ID Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di Ruma PDF
ID Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di Ruma PDF
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi dan masih merupakan
penyakit endemik di Indonesia. Dari laporan Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran tahun 2006 hingga 2011, demam tifoid selalu menempati peringkat
pertama Morbiditas 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di RSUD Ungaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kejadian
penyakit demam tifoid pada penderita yang dirawat di RSUD Ungaran pada
bulan Juli-September 2012. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
observasional, dengan metode pendekatan kasus-kontrol. Responden pada
penelitian ini berjumlah 50 orang kelompok kasus dan 50 orang kelompok
kontrol. Pengambilan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan
terjadinya demam tifoid adalah jenis kelamin laki-laki dengan nilai p = 0,002, OR
= 3,84, CI 95% =1,61 – 9,161; kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan
dengan nilai p = 0,001, OR = 6,769, CI 95% = 2,447 – 18,726; kebiasaan jajan
atau makan di luar penyediaan rumah dengan nilai p = 0,001, OR = 7,765, CI
95% = 3,135 – 19,231; sumber air bersih yang digunakan untuk minum sehari-
hari dari sumur p = 0,045, OR = 2,253, CI 95% = 1,011 – 5,019. Sedangkan
umur dan tingkat pendidikan responden bukan merupakan faktor risiko demam
tifoid pada penderita yang dirawat di RSUD Ungaran. Bagi instansi terkait,
diharapkan dapat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan
penyakit demam tifoid sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit
demam tifoid.
LATAR BELAKANG
Demam tifoid adalah suatu Besarnya angka pasti kasus
penyakit infeksi sistemik bersifat akut demam tifoid di dunia sangat sulit
pada usus halus yang disebabkan oleh ditentukan karena penyakit ini dikenal
Salmonella enterica serotype typhi mempunyai gejala dengan spektrum
(Salmonella typhi).1,2,3 Demam tifoid klinis yang sangat luas. Data WHO
ditandai dengan gejala demam satu tahun 2003 memperkirakan terdapat
minggu atau lebih disertai gangguan sekitar 17 juta kasus demam tifoid di
pada saluran pencernaan dengan atau seluruh dunia dengan insidensi
tanpa gangguan kesadaran.4,5,6 600.000 kasus kematian tiap tahun.9
Penyakit ini masih sering dijumpai Berdasarkan Profil Kesehatan
secara luas di berbagai negara Indonesia tahun 2009, demam tifoid
berkembang terutama yang terletak di atau paratifoid menempati urutan ke-3
daerah tropis dan subtropik.7,8 dari 10 penyakit terbanyak pasien
1
`
rawat inap di rumah sakit tahun 2009 disease tidak jauh berbeda dengan
yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang penularan melalui air atau water borne
meninggal 1.747 orang dengan Case disease, hanya ada di antaranya yang
Fatality Rate sebesar 1,25%.10 secara langsung berada dalam zat
Sedangkan berdasarkan Profil makanan atau unsur makanan yang
Kesehatan Indonesia tahun 2010 dimakan.14,15,16
demam tifoid atau paratifoid juga Faktor risiko demam tifoid yang
menempati urutan ke-3 dari 10 juga mungkin berperan antara lain
penyakit terbanyak pasien rawat inap sanitasi lingkungan yang buruk (tidak
di rumah sakit tahun 2010 yaitu menggunakan jamban saat buang air
sebanyak 41.081 kasus, yang besar, kualitas sumber air bersih
meninggal 274 orang dengan Case buruk), hygiene perorangan yang
Fatality Rate sebesar 0,67 %.11 buruk (tidak mencuci tangan sebelum
Menurut Riset Kesehatan Dasar makan), mengkonsumsi makanan
Nasional tahun 2007, prevalensi tifoid (sayuran) dalam kondisi mentah dan
klinis nasional sebesar 1,6%. Sedang minum air yang tidak direbus terlebih
prevalensi hasil analisa lanjut ini dahulu.2,17,18,19
sebesar 1,5% yang artinya ada kasus Berdasarkan alasan-alasan di atas,
tifoid 1.500 per 100.000 penduduk peneliti merasa tertarik untuk
Indonesia.12 Tifoid klinis dideteksi di melakukan penelitian di RSUD
Provinsi Jawa Tengah dengan Ungaran mengenai faktor-faktor risiko
prevalensi 1,61 % dan tersebar di apa sajakah yang berhubungan
seluruh Kabupaten atau Kota dengan dengan kejadian demam tifoid pada
prevalensi yang berbeda-beda di penderita yang dirawat di RSUD
setiap tempat. Prevalensi tifoid di Ungaran.
Kabupaten Semarang sebesar 0,8%.13
RSUD Ungaran merupakan salah SUBJEK DAN METODE
satu rumah sakit rujukan bagi Penelitian ini merupakan
penderita tifoid di Kabupaten penelitian analitik dengan desain case-
Semarang. Selain fasilitas rawat jalan, control. Populasi penelitian ini adalah
RSUD Ungaran juga menyediakan pasien baru rawat inap di RSUD
fasilitas rawat inap. Diagnosis demam Ungaran. Sampel terdiri dari sampel
tifoid di RSUD Ungaran ditegakkan kasus dan kontrol. Sampel kasus yaitu
dengan pemeriksaan laboratorium penderita baru yang didiagosis demam
yaitu Uji Widal. Penyakit demam tifoid tifoid dengan tes widal positif yang
selalu menduduki peringkat pertama dirawat di RSUD Ungaran bulan Juli-
Morbiditas 10 Penyakit Terbanyak September 2012. Sedangkan sampel
Rawat Inap RSUD Ungaran dari tahun kontrol yaitu penderita baru yang
2006 - 2011. dirawat di RSUD Ungaran dengan tes
Demam tifoid, faktor risiko widaal negatif pada bulan Juli-
utamanya adalah penanganan September 2012. Jumlah sampel
makanan oleh penjamah makanan sebanyak 100 orang, 50 orang kasus
yang terinfeksi sehingga disebut food dan 50 orang control.
borne disease. Yang dimaksud dengan Variabel terikat adalah kejadian
penyakit bawaan makanan adalah demam tifoid. Variabel bebas terdiri
penyakit umum yang dapat diderita dari jenis kelamin, umur, tingkat
seseorang akibat memakan sesuatu pendidikan, kebiasaan cuci tangan
makanan yang terkontaminasi mikroba sebelum makan, kebiasaan jajan atau
pathogen kecuali keracunan. makan di luar rumah dan sumber air
Sebenarnya kelompok food borne bersih yang biasa digunakan
2
`
demam tifoid pada pasien rawat inap dengan secara langsung dengan
di RSUD Ungaran. makanan dan berpendidikan lebih
Perilaku penjamah makanan rendah dibanding restoran dan
berpengaruh terhadap kontaminasi warung.2
makanan.33 Seorang penjamah
makanan dianjurkan untuk melakukan Hubungan Sumber Air Bersih
perilaku sehat yang berhubungan dengan Kejadian Demam Tifoid
dengan penanganan makanan antara
lain cuci tangan sebelum menjamah Tabel 6. Hubungan Sumber Air Bersih
atau mengolah makanan. Hal ini dengan Kejadian Demam Tifoid
dimaksudkan karena tangan dapat Sumber Kasus Kontrol Jumlah
menjadi media perantara bagi Air Bersih f % f % f %
penularan penyakit infeksi dan kulit, Sumur 2 58 19 38 48 48
dan juga merupakan tempat yang 9
subur untuk perkembangbiakan PDAM 2 42 31 62 52 52
bakteri.29 1
Alat makan merupakan salah satu Jumlah 5 100 50 100 10 10
faktor yang memegang peranan di 0 0 0
dalam menularkan penyakit, sebab p value = 0,045; OR= 2,253(1,011 –
alat makan yang tidak bersih dan 5,019)
mengandung mikroorganisme dapat
menularkan penyakit lewat makanan, Air rumah tangga yang tidak
sehingga proses pencucian alat makan memenuhi kualitas kesehatan
sangat berarti dalam membuang sisa cenderung sebagai sarana
makanan dari peralatan yang penyebaran berbagai penyakit,
menyokong pertumbuhan diantaranya adalah penyakit demam
mikroorganisme dan melepaskan tifoid. Untuk berbagai keperluan hidup,
mikroorganisme yang hidup.32 air bersih harus memenuhi beberapa
Pedagang kaki lima atau syarat baik syarat fisik maupun syarat
pedagang di warung-warung tenda bakteriologis.34
biasanya mencuci alat-alat makan Dalam penelitian ini, hasil analisis
dengan ala kadarnya. Mereka bivariat memperlihatkan ada hubungan
seringkali tidak menggunakan sabun yang bermakna secara statistik
dan air mengalir. Bahkan, pedagang dengan kejadian demam tifoid dengan
tersebut sering didapati hanya nilai OR 2,253 (p-value=0,045). Berarti
menggunakan air yang ditampung di orang yang memiliki sumber air bersih
dalam ember untuk mencuci alat dari sumur (bukan dari penyediaan
makan dan air bilasan tersebut PDAM) mempunyai risiko terkena
digunakan berulang kali tanpa diganti. penyakit demam tifoid sebesar 2,253
Sejalan dengan hasil penelitian ini, kali dibandingkan dengan orang yang
Volard et all mengatakan makanan di rumahnya memiliki penyediaan air
yang didapat dari pedagang makanan bersih dari PDAM.
pinggir jalan berhubungan signifikan Sebanding dengan hasil penelitian
dengan penularan demam tifoid ini, menemukan bahwa mengkonsumsi
(OR=3,34) dan juga dalam studinya air non PDAM untuk keperluan sehari-
yang lain menemukan bahwa hari akan meningkatkan peluang
pedagang makanan atau minuman terkena demam tifoid (OR=29,18 95%
kaki lima atau keliling lebih sering tidak CI: 2,12<OR<400,8) dibandingkan
mencuci tangan sebelum dengan mengkonsumsi air PDAM.28
mempersiapkan makanan, kontak
7
`
8
`
9
`
25. Girou, E., Loyeau, S., Legrand, P., Jenderal Pemberantasan Penyakit
Oppein, F., Buisson, CB., 2002, Menular dan Penyehatan
Efficacy of Handrubbing with Lingkungan. Jakarta.2004.
anAlcohol Based Solution versus 34. Enjang, I. Ilmu Kesehatan
Standard Handwashing with Masyarakat. Bandung : Citra
Antiseptic Soap: randomised Aditya; 2000.
clinical trial. BMJ 325: 362-5. 35. Machfoed, I. Menjaga Kesehatan
26. Rakhman A, Humardewayanti R, Rumah Dari Berbagai Penyakit.
Pramono D. Faktor – Faktor Yogyakarta : Fitramaya: 2004.
Risiko Yang Berpengaruh 36. Centers for Disease Control and
Terhadap Kejadian Demam Tifoid Prevention, Salmonella and
Pada Orang Dewasa. Berita drinking water from private wells.
Kedokteraan Masyarakat. 2009; Healthy water, Department of
25(4):167-175. Health and Human Services,
27. Santoso YD, Kushadiwijaya H, 2003:1-2.
Loehoeri S. Faktor Risiko
Kejadian Demam Tifoid di
Kabupaten Purworejo. Berita
Kedokteraan Masyarakat. 2006;
22(4):180-189.
28. Gassem M, Dolmans MWV, M K,
Djokomoeljanto R. Poor Food
Hygiene And Housing Risk Factor
For Typhoid Fever In Semarang,
Indonesia. Tropical Medicine and
International Health. 2001;6:484-
490.
29. Purnawijayanti, Hasinta A.
Sanitasi Higiene dan Keselamatan
Kerja dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisisus; 2001.
30. Thaheer, Hermawan. 2005,
Sistem Manajemen HACCP
(Hazard Analysis Critical Control
Point), PT. Bumi Aksara, Jakarta.
31. Susanna, Dewi dan Budi Hartono.
2003, ‘Pemantauan Kualitas
Makanan Ketoprak dan Gado-
Gado di Lingkungan Kampus UI
Depok Melalui Pemeriksaan
Bakteriologis’ Makara Seri
Kesehatan 7(1) : 21-29.
32. Adam M, Moetarjemi Y, Dasar-
dasar keamanan makanan untuk
petugas kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 2004.
33. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Higiene sanitasi
makanan dan minuman. Direktorat
10