Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ketik praktikum Oseanografi
ini untuk memenuhi tugas praktikum lapang Oseanografi Jurusan Geografi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Serta Asisten
praktikum mata kuliah Oseanografi, yang telah membantu menyiapkan dan
memberikan masukan dalam menyusun laporan ini. Akhirnya dengan segala
keterbatasan serta pengetahuan, kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan
masukan dalam menyempurnakan kekurangan kami di masa yang akan datang dan
semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, 25 Desember 2017

Penyusu

Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang
mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang
murni, tetapi merupakan perpaduan dari berbagai macam-macam ilmu dasar yang
lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu
bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati
(biology) dan ilmu iklim (meteorology) (Hutabarat dan Evans, 1985).
Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai
dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan
biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya
yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan
manusia (Romimohtarto, 2001).
Seperti halnya bentuk muka bumi, di daratan yang beraneka ragam bentuk
muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak
seruncing dan sekasar di daratan. Keadan ini akibat dari erosi dan penguapan dari
air laut (Gentur, 2011).
Ilmu yang mempelajari laut atau lautan disebut Oceanografi. Objek yang
dipelajarinya adalah mengenai keadaan fisik air laut tersebut, arus, gelombang,
kedalaman, serta pasang naik dan pasang surut. Samudra adalah bentangan air asin
yang menutupi cekungan yang sangat luas, sedangkan laut adalah merupakan
bagian dari samudra. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air samudra meliputi
sekitar 70%. Penyebarannya tidak merata di antara belahan bumi utara dan selatan.
Belahan bumi utara 60% terdiri atas air permukaan dan 40% daratan, sedangkan
belahan bumi selatan 83% terdiri atas air permukaan dan 17% terdiri atas daratan.

Page | 2
Di Indonesia perbandingan antara lautan dan daratan adalah 6 : 4, jadi lebih luas
lautan dibandingkan daratan (Hartono,2007).
Dalam mengetahui dan memahami mengenai fenomena-fenomena
oceanografi yang terjadi di laut, tentunya tidak cukup hanya dengan teori-teori
yang diberikan dalam perkuliahan di kelas saja, karena harus di dasari dengan
kegiatan langsung di lapangan.
Oleh karena itu, para mahasiswa dapat membekali pengetahuan khususnya
keterampilan dalam menggunakan peralatan pengukuran parameter oceanografi,
teknik pengambilan data, pengolahan data, analisis data dan pembuatan laporan
praktek, yang pada akhirnya mahasiswa dapat dengan jelas mengetahui dan
memahami karakteristik oceanografi pada suatu daerah atau kawasan laut.
B. Tujuan Praktek
Adapun tujuan dari praktek lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menggunakan peralatan
pengukuran oseanografi, khususnya oseanografi fisik, oseanografi kimia,
geomorfologi pantai, teknik pengambilan data, pengolahan dan analisis data
serta pembuatan laporan hasil praktek.
2. Mengetahui dan memahami karakteristik oseanografi fisik, oseanografi kimia
dan geomorfologi pantai pada daerah yang menjadi lokasi praktek.
C. Kegunaan Praktek
1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam penguasaan peralatan
pengukuran oseanografi, khususnya oseanografi fisik, oseanografi kimia dan
geomorfologi pantai.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis data hasil
lapangan serta kemamapuan dalam membuat laporan hasil praktek.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengetahui dan memahami
karakteristik oseanografi fisik, oseanografi kimia dan geomorfologi pantai
pada daerah yang menjadi lokasi praktek.

Page | 3
4. Data yang dihasilkan dapat menjadi data dasar, bahan informasi dan referensi
bagi pihak-pihak terkait yang membutuhkan data informasi tersebut.
D. Ruang Lingkup Praktek
Ruang lingkup praktek ini dibatasi oleh parameter oseanografi fisik,
oseanografi kimia dan geomorfologi pantai. Adapun parameter tersebut meliputi :
1. Pasang surut
2. Gelombang
3. Arus
4. Angin
5. Suhu
6. Salinitas
7. pH
8. Kecerahan/kekeruhan
9. Sedimen
10. Pemetaan Topografi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page | 4
A. Perairan Laut
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang
mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang
murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain.
Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanag (geology), ilmu bumu
(geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (bilogy),
dan ilmu iklim (meteorology) (Hutabarat, 2008).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan.
Hewan, dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hamper semua bagian
laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun.
Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhjatian manusia, bukan saja karena
kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi
kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).
Keberadaan ekosistem yang kompleks dalam suatu perairan laut, pola
aliran arus antar pulau yang dinamis dan aktifitas di kawasan laut mempunyai
pengaruh terhadap kandungan zat hara serta pola sebarannya. Kandungan zat hara
di suatu daerah perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung
pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta
serasah mangrove dan lamun. Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti
fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan
penting terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses
fotosintesis. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan
tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat.
Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui
proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisitumbuh-tumbuhan, sisa-
sisa organisme mati dan buangan limbah baik limbah daratan seperti domestik,
industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya
bakteri terurai menjadi zat hara (Ulqodry, 2011).

Page | 5
B. Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang di akibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi
dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut
terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan
topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi,
bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang
surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani
(neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang
tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4 (Surbakti,2011).
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena
jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi
ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut
(oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut

Page | 6
laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal
adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut
ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi,sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(Suardi,2011).
C. Gelombang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran
kecil (riak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Gelombang yang terjadi di
perairan Teluk Pelabuhan Ratu merupakan gelombang hasil rambatan yang terjadi
di samudera Indonesia. Gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dasar
laut dan keadaan angin. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan
gelombang tertinggi terjadi pada periode bulan desember sampai februari (musim
barat), ketinggian gelombang mencapai 1,5 m – 2 m. Sedangkan pada bulan
lainnya tinggi gelombang yang tercatat kurang dari 1,5 meter (Jatilaksono, 2007).
Bhat (1978), Garisson (1993), dan Gross (1993) mengemukakan bahwa ada
4 bentuk besaran yang berkaitan dengan gelombang. Yakni :
1. Amplitudo gelombang (A) adalah jarak antara puncak gelombang dengan
permukaan rata-rata air.
2. Frekuensi gelombang ( f ) adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi
suatu titik dalam suatu waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan
detik).
3. Kecepatan gelombang (C) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu
satuan waktu tertentu.

Page | 7
4. Kemiringan gelombang (H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang
dengan panjang gelombang.

Puncak gelombang adalah ujung yang paling tinggi dari gelombang.


Puncak gelombang adalah jarak keatas dari lembah sampai puncak gelombang,
sedangkan jarak gelombang adalah jarak hori2ontal antara kedua puncak lemb
ah gelombangadalah titik dasar gelombang. Serangkaian jalanya gelombang
dari arah yang sama disebut deretan gelombang.
D. Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang
menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut
merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang
mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu
tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal
(gerakan ke samping) (Fadhli, 2015).
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam
menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus telah dibuat oleh para
pelaut berabad-abad yang lalu. Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini
terutama didasarkan atas pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika
Matthew Fontaine yang telah memulai pekerjaan tersebut sejak tahun 1840. Ia
membuat sebuah gambar dari sistem arus-arus dunia berdasarkan atas pengamatan

Page | 8
dan pengukuran terhadap besarnya pengaruh arus yang mempengaruhi
pembelokan arah kapal dari lintasan jalan yang seharusnya dikehendaki dari suatu
pelayaran yang panjang dan memakan waktu yang lama (Hutabarat, 2008).
E. Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan,
udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik.
Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi
panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin ini dinamanakan konveksi (Prasetio, 2012).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara
yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan
terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi
panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas,
akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Prasetio, 2012).
F. Suhu
Suhu adalah besaran termo dinamika yang menunjukkan besarnya energi
kinetik translasi rata-rata molekul dalam sistem gas ; suhu diukur dengan
menggunakan termometer (kamus kimia : balai putaka : 2002). Suhu menunjukkan
derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas
benda tersebut. Secara mikroskopis,suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin

Page | 9
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu biasanya didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu
benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda
yang dingin memiliki suhu yang rendah. Pada hakikatnya, suhu adalah ukuran
energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul sebuah benda. Sebagai
contoh, ketika kita memanaskan sebuah besi atau alumanium maka akan terjadi
proses pemuaian pada besi tersebut. Ketika kita mendinginkan air sampai pada
suhu dibawah nol derajat maka airtersebut akan membeku. Sifat-sifat benda yang
bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik (Rizky,
2015).
Termometer yang biasanya digunakan untuk mengukur suhu sebagai
berikut:
1. Termometer bulb (air raksa atau alkohol)
Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah tempat
menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk menekankan
perubahan volume atau tempat pemuaian cairan. Berdasar pada prinsip suatu
cairan volumenya berubah sesuai temperatur. Cairan yang diisikan kadang-
kadang alkohol yang berwarna tetapi juga bisa cairan metalik yang
disebutmerkuri, keduanya memuai bila dipanaskan dan menyusut bila
didinginkan.
2. Termometer spring
Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari logam yang
sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer. Bila udara
panas, coil(logam) mengembang sehingga pointer bergerak naik, sedangkan
bila udara dingin logam mengkerut pointer bergerak turun. Secara umum
termometer ini paling rendah keakuratannya di banding termometer bulb dan
digital.
3. Termometer non kontak

Page | 10
Termometer infra merah, mendeteksi temperatur secara optik selama
objek diamati, radiasi energi sinar infra merah diukur, dan disajikan sebagai
suhu, dengan mengetahui jumlah energi infra merah yang dipancarkan oleh
objek dan emisinya, temperatur objek dapat dibedakan.
4. Termometer elektronik
Ada dua jenis yang digunakan di pengolahan,
yakni thermocouple danresistance thermometer. Biasanya, industri
menggunakan nominal resistan 100 ohm pada 0 °C sehingga disebut sebagai
sensor Pt-100. Pt adalah simbol untuk platinum, sensivitas standar sensor 100
ohm adalah nominal 0.385 ohm/°C, RTDs dengan sensivitas 0.375 dan 0.392
ohm/°C juga tersedia.
G. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu,
air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Felix, 2017).
Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific
gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume
yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran
salinitas dalam kehidupan sehari-hari biasanya menggunakan hydrometer, yang
telah dikalibrasikan untuk digunakan pada suhu kamar (Ofish, 2010).
H. pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai
contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut
adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001

Page | 11
(bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka
tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda – (negatif) dibelakang angka
tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda
– (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan sebagai
“-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H” (Farid, 2014).
Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe
dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-
mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak
untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam)
sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang
basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila
alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke
nilai semula, dari setiap “gangguan” terhadap pengubahan pH (Farid, 2014).
I. Kecerahan
Tingkat kecerahan adalah suatu angka yang menunjukkan jarak penetrasi
cahaya matahari ke dalam kolom air yang masih dapat dilihat oleh mata kita yang
berada di atas permukaan air. Kedalaman suatu perairan merupakan salah satu
faktor yang membatasi kecerahan perairan. Menurut Sidabutar dan Edward (1995),
bahwa kecerahan sangat ditentukan oleh intensitas cahaya matahari dan partikel-
partikel organik dan anorganik yang melayang-layang di kolom air. Berdasarkan
hasil pengamatan dari pengukuran tingkat kecerahan pada perairan laut
Bungkutoko dengan menggunakan alat Sechi dick, diperoleh kecerahan sebesara
24 cm dengan kedalaman 79 cm. Hal ini disebabkan karena penetrasi cahaya
dihalangi oleh partikel-partikel zat terlarut seperti Lumpur dan partikel-partikel
lain yang mengendap. Dengan tingkat kecerahan yang rendah tersebut akan
mengakibatkan organisme nabati tidak akan dapat melakukan proses fotosintesis

Page | 12
untuk menghasilkan energi dan bahan makanan. Menurut Odum (1993), bahwa
bila kekeruhan disebabkan oleh fitoplankton, maka ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktivitas perairan (Sukareni, 2014).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakansecchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-
19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta
ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan
dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000).
J. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi air,
angin, gelombang laut dan gletsyer. Material hasil erosi yang diangkut oleh aliran
air akan diendapakan di daerah yang lebih rendah. Sedimentasi Laut merupakan
sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara
di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil
pengendapan di laut ini disebut sedimen marine. Gross (1990) mendefinisikan
sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan
yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta
beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut
(Ihzana, 2013).
Proses sedimentasi berawal dari proses pelapukan dan erosi menghasilkan
materi yang bisa terangkut oleh aliran air, kekuatan angin, gelombang dan lain
sebaginya. Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Material
yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu tempat sesuai dengan
karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun kekuatan
angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari
tempat asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Sedimentasi (pengendapan)

Page | 13
berlangsung secara bertahap sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis.
Proses seperti inilah yang turut membentuk muka Bumi kita ini (Ihzana, 2013).
K. Pemetaan Topografi
Sketsa adalah bentuk peta yang paling sederhana. Sketsa sangat penting
untuk menggambarkan objek-objek geografi di permukaan bumi. Sketsa dibuat
berdasarkan gambaran yang dilihat atau diamati oleh si pembuat sketsa.
Topografi zaman modern umumnya berkaitan dengan pengukuran dan
pencatatan kontur elevasi, menghasilkan representasi tiga dimensi permukaan
bumi. Serangkaian ti-tik dipilih dan diukur berdasarkan koordinat horisontal
mereka, seperti garis lintang dan bujur, dan posisi vertikal mereka, dalam hal
ketinggian. Saat direkam dalam rangkaian, ti-tik-ti-tik ini menghasilkan garis
kontur yang menunjukkan perubahan bertahap pada medan.

Page | 14
BAB III

METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Hari/tanggal : Kamis s.d Minggu/ 14-17 Desember 2017 dan Rabu, 20


Desember 2017
Tempat
 Praktek lapang mata kuliah oseanografi dilaksanakan di
Pantai Tamarunang, Kecamatan Binamu, Kabupaten
Jeneponto pada tanggal 14 Desember 2017 hingga 17
Desember 2017.
 Pratikum mata kuliah oseanografi di laksanakan di
Laboratorium Geografi FMIPA UNM pada Rabu, 20
Desember 2017.
B. Teknik Pengambilan Data
1. Pengambilan data pasang surut
Alat dan bahan yang digunakan:
a. Tiang skala
b. Jam
c. GPS
d. ATK
Tata cara pengambilan data:
a. Tentukan tempat yang representative
b. Jika sudah menemukan tempat yang representative ploting posisi
c. Pasang tiang skala atau mistar bar
d. Mencatat penurunan muka air laut setiap jam dalam 59 jam
2. Pengambilan data gelombang

Page | 15
Alat dan bahan yang digunakan:
a. GPS
b. Mistar bar
c. Stopwatch
d. Kompas
e. ATK
Tata cara pengambilan data:
a. Menentukan tempat yang representative
b. Jika sudah menentukan tempat yang representative lakukan ploting posisi
c. Gunakan mistar bar dan di pegang oleh salah satu pengamat. Dalam
melakukan pengamatan gelombang minimal dilakukan oleh empat orang
untuk mendapatkan data gelombang. Data gelombang diambil sebanyak 30
data secara terurut untuk mendapatkan hasil yang akurat untuk data pagi,
siang dan sore.
d. Untuk menetukan kecepatan gelombang gunakan stopwatch. Nyalakan
stopawcth bersamaan dengan diambilnya data gelombang.

3. Teknik pengambilan data arus laut


Alat dan bahan yang digunakan:
a. GPS
b. Layang-layang arus
c. Stopwatch
d. Kompas
e. ATK
Teknik pengambilan data:
a. Tentuksn tempat yang representative
b. Ploting posisi

Page | 16
c. Tentukan arah arus terlebih dahulu agar saat melakukan pelepasan layang-
layang arus tidak terhalangi. Setelah menentukan arah arus gunakan
layang-layang arus. Tentukan pajang tali layang-layang arus (5 m).
d. Lepas layang-layang arus secara bersamaan dengan dinyalakannya
stopwatch. Tunggu sampai tali layang-layang arus terbentang lurus, dan
matikan stopwatch

4. Pengambilan data kecepatan angina


Alat dan bahan yang digunakan:
a. GPS
b. Kompas
c. Layang-layang angin modifikasi
d. Anemometer
Teknik pengambilan data:
a. Ploting posisi terlebih dahulu
b. Gunakan layang-layang modifikasi untuk menetukan arah angin
c. Tentukan arah datang angin dengan kompas
d. Gunakan hand anemometer untuk menentukan kecepatan angin. Tata cara
penggunaan; arahkan hand anemometer dengan arah datangnya angin, baca
angka yang ditampilkan display hand anemometer.

5. Pengambilan data salinitas


Alat dan bahan yang digunakan
a. GPS
b. Salinomter
c. ATK
Teknik pengambilan data:
a. Tempat pengambilan data salinitas sama dengan tempat pengukuran data
gelombang, arus, pasang surut, pH, dan suhu.

Page | 17
b. Gunakan salinometer. Tata cara penggunaan: untuk mengunakan
salinometer, terlebih dahulu sediakan wada yang berisi air laut untuk
memudahkan mendapatkan kadar salinitas, tunggu air dalam wadah sampai
tenang, masukan salinometer kedalam wadah tunggu sampai tenang dan
baca skala yng di tunjukan permukaan air.

6. Pengambilan data suhu


Alat dan bahan yang digunakan:
1. GPS
2. Thermometer
3. ATK
Adapun teknik pengambilan data yaitu:
Untuk di laut celupkan thermometer ke dalam air laut sebahagian,
tunggu 3-4 menit kemudian baca skala yang di tunjukan pada thermometer.

7. Mengukur tingkat kecerahan dan kekeruhan air laut


Alat dan bahan yang digunakan yaitu :
a. GPS
b. Seichidisk
c. ATK
Teknik pengambilan data :
a. Plot posisi terlebih dahulu tempat atau lokasi pengukuran tingkat kecerahan
dan kekuruhan air laut dengan menggunakan GPS.
b. Ikat seichidisc dengan tali kemudian tenggelamkan sampai warna hitam
putih pada seichidisk tidak lagi dapat dibedakan. Untuk daerah atau tepat
pengukuran kecerahan jika terlihat bagian dasar tidak perlu mengugunakan
seichidisk karena tinggkat kecerahanya 100 persen.
c. Tarik kembali seichidisc dan ukur panjang tali pada seichidisc yang
ditenggelamkan hingga perbedaan warna tidak tampak lagi.

Page | 18
d. Catat panjang tali dan untuk mendapatkan tingkat kecerahan yaitu panjang
tali seichidisc yang ditenggelamkan hingga tidak tampak perbedaan warna
seichidisck di bagi kedalaman tempat pengukuran dikalikan 100 persen
sedangkan untuk tinggkat kekeruhan yaitu tingkat kecerahan dikurangi 100
persen.

8. Pengambilan data sediment laut


Alat dan bahan yang digunakan;
a. GPS
b. Grap Sampler Sediment
c. Kantong Sample
Teknik pengambilan data;
a. Plot posisi atau tempat pengambilan sedimen.
b. Pengambilan sediment di garis pantai dan tempat pengukuran kedalaman.
Pengambilan sedimen laut dengan mengunakan Grap Sampler Sediment.
c. Sampel yang di dapat grap sampler sediment di simpan di kantong sampel.
Sampel yang di ambil di analisis d labolatorium untuk mendapatkan hasil
ukura sedimen.
Tata cata analisis sediment laboratorium;
Alat dan bahan yang digunakan;
a. Sampel sediment yang sudah dikeringkan
b. Kertas nasi
c. Label
d. Cawan petri
e. Timbangan digital
f. Shievenet
g. Sikat bulu/ sikat gigi
h. Kertas bulu
i. Lidi

Page | 19
j. ATK
k. Pompa
Tata cara pengerjaan atau pengambilan data;
a. Sediakan sampel yang sudah dikeringkan
b. Simpan sampel sediment di atas kertas nasi secara merata
c. Bagi sampel sediment dengan pola diagonal atau zig-zag
d. Sediakan timbangan dan cawan petri
e. Timbang terlebih dahulu cawan sedimen, ambil sediment diatas kertas nasi
yang sudah di bagi pda bagian pola, kemudian timbang sampel sedimen
sebanyak 100 g.
f. Sediakan shieve net ukuran 2 mm, 1,18 mm, 0,300mm, 0,212mm, 0,150mm,
0,106mm, 0,075, dan kurang dari 0,075mm. Susun shieve net dari ukuran
besar sampai ukuran kecil.
g. Ayak sediment yang sudah di timbang selamah 15 menit tampa berhenti,
usahakan proses pengayakan dilakukan searah jarum jam agar mendapatkan
hasil yang baik.
h. Setelah melakukan pengayakan, sediakan kertas nasi dan cawan petri yang
diberi label sesuai ukuran shieve net, kemudian simpan sediment pada kertas
nasi sesuai ukuran. Bersikan sediment yang tertinggal pada shieve net
dengan menggunakan sikat bulu/sikat gigi.
i. Simpan sediment pada cawan sesuai ukuran hasil pengayakan. Timbang
sediment untuk mendapatkan hasil data sediment. Data sediment yang
didapat yaitu berat sediment, persen berat sediment, persen kumulatif
sediment sesuai ukuran.
Rumus menghitung persen berat sedimen;
 % berat sediment= berat sediment tiap ukuran/berat sediment total x
100%

Page | 20
 % kumulatif = % berat sedimen 1 + % berat sediment 2 + % berat
sediment n.
9. Profil Pantai
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Water Pass
2. Mistar Bar
3. HandphoneAplikasi OpenCamera
Teknik pengambilan data;
a. Pengambilan data profil pantai menggunakan waterpass. Hal paling
pertama yang dilakukan adalah menyentringkan waterpass, sebelumnya
tentukan titik untuk melakukan pengukuran lalu letakkan pesawatnya.
Pengukuran profil dapat dilakukan setidaknya 3 orang masing – masing
ada yang menulis hasil shoot benang atas tengah dan bawah , satu orang
menshoot dan satu orang memegang mistar bar untuk dishoot.
b. Data yang akan ditulis adalah angka yang terlihat pada lensa okuler pada
saat melakukan shoot pada mistar bak. Pengukuran profil pantai ini
dilakukan mengarah ke darat sampai batas vegetasi dan mengarah ke
laut sampai batas kemampuan yang memegang mistar bak, semakin jauh
maka semakin baik.
c. Pengukuran profil pantai dilakukan ke setiap titik yang telah ditentukan
sebelumnya.

10. Pemetaan garis pantai


Alat yang digunakan;
a. GPS
b. Kompas
c. Roll meter
d. Klino meter

Page | 21
e. ATK
Tata cara pengambilan data;
Dalam melakukan pemetaan topografi pantai dengan menggunakan
metode stop and go. Setiap ditemukan perbedaan atau perubahan garis pantai
lakukan pengukuran. Langka pengerjaan;
a. Pemetaan garis pantai atau pengambilan data pada batas basa dan batas
kering pantai. Plot posisi di setiap titik pengukuran dengan menggunakan
GPS.
b. Ukur jarak pengukuran dengan menggunakan roll meter dan tentukan arah
dengan munggunakan kompas.
c. Untuk mengukur kemiringan topografi pantai pada tempat pengukuran
gunakan klinometer.
d. Cata hasil pengukuran.

C. Pengolahan dan Analisis Data


Cara pengolahan dan analisis data parameter oceanografi dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Pasang Surut
a. Data pasang surut yang telah diperoleh selama priode 39 jam pengamatan
(priode jangka pendek), nilainya pada tiap-tiap jam dikalikan dengan faktor
pengali untuk mendapatkan nilai muka air pada tiap jamnya.
b. Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL) tau mka air rata-rata
digunakan rumus persamaan empiris sebagai berikut :
39

∑ HiCi
t=1
MSL = ; MSL=Tinggi Muka Air Rata-Rata
39

∑ Ci
t=1

Page | 22
c. Nilai muka air pada setiap jam yang telah diperoleh kemudian di plot pada
kertas grafik
d. Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh, tentukan tipe pasang surut yang
terbentuk.

2. Gelombang
Tinggi Gelombang : H = Puncak-Lembah

Tinggi Gelombang Rata-Rata : H =H1+H2+H3+...HN


N
Priode Gelombang : T = t/N
Panjang Gelombang : L = 1,56 x T2
Tinggi Gelombang Signifikan : n/3

∑ Hu
i=1
H 1/3=
N/3
Tinggi Gelombang Pecah :

0,56
Hb = H 1/3 0,2

H 1/3
L

3. Arus
𝑆
Kecepatan Arus Terukur (V): V=
𝑇
S = Jarak tempuh layang-layang arus
T = Waktu tempuh layang-layang arus
4. Kecerahan dan Kekeruhan
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑠𝑒𝑖𝑐ℎ𝑖𝑑𝑖𝑠𝑐 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑙𝑎𝑚
% kecerahan = × 100
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑢𝑡

% kekeruhan =100 - % kecerhan

Page | 23
5. Butiran sedimen
Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡
% Berat sediment = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Menghitung % berat kumulatif :
% kumulatif = % Berat sediment 1 + % berat sediment 2 + % berat
sediment n…
Menentukan nilai sortasi (So)
So = √𝑄1/𝑄3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Untuk mengetahui nilai Q1, Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog
Klasifikasi Tingkatan nilai sortasi :

No Keterangan Skala
1. Sangat baik 1,0 < So < 1,117
2. Baik 1,17 < So < 1,20
3. Cukup baik 1,20 < So < 1,35
4. Sedang 1,35 < So < 1, 875
5. Jelek 1,875 < So < 2,75
6. Sangat jelek So > 2,75

Page | 24
D. Bagan Alur Pelaksanaan Praktek
Persiapan Penelusuran referensi dan literatur

Persiapan peralatan dan bahan praktek

Pengukuran
parameter Analisis sampel
oseonografi sedimen di
laboratorium
Pasang surut,
gelombang, arus,
Praktek
kedalaman,angin,suh Data hasil analisis
lapangan
u, sedimen,pemetaan sampel sedimen
garis pantai &
kemiringan pantai, Data hasil
pH, salinitas, pengukuran
Kekeruhan dan lapangan
Oksigen terlarut

Pengolahan dan
analisis data serta
pembuatan peta
Hasil olahan dan analisis
data serta peta-peta

Pembuatan Laporan Asisten


laporan praktek si
laporan

Diperbai
ki
E. Peta Lokasi Praktek
Pengumpulan
laporan

Page | 25
Page | 26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pasang Surut
Grafik Kondisi Pasang Surut di Pantai Tamarunang

Tinggi Muka Air (cm)


300
250
Tinggi (Cm)

200
150
100
50
0
2:00
5:00
8:00

2:00
5:00
8:00

2:00
5:00
8:00
14:00
23:00

11:00
14:00
17:00
20:00
23:00

11:00

17:00
20:00
23:00
Waktu

Tinggi Muka Air (cm)

Sumber: Hasil Analisis Data Pasang Surut, Pantai Tamarunang 14-17


Desember 2017
2. Gelombang
Tabel 1.Hasil Perhitungan Data Gelombang di Perairan Pantai Tamarunang
LOKASI

Koordinat -- T
Waktu

L H
Lintang Bujur Hb
H (s) (cm) 1/3
Selatan Timur
119°43'32 0,98 35,9 98, 45,
Pagi 5°42'3'' 4,8
" 1 4 1 126
1

119°43'32 23,2 846, 10 0,5


Siang 5°42'3'' 1,01
" 6 9 1 63

Page | 27
119°43'32 1,80 10 85,
Sore 5°42'3'' 15 351
" 6 8,6 794
119°43'45 20,5 61, 36,
Pagi 5°42'4" 7,1
" 3 78,6 6 41
119°43'45 72,7 84, 45,
Siang 5°42'4" 8,63 6,83
2

" 7 1 99
119°43'45 10,6 102, 12 55,
Sore 5°42'4" 8,1
" 7 35 2 63
119°43'58 20,5 61, 36,
Pagi 5°42'5" 7,1 78,6
" 3 6 41
119°43'58 72,1 84, 45,
Siang 5°42'5" 8,41
3

" 6,8 3 1 92
119°43'58 110, 12 42,
Sore 5°42'5" 12,2 8,4
" 07 2 38
119°44'11 20,5 61, 36,
Pagi 5°42'6" 7,1 78,6
" 3 6 41
119°44'11 61,9 70, 38,
Siang 5°42'6" 7,04 6,3
4

" 1 4 72
119°44'11 10,0 47,1 10 481
Sore 5°42'6" 5,5
" 3 9 0,3 14
119°44'18 20,5 61, 36,
Pagi 5°42'5" 7,1 78,6
" 3 6 41
119°44'18 49,
Siang 5°42'5" 30 7,23 81,5 90
5

" 67
119°44'18 10 53,
Sore 5°42'5" 36,2 5,9 54,3
" 8,6 22

Sumber: Hasil Analisis Data Gelombang, Pantai Tamarunang 14-17


Desember 2017

3. Arus
Tabel 2.Hasil Perhitungan Data Arus di Perairan Pantai Tamarunang
LO
KE

PO
akt
W
M

Koordinat S (m) T (s)


K
u

Page | 28
Lintang V Arah
Bujur Timur
Selatan (m/s) (o)

Pagi 5042'2" 119043'27" 5 78,18 0,19 53

1 Siang 5042'2" 119043'27" 5 70,59 0,21 98

Sore 5042'2" 119043'27" 5 96,45 0,15 180

Rata-Rata 81,74 0,18


0
5 42'
Pagi 1190 ' 35,8" 5 81 0,18 230
3"
50 42'
2 Siang 1190 27' 35,8" 5 71 0,21 120
3"
50 42'
Sore 1190 27' 35,8" 5 46 0,32 130
3"
Rata-Rata 66 0,23
50 42'
Pagi 11907’ 47,3” 5 81 0,18 230
3"
50 42'
3 Siang 11905’ 47,3” 5 80 0,18 132
3"
50 42'
Sore 119027’45,92” 5 60 0,25 -
3"
Rata-Rata 73,66 0,2
50 42'
Pagi 119027’51,39” 5 81 0,18 230
3"
50 42'
4 Siang 119027’51,39” 5 62 0,24 95
3"
50 42'
Sore 119027’51,39” 5 18 0,83 310
3"
Rata-Rata 53,7 0.41
50 42'
5 119027’51,39” 5 81 0,18 230
Pagi 3"

Page | 29
50 42'
Siang 119027’51,39” 5 84 0,17 -
3"
50 42'
119027’51,39” 5 54 0,27
Sore 3" -
Rata-Rata 73 0,2
Sumber: Hasil Analisis Data Arus di Pantai Tamarunang, 14-17 Desember
2017
4. Angin
Tabel 3.Hasil Perhitungan Data Angin di Pantai Tamarunang
Waktu Posisi Angin
Lintang Bujur Arah (0) Kecepatan (Knot)
titik1 Pagi 50 42’ 5’’ 304 8,2
Siang 5 42’ 4’’ 119 43’ 58’’ 230
0 0
7,7
Sore 50 42’ 5’’ 232 6,4
titik 3 Pagi 5 42’ 5’’
0
304 8,2
Siang 50 42’ 5’’ 1190 43’ 58’’ 322 6,9
Sore 5 42’ 5’’
0
329 7,5
titik 5 Pagi 50 42’ 5’’ 304 8,2
Siang 5 42’ 4’’ 119 43’ 58’’ 307
0 0
7,3
Sore 5 42’ 4’’
0
318 6,4
titik 7 Pagi 50 42’ 5’’ 304 8,2
Siang 5 42’ 5’’ 119 43’ 51’’ 309
0 0
8,1
Sore 50 42’ 5’’ 321 6,2
titik 9 Pagi 5 42’ 5’’
0
304 8,2
Siang 50 42’ 5’’ 1190 43’ 45’’ 310 7,2
Sore 5 42’ 5’’
0
300 6,5
Sumber: Hasil Perhitungan Data Angin di Pantai Tamarunang

5. Suhu, Kedalaman Sechidisck, Salinitas, pH, dan Kecerahan


Tabel 4.Hasil Perhitungan Data Suhu, Kedalaman Sechidisck, Salinitas, pH,
dan Kecerahan di Perairan Pantai Tamarunang
Seichidis
Kedalam

Kedalam

Tingkat
kecerah
laut (m)

an (%)
an air
Suhu

c (m)
Laut
Titik

Sali p
(0C)

an

Koordinat
nitas H

Page | 30
Pagi
Lint

Siang

Siang
ang Bujur sian So

Sore

Sore
Pagi

Pagi
Sela Timur g re
tan
31,
5°4 119°4 3 1, 1, 1, 0, 0, 0, 26,4 29,
1 32 6 25
2'6" 4'24" 2 06 26 12 28 37 35 1% 30%
%
5°4 119°4 3 1, 1, 1, 0, 0, 0, 26,4 26, 22,
3 31 6
2'6" 4'11" 2 06 30 25 28 34 28 1% 15% 4%
22,
5°4 119°4 3 1, 1, 1, 0, 0, 0, 26,4 23,
5 31 6 90
2'6" 4'5" 2 06 25 31 28 29 30 1% 2%
%
20,
5°4 119°4 3 1, 1, 1, 0, 0, 0, 26,4
7 31 6 32% 80
2'4" 3'45" 2 06 25 30 28 40 27 1%
%
30,
5°4 119°4 3 1, 1, 1, 0, 0, 0, 26,4 31,
9 31 6 39
2'3" 3'32" 2 06 36 02 28 43 31 1% 61%
%
Sumber: Hasil Analisis Data Suhu, Kedalaman Sechidisck, Salinitas, pH, dan
Kecerahan di Perairan Pantai Tamarunang 14-17 Desember 2017
6. Sedimen
Tabel5. Hasil Perhitungan Data Sedimen di Perairan Pantai Tamarunang 14-
17 Desember 2017

Berat Berat
Ukuran Berat Distribusi
Cawan Cawan + Sortasi
Titik Butiran Sedimen Ukuran
Kosong Sedimen (mm)
Sedimen (gr) Butir
(gr) (gr)
<0,075
37,4 38,5 1,1
mm
0,075
40,6 41,2 0,6
mm
0,106 Pasir
40,1 67,5 27,4 Halus/Fine
1 mm 224000
Sand:
0,150mm 39,1 58,1 19
44.32%
0,212
41,4 63,4 22
mm
0,300
37,8 52,0 14,2
mm

Page | 31
1,18 mm 39,7 49,0 9,3

2,0mm 39 45,4 6,4


<0,075
37,4 38,4 1
mm
0,075
40,6 41,3 0,7
mm
0,106
40,1 40,6 0,5
mm
Pasir
0,150mm 39,1 62,3 23,2 Halus/Fine
2 0,212 244700
41,4 102,1 60,7 Sand:
mm 52.81%
0,300
37,8 49,4 11,6
mm
1,18 mm 39,7 41,1 1,4

2,0mm 39 39,9 0,9


<0,075
37,4 38,3 0,9
mm
0,075
40,6 40,7 0,1
mm
0,106
40,1 77,9 37,8
mm
Pasir
0,150mm 39,1 69,7 30,6
Halus/Fine
3 0,212
41,4 55,3 13,9 Sand:
mm 57.57%
0,300
37,8 52,7 14,9
mm
1,18 mm 39,7 40,9 1,2

2,0mm 39 39,6 0,6


171100
<0,075
37,4 37,5 0,1
mm
0,075 Pasir
40,6 40,7 0,1 Halus/Fine
4 mm 220700
Sand:
0,106
40,1 55,5 15,4 55.11%
mm
0,150mm 39,1 69,5 30,4

Page | 32
0,212
41,4 76,3 34,9
mm
0,300
37,8 54,5 16,7
mm
1,18 mm 39,7 41 1,3

2,0mm 39 40,1 1,1


<0,075
37,4 37,9
mm 0,5
0,075
40,6 40,8
mm 0,2
0,106
40,1 63,5
mm 23,4
Pasir
0,150mm 39,1 73,3 34,2 Halus/Fine
5 0,212 232400
41,4 70,1 Sand:
mm 28,7 50.85%
0,300
37,8 47,6
mm 9,8
1,18 mm 39,7 41,4 1,7
2,0mm 39 40,5 1,5
<0,075
37,4 39,5
mm 2
0,075
40,6 40,7
mm 0,9
0,106
40,1 55,5
mm 23,3 Pasir
0,150mm 39,1 69,5 34,8 Halus/Fine
6 191900
0,212 Sand:
41,4 76,3
mm 29,1 62.09%
0,300
37,8 54,5
mm 7,4
1,18 mm 39,7 41 1,3
2,0mm 39 40,1 1,2
<0,075 Pasir
37,4 38
mm 0,6 Halus/Fine
7 175100
0,075 Sand:
40,6 41,4
mm 0,8 62.76%

Page | 33
0,106
40,1 72,3
mm 32,2
0,150mm 39,1 76,5 37,4
0,212
41,4 58,4
mm 17
0,300
37,8 45,5
mm 7,7
1,18 mm 39,7 40,9 1,2
2,0mm 39 42,1 3,1
<0,075
37,4 39,5
mm 1,1
0,075
40,6 40,7
mm 0,6
0,106
40,1 55,5 Pasir
mm 55,7
0,150mm 39,1 69,5 36,2 Halus/Fine
8 143700
Sand:
0,212
41,4 76,3 68.67%
mm 5,2
0,300
37,8 54,5
mm 0,7
1,18 mm 39,7 41 0,3
2,0mm 39 40,1 0,2
<0,075
37,4 38,5
mm 1,1
0,075
40,6 40,8
mm 0,2
0,106
40,1 82,5 Pasir
mm 42,4
9 0,150mm 39,1 60,9 21,8 Halus/Fine 167200
Sand:
0,212
41,4 55,6 51.37%
mm 14,2
0,300
37,8 54,9
mm 17,1
1,18 mm 39,7 41,8 2,1
2,0mm 39 40,1 1,1
<0,075
37,4 37,8 Pasir
mm 0,4
10 Halus/Fine 208500
0,075
40,6 42 Sand: 50%
mm 0,4

Page | 34
0,106
40,1 63,7
mm 23,6
0,150mm 39,1 66,2 27,1
0,212
41,4 63,1
mm 21,7
0,300
37,8 57,9
mm 20,1
1,18 mm 39,7 43 3,3
2,0mm 39 42,4 3,4
Sumber: Hasil Pengukuran Data Sedimen di Perairan Pantai Tamarunang 14-
17 Desember 2017
7. Profil Pantai
Tabel 6. Hasil Data Profil Pantai Tamarunang 14-17 Desember 2017
N Ting Sta Koordinat
O gi siu Tar B Jarak Elevasi
. Alat n get BA BT B x y (cm) (cm)
Tit
ik 74, 72, 70, 119°43' 5°42'4'
1 131 7 A1 5 5 5 45'' ' 400 58,5
119°43' 5°42'4'
131 A2 76 70 63 45'' ' 1300 61
27 25 119°43' 5°42'4'
131 B1 2 264 6 45'' ' 1600 -133
33 31 119°43' 5°42'4'
131 B2 0 320 0 45'' ' 2000 -189
36 32 119°43' 5°42'4'
131 B3 9 348 7 45'' ' 4200 -217
Tit
ik 10 10 119°43' 5°42'3'
2 133 8 A1 3,5 102 1,5 39'' ' 200 31
71, 119°43' 5°42'3'
133 A2 5 68 65 39'' ' 650 65
119°43' 5°42'3'
133 A3 86 81 76 39'' ' 1000 52
119°43' 5°42'3'
133 A4 77 71 65 39'' ' 1100 62
35 32 119°43' 5°42'3'
133 B1 8 343 8 39'' ' 3000 -210

Page | 35
39 35 119°43' 5°42'3'
133 B2 0 371 0 39'' ' 4000 -238

B. Pembahasan
1. Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang di akibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan pada saat pengukuran
pasang surut yang dimulai pada pukul 23.00 WITA pada hari Kamis dan
berakhir pada pukul 09.00 WITA pada hari Minggu yang dilakukan selama 59
jam pengamatan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pasang tertinggi
terjadi pada jam 22.00 WITA pada hari Sabtu dengan ketinggian mencapai 259
cm yang terjadi pada saat bulan dan matahari berada pada satu garis lurus
terhadap bumi. Sedangkan surut terendah terjadi pada pukul 06.00 WITA pada
hari Minggu dengan ketinggian 127,5 cm yang terjadi karena posisi bulan yang
terletak pada posisi yang membentuk sudut siku-siku sehingga pada saat ini
gaya tarik gravitasi bersifat melemahkan gaya tarik bulan. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari Matahari, namun gaya gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari ke bumi.
Selain karena faktor gravitasi, pasut juga dipengaruhi oleh keadaan wilayah
setempat seperti bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Hasil dari pengamatan lapangan kemarin, pasang surut ini condong ke
harian tunggal karena hanya terjadi sat kali pasang dan satu kali surut.
2. Gelombang

Page | 36
Gelombang merupakan bentuk permukaan laut yang berupa punggung
atau puncak gelombang dan palung atau lembah gelombang oleh gerak ayun
akibat tiupa angin, erupsi gunung api, pelongsoran dasar laut, atau lalu lintas
kapal (Sunarto, 2003). Gelombang laut memiliki dimensi yaitu periode
gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan cepat rambat
gelombang. Berdsarkan data yang diperoleh di pulau saugi dapat dikatakan
kondisi gelombang lemah. Rata-rata tinggi gelombang signifikan berkisar
antara 6 sampai 12 cm, baik pada pagi hari sampai siang hari. Pada pagi hari
tinggi gelombang hanya sampai 40 cm hal ini di karenakan kecepatan angin
kurang, sedangkan pada siang hari tinggi gelombang mencapai 54 cm pada
setiap titik pengukuran dikarenakan kecepatan angin bertambah dibandingkan
pagi hari, sedangkan pada sore hari tinggi gelombang mencapai 87 cm, hal ini
dikarenakan kecepatan angin mulai bertambah cepat di banding pagi dan siang.
3. Arus
Arus merupakan gerak horizontal atau vertical dari suatu massa air
sehingga massa air tersebut mencapai kestabilan. Terdapat dua gaya yang
berkerja dalam arus yaitu gaya primer dan sekunder. Gaya primer terdiri dari
grafitasi, geseka angin, gaya dorang ke atas atau kebawah, serta tekanan
atmosfer. Gaya primer berpran dalam menentukan kecepatan arus. Gaya
sekunder meliputi gaya coriolis dan gaya gesekan lapisan air laut itu sendiri.
Gaya sekunder menentukan arah gerakan dan kondisi aliran arus (Pond an
Pickard, 1983).
Berdasarkan hasil pengukuran arus di pantai Tamarunang ,rata-rata
kecapatan arus di pagi hari mencapai 0,18 m/s, siang hari mencapai 0,21 m/s
dan pada sore hari mencapai 0,32 m/s. Kecepatan arus berbeda-beda pada setiap
waktu pengukuran karena kurngya kecepatan angin. Hal ini yang membuat
kecepatan arus pada setiap tempat pengukuran arus di pantai Tamarunang
berbeda-beda kecepatan. Dapat kita simpulkan bahwa kecepatan arus di pantai
Tamarunang berbanding lurus dengan gaya primer pembangkirnya yaitu angin.

Page | 37
4. Angin
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah)
di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dan arah angin yang terdapat dilokasi
tersebut, maka didapatkan hasil bahwa kecepatan angin di pantai
Tamarunangpada titik 7 berkisar antara 6,2 knot hingga yang paling tinggi yaitu
8,2 knot. Pada pagi dan sore hari terdapat perbedaan yang besar terhadap
tekanan udara daratan daerah Tamarunang dan tekanan udara Selat Makassar.
Selain itu, kecepatan angin yang berbeda ini diakibatkan oleh adanya pengaruh
angin musim yang datang dari arah barat yang terjadi pada bulan penghujan di
Indonesia.

Page | 38
5. Suhu

suhu
32.2
32
31.8
31.6
31.4
31.2 suhu
31
30.8
30.6
30.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Suhu menggambarkan derajat panas suatu benda, baik itu benda padat,
cair maupun gas. Suhu perairan dan darat Pantai Tamarunang di ukur dengan
menggunakan alat Thermometer. Dari hasil pengamatan di lapangan,
ditemukan rentang suhu perairan pulau Saugi berkisar antara 32o C yang
diperoleh dari titik 7 dan bersamaan dengan pengukuran profil pantai, salinitas
dan pH. Semakin banyak penyerapan sinar matahari dan semakin dalam suatu
perairan, maka semakin tinggi suhunya, serta sebaliknya.
Namun, kondisi suhu perairan pulau Saugi ini, dapat dikatakan hampir
homogen, karena memiliki perolehan suhu yang hampir sama. Hal ini
disebabkan oleh cuaca cerah pada saat pengambilan data.
6. Kecerahan
Kecerahan air laut dapat dikatakan sebagai intensitas kejernihan air laut,
yang dipengaruhi oleh banyak tidaknya sampah dan zat pencemar air yang
terkontaminasi di laut. Pengukuran kecerahan pada kegiatan pengambilan data
di lapangan menggunakan alat Seichi disk. Kedalaman alat dibandingkan
dengan kedalaman laut pada titik itu kemudian di kalikan dengan 100%
sehingga menghasilkan data persentase kecerahan. Dari hasil pengambilan data

Page | 39
di lapangan, ditemukan bahwa tingkat kecerahan laut perairan pantai
Tamarunang pada titik 7 adalah berkisar antara 20,80% hingga nilai persentase
kecerahan yang paling tinggi, yaitu 32 %.
7. Salinitas

salinitas
32.5
32
31.5
31
30.5
30
29.5
29
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Series1

Salinitas menggambarkan kadar garam-garam yang terlarut dalam air.


Salinitas dapat berbeda–beda tergantung evaporasi dan transparansi, perbedaan
salinitas akan mempengaruhi densitas air, tekanan osmosis didalamnya dan
kelarutan gas dalam air.
Berdasarkan hasil pengambilan data lapangan untuk salinitas di 10 titik
di pantai Tamarunang, diperoleh data salinitas tertinggi yaitu 32 ppm dan yang
terendah yaitu 31 ppm. Kadar garam di pantai tamarunang ini terbilang normal
seperti laut normal pada umumnya, padahal pantai tamarunang ini sudah sangat
banyak mendapat pengaruh dari limbah masyarakat dan juga aktivitas
masyarakat lainnya yang bermukim sekitar pantai.
8. Profil Pantai
Sketsa adalah bentuk peta yang paling sederhana. Sketsa sangat penting
untuk menggambarkan objek-objek geografi di permukaan bumi. Sketsa dibuat
berdasarkan gambaran yang dilihat atau diamati oleh si pembuat sketsa.

Page | 40
Berdasarkan hasil pengambilan data lapangan untuk profil pantai di
titik 7 dan 8 di pantai Tamarunang, diperoleh data perbedaan tinngi untuk
daratan yaitu 2600 dan untuk daratan yaitu 850 serta elevasi yaitu 83,9 pada
titik 7 dan perbedaan tinggi untuk daratan yaitu 3500 dan untuk daratan yaitu
737,5 serta elevasi yaitu 39,7 pada titik 8.
9. Sedimen
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransformasikan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara,
angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang
diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan
kimia.
Berdasarkan hasil analisis sampel di laboratorium sediment di pantai
Tamarunang, sediment yang di temukan berupa halus dari titik pengamatan 7
dan 8 yang di lakukan, dengan nilai sortasi 175.100 untuk titik 7 dan 143700
untuk titik 8 . Hal ini dikarenakan kedalaman laut yang tidak teralalu dalam.

Page | 41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan kemarin, dapat disimpulkan
berdasarkan tiap variabel pengamatan, yaitu :
a. Pasang surut
Hasil dari pengamatan lapangan kemarin, pasang surut ini condong ke
harian tunggal karena hanya terjadi sat kali pasang dan satu kali surut. Pasang
terjadi di waktu malam disebabkan karena adanya gaya gravitasi bulan,
meskipun bulan lebih kecil dari matahari tetapi gaya gravitasinya lebih besar
karena jarak bulan terhadap bumi lebih dekat daripada jarak matahari terhadap
bumi, itulah sebabnya gravitasi matahari melemah.
b. Gelombang
Berdsarkan data yang diperoleh di pulau saugi dapat dikatakan kondisi
gelombang lemah. Rata-rata tinggi gelombang signifikan berkisar antara 6
sampai 12 cm, baik pada pagi hari sampai siang hari.
c. Arus
Kecepatan arus berbeda-beda pada setiap waktu pengukuran karena
kurngya kecepatan angin. Hal ini yang membuat kecepatan arus pada setiap
tempat pengukuran arus di pantai Tamarunang berbeda-beda kecepatan.
Dapat kita simpulkan bahwa kecepatan arus di pantai Tamarunang berbanding
lurus dengan gaya primer pembangkirnya yaitu angin.
d. Angin
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dan arah angin yang terdapat
dilokasi tersebut, maka didapatkan hasil bahwa kecepatan angin di pantai
Tamarunangpada titik 7 berkisar antara 6,2 knot hingga yang paling tinggi

Page | 42
yaitu 8,2 knot. Pada pagi dan sore hari terdapat perbedaan yang besar terhadap
tekanan udara daratan daerah Tamarunang dan tekanan udara Selat Makassar.
e. Suhu
Dari hasil pengamatan di lapangan, ditemukan rentang suhu perairan
pulau Saugi berkisar antara 32o C yang diperoleh dari titik 7 dan bersamaan
dengan pengukuran profil pantai, salinitas dan pH. Semakin banyak
penyerapan sinar matahari dan semakin dalam suatu perairan, maka semakin
tinggi suhunya, serta sebaliknya.
f. Kecerahan
Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa tingkat
kecerahan laut perairan pantai Tamarunang pada titik 7 adalah berkisar antara
20,80% hingga nilai persentase kecerahan yang paling tinggi, yaitu 32 %.
g. Salinitas
Berdasarkan hasil pengambilan data lapangan untuk salinitas di 10 titik
di pantai Tamarunang, diperoleh data salinitas tertinggi yaitu 32 ppm dan yang
terendah yaitu 31 ppm. Kadar garam di pantai tamarunang ini terbilang normal
seperti laut normal pada umumnya, padahal pantai tamarunang ini sudah
sangat banyak mendapat pengaruh dari limbah masyarakat dan juga aktivitas
masyarakat lainnya yang bermukim sekitar pantai.
h. Profil Pantai
Berdasarkan hasil pengambilan data lapangan untuk profil pantai di
titik 7 dan 8 di pantai Tamarunang, diperoleh data perbedaan tinngi untuk
daratan yaitu 2600 dan untuk daratan yaitu 850 serta elevasi yaitu 83,9 pada
titik 7 dan perbedaan tinggi untuk daratan yaitu 3500 dan untuk daratan yaitu
737,5 serta elevasi yaitu 39,7 pada titik 8.
i. Sedimen
Berdasarkan hasil analisis sampel di laboratorium sediment di pantai
Tamarunang, sediment yang di temukan berupa halus dari titik pengamatan
7 dan 8 yang di lakukan, dengan nilai sortasi 175.100 untuk titik 7 dan

Page | 43
143700 untuk titik 8 . Hal ini dikarenakan kedalaman laut yang tidak
teralalu dalam.
B. Saran
Untuk mahasiswa saya menyarankan agar lebih memiliki rasa keinginan untuk
mempelajari alat-alat yang digunakan dalam praktek lapang ini dan juga lebih
memperhatikan penjelasan dari asisten ataupun dosen.

Page | 44
DAFTAR PUSTAKA

Nontji, A. , 2007. LAUT NUSANTARA. Jakarta : Djambatan.

Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2007. BIOLOGI LAUT : Ilmu Pengetahuan Tentang


Biota Laut. Jakarta : Djambatan.

Fadhli Muhammad. 2015. Makalah arus laut tentang oceanografi. Dikutip pada tanggal
23/12/2017 pukul 01.00 WITA.
http://fadhlipandy.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arus-laut-tentang-
oceanografi.html
Farid Ahmad. 2014. Makalah Limnologi Pengaruh pH Terhadap Kualitas Air. Dikutip
pada tanggal 23/12/2017 pukul 21.00 WITA
https://aahmadfarid.wordpress.com/2014/05/24/makalah-limnologi-pengaruh-
ph-terhadap-kualitas-air/
Felix A. 2017. Makalah Oseanografi Salinitas Air Laut. Dikutip pada tanggal
23/12/2017 pukul 09.00 WITA. http://fesigar.blogspot.co.id/2017/02/makalah-
oceanografi-salinitas-air-laut.html.
Ihzana Nadia. 2013. Makalh Sedimentasi Laut Tugas Geografi. Dikutip pada tanggal
23/12/2017 pukul 21.00 WITA
http://dewinadiaihzana.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sedimentasi-laut-tugas-
geografi.html.
Malasari Viny. 2015. Makalah Gerakan Air Laut Gelombang. Dikutip pada tanggal
23/12/2017 pukul 11.00 WITA
http://vinymalasari.blogspot.co.id/2015/10/makala-gerakan-air-laut-gelombang-
laut.html
Prasetyo Redi. 2012. Makalah Klimatologi Angin. Dikutip pada tanggal 23/12/2017
pukul 01.00 WITA. http://yediprasetio.blogspot.co.id/2012/11/v-
behaviorurldefaultvmlo_12.html
Rizky Fani. 2015. Makalah Suhu. Dikutip pada tanggal 23/12/2017 pukul 09.00 WITA.
http://myfanirizky.blogspot.co.id/2015/05/makalah-suhu.html.

Page | 45

Anda mungkin juga menyukai