Anda di halaman 1dari 25

1

BAB V

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Observasi atau pengukuran variabel dilakukan pada waktu
yang bersamaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko
penyakit Hipertensi pada masyarakat wilayah kerja Puskemas 1 Cilongok.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
a. Populasi Target
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok
b. Populasi Terjangkau
Masyarakat di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok.

2. Sampel
a. Kriteria dan Ekslusi
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan kriteria-
kriteria berikut:
i. Kriteria Inklusi
a) Tinggal di desa Karangtengah Kecamatan Cilongok

b) Dapat berkomunikasi secara verbal


c) Usia Produktif >18 tahun
d) Bersedia menjadi respon
ii. Kriteria Ekslusi
a) Tidak bersedia menjadi responden
b) Memiliki riwayat hipertensi sekunder
b. Besar Sampel

+3
2

+3

Keterangan :
n : besar sampel
α : kesalahan tipe I ditetapkan 5%
Zα : 1,96
β : kesalahan tipe II ditetapkan 10%
Zβ : 1,64
r : koefisien korelasi minimal yang dianggap bermaksa ditetapkan 0,5
Berdasarkan perhitungan sampel diatas maka besar sampel minimal
untuk penelitian ini adalah 38 orang.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian menggunakan non probablity sampling
dengan teknik total sampling
C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Riwayat Keluarga, Obesitas, Makan Asin/ Asupan


garam, Makanan tinggi lemak, Merokok, Stress,
Aktivitas Fisik.

2. Variabel terikat : Kejadian hipertensi

D. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Jenis dan


. Skala
Data
Riwayat Data riwayat penyakit hipertensi dalam Kuesioner Kategorik
3. Keluarga keluarga diperoleh dari kuesioner. Faktor- nominal
Keluarga yang dimaksud yaitu antara Faktor
lain orang tua, saudara kandung, nenek, Risiko
dan kakek. Hipertensi
Hasil interpretasi:
a. Ada riwayat hipertensi dalam
keluarga
b. Tidak ada riwayat hipertensi dalam
keluarga
3

4. Obesitas Kondisi dimana seseorang memiliki IMT Timbangan Kategorik


≥ 25,0. IMT diukur dengan rumus berat dan midline nominal
badan (kg) dibagi kuadrat dari tinggi
badan (meter). Dikategorikan menjadi :
a. Obesitas (IMT ≥ 25,0)
b. Tidak obesitas (IMT < 25,0)
5. Makanan Kebiasaan makan makanan asin atau Kuesioner Kategorik
asin/ asupan banyak mengandung garam yang Faktor- ordinal
garam dilakukan sehari-hari dalam periode Faktor
waktu tertentu. Makanan asin misalnya Risiko
telor asin, kecap asin, sayur asin, kripik Hipertensi
kentang, keju, daging kaleng, saos
tomat, saos cabai (Kemenkes, 2014).
Hasil interpretasi:
a. Sering, jika makan makanan asin
3-6 kali perminggu atau 1x/hari
atau>1x/hari
b. Kadang,jika makan makanan asin
1-2 kali perminggu
c. Jarang, jika makan makanan asin
belum tentu satu minggu sekali
8. Makanan Kebiasaan makan atau minum yang Kuesioner Kategorik
tinggi lemak mengandung lemak jenuh seperti Faktor- ordinal
daging, jeroan, (daging atau jerohan Faktor
dari binatang berkaki empat), telur, Risiko
susu dan lain-lain yang dilakukan Hipertensi
sehari-hari dalam periode waktu
tertentu.
Hasil interpretasi:
a. Sering, jika makan/minum yang
mengandung lemak jenuh 3-6 kali
perminggu atau 1x/hari
atau>1x/hari
b. Kadang, jika makan/minum yang
mengandung lemak jenuh1-2 kali
perminggu
c. Jarang, Jika makan/minum yang
mengandung lemak jenuh belum
tentu satu minggu sekali
7. Kebiasaan Perilaku menghisap batang rokok atau Indeks Kategorik
Merokok menghirup asap rokok yang dibakar Brinkman ordinal
dan atau pernah merokok dalam sehari- dalam
hari. Kuesioner
Rumus Indeks Brinkman = jumlah rata- Faktor-
rata rokok yang dihisap sehari (batang) Faktor
x lama merokok (tahun) Risiko
Hasil interpretasi: Hipertensi
a. Perokok Berat (Indeks Brinkman ≥
4

600)
b. Perokok Sedang (Indeks Brinkman
200-599)
c. Perokok Ringan (Indeks Brinkman
1-199)
d. Perokok Pasif (ada perokok aktif di
lingkungan rumah atau tempat kerja)
e. Bukan Perokok Pasif/Aktif
8. Aktivitas Aktivitas fisik adalah intensitas Kuesioner Kategorik
Fisik kegiatan/gerakan otot yan dilakukan Faktor- Ordinal
sehari-hari untuk membakar energi dan Faktor
dijumlahkan dalam satuan METs sesuai Risiko
standar IPAQ. Hipertensi
Hasil interpretasi:
a. Rendah: <600 METs/ menit/
minggu
b. Sedang: 600-3000 METs/ menit/
minggu
c. Tinggi: > 3000 METs/ menit/
minggu
9. Stres Stress dinilai dari keadaaan psikis Kuesioner Kategorik
seseorang. Dinilai menggunakan Faktor- nominal
kuisioner khusus yang mengkaji tingkat Faktor
stress, yaitu Depression Anxiety Stress Risiko
Scale (DASS). Hipertensi
Hasil interpretasi:
a. Stres, jika skor ≥14 untuk
perempuan dan ≥12 untuk laki-laki
b. Tidak stres, jika skor <14 untuk
perempuan dan <12 untuk laki-laki

E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen berupa kuesioner
yang disertai lembar persetujuan penelitian (Informed Consent), tensimeter,
timbangan berat badan, midline.
a) Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, yang mana responden (dalam hal angket) dan
interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner
5

dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan mengenai faktor faktor


yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.
b) Sphygmomanometer atau tensimeter
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan Sphygmomanometer atau tensimeter jarum yang
mempunyai ketelitian millimeter (mmHg). Adapun prosedurnya
adalah :
1) Melingkarkan manset alat pengukuran pada lengan bagian atas
pasien.
2) Menempelkan stetoskop pada arteri tepat dibawah manset
tersebut.
3) Memompa manset sehingga menggelembung dan memblokade
aliran darah melalui arteri, sehingga pulsa pada lengan tidak
terasa lagi.
4) Melepaskan udara dari manset.
5) Mencatat tekanan darah dimana detak jantung terdengar pertama
kali yang disebut tekanan sistolik dan dimana bunyi menghilang
yang disebut tekanan diastolik.
c) Timbangan injak dan midline
Timbangan injak dan midline ini digunakan untuk mengukur berat
badan dan tinggi badan responden guna menghitung Index Massa
Tubuh (IMT).
2. Teknik Pengambilan Data
a) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face). Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin atau wawancara yang dilakukan dengan pedoman-pedoman
berupa kuesioner. Pedoman dalam kuesioner disusun dari variabel-
variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara umur penderita, jenis kelamin, obesitas,
konsumsi garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan riwayat
keluarga yang menderita hipertensi dengan kejadian hipertensi
b) Pemeriksaan Tekanan Darah
6

Pemeriksaaan tekanan darah digunakan untuk mengetahui data


mengenai status hipertensi pada responden yang melakukan
pemeriksaan rutin di Puskesmas I Cilongok Banyumas.
c) Pengukuran berat badan dan tingi badan
Untuk mengetahui data mengenai status obesitas dilakukan dengan cara
perhitungan antara berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (m)
dikuadratkan, sehingga didapatkan Index Massa Tubuh (IMT)
responden yang melakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas I Cilongok
Banyumas.

F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik
responden. Masing-masing variabel penelitian dideskripsikan sebagai data
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas
dan variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Data yang tidak
memenuhi syarat uji Chi Square, maka analisis dilakukan dengan
menggunakan uji alternatif Fisher Exact Test.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi berganda. Uji ini
digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel bebas dengan
variabel terikat. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari odd ratio.

G. Tata Urutan Kerja


1. Tahap persiapan
a. Studi pendahuluan di Puskesmas I Cilongok
b. Analisis situasi.
c. Identifikasi dan analisis penyebab masalah.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mencatat dan menentukan nama responden.
b. Pengambilan data primer.
c. Tahap pengolahan dan analisis data.
d. Menyusun alternatif pemecahan masalah sesuai hasil pengolahan data.
e. Melakukan pemecahan masalah.
f. Menyusun laporan CHA.
7

H. Waktu dan Tempat


Kegiatan dilaksanakan pada:
Tanggal : 15 April 2019
Tempat : Polindes Karangtengah
8

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Analisis Univariat
Tabel 6.1. Hasil analisis univariat
Frekuensi (n) Presentase (%)
Tekanan darah Hipertensi 27 65.9
Tidak hipertensi 14 34.1
Jenis kelamin Perempuan 41 100
Laki-laki 0 0
Usia 20-40 8 19.5
41-60 20 48.8
61-80 14 31.7
Konsumsi garam/ Jarang 7 17.1
makanan asin Kadang 14 34.1
Sering 20 48.8
Konsumsi makanan Jarang 11 26.8
Berlemak Kadang 10 24.4
Sering 20 48.8
Merokok Ya 1 2.4
Tidak 40 97.6
Stres Ya 37 90.2
Tidak 4 9.8
Aktivitas Sedang 35 85.4
Berat 6 14.6
Obesitas Ya 17 41.5
Tidak 24 58.5
Riwayat keluarga Ya 15 36.6
Hipertensi Tidak 26 63.4

Berdasarkan Tabel 6.1, didapatkan bahwa 41 responden (100%)


berjenis kelamin perempuan dan 27 responden (65.9%) diantaranya
mengalami hipertensi serta 14 responden tidak hipertensi (34.1%).Usia
responden berada dalam rentang pada 20-40 tahun sebanyak 8 responden
(19.5%), 41-60 tahun sebanyak 20 responden (48.8%) dan 61-80 tahun
sebanyak 14 responden (31.7%).
Responden yang memiliki kebiasaan memakan makanan
garam/makanan asin dikelompokkan menjadi jarang sebanyak 7 responden
(17.1%), kadang sebanyak 14 responden (34,1%) dan sering sebanyak 20
responden (48.8%). Sedangkan konsumsi makanan berlemak
9

dikelompokkan menjadi jarang sebanyak 11 responden (26.8%), kadang


sebanyak 10 responden (24.4%) dan sering sebanyak 20 responden (48.8%).
Riwayat merokok pada responden didapatkan sebanyak 1 responden
(2.4%) mengaku merokok sedangkan 40 responden (97.6%) lainnya
mengaku tidak merokok. Tingkat stres yang diukur sebanyak 37 responden
(90.2%) termasuk dalam kelompok stres dan 4 responden (9.8%) termasuk
dalam kelompok tidak stres.
Aktivitas fisik dikelompokan menjadi aktivitas fisik sedang sebanyak
35 responden (85.4%) dan aktivitas berat sebanyak 6 responden (14.6%).
Sebanyak 17 responden (41.5%) mengalami obesitas dan 24 responden
(58.5%) lainnya tidak obesitas. Riwayat keluarga hipertensi sebanyak 15
responden (36.6%) mengaku memiliki kerabat yang mengalami hipertensi
dan 26 responden (63.4%) lainnya menyangkal adanya riwayat hipertensi
pada keluarga.
2. Analisis Bivariat
Tabel 6.2 Analisis bivariat

Hipertensi
Ya Tidak Nilai Ket
P
N % N %
Usia 20-40 5 12,1 3 7,3
Tahun
41-60 12 29,2 8 19,5 0,59
Tahun
61-80 10 24,3 3 7,3
Tahun
Makanan Asin Jarang 4 9,7 3 7,3
Kadang 5 12,1 9 21,9 0,004 Signifikan
Sering 18 43,9 2 4,8
Makanan Jarang 7 17 4 9,7
Lemak Kadang 9 21,9 1 2,4 0,16
Sering 11 26,8 9 21,9
Merokok Ya 1 2,4 0 0 0,46
Tidak 26 63,4 14 34,1
Stress Ya 26 63,4 11 26,8 0,07
Tidak 1 2,4 3 7,3
Aktivitas Fisik Sedang 24 59,5 11 26,8 0,37
Berat 3 7,3 3 7,3
Obesitas Ya 11 26,8 6 14,6 0,89
Tidak 16 39 8 19,5
10

Riwayat Ya 12 29,2 14 34,1 0,14


Keluarga
Tidak 3 7,3 11 26,8

Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian adalah Uji Chi-square


untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Berdasarkan Tabel dari 8 variabel yang diteliti ada variabel yang memiliki
hasil yang bermakna (bermakna jika nilai p < 0,05). Variabel yang bermakna
berdasarkan analisis data adalah makanan asin (0,004). Variabel lainnya,
tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap faktor risiko hipertensi
dikarenakan memiliki nilai p > 0,05.

B. Pembahasan
Penelitian ini meneliti mengenai hubungan hipertensi dengan faktor resiko
hipertensi berupa usia, riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi makanan berlemak, dan stress di wilayah
kerja Puskesmas 1 Cilongok khususnya di desa Karangtengah. Hipotesis yang
diajukan yaitu terdapat hubungan hipertensi dengan faktor resiko usia, riwayat
keluarga, obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi makanan berlemak, dan stress. Hasil analisis menunjukkan terdapat
hubungan antara kejadian hipertensi dengan konsumsi garam, dan tidak
terdapat hubungan antara kejadian hipertensi dengan usia, riwayat keluarga,
obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi makanan berlemak, dan
stres.
1. Usia
Pada penelitian ini didapatkan pasien yang menderita hipertensi pada
usia 20-40 tahun sebanyak 5 orang, dan pada pasien usia >40 tahun
sebanyak 22 orang artinya semakin tua umur semakin berisiko menderita
hipertensi. Pengujian terhadap data yang diperoleh memenuhi syarat uji chi-
square dengan hasil uji statistik p = 0,591 dengan demikian nilai p lebih
besar dari α (α = 0,05). Jadi, hasil penelitian ini secara statistik
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
hipertensi dengan usia. Hal ini sesuai dengan Depkes RI yaitu tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi sempit dan
11

dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah


meningkatnya tekanan darah sistolik. Dengan meningkatnya umur
didapatkan kenaikan tekanan darah diastol rata-rata walaupun tidak begitu
nyata juga terjadi kenaikan angka prevalensi hipertensi tiap kenaikan
kelompok dekade umur (Sartik, 2017).
2. Riwayat keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi p = 0.147 di desa
Kaangtengah wilayah kerja Puskesmas I Cilongok. Hasil penelitian ini
menunjukkan responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tidak
beresiko mengalami hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor
riwayat keluarga kurang memiliki peran penting sebagai faktor pendukung
terjadinya hipertensi.
Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
Malonda et al. (2012), menunjukan bahwa tidak ada pengaruh riwayat
keluarga dengan terjadinya hipertensi, dengan nilai p=0,254 (p>0,05).
Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi pola makan atau kebiasaan
makan anggota keluarga yang satu dengan yang lain, terutama dalam
memilih menu dan cara pengolahan makanan.
3. Konsumsi makanan asin/asupan garam
Berdasarkan hasil uji statistic, didapatkan p= 0.004 menunjukan
terdapat hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi. Natrium merupakan satu-satunya elemen yang biasa
dikonsumsi dalam bentuk garam dapur (Jauhari, 2013). Ginjal akan
menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium dan sebaliknya saat kadar
natrium tinggi, ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium melalui urin.
apabila fungsi ginjal tidak optimal, kelebihan natrium tidak bisa dibuang
dan menumpuk di dalam darah. Volume cairan tubuh akan meningkat dan
membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa
darah, tekanan darah pun akhirnya meningkat (Yulistiana, 2017).

4. Konsumsi makanan berlemak


Berdasarkan hasil uji statistic, didapatkan p= 0.160 menunjukan
terdapat tidak hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi. Berdasarkan teori diet tinggi lemak akan mengakibatkan
12

seseorang dengan masa lemak berlebih, dalam istilah medis diartikan


sebagai dislipidemia. Kejadian dislipidemia sangat erat hubungan nya
dengan kejadian hipertensi. Hipertensi dan dislipidemia adalah faktor risiko
pada kejadian penyakit kardiovaskular. Satu penjelasan yang mungkin
dalam hal ini adalah bahwa hipertensi dan dislipidemia memiliki etiologi
patofisiologis yang sama, seperti obesitas dan disregulasi yang dihasilkan
dari pelepasan adipositokin dari jaringan adiposa. Lebih lanjut, dislipidemia
berdampak buruk pada sifat arteri secara fungsional dan struktural dan dapat
meningkatkan proses pembentukan aterosklerosis. Perubahan ini dapat
merusak regulasi tekanan darah (Otsuka, et al, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Marques (2018) pada 228 subjek
wanita menunjukan bahwa 20% wanita dengan hipertensi memiliki kadar
LDL yang tinggi. Kadar LDL yang tinggi merupakan salah satu faktor
terjadinya aterosklerois. Dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan
adalah meningkatnya tekanan darah.
5. Merokok
Berdasarkan hasil uji statistic, didapatkan p= 0.466 menunjukan
terdapat tidak hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi. Peran penting dalam prognosis komplikasi dan tingginya angka
mortalitas pada pasien dengan hipertensi dapat dilihat dari faktor risiko. Di
antara faktor risiko yang paling signifikan saat ini adalah merokok
(Gagarinova, 2016). Rokok mengandung lebih dari 4000 zat beracun
berbahaya, dua diantaranya ada nikotin dan karbon monoksida, kedua zat
tersebut memberikan efek toksik pada jantung dan pembuluh darah. Nikotin
merusak sistem kardiovaskular akut dengan mekanisme pengikatan reseptor
dan menghasilkan efek simpato adrenal yang kuat sehingga akan
meningkatkan tekanan darah. Selain itu, penggunaan nikotin yang berulang
akan mengakibatkan peningkatan toleransi sebagai akibat dari nikotin-
receptor binding. Dengan proses ini nikotin menyebabkan tingkat
kecanduan dan stimulasi sistem saraf simpatis secara terus menerus,
peningkatan pelepasan katekolamin dan peningkatan viskositas darah
(Leone, 2015).
Merokok merupakan salah satu penyebab utama hipertensi dan infark
miokard yang dapat dicegah, yang berarti bahwa penyakit-penyakit ini dapat
13

dikendalikan sebagian besar dengan berhenti merokok. Banyak bukti telah


membuktikan bahwa merokok dikaitkan dengan beberapa gejala sistem
pernapasan. Beberapa penelitian yang dilakukan kepada pekerja pria
menunjukan bahwa tingkat hipertensi pada pekerja pria berbanding lurus
dengan tingkat merokok. Pekerja pria yang memiliki kebiasaan meroko
cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan
pekerja pria tanpa merokok. Selain itu, penelitian lain tehadap ibu hamil
yang merokok cenderung memiliki tekanan darah tinggi (Gao et al., 2017).
6. Stres
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p= 0, 070 menunjukan
tidak terdapat hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi.
Pada penelitian (Arifin) menunjukan terdapat hubungan antar stress dengan
kejadian hipertensi, karena stress juga dapat merangsang ginjal melepaskan
hormone adrenalin, yang menyebabkan tekanan darah naik dan
meningkatkan kekentalan darah. Hormon adrenalin berperan dalam
mempercepat denyut jantung serta berpengaruh pada penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya jantung akan berdenyut lebih kuat sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah. penelitian Syaifuddin (2006) dan
Sutanto (2010) yang menyatakan hubungan antara stress dengan hipertensi
diakibatkan melalui aktivitas saraf simpatis sehingga terjadi kenaikan
denyut jantung, penyempitkan pembuluh darah, dan peningkatkan retensi air
dan garam.
7. Aktivitas fisik
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p= 0, 375 menunjukan tidak
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.
Pada penelitian yang lain oleh Yuliana, di Rumah Sakit Daerah Cepu, ia
menemukan bahwa orang yang tidak biasa melakukan aktivitas fisik
memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73 kali dibanding orang yang
aktif melakukan aktivitas fisik. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah
bukan hanya disebabkan berkurangnya berat badan, tetapi juga disebabkan
bagaimana tekanan darah tersebut dihasilkan. Tekanan darah ditentukan oleh
dua hal yaitu jumlah darah yang dipompakan jantung per detik dan
hambatan yang dihadapi darah dalam melakukan tugasnya melalui arteri.
Olahraga dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang
14

baru dan jalan darah yang baru. Dengan demikian hal yang menghambat
pengaliran darah dapat dihindarkan atau dikurangi, yang berarti menurunkan
tekanan darah. Walaupun kesanggupan jantung untuk melakukan
pekerjaannya bertambah melalui olahraga, pengaruh dari berkurangnya
hambatan (Sartik, 2017). Pengaruh olahraga dalam jangka panjang sekitar
empat sampai enam bulan dapat menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/5,8
mmHg tanpa menggunakan obat hipertensi (Arifin, 2016).
8. Obesitas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,578>0,05) di desa
Kaangtengah wilayah kerja Puskesmas I Cilongok. Hasil penelitian ini
menunjukkan faktor obesitas kurang memiliki peran penting sebagai faktor
pendukung terjadinya hipertensi. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kembuan et al. (2016) di Touluaan
Kabupaten Minahasa Tenggara memperoleh hasil bahwa obesitas
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi 3,4x daripada
responden yang tidak mengalami obesitas.

BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Desa Kaangtengah di wilayah
kerja Puskesmas I Cilongok adalah faktor konsumsi garam/makanan asin. Hal
ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pola makan terutama konsumsi
garam yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Dari
15

faktor risiko tersebut dapat dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah.


Pemecahan masalah kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
adalah sebagai berikut:
1. Penyuluhan dan pelatihan kader tentang hipertensi terutama penyebab
hipertensi, tanda dan gejala dan pencegahannya. Penyuluhan diberikan
dengan cara diskusi interaktif dengan menggunakan powerpoint.
2. Pemasangan leaflet tentang hipertensi
3. Konseling tentang hipertensi
B. Penentuan Alternatif Terpilih
Adanya berbagai keterbatasan meliputi tenaga sarana dana dan waktu
sehingga perlu dilakukan pemilihan prioritas alternative pemecahan masalah.
Metode RINKE merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
memilih prioritas masalah. Metode tersebut menggunakan 2 kriteria yaitu
efektivitas dan efisiensi jalan keluar.\
Kriteria efektivitas terdiri dari pertmbangan mengenai besarnya masalah
yang dapat diatasi (magnitude), kelanggengan selesainya malah (importancy),
dan kecepatan penyelesaian masalah (vulnerability). Efisiensi dikaitkan dengan
jumlah biaya (cost) yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Penentuan
skoring kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.1 dan Tabel 7.2.

Tabel 7.1.Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar


Skor M I V C
(besarnya (kelanggengan (kecepatan (jumlah biaya
masalah yang selesainya penyelesaian yang diperlukan
dapat diatasi) masalah) masalah) untuk
menyelesaikan
masalah
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat
2 Kecil Tidaklanggeng
langgeng Lambat murah
Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat
16

Prioritas pemecahan masalah pada kejadian hipertensi di Desa Kaangtengah


wilayah kerja Puskesmas I Cilongok dengan menggunakan metode RINKE adalah
sebagai berikut:
Tabel 7.2 Prioritas pemecahan masalah metode RINKE
No Daftar Alternatif Efektivitas Efisiensi M.I.V Urutan
Jalan Keluar M I V C C Prioritas
Masalah
1 Penyuluhan dan 4 3 3 2 18 1
pelatihan kader
2 Pemasangan poster 3 3 2 3 6 2
hipertensi
3 Konseling hipertensi 2 3 2 4 3 3
17

BAB VIII

RENCANA KEGIATAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Infodatin, 2014). Tingkat prevalensi hipertensi diketahui
meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung
lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau
masyarakat yang tidak bekerja (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
hipertensi sebanyak 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74%
dan 63,8% pada usia ≥75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016). Data kasus
hipertensi dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah menunjukkan jumlah kasus
hipertensi pada 2017 mencapai 1.033.345 jiwa.
Puskesmas 1 Cilongok merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas. Wilayah Puskesmas 1 Cilongok secara administratif kerja
Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang berada di Kecamatan
Cilongok, yaitu Desa Cilongok, Cikidang, Gunung lurah, Karanglo, Kalisari,
Kaangtengah, Pernasidi, Panembangan, Rancamaya, Sambirata dan
Sokawera dengan luas wilayah kurang lebih sebesar 62,13 Ha. Selama tahun
2018, angka kejadian hipertensi sebanyak 2.796 kasus.
Pengetahuan hipertensi diperlukan kader agar mengetahu gejala-gejala
hipertensi, serta faktor risiko terjadinya hipertensi. Penyuluhan dan pelatihan
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan kader tentang hipertensi.
Setelah diberi penyuluhan dan pelatihan, diharapkan kader dapat berperan aktif
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat terutama mengenai hipertensi.

B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan kader tentang hipertensi.
2. Meningkatkan pengetahuan kader tentang gejala hipertensi
18

3. Meningkatkan pengetahuan kader tentang faktor risiko hipertensi


4. Menekan dan mengendalikan angka kejadian hipertensi di Desa
Kaangtengah, di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok.

C. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dan pelatihan kader tentang hipertensi. Penyuluhan dan
pelatihan diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media powerpoint
dan diadakan pre dan post test berkaitan dengan hipertensi dan pemberian
leaflet.

D. Sasaran
Kader kesehatan masyarakat di desa Kaangtengah pada tanggal 15 April
2019.

E. Pelaksanaan
1. Personil
a. Kepala Puskesmas : dr. Teguh Ariyanto
b. Bidan Desa : bd. Nur Wiji
b. Pelaksana : Frida Fauziyah
Anisa Aolina Rahayu
Yayan Ruhdiyanto
2. Waktu dan Tempat
a. Hari : Senin
b. Tanggal : 15 April 2019
c. Tempat : PKD Desa Karang
d. Waktu : 09.00 WIB – selesai

F. Rencana Anggaran
Konsumsi : 25 x Rp 5.000 = Rp 75.000
Hadiah : 10 x Rp 6.000 = Rp 60.000
Print Soal : 50 x Rp 500 = Rp 25.000
19

Total = Rp 160.000

G. Rencana Evaluasi Kegiatan


1. Input
a. Sasaran
Sasaran adalah kader kesehatan masyarakat Desa Karangtengah pada hari
Senin, 15 April 2018.
b. Sumber Daya
Pelaksana sekaligus pembuat powerpoint dan leaflet.
2. Proses
a. Keberlangsungan kegiatan
Evaluasi keberlangsungan kegiatan meliputi tersedianya
powerpoint, proyektor, pelaksana, serta antusiasme kader yang dinilai
dari ketertarikannya dalam menerima materi, keaktifannya dalam
bertanya saat diberikan penyuluhan, serta terdapat peningkatan
pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan. Materi disampaikan dalam
bentuk powerpoint yang meliputi definisi, klasifikasi, gejala, faktor
risiko, dan cara pencegahan hipertensi.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari ketepatan
tanggal, waktu, serta alokasi waktu pada saat berlangsungnya kegiatan.
Kegiatan direncanakan berlangsung pada hari Senin, 15 April 2019
pukul 09.00 WIB di Polindes Karangtengah. Adapun alokasi waktu serta
rincian kegiatan yang akan dilakukan dicantumkan dalam Tabel 8.1

Tabel 8.1 Jadwal Kegiatan

Jam Alokasi Kegiatan

09.00-09.30 30 menit Persiapan pelaksana


09.30-09.35 5 menit Ice breaking
09.35-09.45 10 menit Diskusi singkat mengenai
pengetahuan hipertensi kader
20

09.45-10.15 30 menit Penyuluhan kepada kader


10.15-10.25 10 menit Post test

3. Output
Seratus persen kader yang mengikuti penyuluhan dapat menjawab
pertanyaan post test yang diajukan pelaksana setelah penyuluhan selesai.
21

BAB IX
PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. Pelaksanaan

Penyuluhan yang dilakukan diharapkan dapat mengatasi masalah-


masalah yang berhubungan dengan hipertensi pada warga terkait faktor risiko
makanan asin yang menjadi faktor risiko utama terhadap kejadian hipertensi
di desa Kaangtengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap Persiapan
1) Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan kepada Kepala Puskesmas I
Cilongok atau yang mewakili, bidan desa, serta kader di Desa
Kaangtengah

2) Materi
Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan berupa materi
mengenai pengetahuan hipertensi seperti definisi, faktor resiko,
penyebab, gejala serta pencegahannya.

3) Sarana
Sarana yang digunakan yaitu media power point dan proyektor

b. Tahap Pelaksanaan
1) Judul Kegiatan
“Penyuluhan Hipertensi pada Kader di Desa Kaangtengah”
2) Waktu
Penyuluhan dilaksanakan Senin, 15 April 2019 pada Pukul 09.00 s.d.
selesei WIB.

3) Tempat
Polindes Desa Kaangtengah Kecamatan Cilongok
22

4) Penanggung Jawab
a) dr. Yenni Apriana W. M.PH selaku Pembimbing Fakultas
b) dr. Nurul Eka Santi selaku Pembimbing Lapangan Puskesmas I
Cilongok
5) Pelaksana
Yayan Ruhdiyanto
Anisa Aolina Rahayu
Frida Fauziyah
6) Peserta
Kader dan Bidan Desa Kaangtengah
7) Penyampaian Materi
Penyuluhan materi pengetahuan tentang hipertensi diberikan pada
Kader Desa Karangtengah yang hadir di Polindes Desa
Karangtengah

B. Evaluasi

BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
23

A. Kesimpulan
1. Hasil analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di
wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan masalah yang dijadikan prioritas.
1. Faktor resiko konsumsi garam berlebih/ makanan asin terbukti secara
statistik sebagai faktor resiko hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1
Cilongok
2. Faktor risiko seperti usia, riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik,
merokok, stress, konsumsi makanan tinggi lemak tidak terbukti secara
statistik sebagai faktor hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok
3. Faktor pengetahuan ibu merupakan faktor risiko utama sehingga dipilih
sebagai prioritas masalah yang akan dipecahkan.
4. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu melakukan penyuluhan
dan pembagian leaflet mengenai penyakit hipertensi dalam kaitannya
untuk mewaspadai penyakit ini di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok
5. Penyuluhan dan pembagian leaflet di Polindes Karangtengah pada hari
Senin, 14 April 2019 pukul 09.00 dengan kader Desa Karangtengah,
didapatkan peningkatan pengetahuan ibu signifikan secara statistik setelah
penyuluhan dan pembagian leaflet.
B. Saran
1. Dapat dilakukan penyuluhan berkala mengenai penyakit hipertensi untuk
mencegah anggota keluarga terkena hipertensi, karena hipertensi bias
dicegah sejak dini
2. Meningkatkan kerja sama antar program di puskesmas seperti P2M dalam
penemuan hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok.
24

DAFTAR PUSTAKA

Andria, K.M. 2013. Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia
Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukokilo Kota Surabaya. Jurnal
Promkes, Vol.1, No.2.
Arifin, M.H.B.M., Weta, I.W. & Ratnawati, N.L.K.A. 2016. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal
Medika, 5(7).
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dinkes, Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Semarang:
Dinkes Jateng.
Jauhari Ahmad, 2013. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta: Jaya Ilmu
Kembuan, YI . 2016. Hubungan Hubungan Obesitas Dengan Penyakit Hipertensi
Pada Pasien Poliklinik Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa
Tenggara. Tesis. FKM Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Kemenkes, RI. 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Hipertensi. Jakarta.
Kemenkes, RI. 2016. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Hipertensi. Jakarta.
Malonda. 2012). Analisis aktivitas ringan sebagai faktor risiko terjadinya obesitas
pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Manado. Skripsi.
Manado: Universitas Sam Ratulangi FakultasKesehatan Masyarakat.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sartik, Tjekyan, R. S. dan Zulkarnain, M. 2017. Faktor-Faktor Risiko dan Angka
Kejadian Hipertensi Pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8:180–191.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : CV.
Andi Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan
Ed-3. Monica Ester, editor. Jakarta: EGC.
25

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Ed-3.


Monica Ester, editor. Jakarta: EGC.
Tarigan, Almina Rospitaria., Lubis, Zulhaida., Syarifah, et al. 2018. Pengaruh
Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016,” Jurnal Kesehatan,
11(1):9–17.
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya
Stroke. Majority Vol. 5 No. 3.
Yulistina, F., Deliana, S. M. dan Rustiana, E. R. 2017. Korelasi Asupan Makanan,
Stres, Dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Usia Menopause.
Unnes Journal of Public Health, 6(1):35.

Anda mungkin juga menyukai