Anda di halaman 1dari 2

Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan

salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Carrier bakteri Streptococcus β
1hemolyticus Grup A dapat ditemukan di saluran pernafasan, kadang tidak menimbulkan penyakit akan
tetapi dapat berisiko untuk menyebarkan penyakit (Aini, 2016).

Infeksi yang ditimbulkan Streptococcus β hemolyticus Grup A ini terjadi oleh karena adanya interaksi
faktor-faktor virulensi Streptococcus β hemolyticus Grup A dengan sel host. Bakteri ini dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti radang tenggorokan, faringitis, impetigo, erysipelas,
demam nifas, scarlet fever,necrotizing fasciitis, toxic shock syndrome, septikemia (Aini, 2016).

Bakteri Streptococcus β hemolyticus Grup A merupakan penyebab paling umum dari faringitis akut,
dimana prevalensi kasus pada anak-anak 15 - 30% dan 5 - 10% dari kasus pada orang dewasa.Faringitis
adalah peradangan pada membran mukosa dan mendasari struktur tenggorokan (Aini, 2016).

Infeksi oleh Streptococcus β hemolyticus Grup A dapat menimbulkan gejala sekuele yang serius, seperti
demam rematik akut dan glomerulonefritis akut. Demam rematik akut merupakan sekuele yang hanya
disebabkan oleh infeksi faring, tetapi glomerulonefritis akut dapat disebabkan oleh infeksi faring atau
kulit (Aini, 2016).

Streptococcus β hemolyticus Grup A menyebar saat seseorang yang terinfeksi bakteri atau carrier
tersebut batuk atau bersin (droplet infection) dan masuk ke membran mukosa orang lain. Lokasi yang
ramai dan padat seperti sekolah, tempatpenampungan anak dan perumahan kumuh akan meningkatkan
kemungkinan penularan antar individu1(Aini, 2016).

Tonsilitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas atas (ISNA) yang banyak ditemukan di
Indonesia. Prevalensi ISNA di Indonesia adalah 234 per 1000 anak, sedangkan prevalensi tonsilitis
tonsilitis kronis adalah 36 kasus per 1000 anak. Angka kesakitan ISNA masih menempati peringkat
pertama dibandingkan dengan penyakit lainnya pada anak-anak di Indonesia (Mindarti, 2010).

Infeksi akut sering tidak mengalami penyembuhan yang sempurna, bahkan berlanjut menjadi infeksi
kronis Infeksi saluran napas atas yang terbanyak adalah tonsilitis. Angka kesakitan rawat jalan sesuai data
tabulasi tahun 1994 untuk tonsilitis akut adalah 463/1000 anak1(Mindarti, 2010).

Pemeriksaan antibodi streptokokus mendeteksi adanya antibodi terhadap berbagai antigen yang
dihasilkan oleh streptokokus grup A. Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan kadar anti streptolisin O
(ASO), kadar antideoksiribonuklease-B (anti DnaseB) dan streptozyme test. Penetapan kadar
antistreptolisin O merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan apakah sebelumnya pernah
terinfeksi oleh streptokokus grup A yang menyebabkan komplikasi penyakit post streptokokus (Mindarti,
2010).

Infeksi Streptokokus Grup B (SGB) atau Streptococcus agalactiae pada neonatus telah menyebabkan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas bayi di seluruh dunia, baik di negara-negara maju maupun
di negara-negara yang sedang berkembang. Bakteri SGB merupakan penyebab utamainfeksi yang serius
pada bayi baru lahir antara lain menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitis neonatal (Hayati,
2010).

Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) pada umumnya didahului infeksi saluran nafas
bagian atas atau infeksi kulit oleh kuman Streptococcus β haemolyticus grup A dan kadang-kadang oleh
2grup C atau G. Galur yang dapat menyebabkan glomerulonefritis akut ini disebut streptokokus
nefritogenik2

Streptokokus dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kemampuan menghancurkan sel darah
merah, yaitu Streptococcus β haemolyticus jika kuman dapat melakukan hemolisis lengkap,
Streptococcus α- haemolyticus jika melakukan hemolisis parsial, dan Streptococcus γ- haemolyticus jika
tidak menyebabkan hemolisis Streptococcus β haemolyticus dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yaitu
grup A hingga T. Sistem penentuan serotipe grup A streptokokus dibuat menurut abjad berdasarkan jenis
polisakarida dinding sel (Lancefield group) atas dasar reaksi presipitin protein M atau reaksi aglutinin
protein T dinding sel. Disebut sebagai streptokokus grup A karena dinding sel terdiri dari polisakarida
polimer l-ramnose dan N-asetil-D-glukosamin dengan rasio 2:1. Polisakarida grup A ini mengadakan
ikatan ke peptidoglikan yang disusun dari N-asetil-D-glukosamin, N-asetil-Dmuraminic acid, dan
tetrapeptida asam d-glutamat, serta d- dan l-lisin pada dinding sel. Streptokokus grup A, B, C, D, dan G
merupakan grup yang paling sering ditemukan pada manusia. Streptococcus β haemolyticusgrup A
merupakan bentuk yang paling virulen. Streptokokus grup A disebut juga dengan Streptokokus piogenes,
dan termasuk kelompok Streptococcus βhaemolyticus yang dapat menyebabkan GNAPS dan demam
reumatik. Pada kuman streptokokus grup A ini, telah diidentifikasi sejumlah konsituen somatik dan
produk ekstraselular, namun peranannya dalam patogenesis GNAPS belum semuanya
diketahui2(Sadung, 2009).

Anda mungkin juga menyukai