Anda di halaman 1dari 4

Keberadaan Tim Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD):

 DALAM Program Inovasi Desa (PID), ada istilah Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD). Yaitu lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumberdaya manusia, dan
infrastruktur desa. Lembaga P2KTD bersifat membantu pendampingan teknis yang dilakukan oleh
OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.
 Adapun terbentuknya lembaga (P2KTD) ini, dimaksudkan membantu desa mewujudkan kegiatan
inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam meningkatkan kualitas
pembangunan desa di bidang pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, serta infrastruktur desa. Perlu kita ketahui bersama bahwa secara khusus
tujuan P2KTD yaitu:
 Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas;
 Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang dibutuhkan desa, dan
 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.
 Perlu kita ketahui, bahwa desa bukan ruang hampa dari berbagai kehidupan. Di sana banyak
masyarakat menggantungkan hidupnya serta merawat anak keturunannya. Melalui pemerintah
dari tingkat pusat sampai daerah, diharapkan desa memiliki ikatan yang kuat baik secara
struktural, legacy dan keprograman.
 Saat ini, desa mempunyai dua pilar kekuatan regulasi kementerian yang secara teknis
berhubungan langsung. Artinya, persoalan desa sedang diampu oleh dua kementerian teknis
(Kemendagri dan Kemendesa) di tingkat pusat. Hal itu sangat spektakuler dalam rangka
percepatan kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan desa kita yang lama masih tertinggal
dibanding desa dari bangsa-bangsa lain.
 Salah satu outcome lembaga P2KTD adalah bagaimana tumbuh dan berkembangnya
kewirausahaan sosial di desa, sebagai pilar ekonomi yang berbasis Bumdes/Bumades. Dengan
demikian, kondisi sosial di masyarakat desa yang selama ini dikenal dengan budaya gotong
royong saling asah, saling asuh, dan saling asih, tetap akan terpelihara dan menjadikan desa
menjadi desa.
 Perlu kita ketahui bahwa kewirausahaan sosial adalah tentang bagaimana menerapkan
pendekatan yang praktis, inovatif, dan berkelanjutan untuk memberikan dampak positif pada
masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi bawah dan yang terpinggirkan. Dengan
demikian, memperkuat posisi kewirausahaan sosial di desa, berarti mengatasi masalah-masalah
ekonomi atau sosial desa tanpa harus merubah watak dan keaslian desa.
 Prinsip dasar lembaga P2KTD adalah professional; yaitu memberikan pelayanan teknis
berkualitas teknis sesuai standar safeguard dan peraturan yang berlaku. Hal ini agar tanggung
jawab sosial, yang memberikan pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship), Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati
kesetaraan, berpihakan pada perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial
bisa diwujudkan.
 Lembaga P2KTD memberikan jasa layanan teknis bidang kewirausahaan dan pengembangan
ekonomi desa, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik desa dalam pendukung
pengembangan Produk Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan
(Prukades) serta BUMDesa atau BUMDesa Bersama.
 Sebagai contoh desa-desa di wilayah pesisir penghasil garam. Di sana terbentang persoalan
garam mulai dari hulu dan hilir. Yaitu masalah produk, sumberdaya manusia, market, dan
kelembagaan. Saat ini, masalah garam bukan hanya masalah lokal, namun sudah menjadi
masalah nasional yang cukup kompleks.
 Diharapkan, lembaga P2KTD mampu menjadi pendamping setia bagi Prudes/Prukades dan
Bumdes, agar mereka memberikan kontribusi inovasi-nya ikut mengurai persoalan garam impor
dan meningkatkan kesejahteraan petani garam.
 Bentuk layanan teknis pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, dapat berupa analisis
dan identifikasi sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan
kelembagaan, pengembangan produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola
secara mandiri, serta pengelolaan keuangan Bumdes.
 Tentunya, garapan layanan jasa dari program inovasi desa wajib ramah lingkungan, untuk
mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan, agar Bumdes tetap
menjadi lingkungan yang sehat dan menjaga ekosistem kelautan yang berkelanjutan.
 Harapannya, melalui tata kelola jasa layanan yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif,
dan akuntabel. Jadi, sangat jelas bahwa desa desa di pesisir laut sangat membutuhkan lembaga
P2KTD khususnya yang menyangkut persoalan garam (garam rakyat dan garam pabrik), dengan
melakukan pendampingan ke Bumdes secara rutin, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga pada akhirnya, lembaga P2KTD mampu membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa pesisir khususnya petani garam. **

Keberadaan Tim Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD):


 agar desa mendapatkan jasa layanan teknis secara lebih berkualitas dari lembaga profesional,
seperti perguruan tinggi, lembaga profesi, pendamping desa dan lembaga lainnya, serta pihak
swasta.
 dibutuhkan untuk memperkuat kapasitas teknis pemerintah desa dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
 untuk melengkapi kebutuhan pendampingan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan desa.
Kehadirannya bukan lembaga baru yang menggantikan peran tenaga pendamping desa yang
sudah ada.
 Tim P2KTD ini terdiri profesional dalam bidangnya. Apabila pihak desa tidak memiliki tenaga ahli
spesifik, bisa memanfaatkan jasa P2KTD untuk memperkuat kapasitas teknis pemerintahan desa
dan mempersiapkan kader desa dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Setelah pendamping dari tim P2KTD ini, diharapkan muncul kader desa yang dapat
mengaplikasikan untuk pengembangan desa.
 “Agar terwujud kemandirian desa, P2KTD ini diharapkan mampu mempersiapkan kader desa. Bisa
transfer ilmu dan pengalaman, sehingga muncul kader yang mumpuni”.
 Dalam mewujudkan program inovasi desa, elemen terpenting yang dibutuhkan adalah Tim
Pengelola Inovasi Desa (TPID) dan P2KTD. Kehadiran kedua elemen ini, ibarat dua sisi mata uang
yang satu sama lainya saling lengkapi, untuk mewujudkan pemerintah desa lebih inovasi dalam
melaksanakan program pemerintahan, baik itu dalam perencanaan maupun pelaksanana
pembanguan.
 Tim Ahli Teknologi Tepat Guna, Ismar Ruzi yang juga sebagai narasumber tentang kebijakan
umum inovasi desa, memaparkan tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan, mulai dari sosialisasi,
rakor dan bursa inovasi desa. Agar mampu menggiring pemerintah desa (Pemdes) agar menjawab
kebutuhan melalu replikasi yang dituangkan dalam APBDesa.
 Untuk memaksimalkan program ini, dituntut TPID dan pendamping yang ada agar lebih aktif.
Karena pemerintah desa harus mampu membuat program pembangunan desa yang lebih inovatif
sehingga memberikan manfaat besar bagi masyakarat desa.
 Inovasi yang dimaksud bukan dalam bentuk barang, tapi lebih cenderung program yang
diterapkan oleh pemerintah desa, agar mampu menggali dan memaksimalkan potensi yang ada di
desa.
 Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan
di desa. Melalui pemanfaatan dana desa secara lebih kualitas dengan strategi pengembangan
kapasitas desa secara berkelanjutan, khususnya dalam bidang pengembangan ekonomi lokal, dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, pelayanan sosial dasar, serta infrastruktur
desa.
 Melalui PID diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran pengetahuan secara
partisipasif dan merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah desa agar lebih efektif dalam
menyusun penggunaan Dana Desa sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan
kesejahteraan masyarakat.

Program Inovasi Desa diluncurkan pertama kali pada tahun 2017 oleh
Kementerian Desa dalam rangka mendorong pemanfaatan dana desa yang lebih
berkwalitas melalui berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Sebagaimana kita pahami bahwa salah satu tahapan dalam pelaksanaan


program inovasi desa yaitu capturing.

Capturing adalah proses pendokumentasian atas pengetahuan dan pengalaman


desa dalam pemanfaatan dana desa yang inovatif agar dapat disebarkan ke desa
lainnya untuk direplikasikan atau dikembangkan.

Contoh kegiatan inovasi desa dapat dibaca dalam Dokumen Pembelajaran


Inovasi Desa.

Dalam proses capturing, setidaknya ada 5 tahapan yang dilakukan yaitu


indentifikasi (capturing awal dan penyortiran), verifikasi, capturing lengkap
(formatting dan verifikasi lanjutan), packaging dan validasi.

Packaging adalah proses pengemasan dan editing terhadap sebuah video, album
foto atau tulisan dari hasil penangkapan inovasi desa yang telah diverifikasi oleh
tim inovasi kabupaten.

Tujuannya yaitu untuk mendapatkan kwalitas packaging yang baik, sehingga


pesan-pesan yang disampaikan mudah ditangkap dan pada akhirnya akan
memotivasi desa-desa lain untuk melakukan reflikasi inovasi.

Demikian penjelasan tentang packaging yang merupakan salah satu tahapan


dalam proses capturing inovasi. Untuk penjelasan tahapan lainnya, dapat dibaca
dalam pengertian capturing dalam inovasi desa. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai