Anda di halaman 1dari 20

Mardiana,Jemmy Wenas dan Arnold C.

Turang

BADAN LITBANG PERTANIAN


BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
SULAWESI UTARA
2019
1
2
BUKU SAKU

PAKAN BERIMBANG BERBASIS JERAMI PADI


DAN KONSENTRAT LOKAL UNTUK SAPI POTONG

Mardiana, Jemmy Wenas dan Arnold C. Turang

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN


SULAWESI UTARA
2019

3
4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas ijinnya
jualah sehingga penyusunan BUKU SAKU Pakan Berimbang Berbasis Jerami
Padi dan Konsentrat Lokal untuk Sapi Potong. Buku Saku ini merupakan bahan
penyuluhan bagi penyuluh lapangan untuk mempercepat trasfer teknologi dan
adopsi inovasi pemanfaatan limbah padi dan pakan lokal pada petani ternak
sapi.

Disadari bahwa penulisan Buku Saku ini tidak luput dari kekurangan yang harus
kita lengkapi bersama. Untuk itu, saran – saran dari pembaca untuk melengkapi
tulisan ini kedepan sangatlah penting.

Manado, Juli 2019

Tim Penyusun :

i
Ucapan Terima Kasih

Sebagai koordinator penyuluh pertanian di Balitbangtan BPTP Sulawesi Utara,


kami menyambut baik akan hadirnya Buku Saku Pakan Berimbang Berbasis
Jerami Padi dan Konsentrat Lokal untuk Sapi Potong.

Kehadiran inovasi teknologi melalui buku ini, akan menjadi inspirasi para pelaku
utama ketika mengawal inovasi teknologi. Terlebih diera globalisasi ketika kita
memaknai revolusi pertanian ke empat (RP-4), yang saat ini menjadi entripoint
penting dalam membangun petani-petani milenial kedepan.

Untuk itu, sebagai koordinator Penyuluh Pertanian (PP) di Balitbangtan BPTP


Sulawesi Utara, saya menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Paulus C. Paat, MP.


2. Dr. Ir. Yusuf, MP.
3. Ir. Derek Polakitan,

atas tersusunnya buku saku ini.

Koordinator Penyuluh Pertanian


Balitbangtan BPTP Sulawesi Utara

Ir. Jeimmy Wenas.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


Ucapan Terima Kasih ……………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................... 1
Formulasi Konsentrat Lengkap .................................................... 4
BAB II TEKNOLOGI AMONIASI
Pengertian Amoniasi ................................................................. 4
Amoniasi Jerami ........................................................................ 5
Bahan ...................................................................................... 5
Cara Pembuatan Amoniasi ......................................................... 7
BAHAN BACAAN ................................................................................ 9

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi bahan dan nutrisi pakan ……………………………... 3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jerami Padi ...................................................................... 1


Gambar 2. Pakan Lokal ....................................................................... 4
Gambar 3. Mineral ............................................................................. 6
Gambar 4. Proses Pembuatan Jerami Amoniasi .................................... 8

iv
BAB. I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Faktor pembatas utama pengembangan peternakan sapi di Sulut adalah


pakan, hal ini terkait dengan pilihan masyarakat peternak yang umumnya
masih mempertahankan system pemberian pakan secara ekstensif atau
tradisional yaitu system digembalakan bebas dan system ikat-pindah di padang
rumput. Akan tetapi kenyataannya penyempitan padang rumput terus terjadi
karena dikonversi menjadi lahan tanaman pangan, hortikultura dan tanaman
industry, bahkan perutukan lainnya.
Pertumbuhan peternakan sapi pada wilayah-wilayah sentra produksi
pertanian seperti Sulut, tidak ada jalan lain kecuali dengan cara pemeliharaan
intensif perkandangan. Pemeliharaan system perkandangan membutuhkan
pakan hijauan atau dengan mengoptimalkan limbah pertanian. Ini sangat
berbeda dengan wilayah berpadang rumput luas seperti di Sulsel dan
kepulauan Nusa Tenggara yang masih banyak peternakan sapi berbasis savana
atau padang rumput.
Pertumbuhan luas tanam untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura
dan tanaman industry yang terus meningkat di Sulut berkonsekuensi pada
semakin meningkatnya produksi limbah pertanian yang potensial untuk
dijadikan pakan ternak terutama ternak-ternak ruminansia seperti sapi. Sasaran
luas tanam padi Sulut tahun 2018 adalah sekitar 173 ribu ha sedangkan jagung

1
sekitar 489 ribu ha (Paat dkk. 2018). Hal ini menggambarkan bahwa produksi
limbah berupa jerami dan dedak yang cukup besar.

Gambar 1. Jerami Padi


Setiap ha lahan sawah menghasilkan bahan kering jerami setara berat
gabah kering yang dipanen, sementara itu setiap ha jagung menghasilkan
jerami setara dua kali lipat jagung pipilan kering yang dipanen (Paat dkk,
2016). Dengan demikian jika satu ha sawah menghasilkan gabah kering giling
(GKG) 4 ton maka jumlah jerami yang dihasilkan adalah 4 ton Bahan kering
untuk satu musim tanam atau 8 ton setahun untuk sawah IP 200%. Untuk
jagung, jika satu ha lahan menghasilkan jagung pipilan kering (GKG) 4 ton
maka jumlah jerami yang dihasilkan adalah 8 ton bahan kering untuk satu
musim tanam atau 16 ton setahun untuk IP 200%.
Perkiraan produksi jerami padi di Sulut pada sasaran luas tanam tahun
2019 seluar 173 ribu ha adalah 692 ribu ton BK untuk sekali tanam. Jika
kebutuhan konsumsi BK pakan untuk 1 unit ternak (setara satu ekor 300 kg
bobot hidup sapi) adalah sekitar 3300 kg setahun, maka dari limbah jerami padi
saja sudah cukup untuk menghidupi sekitar 210 ribu ekor sapi dewasa. Artinya
dengan pupolasi sapi di Sulut saat ini yang hanya 119 ribu ekor maka
sebetulnya Sulut berstatus surplus pakan sapi.
2
Biasanya untuk ternak sapi penggemukan yang menambahkan pakan
konsentrat sampai 50% dari total konsumsinya, maka konsumsi jerami padi
akan mencapai 10 kg. Dengan demikian andai kata sapi bakalan yang
digemukkan berjumlah 10 ekor maka sehari akan dikonsumsi sejumlah sekitar
100 kg. Artinya bahwa bila kandang tower dipadatkan maka setiap 1 m3 dapat
3
mengisi 50 kg jerami kering, sehingga untuk volume 100 m3 dapat mengisi 100 m x
50 kg = 5000 kg, sehingga untuk persediaan 5000 kg jerami tersebut akan habis
selama sekitar 50 hari.
Kendala utama penggunaan limbah pertanian padi dan jagung sebagai
pakan ternak ruminansia adalah tingginya kadar serat (selulosa, hemiselulosa,
dan lignin), dan silica yang merupakan komponen penyusun dinding sel
tanaman. Kadar serat dan lignin yang tinggi menyebabkan kecernaan jerami
rendah dan konsumsinya menjadi terbatas (Paat dkk. 2018). Pemberian pakan
jerami padi saja dengan atau tanpa perlakuan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok ternak. Oleh sebab itu pakan berbais jerami perlu
ditambahkan suplemen di dalam ransumnya. Tambahan tersebut harus
mengandung zat pakan yang dibutuhkan ternak. Jumlah suplemen di dalam
ransum biasanya sekitar 25 – 50% (Paat, 2016).
Menyusun formulasi konsentrat komplit dari bahan lokal sebagai pakan
suplemen untuk penggemukan sapi berbasis pakan jerami padi, yakni : jagung
50%, dedak padi 49%, mineral lengkap 1%. Pada sapi yang diberikan pakan
basal jerami secara kontinyu maka konsentrat komplit ini diberikan sekali saja
apakah pada pagi hari atau sore hari. Pada usaha penggemukan setiap ekor
dapat diberikan 1-1,5% dari bobot hidup. Kombinasi dari pakan konsentrat

3
komplit dengan pakan jerami yang tersedia di Tower dinamakan formula FPS-
01 (Paat dkk, 2016).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jika ternak sapi
diberikan konsentrat komplit sebanyak 1,5% dari bobot badan maka jumlah
kemampuan konsumsi jerami kering adalah sekitar 1,5% dari bobot badan
(Paat dkk, 2016). Tabel 1 menyajikan komposisi pakan FPS-01 yang disajikan
pada sapi penggemukan di kandang tower jerami.

Tabel 1. Komposisi bahan dan nutrisi pakan FPS-01*)


Komposisi Komposisi nutrisi (%)
Bahan pakan Bahan pakan Protein Serat
Lemak TDN
(kg) Kasar kasar
Jerami padi 50 5.00 17,95 0,85 20,00
amoniasi
24 2,40 0.50 0,94 16,53
Jagung
25 3,25 3,08 2,82 25,28
Dedak padi
1 - - - -
Mineral mix

Total 100 10,90 21,53 4,61 61,81


*) Dihitung berdasarkan Tabel komposisi nutrisi (Paat dkk. 2018)).

Formulasi Konsentrat Lengkap


Adapun cara menyusun formulasi konsentrat lengkap dari bahan lokal murah
sebagai pakan tambahan atau suplemen untuk penggemukan sapi berbasis
pakan jerami padi, yakni : jagung 50%, dedak padi 49%, mineral lengkap 1%.
Pada sapi yang diberikan pakan basal jerami secara kontinyu maka konsentrat
4
lengkap ini diberikan sekali saja apakah pada pagi hari atau sore hari. Pada
usaha penggemukan setiap ekor dapat diberikan 1-1,5% dari bobot hidup.
Kombinasi dari pakan konsentrat komplit dengan pakan jerami yang tersedia di
Tower dinamakan formula FPS-01.

Gambar 2. Pakan Lokal

5
BAB. II.
TEKNOLOGI AMONIASI

Pengertian Amoniasi
Amoniasi adalah suatu proses perombakan dari struktur keras menjadi
struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja.
Pengolahan amoniasi merupakan suatu proses pememotongan ikatan rantai
tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan
oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan
jerami padi, sehingga ikatan tadi bias terlepas dan berganti ikatan dengan NH3,
dan saat yang sama sellulosa serta hemisellulosa akan terlepas dari ikatan.
Dengan demikian maka sifat kecernaan jerami akan meningkat, juga kadar
proteinnya juga meningkat karena NH3 yang terikat akan berubah menjadi
senyawa sumber protein.
Dalam setiap hijauan termasuk di dalamnya adalah jerami padi, terdapat
Sellulosa dan hemisellulosa yang merupakan bagian dari serat kasar hijauan.
Keduanya secara kimia merupakan rantai yang panjangdari glukosa. Ikatan
rantai ini cukup kuat. Disamping itu mereka juga berikatan dengan lignin,
ikatan inipun lebih kuat dari ikatan diantara sellulosa tadi. Semua jalinan ikatan
tersebut secara keseluruhan sangat tahan tahan terhadap “serangan” enzim
yang dikeluarkan oleh mikroba rumen (pencernaan). Sehingga kandungan
sellulosa dan hemisellulosa, tidak dapat di cerna dan di manfaatkan tubuh
ternak sebagai energi. Penggunaan limbah yang mempunyai kandungan protein
rendah dapat diberikan perlakuan untuk meningkatkan kualitas jerami dengan

6
cara yang relative murah da praktis adalah melalui proses fermentasi jerami
padi terbuka (Haryanto, 2004).

Amoniasi Jerami
Teknologi ini sering dinamakan sebagai perlakuan amoniasi urea atau
amoniasi karena ammonia yang digunakan berasal dari hidrolisis urea. Prinsip
perlakuan amoniasi urea adalah terbentuknya amonia akibat hidrolisis urea
yang telah dilarutkan dengan air dan telah dicampurkan merata ke dalam
jerami padi dalam suatu tempat yang tertutup rapat (kondisi anaerob).
Hidrolisis urea terjadi akibat aktivitas enzim urease yang dihasilkan oleh bakteri
Proteus sp. dan Micfrococcus sp dan sutu jenis ragi atau yeast (Rhodotolula
sp.) yang terdapat di jerami padi.
Selain meningkatkan kecernaan dan konsumsi, perlakuan amoniasi dapat
pula meningkatkan kadar protein kasar jerami padi dari sekitar 4% menjadi 8-
11%. Untuk mendapatkan kualitas jerami amoniasi yang berkualitas, perlu
diperhatikan factor dosis urea, lama fermentasi, dan kadar air. Dosis urea 4%
dari berat bahan kering, lama peram 3 minggu, dan kadar air 40% merupakan
kombinasi perlakuan yang paling efisien untuk perlakuan amoniasi jerami padi.

Bahan-bahan Amoniasi
Syarat bahan pakan yang diproses dengan teknologi amoniasi adalah
tumbuhan yang berdinding keras, seperti batang padi, atau jerami yang
berkualitas baik, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah
maupun hujan. Tujuan pembuatan Amonisasi adalah meningkatkan kualitas
jerami yang rendah kandungan nutrisinya, menjadi jerami yang kandungan

7
nutrisinya memadai, serta makin tingi daya kecernaannya. Kandungan amonia
juga akan digunakan oleh mikroba rumen dalam aktivitas sintesis protein,
sehingga bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan
daya cernanya yang tinggi.
Urea yang merupakan sumber NH3 yang mudah untuk mendapatkannya
karena tersedia sampai ke pelosok desa. Dosis urea yang ditaburkan ke dalam
jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100
kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg. Jika
dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut
tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.
Air yang digunakan sebanyak 40 liter untuk setiap 100 kg bahan baku. Air
berfungsi untuk melarutkan urea sehingga bisa tercampur merata dan untuk
membasahi bahan campuran.

Gambar 3. Mineral Lengkap

8
Cara Pembuatan Amoniasi Jerami Padi
Sebelum dilakukan pembuatan amoniasi perlu dipersiapkan tempatnya.
Tempat yang murah dan mempunyai kapasitas besar adalah membuat silo
dengan membuat cetakan dari bamboo dan kayu lata ukuran 2 x 2 x 0.8 m dan
terpal plasik sesuai ukuran cetakan. Setiap meter kubik silo dapat menampung
400-500 kg jerami padi. Silo dibuat dengan memperhatikan syarat-syarat
sebagi berikut :
1. Silo dibuat di tempat yang agak tinggi agar tidak tergenang air di musim
hujan
2. Jarak dengan kandang tidak terlalu jauh agar memudahkan pengangkutan.
Sebagai contoh sebuah silo paling kecil untuk keperluan 1 ekor sapi dewasa
selama musim kemarau 100 hari (± 3 bulan) dibuat cetakan sebesar 2 m 2. Silo
ini dapat diperbesar sesuai dengan kebutuhan.

a. Bahan-bahan :
1. 500 kg jerami padi kering udara
2. 30 kg urea
3. 200 liter air
b. Peralatan :
1. Silo tanah ukuran 1 x 1 x 0.8 meter
2. Terpal pastik 3 x 4 m
3. Dua buah ember.
4. Dua buah alat pengaduk.

9
Cara pengerjaanya :
1. Pada dasar silo digelar terpal palstik. Diatas terpal pastik pada posisi tengah
dirakit cetakan yg terbuat dari bamboo dan lata kayu yang sisi saling
dikaitkan membentuk 4 persegi.
2. Jerami dimasukkan ke dalam cetakan sedikit demi sedikit . jerami disusun
dengan maksud agarmudah pada saat dipadatkan. Untuk memadatkan
jerami tersebut dapat diinjakinjak. Untuk 500 kg jerami padi kering karena
kelenturannya maka jerami akan muncul kepermukaan.
3. Siapkan larutan urea dalam kedua ember yang berisi air . untuk 500 kg
jerami disiapkan larutan urea 30 kg dalam 200 liter air. Slanjinya dipercik
kejerami secara merata (setiap 20 cm) sampai cetakan penuh.
4. Setelah selesai penyiraman dengan larutan urea,dibuka dan dilepas terpal
plastic yang menjadialas dibubungkuskan kejerami dan diikat dengan tali.
5. Silo kemudian dibiarkan untuk proses amoniasi, kira-kira satu bulan.
6. Setelah satu bulan silo sudah bisa dibongkar dan jerami disimpan dibawah
atap tempat penyimpanan. Seperti halnya dengan teknik lainnya, jerami
harus diangin-anginkan paling sedikit 2 hari sebelum diberikan pada ternak.

10
Gambar 4. Proses Pembuatan Jerami Amoniasi

11
Bahan Bacaan :

Haryanto, B. 2003. Jerami padi fermentasi sebagai ransum dasar ruminansia. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25 (3) : 1 – 2

Paat. P. dan Polakitan D. 2018. Meningkatkan Nilai Gizi Jerami Padi Melalui Teknologi
Amoniasi Disampaikan pada Pengabdian Pada Masyarakat Fakultas Peternakan
Unsrat Manado di Dumoga Utara – Kabupaten Bolaang Mongondow, 1-2 Juni 2018

Paat. P. 2018. Inovasi Teknologi Kandang Tipe Tower Untuk Sapi Potong disampaikan
pada APTEK di Kakaskasen Kota Tomohon, 24 s/d 25 Juli 2018

Paat. P, Reppi R., Wenas J., Aryanto, Kantohe D. 2016. Pendampingan


Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi di Sulut. Laporan Hasil Kegiatan
BPTP Sulut tahun 2018

12

Anda mungkin juga menyukai