Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil RSUD Kota Tangerang

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang didirikan sebagai upaya


tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pengembangan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang adalah pelayanan berdasarkan standar Rumah Sakit Umum kelas C
non kelas dengan kapasitas 150 TT yang dilaksanakan sesuai dengan situasi
dan kondisi rumah sakit.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang berlokasi di pusat Kota


Tangerang, di Jl. Pulau Putri Raya Perumahan Modernland Kelurahan Kelapa
Indah Kecamatan Tangerang. Pembangunan fisik RSUD telah dibuat dengan
memperhatikan zoning dan rencana alur pelayanan sehingga tidak menyalahi
aturan standar persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI,
yang aman bagi pasien dan pelanggan serta efektif dan efisien. Pelayanan
Rumah Sakit melihat dan mengacu kepada sumber daya yang ada akan

1
memberikan keuntungan kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan pegawai.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang dibangun mulai pada tahun
2012 dan selesai pembangunannya pada tahun 2013, berdiri di atas lahan
sebesar 14.000M2 luas bangunan 23.743M2 dengan tinggi bangunan 8 lantai
adalah merupakan Rumah Sakit tipe C non kelas. Fasilitas yang disediakan
terdiri dari Instalasi gawat darurat, Instalasi rawat jalan dengan 4 bidang
spesialistik dasar dan 8 bidang spesialistik tambahan lainnya, Instalasi rawat
Inap, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium,
Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah, Workshop, dapur, laundry, CSSD,
Ipal, Ruang Administrasi Rumah Sakit, Ruang Medical Record, dan Ruang
Keamanan, berdasarkan SK Walikota No 445/Kep.87-RSUD/2014, tertanggal 30
Januari 2014, RSUD Kota Tangerang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dengan status BLUD penuh dan telah diresmikan oleh Walikota
H. ARIF R WISMANSYAH pada tanggal 10 Maret 2014 dan dihadiri oleh tokoh -
tokoh masyarakat Kota Tangerang, Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang juga berdasarkan Keputusan Walikota No 445/Kep.87-RSUD/2014
bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah ditetapkan sebagai
Satuan Kerja Perangkap Daerah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan
Badan Layanan Umum Daerah, kemudian penyerahan sertifikat penempatan
kelas RSUD Kota Tangerang oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 23 Juli
2014.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang didirikan sebagai upaya


tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Dalam
mengembangkan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang
sampai akhir tahun 2018 jumlah tempat tidur yang tersedia adalah 184 Tempat
Tidur perawatan Umum dan 6 Tempat Tidur perawatan bayi.

Pencapaian RSUD Kota Tangerang di tahun 2017 meraih akreditasi


Rumah Sakit dengan predikat “Paripurna” versi 2012. Dalam meningkatkan mutu
pelayanan, RSUD Kota Tangerang membuka poliklinik sore (klinik konsultan

2
ginjal hypertensi, klinik anak, klinik kebidanan kandungan, klinik jiwa dan klinik
gigi spesialis), klinik DOTS, klinik Okupasi therapi, dan menambah jumlah
tempat tidur ICU dari 4 TT menjadi 6 TT, Isolasi ICU 2 TT, tindakan operasi
dengan Minimal Invasive Surgery (MIS) sebagai penunjang tindakan operatif.

VISI

Terwujudnya RSUD Kota Tangerang sebagai RS Ruukan yang berdaya s


aing dan berahlakul karimah

MISI

1. Menyelenggarakan Upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau,


dan terpercaya.
2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan.
3. Mewujudkan Rumah Sakit yang nyaman dan ramah lingkungan.

MOTTO
Melayani dengan CINTA (Cepat, Inovatif, Nyaman, Tepat dan Akurat).
Cepat : Cepat dan tangkas dalam melayani pasien, serta melakukan
pemeriksaan dalam waktu singkat.
Inovatif : Memberikan pelayanan sesuai perkembangan terbaru dan
terobosan yang kreatif.
Nyaman : Memberikan kenyamanan dalam melayani pasien.
Tepat : Benar dalam melakukan tindakan, tanpa dilebih-lebihkan
atau dikurang-kurangi.
Akurat : Melakukan tindakan secara teliti dan saksama agar tidak
terjadi kesalahan.
.
B. Latar Belakang

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total


dari permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi
menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi bisa mengenai komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya.

3
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8
persen laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara
15-29 tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari
semua cedera olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada
wanita, tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang
berusia > 60 tahun. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh
di rumah (Owens, 2010)

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Dislokasi ?
2. Apa saja Klasifikasi Dislokasi ?
3. Apa saja Etiologi dari Dislokasi ?
4. Bagaimana Patologi yang terdapat pada kasus Dislokasi ?
5. Bagaimana Teknik Radiografi pemeriksaan Lumbosacral dengan kasus
Spondylosis ?

D. Tujuan Penulisan
1. Menyelesaikan tugas laporan makalah tentang kasus pada pemeriksaan
radiologi bidang konvensional
2. Untuk mengetahui definisi Dislokasi
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Dislokasi
4. Untuk mengetahui Anatomi Manus
5. Untuk mengetahui Penyebab Dislokasi
6. Untuk mengetahui Patologi Dislokasi

E. Manfaat Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat lebih mengetahui
dan memahami tentang pemeriksaan Manus dengan klinis Dislokasi
2. Mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan radiologi konvensional Manus
dengan kasus Dislokasi di RSUD Kota Tangerang
3. Mengetahui Teknik Radiografi pemeriksaan Manus pada pasien dengan
kasus Dislokasi

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi.

Ossa Manus adalah tulang tulang yang terdiri dari ossa carpalia, ossa
metacarpalia dan phalanx

a) Ossa Carpalia

Ossa carpalia terdiri dari bagian proksimal dan bagian distal. Bagian
proksimal terdiri dari scapoid, lunatum, triquetrum, dan pisiform. Sedangkan
bagian distal terdiri dari trapezium, trapezoid, capitatum dan hamatum.

b) Ossa metacarpalia

Ossa Metacarpalterdidri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan


dan bagian proximalnya berarticulasi dengan bagian distal tulang carpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang carpal dan metacarpal membuat
tangan menjadi sangat flexible. Khusus di tulang metacarpal I (ibu jari) dan
metacarpal II (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

5
Terdiri dari : caput (berarticulasi dengan phalanx), corpus dan basis (sebelah
proximal berarticulasi dengan ossa carpalis). Caput lebih besar dari pada
basis.

 Metacarpus 1 : lebih pendek, mempunyai facies articularis berbentuk oval,


berarticularis dengan multangulum majus.
 Metacarpus 2 : paling panjang, basis terlebar, bentuk tak beraturan.
 Metacarpus 3 : basis berbentuk segi tiga mempunyai prosesus styloideus.
 Metacarpus 4 : basisnya berbentuk segi empat.
 Metacarpus 5 : basisnya berbentuk segi tiga.
 Sesamoid : tulang kecil yang menempel pada caput metacarpal

c) Phalanx

Phalanx merupakan tulang panjang mempunyai batang dan dua ujung.


Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat ada 14 phalanx pada setiap
tangan, hanya thumb yang memiliki 2 phalanx dan jari yang lain masing-
masing 3

B. Patologi
a) Definisi Dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya tulang dari sendi atau dari posisi
normalnya secara paksa (Gibson, 2002). Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis
membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.
Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka
sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

6
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif
Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis
lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah,
karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
b) Klasifikasi Dislokasi
 Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya yaitu :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa.
 Dislokasi Berdasarkan tipe kliniknya yaitu :
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Kronis
Dislokasi kronis dapat dibedakan menjadi dislokasi rekuren,
berkepanjangan atau Prolonged dan kebiasaan atau Habitual.
Pada dislokasi rekuren penderita sering mengalami dislokasi

7
namun tidak dapat mereposisi sendiri. Pada dislokasi
berkepanjangan dapat timbul bila dislokasi akut didiamkan saja
tanpa diberikan perawatan selama berminggu-minggu,
sedangkan untuk dislokasi kebiasaan atau habitual dislocation
penderita dapat berulang-ulang mengalami dislokasi dan dapat
mereposisi sendi tersebut sendiri. Pada dislokasi rekuren dan
kebiasaan umumnya sudah terjadi perubahan bentuk kapsul
maupun ligamennya maka dari itu sendi tersebut menjadi
hipermobilitas.
3. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
 Dislokasi Berdasarkan daerah anatomis yaitu :
1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)

Gambar 4. Dislokasi sendi bahu ( shoulder joint )

8
2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)

Gambar 5. Dislokasi sendi siku tangan ( elbow joint )


3. Dislokasi sendi panggul (hip joint)
Dislokasi panggul dapat terjadi ketika caput femur keluar
dari daerah acetabulum (socket) pada pelvis. Dislokasi ini dapat
terjadi apabila daerah tersebut mengalami benturan keras seperti
pada kecelakaan mobil ataupun jatuh dari ketinggian tertentu.
Pada kecelakaan mobil, dimana akibat terbenturnya lutut
membentur dashboard sehingga terjadi deselerasi yang cepat
dan tekanan dihantarkan dari femur ke panggul.
Kadang dislokasi pada sendi panggul ini juga dapat disertai
adanya fraktur. Dislokasipada sendi panggul merupakan jenis
dislokasi yang amat serius dan membutuhkan penanganan yang
cepat. Diagnosis dan terapi yang tepat untuk menghindari akibat
jangka panjang dari hal ini yaitu nekrosis avaskuler dan
osteoarthritis.

9
Gambar 6. Dislokasi Sendi Panggul

Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitudislokasi


anterior dan dislokasi posterior tergantung berat atau tidaknya
trauma tersebut.

1. Dislokasi Posterior 90% dislokasi ini terjadi pada daerah


panggul, dimana tulang femur terdorong keluar dari socket atau
acetabulum arah ke belakang (backward direction). Dislokasi
posterior ditandai dengan pergelangan kaki atas (tulang femur)
yang berotasi interna dan adduksi, panggul dalam posisi fleksi
namun pada bagian lutut serta pergelangan kaki bawah justru
pada posisi yang berkebalikan. Biasanya disertai juga dengan
penekanan dari nervus ischiadicus.
2. Dislokasi Anterior (Obturator Type) Dislokasi ini sering
disebabkan tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang
abduksi sehingga caput femur terangkat dan keluar dari
acetabulum, caput femur terlihat di depan acetabulum
socketnya dengan arah maju ke depan (forward direction)
sehingga daerah panggul mengalami abduksi dan rotasi
eksterna menjauhi dari bagian tengah tubuh.

Klasifikasi Dislokasi Sendi Panggul Anterior menurut Epstein


yaitu :
Tipe 1 : Dislokasi superior termasuk pubis dan subspinosa
1A Tidak terdapat fraktur

10
1B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
1C Terdapat fraktur dari acetabulum
Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal
2A Tidak terdapat fraktur
2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
2C Terdapat fraktur acetabulum

4. Dislokasi sendi lutut (kneecap joint)


Dislokasi patella paling sering disebabkan oleh robeknya
ligamen yang berfungsi untuk menstabilkan dari sendi lutut
tersebut. Ligamen yang paling sering mengalami cedera dalam
hal ini yaitu Ligamentum Krusiatum, dimana hal ini dapat terjadi
ketika bagian lateral dari lutut mengalami suatu tekanan atau
benturan keras. Padahal ligamen ini membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk penyembuhannya. Dislokasi sendi lutut atau
patella ini dapat menyebabkan cederanya otot quadriceps, yang
akan memperparah dalam hal ini terutama bila terjadi efusi pada
bagian lutut atau dalam keadaan terlalu cepat melakukan
pemanasan, dan terlalu cepat untuk kembali melakukan suatu
aktivitas (olahraga). Dislokasi pada sendi lutut jarang terjadi. Hal
ini terjadi akibat trauma yang cukup besar seperti terjatuh,
tabrakan mobil, dan cedera yang terjadi secara cepat. Bila sendi
lutut mengalami dislokasi, maka akan terlihat terjadinya
deformitas. Bentuk dari kaki akan terlihat bengkok atau
mengalami angulasi. Kadang dislokasi pada sendi lutut ini akan
mengalami relokasi secara sendiri. Lutut dalam hal ini akan
menjadi sangat bengkak dan sakit.

11
Gambar 7. Dislokasi Sendi Lutut

5. Dislokasi sendi pergelangan kaki (ankle joint)


Dislokasi pergelangan kaki (ankle) adalah suatu kondisi
dimana rusaknya dan robeknya jaringan konektif di sekitar
pergelangan kaki disertai dengan berubahnya posisi tulang dalam
suatu daerah persendian. Pergelangan kaki terdiri dari dua tulang
yaitu tulang fibula dan tibia yang berdampingan. Kedua tulang ini
turut membangun persendian pada pergelangan kaki. Sendi
pergelangan kaki terdiri atas kapsul sendi dan beberapa ligamen
yang membantu kestabilan dari persendian. Dalam
pergerakannya, stretching atau pemanasan yang berlebihan
dapat merusak dari jaringan konektif yang ada, sehingga tulang
pada persendian ini dapat keluar dari posisi normalnya atau
mengalami dislokasi.

Gambar 8. Dislokasi Pergelangan Kaki

12
Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma
atau terjadi dorongan yang keras terhadap tulang pergelangan
sehingga terpisah. Hal ini dapat terjadi akibat benturan langsung,
kecelakaan motor atau pun cedera berat pada pergelangan
tersebut (severe sprain). Mekanisme dari dislokasi ini terjadi
sebagai kombinasi dari posisi plantar flexi pada bagian
pergelangan kaki namun kaki juga mengalami baik inversi
maupun eversi agar dapat menahan beban.
Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya
biasanya akan merasakan nyeri yang sangat hebat ketika
mengalami cedera. Nyeri tersebut bahkan dapat membuat pasien
tidak dapat melakukan aktivitas serta menahan beban sama
sekali. Nyeri biasanya dirasakan pada bagian pergelangan kaki
namun dapat terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki sekitarnya.
Nyeri sendiri dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki
tersebut disentuh. Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam
hal ini. Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas
akibat membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa
atau kebas dan kesemutan juga dapat dirasakan.
c) Etiologi Dislokasi
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak
bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
13
- Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin
tentang tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi.

C. Teknik Pemeriksaan
I. Persiapan Pasien

Pada dasarnya pemeriksaan Manus tidak membutuhkan persiapan khusus.


Pasien hanya melepaskan benda asing serta logam yang berada di sekitar
Manus (Tangan Pasien) agar tidak mengganggu gambaran radiografi.

II. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pesawat Sinar-X
b. Kaset ukuran 18 x 24 cm
c. Computer Radiografi (CR)
d. Personal Computer (PC)
III. Teknik Radiografi
1) Proyeksi Postero Anterior (PA)
a) Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping dari meja
pemeriksaan

b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan

14
- Letakkan MCP Joint pada pertengahan kaset
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
- Tidak ada rotasi pada manus
- Space metacarpal dan phalanges terbuka
- Tampak distal radius dan ulna
- Tidak saling superposisi
- Kolimasi sesuai dengan objek yang diperiksa

2) Proyeksi PA Oblique

15
a) Posisi Pasien : Duduk menyamping dari meja
pemeriksaan

b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Atur manus pada kemiringan 45 derajat
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal Tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :

- Metacarpal dijiti 2-5 saling superposisi sebagian

- Metacarpal dijiti 1 tidak superposisi

16
- Space metacarpal da n phalanges terbuka

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
I. Data Pasien
a. Nama : TN, MS
b. Umur : 38 THN
c. No. Registrasi : 0021xxxx
d. Jenis Kelamin : Laki - laki
e. Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2019
f. Pemeriksaan : Manus Dextra
g. Klinis : Dislokasi
II. Persiapan Pasien

Pada dasarnya pemeriksaan Manus tidak membutuhkan persiapan


khusus. Pasien hanya melepaskan benda asing serta logam yang berada
di sekitar Manus (Tangan Pasien) agar tidak mengganggu gambaran
radiografi.

III. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pesawat Sinar-X
b. Kaset ukuran 18 x 24 cm
c. Computer Radiografi (CR)
d. Personal Computer (PC)
IV. Prosedur Pemeriksaan
1. Mencatat data pasien pada buku registrasi Radiologi
2. Membaca formulir permintaan yang ada diatas meja
3. Memanggil nama pasien masuk ke dalam ruang pemeriksaan
4. Memastikan Nama, TTL, permintaan foto pada pasien
5. Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruangan pemeriksaan dan
mengganti pakaian serta melepas logam-logam yang berada di sekitar
abdomen (Perut) dengan baju pasien yang telah disediakan
6. Memasukkan data pasien ke dalam Computer
V. Teknik Pemeriksaan
1) Proyeksi Postero Anterior (PA)

18
a) Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping dari meja
pemeriksaan
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Letakkan MCP Joint pada pertengahan kaset
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
- Tidak ada rotasi pada manus
- Space metacarpal dan phalanges terbuka
- Tampak distal radius dan ulna
- Tidak saling superposisi
- Kolimasi sesuai dengan objek yang diperiksa

2) Proyeksi PA Oblique
a) Posisi Pasien : Duduk menyamping dari meja
pemeriksaan
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Atur manus pada kemiringan 45 derajat
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal Tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :

- Metacarpal dijiti 2-5 saling superposisi sebagian

- Metacarpal dijiti 1 tidak superposisi

19
- Space metacarpal da n phalanges terbuka

VI. Proteksi Radiasi


Pemeriksaan Manus dengan kasus Dislokasi yang dilakukan di
Instalasi Radiologi RSUD Kota Tangerang proteksi radiasi yang sudah
dilakukan terhadap pasien, petugas, dan masyarakat umum adalah :
a) Proteksi radiasi bagi pasien
Ukuran luas lapangan penyinaran masih melebihi ukuran kaset
yang digunakan. Pengaturan obyek sudah tepat dan pemilihan faktor
eksposi yang sudah tepat untuk menghindari pengulangan foto pada
pasien.
b) Proteksi radiasi bagi petugas
Petugas radiasi berlindung di balik tabir protesi radiasi saat
melakukan eksposi.
c) Proteksi bagi masyarakat umum
Orang yang tidak berkepentingan dengan pemeriksaan diharap
keluar kamar pemeriksaan. Bila terpaksa di perlukan orang lain untuk
memegang pasien karena keadaan pasien yang sangat buruk maka
memakai baju proteksi radiasi (apron). Selama melakukan
pemeriksaan pintu ruangan ditutup.
VII. Pengolahan Film
Pengolahan Film di Instalasi Radiologi RSIJ Cempaka Putih
menggunakan Computer Radiografi (CR)

20
VIII. Hasil Radiografi

HHasil Gambar Manus Proyeksi PA HHasil Gambar Manus Proyeksi PA Oblique

B. Pembahasan

Dari hasil gambaran yang telah didapatkan, bahwa teknik pemeriksaan


ossa manus Proyeksi PA dan PA Oblique tersebut tidak sesuai dengan teori.
Hasil gambaran pun didapatkan sedikit berbeda karena posisi pasien yang tidak
dapat bekerja sama dalam keadaan sakit akibatnya menyebabkan posisi objek
menjadi tidak true PA

21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari laporan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan Manus
Dextra di Instalasi Radiologi RSUD Kota Tangerang ini dilakukan dengan
menggunakan proyeksi postero anterior dan oblique didiagnosa adanya
dislokasi tulang Metacarpal II, III
B. SARAN
Saran yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini adalah kita sebagai
mahasiswa calon radiografer harus mengetahui teknik pemeriksaan khusus
yang akan diterapkan untuk pemeriksaan radiografi pada penderita trauma pada
ossa manus di RSUD Kota Tangerang agar hasil gambaran sesuai dengan
kriteria hasil gambar yang baik

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi
Pada Sendi Bahu. Digitasl Library USU.

2. Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan


I, EGC, 1995.

3. https://www.academia.edu/11956364/LAPORAN_KASUS

4. https://www.academia.edu/11892322/Dislokasi

5. Merrill___Atlas_of_Radiographic_Positions__amp__Radiologic_Procedures__vol
_1

23

Anda mungkin juga menyukai