib mendaftarkan diri ke Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten /kota setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPT) agar pelayanan kesehatan tradisional berada dalam pengawasan pemerintah.
Pasal 1 Kepmenkes No.1076 Tahun 2003 memuat tentang pengertian dari masing-masing
unsur pelayanan kesehatan tradisional yang mencakup pengertian dari Pengobatan tradisional
adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman, Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan
tradisional (alternatif), Pengobat tradisional asing adalah pengobat tradisional Warga Negara
Asing yang memiliki visa tinggal terbatas atau izin tinggal terbatas atau izin tinggal tetap untuk
maksud bekerja di Wilayah Republik Indonesia, Surat Terdaftar Pengobat Tradisional yang
selanjutnya disebut STPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang
telah melaksanakan pendaftaran, Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti dan diuji terbukti aman
dan bermanfaat bagi kesehatan. Toko Obat Tradisional adalah tempat menyimpan, melayani dan
menjual obat tradisional. Disini penulis berpendapat, pasal ini didasarkan oleh asas manfaat dan
asas perlindungan yang kemudian disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dimasyarakat. Tidak
semua jenis pengobatan / perawatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan ketrampilan
masuk dalam katagori yang dimaksudkan oleh Undang-Undang, melainkan harus memenuhi uji
empirik dan tidak melanggar norma yang berlaku di masyarakat. Termasuk penggunaan
obat/ramuan didalam pelayanan kesehatan tradisional, obat/ramuan tersebut sebelumnya harus
memenuhi standarisasi dan telah melewati uji empirik dari lembaga pemerintah yang berwenang.
Pengobat tradisional asing haruslah memiliki izin tinggal untuk bekerja di wilayah Indonesia.
Dengan izin inilah berarti suatu pusat pelayanan kesehatan tradisional telah diteliti dan terbukti
aman untuk masyarakat sehingga aspek perlindungan hukum terhadap pasiennya dapat tercapai.
Pada praktiknya, banyak pusat pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia yang tidak memiliki
SIPT. Mereka hanya memiliki status terdaftar di Dinas Kesehatan setempat tanpa meningkatkan
status pusat pelayanan kesehatannya menjadi berizin.
Pasal 17 dan 18 Kepmenkes No.1076 Tahun 2003 berbicara tentang obat tradisional. Penulis
berpendapat pasal ini mengandung asas perlindungan hukum terhadap pasien. Dimana seharusnya
Penggunaan obat tradisional harus memenuhi standar dan/atau persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan setiap obat atau ramuan yang
digunakan pada pelayanan kesehatan tradisional haruslah melewati uji standarisasi terlebih dahulu
di lembaga pemerintahan berwenang. Dengan adanya peraturan ini jelas bahwa perlindungan
pasien sudah terjamin dari pemerintah. Apabila terjadi pelanggaran maka akan dikenakan sanksi
sesuai undang-undang perlindungan konsumen. Dimana secara professionalisme dan penyediaan
obat, pelayanan kesehatan tradisional juga diatur dengan undang-undang perlindungan konsumen.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/ Menkes/Per/IX/2007 tentang


Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
Pasal 1 ayat 1
”Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional.”
Pasal 5
1. Pengobatan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan
apabilaaman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau, serta memiliki hasil pengkajian yang
dilakukan yang berwewenang sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Dalam pelaksanaan pengobatan komplementer-alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat
1 harus sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan komplementer-
alernatif dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
diagnosa, terapi, dan proses rujukan.
Pasal 8 ayat 1
”Pelayanan pengobatan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi
dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.”
Pasal 10 ayat 2
“Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. RS Pendidikan
b. RS Non Pendidikan
c. RS Khusus
d. RS Swasta
e. Praktik Perorangan
f. Praktik Berkelompok
g. Puskesmas”

4. Permenkes RI Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional


Empiris.
Pasal 2
Pengaturan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris bertujuan untuk:

a. mewujudkan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris yang


aman dan bermanfaat;
b. pedoman penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris bagi
pemerintah, pemerintah daerah, dan penyehat tradisional; dan
c. pedoman pelaksanaan pembinaan dan pengawasan secara berjenjang oleh
pemerintah dan lintas sektor terkait terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional.
Pasal 3
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dilaksanakan oleh Penyehat Tradisional
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau
melalui pendidikan non formal.
1) Pengetahuan dan keterampilan secara turun temurun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh melalui magang pada Penyehat Tradisional senior yang telah
memiliki pengalaman memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris secara
aman dan bermanfaat paling sedikit 5 (lima) tahun.
2) Pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pendidikan non formal
sebagaimana dimaksud pada ayat
3) diperoleh melalui pelatihan atau kursus yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) yang
menjadi mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Kegiatan magang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan
surat keterangan dari tempat kegiatan magang.
5) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyatakan kemampuan
peserta magang telah cukup memadai untuk melakukan praktik Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris secara mandiri.

Pasal 8
(1) Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf a merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang
manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
(2) Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris dapat menggunakan satu cara perawatan
atau kombinasi cara perawatan dalam satu sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris.
(3) Cara perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan:
(4) keterampilan; dan/atau
(5) ramuan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 121/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar


Pelayanan Medik Herbal
A. Standar Institusi Pelayanan Medik Herbal
1. Sumber Daya Manusia
Untuk standar pelayanan medik herbal ini sumber daya manusianya adalah dokter dan
dokter gigi, sedangkan tenaga kesehatan lain peraturannya adalah disusun tersendiri.
a. Standar Kompetensi
Adalah suatu penilaian kemampuan tentang pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki oleh tenaga medis (dokter) untuk melakukan pekerjaan
scara efektif dalam bidang herbal dan telah mendapat kewenangan dari organisasi
seminat Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur
(PDPKT) sebagai organisasi dibawah IDI.
b. Standar Ketenagaan
Pelayanan medik herbal dilaukan oleh dokter, dokter gigi, dan dokter spesialis
dengan pendidikan pengobatan herbal dasar yang mempunyai sertifikat kompetensi
herbal.
Dalam pelaksanaannya di fasilitas pelayanan kesehatan, bila tidak menggunakan
obat jadi tetapi meracik sendiri, maka dokter pelaksana pelayanan perlu didampingi
oleh seorang apoteker.
c. Standar Perilaku
Dokter yang melaksanakan pelayanan medik herbal diharapkan menerapkan kode
etik profesi yang tidak bertentangan dengan kode etik kedokteran Indonesia.
2. Sarana dan Peralatan
a. Sarana
Sarana pelayanan medik herbal adalah gedung atau tempat pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan pelayanan medik herbal, baik milik pemerintah maupun
milik swasta.
Sarana pelayanan medik herbal tersebut adalah :
1. Praktik dokter perorangan/berkelompok
2. Balai pengobatan umum/swasta
3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
4. Rumah sakit kelas A, rumah sakit kelas B, rumah sakit kelas C, rumah sakit
kelas D dan/atau rumah sakit rujukan nasional.
Sarana pelayanan medik herbal harus memenuhi standar ruangan yaitu standar
ruangan pelayanan medik herbal yang terdiri dari :
1. Ruang pemeriksaan pasien, antara lain :
a. Tempat tidur pemeriksaan
b. Meja dan kursi
c. Alat diagnostik
d. Penerangan dan ventilasi yang memadai
2. Ruangan penyediaan obat herbal, meliputi :
a. Obat herbal terstandar
b. Timbangan/neraca
c. Meja peracikan
d. Tempat penyimpanan bahan obat herbal
e. Penerangan dan ventilasi yang memadai
f. Wastafel dan air yang cukup baik kualitas maupun kuantitas
g. Tempat sampah
b. Peralatan
Minimal bahan dan peralatan pada sarana pelayanan medik herbal yang harus
tersedia adalah :
1. Bahan herbal alami/tumbuhan
2. Mortar dan stamfer (pastel)
3. Kertas puyer
4. Kapsul kosong
5. Botol atau pot plastik
6. Timbangan atau neraca
7. Kantong plastik obat
3. Standar Pelayanan Medik Herbal
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tingkat pelayanan medik herbal harus sesuai
dengan standar pelayanan medik, yaitu :
a. Melakukan anamnesis
b. Melakukan pemeriksaan meliputi :
1. Pemeriksaan fisik dengan melakukan :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
2. Pemeriksaan penunjang, antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. EKG
c. Menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran
d. Memperoleh informed consent dari penderita sesuai ketentuan yang berlaku
e. Pemberian obat herbal hanya dilakukan pada pasien usia dewasa
f. Pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan
g. Penggunaan pengobatan herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat
obat.
h. Dalam memberikan obat herbal perlu dilakukan hal berikut :
1. Sedapat mungkin tidak megkombinasikan dengan obat kimia
2. Mencatat hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau perubahan yang
terjadi pada pasien termasuk efek samping
3. Mencatat setiap intervensi jenis obat herbal yang diberikan termasuk dosis atau
takaran, cara pemberian, bentuk sediaan
4. Untuk obat yang diracik sendiri perlu dijelaskan sumber bahan, proses peracikan,
sampai bentuk siap saji obat tersebut.
i. Rujukan
Dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu apabila terjadi kasus
yang tidak tertangani.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional
Pasal 1 ayat 3
“pelayanan ksehatan tradisional integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengkombinasikan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai
pelengkap atau pengganti”
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional,
Alternatif dan Komplementer dalam mencapai indikator Renstra Kemenkes Tahun 2015-
2019 adalah pengembangan integrasi pelayanan kesehatan tradisional kedalam fasilitas
pelayanan kesehatan (Puskesmas), melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan,
optimalisasi penapisan, dan pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri di bidang
kesehatan tradisional.
II. Hatra Dan Nakestrad
Tatacara Pelayanan, Registrasi Dan Perizinan
1) Penyehat Tradisional (Hattra)
Syarat dan ketentuan :
a) Hattra hanya dapat menerima klien sesuai keilmuan dan keahlian.
b) Bila berhalangan praktik tidak dapat digantikan oleh Hattra lainya.
c) Bila tidak mampu memberikan pelayanan , wajib mengirimkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
d) Wajib memiliki STPT .
e) Tidak melakukan intervensi tubuh yang bersifat invasif.
f) Hanya dapat memiliki 1 STPT dan 1 tempat praktik
g) Izin praktik perseorangan melekat pada STOT Hattra.
h) Setiap panti sehat harus memiliki izin sarana.
i) Wajib menaati kode etik hattra.
Syarat untuk mendapatkan STPT :
STPT hanya diberikan Hattra yang tidak melakukan intervensi terhadap tubuh yang bersifat
invasif serta tidak bertentangan dengan konsep dan ciri khas Yankestrad empiris. STPT berlaku
2 tahun dan dapat diperpanjang. Persyaratanya yaitu :
a) Surat pernyataan mengenai metode atau tahnik pelayanan yang
b) diberikan.
c) Fotokopi KTP yang masih berlaku.
d) Pas foto terbaru 4x6 2 lembar.
e) Surat keterangan lokasi praktik dari kelurahan atau kantor desa.
f) Surat pengantar dari Puskesmas.
g) Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah
h) penilaian teknis).
i) Surat rekomendasi dari asosiasi terkait.
Syarat untuk memperpanjang STPT :
a) Fotokopy STPT yang masih berlaku.
b) Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah penilaian teknis).
c) Permohonan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum jangka waktu STPT berakhir.
2) Tenaga Kesehatan Tradisional (Nakestrad)
Syarat dan ketentuan :
a) Pemberian Yankestradkom harus sesuai dengan standar profesi,
b) standar pelayanan dan SPO.
c) Bila berhalangan praktik dapat digantikan oleh Nakestrad lain yang memiliki
kompetensi dan kewenangan yang sama.
d) Bila tidak mampu memberikan pelayanan wajib merujuk ke
e) fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
f) Wajib memiliki STR TKT dari konsil (berlaku 5 tahun).
g) Wajib memiliki SIP TKT.
h) Pembaharuan SIP TKT dilaksanakan sepanjang STRTKT masih berlaku.
i) Wajib mematuhi etika profesi.
Persyaratan STRTKT DAN SIPTKT bagi Nakestrad :
a. STRTKT Diterbitkan oleh konsil/MTKI.
b. Ijazah Kestrad.
c. Sertifikasi kompetensi.
d. Surat keterangan sehat.
e. Pernyataan telah mengucapkan sumpah profesi.
f. Pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
g. SIPTKT diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atas Rekomendasi
Pejabat Kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota.
h. STRTKT.
i. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari Pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

1. Wewenang dan perizinan penyehat tradisional


a. Wewenang penyehat tradisional
Menurut pasal 28 Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 103 tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional bahwa penyehat tradisional dalam memberikan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris mempunyai hak :
1. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien atau keluarganya ;
2. Menerima imbalan jasa ;
3. Mengikuti pelatihan promotif bidang kesehatan.
Penyehat tradisional dalam memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
mempunya kewajiban :
1) Memberikan pelayanan yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan, tidak
membahayakan jiwa atau melanggar asusila, kaidah agama, dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam
masyarakat, serta tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat ;
2) Memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada klien tentang perawatan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Empiris yang dilakukan ;
3) Menyimpan rahasiwa klien ;
4) Membuat catatan status kesehatan klien.
b. Perizinan penyehat tradisional
Berdasarkan pasal 39 Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 103 tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional penyehat tradisional harus memiliki STPT. STPT
dikeluarkan oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota tanpa dipungut biaya dengan
mengajukan permohonan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota untuk 1 tempat
praktik dan berlaku untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat diperbaharui kembali selama
memenuhi persyaratan.. STPT diberikan kepada penyehat tradisional yang tidak melakukan
intervensi tubuh yang bersifat invasif.
2. Wewenang dan perizinan tenaga kesehatan tradisional
a. Wewenang tenaga kesehatan tradisional
Menurut pasal 28 Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 103 tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional bahwa tenaga kesehatan tradisional dalam
memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris mempunyai hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau keluarganya;
3. Menerima imbalan jasa.
Tenaga kesehatan tradisional dalam memberikan pelayanan kesehatan tradisional
komplementer mempunyai kewajiban :

1) Memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer sesuai dengan standar


profesi,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional, serta kebutuhan pasien/klien;

2) Merujuk pasien/klien dalam keadaan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan


atau keadaan- keadaan lain yang tidak dapat ditangani;

3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien/klien; dan

4) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kesehatan tradisional


komplementer.

b. Perizinan tenaga kesehatan tradisional


Setiap tenaga kesehatan tradisional yang menjalankan praktik wajib memiliki STRTKT dan
SIPTKT.
STRTKT diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan dibawah ini;
- Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional;
- Memiliki sertifikat kompetensi;
- Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
- Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
- Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
STRTKT berlaku selama 5 tahun dan dapat di registrasi ulang setelah memenuhi
persyaratan, sebagai berikut :
- Memiliki STRTKT lama;
- Memiliki Sertifikat Kompetensi;
- Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
- Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketetntuan etika profesi
SIPTKT dberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat tenaga kesehatan tradisional
melakukan praktik. SIPTKT masih berlaku sepanjang STRTKT masih berlaku dan tempat
praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPTKT. Setiap tenaga kesehatan
tradisional hanya dapat memiliki paling banyak 2 SIPTKT. Jika tenaga kesehatan tradisional
dengan pendidika dibawah sarjana, diploma empat, atau sarjana terapan bidang kesehatan
tradisional komplementer hanya dapat memiliki 1 SIPTKT
SIPTKT diberikan setelah memenuhi persyaratan dibawah ini :
- STRTKT yang masih berlaku.
- Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
SIPTKT dinyatakan tidak berlaku apabila :
- Dicabut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
- Tenaga yang bersangkutan pindah tempat praktik/kerja;
- Tenaga yang bersangkutan meninggla dunia; dan
- Atas permintaan tenaga kesehatan tradisional.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil peraturan dan keputusan pemerintah mengenai pengobatan tradisional
atau komplementer maka telah adanya payung hukum yang melegalkan praktik pengobatan
komplementer di Indonesia. Pengobatan tradisional yang dilakukan oleh tenaga medis maupun
seseorang yang sudah terlatih sebagai penyehat harus memiliki STPT dan SIPT dan beberapa
persyaratan lain yang sudah dibahas pada bab 2.
Praktik pelaksanaan pengobatan tradisional dalam penyelenggaraannya diatur dan diawasi
oleh pemerintah. Pelaksanaan praktik pengobatan tradisional dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pendidikan, rumah sakit non pendidikan, rumah sakit
khusus, puskesmas dan sebagainya. Regulasi-regulasi yang telah ditetapkan akan menjadi
pelindung baik bagi penyehat tradisional maupun pelindung untuk pasien yang menggunakan
pengobatan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Dian, Lindawaty Pan, Rullyanto. 2016.


Pelayanan Kesehatan Tradisional Dan Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Dalam Soepra
Jurnal Hukum Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. 2017. Penguatan Yankestrad di Kabupaten.
………Ngawi. Ngawi : Seksi Yankestrad Kabupaten Ngawi.
Kementerian Kesehatan RI. 2008. Standar Pelayanan Medik Herbal. Jakarta : Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, Pelayanan,
Pencabutan. Jakarta : Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pelayanan Kesehatan Tradisional. Jakarta : Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Kementerian Kesehatan RI. 2003. Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Jakarta : Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Peleg, R. 2011. Patients Visiting the Complementary Clinic for Pain : a Cross. Sectional Study.
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/36. BMC.

Anda mungkin juga menyukai