Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KIMIA

YHOAN CANOVA
XII MIPA 5

SMA NEGERI 4 PONTIANAK


JL. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
A. SIFAT KOLIGATIF NONELEKTROLIT
Pembentukan suatu larutan tidak menimbulkan pengaruh terhadap sifat-sifat kimia zat-zat
penyusun larutan tersebut. Air suling (air murni) dan air sumur (air yang mengandung zat terlarut)
memperlihaikan reaksi yang sama jika, misalnya, direaksikan dengan logam natrium. Akan tetapi,
sifat-sifat fisis suatu zat sering berubah tatkala zat itu menjadi komponen larutan. Pada suhu -20°C
air murni pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat anti beku,
“antifreeze” untuk raidator kendaraan) akan tetap cair pada suhu serendah itu.

Pada Bab ini kita akan mempelajari sifat koligatif larutan, yaitu sifat-sifat fisis yang hanya
ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut, dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Ada empat
jenis sifat koligatif larutan, yaitu:

1. Penurunan tekanan uap (ΔP)


2. Penurunan titik beku (ΔTf)
3. Kenaikan titik didih (ΔTb)
4. Tekanan osmotik (𝜋).

Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel zat terlarut yang sama akan
memperlihatkan harga ΔP, ΔTf, ΔTb, dan 𝜋 yang sama, meskipun jenis zat yang dilarutkan
pada masing-masing larutan itu berbeda-beda. Makin banyak jumlah partikel zat tersebut,
makin besar pula harga

Istilah koligatif diambil dari bahasa Latin colligare (mengumpulkan). Artinya, sifat-sifat ini
ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut. Penelitian tentang sifat-sifat koligatif
dipelopori oleh Francois Marie Raoult (1830 – 1901) dari Perancis pada tahun 1870-an.

I. Penurunan Tekanan Uap


Tekanan uap (vapor pressure) adalah ukuran kecerendungan molekul-molekul suatu cairan
untuk lolos menguap. Makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul
cairan itu berubah menjadi uap. Harga tekanan uap akan membesar (cairan makin mudah
menguap) apabila suhu dinaikkan.

Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di permukaan yang memiliki
cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan molekul-molekul tetangganya. Jika ke dalam pelarut
cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati permukaan bukan hanya molekul
pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut di permukaan makin sedikit,
maka laju penguapan akan berkurang. Dengan perkataan lain, tekanan uap cairan itu turun.
Makin banyak zat terlarut, makin besar pula penurunan tekanan uap/tekanan uap kecil.

Besarnya penurunan tekanan uap dirumuskan oleh Raoult sebagai berikut.

ΔP = X · P°
dengan, ΔP = penurunan tekanan uap

X = fraksi mol zat terlarut


P° = tekanan uap pelarut murni (diketahui)

Rumus di atas dapat dijabarkan menjadi:


𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
ΔP = x P°
𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡

II. Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih


Penurunan tekanan uap suatu cairan akibat adanya zat terlarut membawa konsekuensi bagi titik
beku dan titik didih cairan tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada diagram PT di bawah ini.

B’ B D D’

B = titik beku air/pelarut murni

B’ = titik beku larutan

ΔTf = penurunan titik beku = B – B’

D = titik didih air/pelarut murni

D’ = titik didih larutan

ΔTb = kenaikan titik didih = D’ - D


Pada setiap suhu, suatu larutan memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada pelarut
murninya. Akibatnya, dari diagram PT terlihat jelas bahwa titik didih larutan selalu lebih tinggi serta
titik beku larutan selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih dan titik beku pelarut
murninya.

Air murni pada tekanan 1 atm mempunyai titik beku 0oC dan titik didih 100oC. Jika ke dalam
air kita larutkan suatu zat, maka titik beku larutan akan lebih rendah dari 0oC dan titik didih larutan
akan lebih tinggi dari 100oc.

Besarnya penurunan titik beku (ΔTf) dan kenaikan titik didih (ΔTb) hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut. Makin banyak partikel zat terlarut, makin besar pula harga ΔTf dan ΔTb.

Raoult merumuskan hal tersebut sebagai berikut.

ΔTf = Kf · m

ΔTb = Kb · m
dengan m = konsentrasi dalam molal

Kf = tetapan titik beku molal (diketahui)

Kb = tetapan titik didih molal (diketahui)

Karena larutan NaCl mempunyai titik beku lebih rendah daripada air, ia dicampurkan dengan es
untuk menjaga suhu lebih rendah. Hal ini biasa dilakukan ketika kita membuat es krim sendiri.

Dalam penentuan ΔTf dan ΔTb sudah tentu kita harus mengubah-ubah suhu. Oleh karena itu,
kita memakai satuan konsentrasi molal, yang tidak bergantung pada suhu. Dalam hal ini, satuan
molar tidak cicik digunakan, sebab suhu mempengaruhi volume larutan.
Harga ΔTf dan ΔTb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut. Setiap
pelarut memiliki harga dan masing-masing yang diperoleh dari hasil eksperimen, yaitu dengan cara
mengukur dan dari larutan tepat 1 molal dalam pelarut yang bersangkutan.

Pelarut Titik beku Kf Titik didih Kb


(oC) (oC)
Air (H2O) 0 1,86 100 0,52

Etanol (C2H5OH) -115 2,0 78 1,2


Kloroform (CHCl3) -64 4,8 60 3,6
Karbontetraklorida -22 30 77 5,0
(CCl4)
Benzena (C6H6) 5 5,0 80 2,5

Rumus ΔTf dan ΔTb dapat dijabarkan menjadi berikut ini.


1000 𝑔
ΔTf = Kf x x
𝑝 Mm

1000 𝑔
ΔTb = Kb x x
𝑝 Mm

dengan p = berat pelarut

g = berat zat terlarut

Mm = massa molar zat terlarut (g mol-1)

III. Tekanan Osmotik


Suatu larutan yang encer memiliki tekanan uap yang lebih besar daripada larutan yang
pekat. Artinya, molekul-molekul pelarut dalam larutan encer memiliki kecenderungan lolos
(escaping tendency) yang lebih besar.

Marilah kita amati apa yang terjadi jika suatu larutan encer dan suatu larutan pekat
dipisahkan oleh selaput (membran) yang semipermabel, yaitu selaput yang dapat ditembus oleh
molekul pelarut, tetapi tidak mampu ditembus oleh molekul zat terlarut. Selaput semipermabel ini
dapat berupa gelatin, kertas perkamekn lapisan film selofan, atau membran sel makhluk hidup.
Maka terjadilah peristiwa osmosis, yaitu perpindahan molekul pelarut dari larutan yang encer ke
larutan yang pekat.

Peristiwa osmosis menyebabkan naiknya permukaan larutan pekat, sehingga tekanan


membesar yang pada gilirannya akan memperlambat laju osmosis. Akhirnya tercapailah suatu
tekanan yang mampu mengehentikan osmosis atau perpindahan molekul perlarut. Tekanan ini
disebut tekanan osmotik (π).

Tekanan osmotik merupakan salah satu sifat koligatif larutan dabn terdapat kesamaan
rumus tekanan osmotik dengan rumus gas ideal.

PV=nRT
𝑛
Jika P adalah tekanan osmotik (π), sedangkan adalah kemolaran (M), maka:
𝑉

π=MRT
dengan, π = tekanan osmotik (atm)

M = kemolaran larutan

R = 0,08205 (L atm mol-1K-1)

T = suhu mutlak (K)

Suatu larutan encer dapat menimbulkan tekanan osmotik yang sangat besar. Contoh,
larutan 1 molar pada suhu 0oC menimbulkan tekanan osmotik 22,4 atm. Tekanan yang sangat besar
itu mampu mengangkat raksa dalam kolom manometer setinggi 17 meter. Seandainya raksa ini
diganti oleh air, maka air akan naik setinggi 230 meter atau dua kali tinggu Tugu Monas! Tekanan
osmotik inilah yang memungkinkan air dan larutan lain dari dalam tanah dapat mencapai pucuk
pepohonan yang tinggi, sebab larutan dalam sel tumbuh-tumbuhan memiliku tekanan osmotik 40-50
atmosfer.

Di rumah sakit, larutan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh
darah haruslah bersifat isotonis (memiliki tekanan osmotik sama) dengan sel-sel darah. Jika larutan
infus itu hipertonis (tekanan osmotiknya lebih tinggi), maka terjadi krenasi (air keluar dari sel darah),
sehingga sel mengkerut dan rusak. Sebaliknya, jika larutan infus itu hipotonis (tekanan osmotiknya
lebih rendah), maka terjadi hemolisis (air masuk ke sel darah) yang menyebabkan sel
menggelembung dan pecah.

Bila sel darah merah dikelilingi oleh larutan berkonsentrasi rendah, cairan akan masuk ke dalam sel
dan menyebabkan sel pecah (hemolisis). Bila sel dikelilingi oleh larutan berkonsentrasi tinggi, cairan
akan keluar sel dan sel akan mengkerut (krenasi).

Anda mungkin juga menyukai