Ade Nurianti Saputri - I1031181009 - Tugas No 25 - Keperawatan - FK UNTAN
Ade Nurianti Saputri - I1031181009 - Tugas No 25 - Keperawatan - FK UNTAN
No. Tugas : 25
Nama : Ade Nurianti Saputri
NIM : I1031181009
Judul Tugas : Peran dan Kedudukan Psikologi dalam Kesehatan Produksi
Daftar Isi :
A. Pendahuluan ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................... 4
B.1.Pengertian Peran .............................................................................................................5
B.2.Pengertian Psikologi dan Kedudukannya .....................................................................5
B.3.Peran dan Kedudukan Psikologi ....................................................................................5
B.4 Psikologi dan Kesehatan Reproduksi ............................................................................6
B.5 Peran dan Kedudukan Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi ................................7
C. Rangkuman ............................................................................................................................. 7
D. Soal ........................................................................................................................................... 8
E. Daftar pustaka......................................................................................................................... 8
1
A. Pendahuluan
1. Frame
Psikologi Kesehatan memiliki pengertian yaitu ilmu yang mempelajari, memahami
bagaimana pengaruh faktor psikologis dalam menjaga kondisi sehat, ketika mengalami kondisi
sakit, dan baimana cara merespon ketika individu mengalami sakit ( Suarya , 2017). Kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi dan prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang dapat
mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan
untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya,
bilamana dan berapa sering. Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi Kesehatan
bayi dan anak, Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk
PMSHIV/AIDS, Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi, Kesehatan reproduksi
remaja, Pencegahan dan penanganan infertilitas, Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis dan
Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dan
lain-lain (WHO, 2012) Masalah mengenai kesehatan reproduksi salah satunya di akibatkan oleh
perilaku menyimpang yaitu yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran
penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak
dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) dikalangan remaja.
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan
lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut
sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari
berbagai organisasi internasional . Dari beberapa penelitian tentang perilaku reproduksi remaja
yang telah dilakukan, menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup
memprihatinkan. Faturochman (2015) merujuk beberapa penelitian yang hasilnya dianggap
mengejutkan, menunjukkan bahwa remaja di beberapa daerah penelitian yang bersangkutan telah
melakukan hubungan seksual.
2
tangan, 82% ciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% melakukan hubungan seks bebas di
Jabotabek.
Dampak
Psikologi dan kedudukan kesehatan reproduksi pada remaja memahami kesehatan
reproduksinya menurut BKKBN (2014) adalah agar remaja mengenal tubuhnya dan organ-organ
reproduksinya, memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksinya secara benar,
memahami perubahan fisik dan psikisnya, melindungi diri dari berbagai risiko yang mengancam
kesehatan dan keselamatannya, mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah, serta
mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku
seksual remaja pranikah. Fenomena ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja pranikah
remaja di berbagai provinsi semakin meningkat dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi. Permasalahan remaja tersebut memberi dampak seperti kehamilan,
pernikahan usia muda, dan tingkat aborsi yang tinggi sehingga dampaknya buruk terhadap
kesehatan reproduksi remaja.
Area Spesifik
Diseluruh dunia setiap tahunnya diperkirakan sekitar 40-60 juta orang melakukan seks
bebas, didunia perkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia yang hamil
diluar nikah (WHO, 2012) . BKKBN (2014) mengungkapkan bahwa remaja yang mengaku
mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah usia 14-19 tahun sebesar
34,7% perempuan dan 30,9% laki-laki. Dari pemaparan diatas maka diperlukan sebuah peran
untuk mengatasi dari perilaku penyimpangan tersebut agar angka masalah kesehatan reproduksi
dapat diturunkan. Dengan adanya peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi
inilah kita dapat mengatasinya. Salah satu contoh nya dengan memberikan pengetahun tentang
kesehatan produksi melalui orang tua, dikarenakan orang tua merupakan model utama dan
penting dalam kehidupan remaja.
Elaborasi
Berdasarkan hasil penelitian (Bulahari dkk, 2015), Pengetahuan remaja SMU Negeri 1
Tamako kelas X dan XI tentang kesehatan reproduksi di kategorikan baik,. Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan orang tua Faktor teman responden yang memperoleh informasi baik
dari teman dibanding informasi yang kurang dari teman Ada hubungan antara faktor informasi
dan teman dengan pengetahuan remaja, dan tidak ada hubungan antara faktor orang tua dengan
pengetahuan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian (Ardiyanti & Muti’ah, 2014) ,Siswa di SMA Negeri 1 Imogiri
sebagai subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi dalam pengetahuannya terhadap
kesehatan reproduksi, tidak hanya dalam mata pelajaran biologi, tetapi kesehatan reproduksi
dijadikan sebagai mata pelajaran tambahan di sekolah ini. Selain itu sering diadakan
penyuluhantentang kesehatan reproduksi, baik terhadap siswa ataupun para guru. Penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi biasanya dilakukan di sekolah dengan mengundang narasumber dari
PUSKESMAS atau biasanya dari BKKBN. Berdasarkan hasil penelitian korelasi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap
perilaku seksual siswa SMA N 1 Imogiri, semakin tinggi pengetahuan kesehatan reproduksi maka
akan semakin rendah perilaku seksual siswa. Hipotesis ini dapat diterima, artinya terdapat
hubungan negatif antara pengetahun kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA
Negeri 1 Imogiri.
Berdasarkan hasil penelitian (Indah, 2015), Nilai selisih rata-rata pengetahuan sebelum
dan sesudah penyuluhan pada kelompok IPA (3,51) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
3
IPS (3,03) walupun tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena jurusan IPA juga
mempelajari mata pelajaran ilmu biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran utama
dibandingkan dengan jurusan IPS yang tidak mempelajarinya. Nilai selisih rata-rata sikap sebelum
dan sesudah penyuluhan pada kelompok siswa (30,36) lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok siswi (39,89) walupun tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada wanita
lebih memiliki tingkat ketekunan dan ketertarikan lebih tinggi mengenai kesehatan reproduksi
dibandingkan dengan laki-laki sehingga dapat mempengaruhi kesediaan dalam bertindak atau
merespon hal terkait kesehatan reproduksi.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervensi penyuluhan
terhadap pengetahuan dan sikap perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi remaja meningkatkan pengetahuan dan sikap baik siswa maupun
siswi serta kelompok IPA maupun IPS serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
peningkatan rata-rata skor pengetahuan dan sikap antara siswa dan siswi serta antara kelompok
IPA dan IPS.
Kesenjangan
Peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi ini harus di pahami dan
dimiliki oleh setiap orang untuk mencapai derajat kesehatan yang meningkat. Contohnya
mengenai masalah kesehatan reproduksi salah satunya di akibatkan oleh perilaku menyimpang
yaitu seks bebas yang banyak di lakukan oleh remaja. Maka dari itu di perlukan sebuah perasn
psikologi dari orang tua untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi kepada
anaknya agar masa depan mereka indah.
Studi Pendahuluan
Kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk pencegahan dan penyelesaian masalah
kesehatan reproduksi meliputi kesehatn fisik, mental, sosial dan bukan sekedar tidak hanya
konsultasi dan keperawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan
strategi interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan laki-
laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan
faktor penting yang turut menentukan keshatan reproduksi mereka dimasa datang.
Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu ditangani secara khusus dengan
cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang
tua) yang bertanggung jawab agar merka tidak berperilaku menyimpang yang dapat merusak masa
depan mereka, maka sangat diperlukan peran dari orang tua untuk memberikan pengetahuan
meengenai kesehatan reproduksi kepada mereka.
Fokus Masalah
Psikologi dan kedpenduduk Indonesia tahun 2000-2025 yang dikeluarkan oleh Bappenas
pada tahun 2005 jumlah penduduk remaja umur 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2007
atau 28,6% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Data BPS tahun 2009
menyebutkan bahwa usia produktif remaja sebesar 55% dari jumlah penduduk Indonesia
238.452.952. Salah satu permasalahan yang menonjol dikalangan remaja adalah masalah
kesehatan reproduksi.
4
reproduksi pada remaja, khususnya juga bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak.
B. Telaah Pustaka
B.1 Pengertian Peran
Pendapat 1
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman dalam Zaidin:2015).
Pendapat 2
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Soekanto ,
2014).
Pendapat 3
Peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya (Ahmadi,
2014).
Pendapat Penulis
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status, dimana peran juga bisa di
katakan sebagai tingkah laku seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu situasi sosial tertentu.
Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran. Peran biasa
juga disandingkan dengan fungsi. Peran dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa
kedudukan atau status, begitu pula tidak ada status tanpa peran
5
Pendapat 2
Peran dan kedudukan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet yaitu dapat
menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet dan gejala-gejala psikologik yang terjadi dalam
olahraga pada umumnya, dapat meramalkan atau membuat prediksi dengan tepat kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan permasalahan psikologik, dan dapat
mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga, dengan perlakuan-perlakuan
untuk menanggulangi hal-hal yang kurang menguntungkan, juga dapat memberi perlakuan-
perlakuan untuk mengembangkan kemampuan dan segi-segi positif yang dimiliki atlet ( Effendi,
2016)
Pendapat 3
Peranan dan kedudukan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangka
mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor pendidikan.
Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi
para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik (Noviyanti, 2015).
Pendapat Penulis
Peran dan kedudukan psikologi merupakan sesuatu hal yang mempunyai fungsi untuk
memberikan sebuah proses dalam mencapai tujuan yang ingin di tuju. Jadi dapat di katakan
bahwasan nya peran dan kedudukan psikologi adalah sebagai alat jembatan penyebrangan kita
untuk mencapai tujuan.
6
sebesar 83,8 persen, bertanya dan membicarakan kesehatan reproduksi kepada temannya
dibandingkan dengan sumber informasi lain (Nurmansyah dkk, 2014)
Pendapat Penulis
Psikologi dan kesehatan reproduksi merupakan suatu agregat dari pendidikan khusus,
profesional,untuk memajukan atau memelihara kesehatan, termasuk juga didalamnya penanganan
penyakit dan aspek-aspek lain yang terkait dengannya. Intinya adalah menjadi faktor tingkah laku,
faktor resiko, seseorang tersebut dalam menjaga dan memahami tentang kesehatan reproduksi itu
tersendiri.
C. Rangkuman
Peran psikologi dalam dunia kesehatan sangat lah signifikan. Karena dengan psikologi kita
dapat mengetahui sikap psikologis seorang pasien. Selain itu psikologi juga dapat berperan dalam
memberikan pengarahan kepada pasien ketika pasien sakit dan memberikan motivasi agar pasien
tidak patah semangat apalagi sampai frustasi dan depresi.Sebelumnya peran psikologi dalam
kesehatan juga berperan terhadap seseorang agar dapat menjaga dirinya untuk selalu tetap sehat
dan mencegah agar dirinya tidak sakit karena kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan
psikis sang seseorang.
7
Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan reproduksi
yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di kalangan remaja yang merupakan
golongan yang paling rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
D. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan peran?
2. Apa yang dimaksud dengan psikologi dan kedudukannya?
3. Apa yang dimaksud dengan peran dan kedudukan psikologi?
4. Apa yang dimaksud psikologi dan kesehatan reproduksi?
5. Apa yang dimaksud dengan peran dan kedudukan psikologi dalam kesehatan reproduksi?
E. Daftar Pustaka
8
Hidayangsih, P. S. (2014, Agustus 1). PERILAKU BERISIKO DAN PERMASALAHAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA.
Imam Arief Purbono dkk. (2015). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi.
I(2).
Kasim, F. (2014, Mei). Dampak Perilaku Seks Berisiko. JURNAL STUDI PEMUDA •, 3(1).
Koentjoro. (2014, Juli). PERANAN PSIKOLOGI DALAM PEMBANGUNAN SEBUAH
BIDANG GARAPAN PSIKOLOGI YANG TERLUPAKAN.
Kristanti , I., & Dinastuti. (2017, Juni). JURNAL PSIKOLOGI INDONESIA. XII(1).
Lipinwati, & dkk. (2018, April). PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN
REPRODUKSI DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA/I SMA
NEGERI 5 KOTA JAMBI. Jurnal Medic, 1(1).
Muflih. (2015, Januari). PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI BERHUBUNGAN
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA UNTUK MENGHINDARI SEKS BEBAS.
Jurnal Keperawatan, 5(1).
Mutiawanthi. (2017, September). Tantangan Role dan Peran yang Dihadapi Oleh Mantan Perawat
II-EPA Setelah Kembali ke Indoneisa. 4(2).
Nunzairina. (2018). Sejarah Pemikiran Psikologi Islam Zakiah Daradjat. Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, 2(1).
Prasojo, D. (2017, Mei). Peran Religiusitas Pada Penderita HIV dan AIDS Yang Mengalami
Depresi. 5(1).
Qomariyah, & dkk. (2017). Keefektifan Pendidikan Kesehatan Oleh Tenaga Kesehatan dan
ODHA Terhadap Pengetahuan HIV/AIDS Siswa SMA. Public Health Perspective
Journal.
Rosita, C. D. (2014, September). PERANAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN BELAJAR MATEMATIKA. 2(2).
Sari, M. D., & Hayati, E. N. (2015, Juli). REGULASI EMOSI PADA PENDERITA HIV/AIDS.
Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1).
Udu Waode dkk. (2014). PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI.