PENDAHULUAN
1
memberikan keuntungan kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan pegawai.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang dibangun mulai pada tahun
2012 dan selesai pembangunannya pada tahun 2013, berdiri di atas lahan
sebesar 14.000M2 luas bangunan 23.743M2 dengan tinggi bangunan 8 lantai
adalah merupakan Rumah Sakit tipe C non kelas. Fasilitas yang disediakan
terdiri dari Instalasi gawat darurat, Instalasi rawat jalan dengan 4 bidang
spesialistik dasar dan 8 bidang spesialistik tambahan lainnya, Instalasi rawat
Inap, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium,
Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah, Workshop, dapur, laundry, CSSD,
Ipal, Ruang Administrasi Rumah Sakit, Ruang Medical Record, dan Ruang
Keamanan, berdasarkan SK Walikota No 445/Kep.87-RSUD/2014, tertanggal 30
Januari 2014, RSUD Kota Tangerang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dengan status BLUD penuh dan telah diresmikan oleh Walikota
H. ARIF R WISMANSYAH pada tanggal 10 Maret 2014 dan dihadiri oleh tokoh -
tokoh masyarakat Kota Tangerang, Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang juga berdasarkan Keputusan Walikota No 445/Kep.87-RSUD/2014
bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah ditetapkan sebagai
Satuan Kerja Perangkap Daerah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan
Badan Layanan Umum Daerah, kemudian penyerahan sertifikat penempatan
kelas RSUD Kota Tangerang oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 23 Juli
2014.
2
ginjal hypertensi, klinik anak, klinik kebidanan kandungan, klinik jiwa dan klinik
gigi spesialis), klinik DOTS, klinik Okupasi therapi, dan menambah jumlah
tempat tidur ICU dari 4 TT menjadi 6 TT, Isolasi ICU 2 TT, tindakan operasi
dengan Minimal Invasive Surgery (MIS) sebagai penunjang tindakan operatif.
VISI
MISI
MOTTO
Melayani dengan CINTA (Cepat, Inovatif, Nyaman, Tepat dan Akurat).
Cepat : Cepat dan tangkas dalam melayani pasien, serta melakukan
pemeriksaan dalam waktu singkat.
Inovatif : Memberikan pelayanan sesuai perkembangan terbaru dan
terobosan yang kreatif.
Nyaman : Memberikan kenyamanan dalam melayani pasien.
Tepat : Benar dalam melakukan tindakan, tanpa dilebih-lebihkan
atau dikurang-kurangi.
Akurat : Melakukan tindakan secara teliti dan saksama agar tidak
terjadi kesalahan.
.
B. Latar Belakang
3
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8
persen laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara
15-29 tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari
semua cedera olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada
wanita, tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang
berusia > 60 tahun. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh
di rumah (Owens, 2010)
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Dislokasi ?
2. Apa saja Klasifikasi Dislokasi ?
3. Apa saja Etiologi dari Dislokasi ?
4. Bagaimana Patologi yang terdapat pada kasus Dislokasi ?
5. Bagaimana Teknik Radiografi pemeriksaan Lumbosacral dengan kasus
Spondylosis ?
D. Tujuan Penulisan
1. Menyelesaikan tugas laporan makalah tentang kasus pada pemeriksaan
radiologi bidang konvensional
2. Untuk mengetahui definisi Dislokasi
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Dislokasi
4. Untuk mengetahui Anatomi Manus
5. Untuk mengetahui Penyebab Dislokasi
6. Untuk mengetahui Patologi Dislokasi
E. Manfaat Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat lebih mengetahui
dan memahami tentang pemeriksaan Manus dengan klinis Dislokasi
2. Mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan radiologi konvensional Manus
dengan kasus Dislokasi di RSUD Kota Tangerang
3. Mengetahui Teknik Radiografi pemeriksaan Manus pada pasien dengan
kasus Dislokasi
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi.
Ossa Manus adalah tulang tulang yang terdiri dari ossa carpalia, ossa
metacarpalia dan phalanx
a) Ossa Carpalia
Ossa carpalia terdiri dari bagian proksimal dan bagian distal. Bagian
proksimal terdiri dari scapoid, lunatum, triquetrum, dan pisiform. Sedangkan
bagian distal terdiri dari trapezium, trapezoid, capitatum dan hamatum.
b) Ossa metacarpalia
5
Terdiri dari : caput (berarticulasi dengan phalanx), corpus dan basis (sebelah
proximal berarticulasi dengan ossa carpalis). Caput lebih besar dari pada
basis.
c) Phalanx
B. Patologi
a) Definisi Dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya tulang dari sendi atau dari posisi
normalnya secara paksa (Gibson, 2002). Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis
membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.
Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka
sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
6
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif
Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis
lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah,
karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
b) Klasifikasi Dislokasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya yaitu :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa.
Dislokasi Berdasarkan tipe kliniknya yaitu :
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Kronis
Dislokasi kronis dapat dibedakan menjadi dislokasi rekuren,
berkepanjangan atau Prolonged dan kebiasaan atau Habitual.
Pada dislokasi rekuren penderita sering mengalami dislokasi
7
namun tidak dapat mereposisi sendiri. Pada dislokasi
berkepanjangan dapat timbul bila dislokasi akut didiamkan saja
tanpa diberikan perawatan selama berminggu-minggu,
sedangkan untuk dislokasi kebiasaan atau habitual dislocation
penderita dapat berulang-ulang mengalami dislokasi dan dapat
mereposisi sendi tersebut sendiri. Pada dislokasi rekuren dan
kebiasaan umumnya sudah terjadi perubahan bentuk kapsul
maupun ligamennya maka dari itu sendi tersebut menjadi
hipermobilitas.
3. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
Dislokasi Berdasarkan daerah anatomis yaitu :
1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)
8
2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)
9
Gambar 6. Dislokasi Sendi Panggul
10
1B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
1C Terdapat fraktur dari acetabulum
Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal
2A Tidak terdapat fraktur
2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
2C Terdapat fraktur acetabulum
11
Gambar 7. Dislokasi Sendi Lutut
12
Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma
atau terjadi dorongan yang keras terhadap tulang pergelangan
sehingga terpisah. Hal ini dapat terjadi akibat benturan langsung,
kecelakaan motor atau pun cedera berat pada pergelangan
tersebut (severe sprain). Mekanisme dari dislokasi ini terjadi
sebagai kombinasi dari posisi plantar flexi pada bagian
pergelangan kaki namun kaki juga mengalami baik inversi
maupun eversi agar dapat menahan beban.
Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya
biasanya akan merasakan nyeri yang sangat hebat ketika
mengalami cedera. Nyeri tersebut bahkan dapat membuat pasien
tidak dapat melakukan aktivitas serta menahan beban sama
sekali. Nyeri biasanya dirasakan pada bagian pergelangan kaki
namun dapat terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki sekitarnya.
Nyeri sendiri dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki
tersebut disentuh. Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam
hal ini. Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas
akibat membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa
atau kebas dan kesemutan juga dapat dirasakan.
c) Etiologi Dislokasi
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak
bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
13
- Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin
tentang tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi.
C. Teknik Pemeriksaan
I. Persiapan Pasien
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
14
- Letakkan MCP Joint pada pertengahan kaset
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
- Tidak ada rotasi pada manus
- Space metacarpal dan phalanges terbuka
- Tampak distal radius dan ulna
- Tidak saling superposisi
- Kolimasi sesuai dengan objek yang diperiksa
2) Proyeksi PA Oblique
15
a) Posisi Pasien : Duduk menyamping dari meja
pemeriksaan
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Atur manus pada kemiringan 45 derajat
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal Tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
16
- Space metacarpal da n phalanges terbuka
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
I. Data Pasien
a. Nama : TN, MS
b. Umur : 38 THN
c. No. Registrasi : 0021xxxx
d. Jenis Kelamin : Laki - laki
e. Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2019
f. Pemeriksaan : Manus Dextra
g. Klinis : Dislokasi
II. Persiapan Pasien
18
a) Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping dari meja
pemeriksaan
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Letakkan MCP Joint pada pertengahan kaset
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
- Tidak ada rotasi pada manus
- Space metacarpal dan phalanges terbuka
- Tampak distal radius dan ulna
- Tidak saling superposisi
- Kolimasi sesuai dengan objek yang diperiksa
2) Proyeksi PA Oblique
a) Posisi Pasien : Duduk menyamping dari meja
pemeriksaan
b) Posisi Objek :
- Lengan bawah menempel meja pemeriksaan
- Atur manus pada pada pertengahan pasien
- Atur manus pada kemiringan 45 derajat
- Pastikan nantinya tidak ada gambaran yang terpotong
c) CR : Vertikal Tegak lurus bidang film
d) CP : Metacarpophalangeal Joint digiti 3
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
g) Kriteria Gambar :
19
- Space metacarpal da n phalanges terbuka
20
VIII. Hasil Radiografi
B. Pembahasan
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari laporan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan Manus
Dextra di Instalasi Radiologi RSUD Kota Tangerang ini dilakukan dengan
menggunakan proyeksi postero anterior dan oblique didiagnosa adanya
dislokasi tulang Metacarpal II, III
B. SARAN
Saran yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini adalah kita sebagai
mahasiswa calon radiografer harus mengetahui teknik pemeriksaan khusus
yang akan diterapkan untuk pemeriksaan radiografi pada penderita trauma pada
ossa manus di RSUD Kota Tangerang agar hasil gambaran sesuai dengan
kriteria hasil gambar yang baik
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi
Pada Sendi Bahu. Digitasl Library USU.
3. https://www.academia.edu/11956364/LAPORAN_KASUS
4. https://www.academia.edu/11892322/Dislokasi
5. Merrill___Atlas_of_Radiographic_Positions__amp__Radiologic_Procedures__vol
_1
23