Anda di halaman 1dari 9

Nilai :

No. Tugas : 25
Nama : Ade Nurianti Saputri
NIM : I1031181009
Judul Tugas : Peran dan Kedudukan Psikologi dalam Kesehatan Produksi

Daftar Isi :
A. Pendahuluan ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................... 4
B.1.Pengertian Peran .............................................................................................................5
B.2.Pengertian Psikologi dan Kedudukannya .....................................................................5
B.3.Peran dan Kedudukan Psikologi ....................................................................................6
B.4 Psikologi dan Kesehatan Reproduksi ............................................................................6
B.5 Peran dan Kedudukan Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi ................................7
C. Rangkuman ............................................................................................................................. 8
D. Soal ........................................................................................................................................... 8
E. Daftar pustaka......................................................................................................................... 8

1
A. Pendahuluan
1. Frame
Psikologi Kesehatan memiliki pengertian yaitu ilmu yang mempelajari, memahami
bagaimana pengaruh faktor psikologis dalam menjaga kondisi sehat, ketika mengalami
kondisi sakit, dan baimana cara merespon ketika individu mengalami sakit ( Suarya , 2017).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi
berarti bahwa setiap orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman,
dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan berapa sering. Secara luas,
ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi Kesehatan bayi dan anak, Pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk PMSHIV/AIDS, Pencegahan dan
penanggulangan komplikasi aborsi, Kesehatan reproduksi remaja, Pencegahan dan
penanganan infertilitas, Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis dan Berbagai aspek
kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dan lain-lain
(WHO, 2012) Masalah mengenai kesehatan reproduksi salah satunya di akibatkan oleh
perilaku menyimpang yaitu yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality),
penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau
kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) dikalangan remaja.
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah
sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO
disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian
khusus dari berbagai organisasi internasional . Dari beberapa penelitian tentang perilaku
reproduksi remaja yang telah dilakukan, menunjukkan tingkat permisivitas remaja di
Indonesia cukup memprihatinkan. Faturochman (2015) merujuk beberapa penelitian yang
hasilnya dianggap mengejutkan, menunjukkan bahwa remaja di beberapa daerah penelitian
yang bersangkutan telah melakukan hubungan seksual.

Data Sekunder Global


Masalah mengenai kesehatan reproduksi salah satunya di akibatkan oleh perilaku
menyimpang yaitu seks bebas. Menurut World Health Organization (WHO) (2012) diseluruh
dunia setiap tahunnya diperkirakan sekitar 40-60 juta orang melakukan seks bebas, didunia
perkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia yang hamil diluar nikah.
Karena hal itu banyak dari kaum wanita yang melakukan aborsi. WHO memperkirakan ada
sekitar 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di dunia 9,5 % (19 dari 20 juta
tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13 % dari total
perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Di wilayah Asia
Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun. Angka aborsi di
Indonesia diperkirakan mencapai 2,5 juta pertahun. Sekitar 750.000 (30%) di antaranya
dilakukan oleh remaja. Pelaku aborsi umumnya berada pada kisaran usia 20-29 tahun.

Data Sekunder Nasional


Perilaku seks bebas pada remaja di Indonesia saat ini menjadi ancaman. Indonesia
terdapat 26,67% dari jumlah penduduk sebesar 237,6 adalah kelompok usia muda (10-24
tahun). Menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007) menyatakan
bahwa remaja belum menikah yang melakukan hubungan seks, secara umum lebih banyak
wanita dibanding dengan pria. Sebanyak 38% wanita muda dan 12% pria muda melakukan
hubungan seks pranikah dibawah umur 18 tahun. Hasil survey kesehatan reproduksi remaja
(14-19 tahun) tahun 2009 tentang perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi

2
remaja menunjukkan dari 19.173 responden 92% sudah pernah berpacaran. Pada saat
berpacaran melakukan pegang-pegangan tangan, 82% ciuman, 62% melakukan petting, dan
10,2% melakukan hubungan seks bebas di Jabotabek.

Dampak
Psikologi dan kedudukan kesehatan reproduksi pada remaja memahami kesehatan
reproduksinya menurut BKKBN (2014) adalah agar remaja mengenal tubuhnya dan organ-
organ reproduksinya, memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksinya secara
benar, memahami perubahan fisik dan psikisnya, melindungi diri dari berbagai risiko yang
mengancam kesehatan dan keselamatannya, mempersiapkan masa depan yang sehat dan
cerah, serta mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi perilaku seksual remaja pranikah. Fenomena ini menunjukkan bahwa
perilaku seksual remaja pranikah remaja di berbagai provinsi semakin meningkat dikarenakan
kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Permasalahan remaja tersebut
memberi dampak seperti kehamilan, pernikahan usia muda, dan tingkat aborsi yang tinggi
sehingga dampaknya buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Area Spesifik
Diseluruh dunia setiap tahunnya diperkirakan sekitar 40-60 juta orang melakukan seks
bebas, didunia perkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia yang hamil
diluar nikah (WHO, 2012) . BKKBN (2014) mengungkapkan bahwa remaja yang mengaku
mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah usia 14-19 tahun
sebesar 34,7% perempuan dan 30,9% laki-laki. Dari pemaparan diatas maka diperlukan
sebuah peran untuk mengatasi dari perilaku penyimpangan tersebut agar angka masalah
kesehatan reproduksi dapat diturunkan. Dengan adanya peran dan kedudukan psikologi
dalam kesehatan reproduksi inilah kita dapat mengatasinya. Salah satu contoh nya dengan
memberikan pengetahun tentang kesehatan produksi melalui orang tua, dikarenakan orang
tua merupakan model utama dan penting dalam kehidupan remaja.

Elaborasi
Berdasarkan hasil penelitian (Bulahari dkk, 2015), Pengetahuan remaja SMU Negeri
1 Tamako kelas X dan XI tentang kesehatan reproduksi di kategorikan baik,. Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan orang tua Faktor teman responden yang memperoleh informasi
baik dari teman dibanding informasi yang kurang dari teman Ada hubungan antara faktor
informasi dan teman dengan pengetahuan remaja, dan tidak ada hubungan antara faktor orang
tua dengan pengetahuan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian (Ardiyanti & Muti’ah, 2014) ,Siswa di SMA Negeri 1
Imogiri sebagai subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi dalam pengetahuannya
terhadap kesehatan reproduksi, tidak hanya dalam mata pelajaran biologi, tetapi kesehatan
reproduksi dijadikan sebagai mata pelajaran tambahan di sekolah ini. Selain itu sering
diadakan penyuluhantentang kesehatan reproduksi, baik terhadap siswa ataupun para guru.
Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi biasanya dilakukan di sekolah dengan mengundang
narasumber dari PUSKESMAS atau biasanya dari BKKBN. Berdasarkan hasil penelitian
korelasi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengetahuan kesehatan
reproduksi terhadap perilaku seksual siswa SMA N 1 Imogiri, semakin tinggi pengetahuan
kesehatan reproduksi maka akan semakin rendah perilaku seksual siswa. Hipotesis ini dapat
diterima, artinya terdapat hubungan negatif antara pengetahun kesehatan reproduksi dengan
perilaku seksual remaja SMA Negeri 1 Imogiri.

3
Berdasarkan hasil penelitian (Indah, 2015), Nilai selisih rata-rata pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok IPA (3,51) lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok IPS (3,03) walupun tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena
jurusan IPA juga mempelajari mata pelajaran ilmu biologi yang merupakan salah satu mata
pelajaran utama dibandingkan dengan jurusan IPS yang tidak mempelajarinya. Nilai selisih
rata-rata sikap sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok siswa (30,36) lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok siswi (39,89) walupun tidak signifikan. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada wanita lebih memiliki tingkat ketekunan dan ketertarikan lebih tinggi
mengenai kesehatan reproduksi dibandingkan dengan laki-laki sehingga dapat mempengaruhi
kesediaan dalam bertindak atau merespon hal terkait kesehatan reproduksi.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervensi
penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi.
Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja meningkatkan pengetahuan dan sikap baik
siswa maupun siswi serta kelompok IPA maupun IPS serta tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada peningkatan rata-rata skor pengetahuan dan sikap antara siswa dan siswi serta
antara kelompok IPA dan IPS.

Kesenjangan
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi ini harus di pahami dan
dimiliki oleh setiap orang untuk mencapai derajat kesehatan yang meningkat. Contohnya
mengenai masalah kesehatan reproduksi salah satunya di akibatkan oleh perilaku
menyimpang yaitu seks bebas yang banyak di lakukan oleh remaja. Maka dari itu di perlukan
sebuah perasn psikologi dari orang tua untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi kepada anaknya agar masa depan mereka indah.

Studi Pendahuluan
Kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk pencegahan dan penyelesaian masalah
kesehatan reproduksi meliputi kesehatn fisik, mental, sosial dan bukan sekedar tidak hanya
konsultasi dan keperawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan
persiapan strategi interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak
perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang
mereka terima merupakan faktor penting yang turut menentukan keshatan reproduksi mereka
dimasa datang.
Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu ditangani secara khusus
dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan mereka menjadi remaja (yang kelak
menjadi orang tua) yang bertanggung jawab agar merka tidak berperilaku menyimpang yang
dapat merusak masa depan mereka, maka sangat diperlukan peran dari orang tua untuk
memberikan pengetahuan meengenai kesehatan reproduksi kepada mereka.

Fokus Masalah
Psikologi dan kedpenduduk Indonesia tahun 2000-2025 yang dikeluarkan oleh
Bappenas pada tahun 2005 jumlah penduduk remaja umur 10-24 tahun mencapai 64 juta pada
tahun 2007 atau 28,6% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Data BPS tahun
2009 menyebutkan bahwa usia produktif remaja sebesar 55% dari jumlah penduduk
Indonesia 238.452.952. Salah satu permasalahan yang menonjol dikalangan remaja adalah
masalah kesehatan reproduksi.

4
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui “Peran dan Psikologi dalam
Kesehatan Reproduksi”. Sedangkan manfaat dari penulisan ini setidaknya dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran psikologi
dalam kesehatan reproduksi pada remaja, khususnya juga bagi mahasiswa Program Studi
Kesehatan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak.

B. Telaah Pustaka
B.1 Pengertian Peran
Pendapat 1
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan
pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu
harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman dalam
Zaidin:2015).
Pendapat 2
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan
(Soekanto , 2014).
Pendapat 3
Peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya
(Ahmadi, 2014).
Pendapat Penulis
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status, dimana peran juga bisa di
katakan sebagai tingkah laku seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu situasi sosial
tertentu. Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran.
Peran biasa juga disandingkan dengan fungsi. Peran dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak
ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu pula tidak ada status tanpa peran

B.2 Pengertian Psikologi dan Kedudukannya


Pendapat 1
Pengertian psikologi dibagi dalam tiga unsur penting yaitu ilmu pengetahuan,
perilaku, manusia, dan lingkungan (Sarwono, 2019).
Pendapat 2
Psikologi adalah kajian atau studi ilmiah tentang proses mental dan tingkah laku
manusia (Feldman & King , 2014).
Pendapat 3
Psikologis adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas individu ( Walgito,
2010).
Pendapat Penulis
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia
atau human behaviour serta hakikat jiwa dari awal hingga akhirnya, pada dasarnya psikologi
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya
bersifat timbal balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain, dan sebaliknya. Hal ini
akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh
psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain.

5
B.3 Peran dan Kedudukan Psikologi
Pendapat 1
Peran dan kedudukan psikologi dalam pendidikan Islam sebagai menjembatan proses
penyampaian ilmu pengetahuan agar lebih efektif sesuai dengan kematangan psikologi
masing-masing peserta didik dan kesediaan peserta didik untuk membuka diri terhadap
informasi dan pengetahuan baru serta kesediaan menggunakannya dalam kehidupan sehari-
hari ( Hadi, 2017).
Pendapat 2
Peran dan kedudukan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet yaitu
dapat menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet dan gejala-gejala psikologik yang terjadi
dalam olahraga pada umumnya, dapat meramalkan atau membuat prediksi dengan tepat
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan permasalahan
psikologik, dan dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga,
dengan perlakuan-perlakuan untuk menanggulangi hal-hal yang kurang menguntungkan, juga
dapat memberi perlakuan-perlakuan untuk mengembangkan kemampuan dan segi-segi positif
yang dimiliki atlet ( Effendi, 2016)
Pendapat 3
Peranan dan kedudukan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam
rangka mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor
pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting
dalam pendidikan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya
menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai
pendidik (Noviyanti, 2015).
Pendapat Penulis
Peran dan kedudukan psikologi merupakan sesuatu hal yang mempunyai fungsi untuk
memberikan sebuah proses dalam mencapai tujuan yang ingin di tuju. Jadi dapat di katakan
bahwasan nya peran dan kedudukan psikologi adalah sebagai alat jembatan penyebrangan
kita untuk mencapai tujuan.

B.4 Psikologi dan Kesehatan Reproduksi


Pendapat 1
Dalam psikologi adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi. Misalnya,
psikologi dapat berperan dalam menjelaskan perilaku yang berkaitan dengan reproduksi
seperti Sexually Transmitted Diseases (STDs) yang meliputi berbagai penyakit kelamin
termasuk AIDS, Masalah reproduksi yang spesifik gender seperti sindrom menjelang
menstruasi dan Kelainan yang terkait dengan organ seks diantaranya adalah impotensi,
ejakulasi prematur pada pria dan vaginismus pada wanita (Faturochman, 2015).
Pendapat 2
Psikologi dan kesehatan reproduksi mempelajari bagaimana individu dapat terbebas
dari berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan oleh proses atau bekerjanya fungsi dan
sistem reproduksi. Manusia (terutama pada kurun usia reproduksi) secara naluriah
mempunyai dorongan seksual (sexual drives), lalu muncul hasrat mencari pasangan (sexual
partnership). Dari situ muncul aktivitas seksual (sexual acts) berikut akibatnya, yaitu
mengalami kehamilan dan melahirkan. Jika dorongan seksual membuat individu berpotensi
melakukan hubungan seksual, kesuburan (fertilitas) menentukan apakah individu mempunyai
kemampuan untuk memberi keturunan atau tidak. Dalam hal ini individu dapat mengalami
gangguan kesehatan reproduksi berupa ketidakmampuan melakukan hubungan seksual
(impotensi) dan ketidakmampuan memberi keturunan (infertilitas). Perilaku seksual tidak
seluruhnya didasari niat untuk mendapatkan keturunan. Dalam banyak kasus wanita dan
pasangannya berusaha menghindari risiko tersebut, antara lain dengan menggunakan

6
kontrasepsi. Akan tetapi, tidak seluruh upaya pencegahan kehamilan berhasil. Kegagalan
dalam pemakaian kontrasepsi dapat menimbulkan masalah kesehatan reproduksi lain, yaitu
kehamilan yang tidak dikehendaki ( Darwin, 2014).
Pendapat 3
Psikologi dan kesehatan reproduksi keluarga dan masyarakat telah memberikan peran
dalam penyebaran informasi mengenai kesehatan reproduksi. Responden menanyakan atau
berkonsultasi mengenai kesehatan reproduksi kepada teman, ibu, bapak, keluarga, saudara
kandung, petugas kesehatan, pemuka agama, dan guru atau dosen. Mayoritas responden,
yaitu sebesar 83,8 persen, bertanya dan membicarakan kesehatan reproduksi kepada
temannya dibandingkan dengan sumber informasi lain (Nurmansyah dkk, 2014)
Pendapat Penulis
Psikologi dan kesehatan reproduksi merupakan suatu agregat dari pendidikan khusus,
profesional,untuk memajukan atau memelihara kesehatan, termasuk juga didalamnya
penanganan penyakit dan aspek-aspek lain yang terkait dengannya. Intinya adalah menjadi
faktor tingkah laku, faktor resiko, seseorang tersebut dalam menjaga dan memahami tentang
kesehatan reproduksi itu tersendiri.

B.5 Peran dan Kedudukan Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi


Pendapat 1
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi mengenai pengetahuan
dan perilaku orang tua adalah karena orang tua merupakan orang yang penting bagi remaja,
karena nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua dapat mempengaruhi pengetahuan remaja,
mereka menganggap bila orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan
kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol
perilaku seksnya yang dapat berpengaruh pada organ reproduksi. Hal ini terjadi karena pada
dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan
dapat pula di wujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami istri yang
bersatu dalam perkawinan (Bulahari dkk, 2015)
Pendapat 2
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi dengan pemahaman
tentang kesehatan reproduksi yang baik sangat memengaruhi perilaku remaja untuk hidup
sehat, khususnya yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Kurangnya pemahaman ini akan
mengakibatkan berbagai dampak yang amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya
(Sari, 2014)
Pendapat 3
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi remaja yang memiliki
informasi kesehatan reproduksi termasuk dampak perilaku seks bebas seperti terjangkitnya
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS, dapat membuat remaja memiliki
kepercayaan diri yang lebih baik untuk menghindarinya. Pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja melatarbelakangi pola pikir remaja terhadap besarnya risiko dan bahaya akibat dari
perilaku seks bebas. Pengetahuan kesehatan reproduksi berdampak pada kepercayaan diri
dalam membetuk komitment atau sikap dari perilaku seksual (Muflih, 2015).
Pendapat Penulis
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi ini memiliki fungsi untuk
memberikan pengetahuan dan peran dalam kesehatan reproduksi. Intinya Peran dan
kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi juga dapat menurunkan angka dari
masalah kesehatan reproduksi itu sendiri.

7
C. Rangkuman
Peran psikologi dalam dunia kesehatan sangat lah signifikan. Karena dengan
psikologi kita dapat mengetahui sikap psikologis seorang pasien. Selain itu psikologi juga
dapat berperan dalam memberikan pengarahan kepada pasien ketika pasien sakit dan
memberikan motivasi agar pasien tidak patah semangat apalagi sampai frustasi dan
depresi.Sebelumnya peran psikologi dalam kesehatan juga berperan terhadap seseorang agar
dapat menjaga dirinya untuk selalu tetap sehat dan mencegah agar dirinya tidak sakit karena
kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan psikis sang seseorang.
Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan
reproduksi yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di kalangan remaja yang
merupakan golongan yang paling rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi.

D. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan peran?
2. Apa yang dimaksud dengan psikologi dan kedudukannya?
3. Apa yang dimaksud dengan peran dan kedudukan psikologi?
4. Apa yang dimaksud psikologi dan kesehatan reproduksi?
5. Apa yang dimaksud dengan peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi?

E. Daftar Pustaka

Ardiyanti, M., & Muti’ah, T. (2014). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN


KESEHATAN REPRODUKSI. III(2).
Cahyo, K., & dkk. (2018, Agustus). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan
Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga. 3(2).
Dewi , N. R., & Wirakusuma, I. (2017). Pengetahuan dan Perilaku Seksual Pranikah pada
Remaja SMA di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I. E-JURNAL MEDIKA,
6(10).
Ernawati, H. (2018, Maret). PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI
DAERAH PEDESAAN. Indonesian Journal for Health Sciences, 21.
Hadi, I. A. (2017). Peran Penting Psikologi Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam, 11(2).
Hanum , Y., & Tukiman. (2015, Desember). DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP
KESEHATAN ALAT REPRODUKSI WANITA. 13(26).
KATODHIA, L., & DEWI, T. K. (2017). KUALITAS HIDUP PADA MAHASISWA PRIA
YANG HIDUP DENGAN HIV/AIDS. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental, 6.
Nasution, S. L. (2015, April). PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI. 15(1).
Pertiwi, K. R. (2014). KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN
PERMASALAHANNYA.
Udu, W. S., & dkk. (2014). PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI.

8
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN
PERILAKU SEKSUAL. (2014).
AZIZ, R., & dkk. (2017, Juni 26). KONTRIBUSI BERSYUKUR DAN MEMAAFKAN
DALAM MENGEMBANGKAN KESEHATAN MENTAL DI TEMPAT KERJA.
Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental.
Effendi, H. (2016, Desember). PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI ATLET.
Fahri, A. (2017, Juli). FILM PENDEK TENTANG MENDUKUNG ODHA UNTUK SISWA
SMA ANTARTIKA SURABAYA. 5(1).
Faturochman. (2015, Desember). BEBERAPA PENDEKATAN PSIKOLOGI KESEHATAN
REPRODUKSI. (2).
Fitriana, H., & Siswantara, P. (2018, Juli). PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI SMPN 52 SURABAYA. 13(1).
Hidayangsih, P. S. (2014, Agustus 1). PERILAKU BERISIKO DAN PERMASALAHAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA.
Imam Arief Purbono dkk. (2015). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi. I(2).
Kasim, F. (2014, Mei). Dampak Perilaku Seks Berisiko. JURNAL STUDI PEMUDA •, 3(1).
Koentjoro. (2014, Juli). PERANAN PSIKOLOGI DALAM PEMBANGUNAN SEBUAH
BIDANG GARAPAN PSIKOLOGI YANG TERLUPAKAN.
Kristanti , I., & Dinastuti. (2017, Juni). JURNAL PSIKOLOGI INDONESIA. XII(1).
Lipinwati, & dkk. (2018, April). PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN
REPRODUKSI DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA/I SMA
NEGERI 5 KOTA JAMBI. Jurnal Medic, 1(1).
Muflih. (2015, Januari). PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI
BERHUBUNGAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA UNTUK
MENGHINDARI SEKS BEBAS. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Mutiawanthi. (2017, September). Tantangan Role dan Peran yang Dihadapi Oleh Mantan
Perawat II-EPA Setelah Kembali ke Indoneisa. 4(2).
Nunzairina. (2018). Sejarah Pemikiran Psikologi Islam Zakiah Daradjat. Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, 2(1).
Prasojo, D. (2017, Mei). Peran Religiusitas Pada Penderita HIV dan AIDS Yang Mengalami
Depresi. 5(1).
Qomariyah, & dkk. (2017). Keefektifan Pendidikan Kesehatan Oleh Tenaga Kesehatan dan
ODHA Terhadap Pengetahuan HIV/AIDS Siswa SMA. Public Health Perspective
Journal.
Rosita, C. D. (2014, September). PERANAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN BELAJAR MATEMATIKA. 2(2).
Sari, M. D., & Hayati, E. N. (2015, Juli). REGULASI EMOSI PADA PENDERITA
HIV/AIDS. Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1).
Udu Waode dkk. (2014). PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI.

Anda mungkin juga menyukai