Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau
terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari. Keteledoran menjalani pola hidup, diet ketat, faktor
lingkungan dan stress juga dapat memunculkan gangguan kesehatan lambung. Salah
satunya adalah menyebabkan meningkatnya asam pada lambung yang membuat dinding
lambung lama kelamaan tidak kuat menahan asam yang terjadi pada lambung dan timbul
luka. Meningkatnya asam lambung yang disertai perut terasa perih seperti diiris-iris biasa
dikenal dengan sebutan penyakit maag. Penyakit maag atau juga yang biasa dikenal
dengan sebutan gastritis merupakan suatu keadaan kesehatan dimana terjadi
pembengkakan, peradangan atau iritasi pada lapisan lambung. Tidak hanya maag, ada
beberapa penyakit lambung diantaranya penyakit dispepsia, Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD), infeksi lambung, dan kanker lambung. Dispepsia itu sendiri adalah
suatu kondisi medis yang ditandai nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
atau yang biasanya timbul setelah makan (Ndraha, 2014).
GERD juga merupakan salah satu keluhan penyakit pada lambung. Rasa sakit
yang hampir sama dengan maag dan dispepsia, tetapi GERD ini lebih berbahaya
dibandingkan maag dan dispepsia. Tidak hanya itu, jenis penyakit lambung lainya adalah
infeksi lambung dan kanker lambung. Penyebab infeksi lambung sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi seperti junk food, karena banyak bakteri pada makanan-
makanan tersebut. Sedangkan kanker lambung adalah kanker yang berkembang di area
lambung. Penyebab utama kanker lambung adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Penyebab lainnya adalah merokok. Untuk mengetahui pasti pasien yang menderita
penyakit ini bisa melalui hasil laboratorium (Ndraha, 2014).
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi refluksnya HCL
dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan komplikasi yang menurunkan
kualitas hidup seseorang, GERD merupakan salah satu jenis gangguan pencernaan yang
cukup sering dijumpai di masyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas hidup (Ndraha,
2014).

4
GERD termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit dengan posisi kelima pasien
yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit
mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati (Profil Dinkes Nasional
2015).
Prevalensi GERD di Amerika Utara yaitu 18,1%-27,8% di Eropa yaitu 8,8%-
25,9% di Asia Timur 2,5%-7,8%, Australia 11,6%, dan Amerika Selatan yaitu 23,0%.
Sedangkan prevelensi GERD di Asia termasuk Indonesia lebih rendah dengan presentase
5% pada tahun 2017, namun data terakhir didapatkan peningkatan mencapai 13,13% per
tahun akibat adanya perubahan gaya hidup, seperti merokok dan obesitas (Asroel, 2017).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke
empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah Negara Amerika, Inggris dan
Bangladesh yaitu berjumlah 340 juta penderita GERD. Insiden GERD di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2015).
Sedangkan prevalensi GERD di Sumatra Barat menunjukkan angka prevalensi
GERD sebesar 11,11%. Distribusi frekuensi GERD tertinggi didapatkan pada jenis
kelamin laki-laki sebesar 12% dan indeks massa tubuh kategori gizi baik sebesar 13,1%.
Gejala regurgitasi lebih umum dijumpai daripada heartburn, yaitu sebesar 35,76%.
Prevalensi GERD lebih umum dijumpai pada mahasiswa yang mempunyai kebiasaan
konsumsi kopi sebesar 29,41%, tidak mempunyai kebiasaan konsumsi teh sebesar
11,37%, mempunyai kebiasaan konsumsi minuman asam sebesar 21,57% dan mempunyai
kebiasaan konsumsi makanan pedas sebesar 12,37%.
Jika dilihat dari prevalensi GERD yang ada di Kabupaten Tanah Datar
menunjukkan angka kejadian GERD sebesar 10,34 %. Distribusi frekuensi GERD
tertinggi di dapatkan pada masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang berusia ≥30 tahun.
Distribusi frekuensi GERD terjadi antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin
perempuan (DinKes, 2018). Hal tersebut sejalan dengan angka kejadian GERD yang
tercatat di Rekam Medik Rsu Prof. Dr. M. Ali Hanafiah Batusangkar. Angka kejadian
GERD Rsu Prof. Dr. M. Ali Hanafiah Batusangkar menunjukan bahwa GERD berada
dalam 10 penyakit tertinggi yang terjadi di Rsu Prof. Dr. M. Ali Hanafiah Batusangkar.
Jika di lihat dari prevalensi kejadian GERD di Ruang Interne Rsu Prof. Dr. M. Ali
Hanafiah Batusangkar, angka kejadian GERD mencapai 14,89 % (profil Rsu Prof. Dr. M.
Ali Hanafiah Batusangkar).
GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, diet, rokok,
nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), obesitas, faktor pelindung lambung dan

5
faktor perusak gaster, faktor pelindung gaster diantaranya yaitu sekresi mukus, sekresi
bikarbonat, aliran darah mukosa, dan regenerasi epitel, sedangkan faktor perusak gaster
yaitu asam hidroklorida (HCL) lambung serta zatzat yang dapat merangsang sekresi asam
HCL gaster berlebihan dan dilatasi gaster. Tidak adanya keseimbangan faktor pelindung
dan faktor perusak pada organ gaster merupakan inti dari permasalahan GERD. Dengan
menghindari faktor perusak seperti makanan pedas, kopi, dan NSAID, diharapkan dapat
menghindari kekambuhan GERD (Ndraha, 2014).
Pasien GERD biasanya mengeluhkan bermacam-macam keluhan, seperti
heartburn, regurgitation, dan gangguan makan, tetapi terkadang pasien datang dengan
keluhan sesak, nyeri dada, dan batuk. (Susanto, 2017).

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk merumuskan masalah


terkait asuhan keperawatan pada klien dengan Gerd diruangan interne RSU Prof. Dr. M.
ALI HANAFIAH BATUSANGKAR.

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
GERD.
b) Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui konsep teoritis GERD
- Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan teoritis GERD
- Untuk mengetahui pemberian Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
GERD

Anda mungkin juga menyukai