YHOAN CANOVA
XII MIPA 5
Pada Bab ini kita akan mempelajari sifat koligatif larutan, yaitu sifat-sifat fisis yang hanya
ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut, dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Ada empat
jenis sifat koligatif larutan, yaitu:
Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel zat terlarut yang sama akan
memperlihatkan harga ΔP, ΔTf, ΔTb, dan 𝜋 yang sama, meskipun jenis zat yang dilarutkan
pada masing-masing larutan itu berbeda-beda. Makin banyak jumlah partikel zat tersebut,
makin besar pula harga
Istilah koligatif diambil dari bahasa Latin colligare (mengumpulkan). Artinya, sifat-sifat ini
ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut. Penelitian tentang sifat-sifat koligatif
dipelopori oleh Francois Marie Raoult (1830 – 1901) dari Perancis pada tahun 1870-an.
Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di permukaan yang memiliki
cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan molekul-molekul tetangganya. Jika ke dalam pelarut
cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati permukaan bukan hanya molekul
pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut di permukaan makin sedikit,
maka laju penguapan akan berkurang. Dengan perkataan lain, tekanan uap cairan itu turun.
Makin banyak zat terlarut, makin besar pula penurunan tekanan uap/tekanan uap kecil.
ΔP = X · P°
dengan, ΔP = penurunan tekanan uap
B’ B D D’
Air murni pada tekanan 1 atm mempunyai titik beku 0oC dan titik didih 100oC. Jika ke dalam
air kita larutkan suatu zat, maka titik beku larutan akan lebih rendah dari 0oC dan titik didih larutan
akan lebih tinggi dari 100oc.
Besarnya penurunan titik beku (ΔTf) dan kenaikan titik didih (ΔTb) hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut. Makin banyak partikel zat terlarut, makin besar pula harga ΔTf dan ΔTb.
ΔTf = Kf · m
ΔTb = Kb · m
dengan m = konsentrasi dalam molal
Karena larutan NaCl mempunyai titik beku lebih rendah daripada air, ia dicampurkan dengan es
untuk menjaga suhu lebih rendah. Hal ini biasa dilakukan ketika kita membuat es krim sendiri.
Dalam penentuan ΔTf dan ΔTb sudah tentu kita harus mengubah-ubah suhu. Oleh karena itu,
kita memakai satuan konsentrasi molal, yang tidak bergantung pada suhu. Dalam hal ini, satuan
molar tidak cicik digunakan, sebab suhu mempengaruhi volume larutan.
Harga ΔTf dan ΔTb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut. Setiap
pelarut memiliki harga dan masing-masing yang diperoleh dari hasil eksperimen, yaitu dengan cara
mengukur dan dari larutan tepat 1 molal dalam pelarut yang bersangkutan.
1000 𝑔
ΔTb = Kb x x
𝑝 Mm
Marilah kita amati apa yang terjadi jika suatu larutan encer dan suatu larutan pekat
dipisahkan oleh selaput (membran) yang semipermabel, yaitu selaput yang dapat ditembus oleh
molekul pelarut, tetapi tidak mampu ditembus oleh molekul zat terlarut. Selaput semipermabel ini
dapat berupa gelatin, kertas perkamekn lapisan film selofan, atau membran sel makhluk hidup.
Maka terjadilah peristiwa osmosis, yaitu perpindahan molekul pelarut dari larutan yang encer ke
larutan yang pekat.
Tekanan osmotik merupakan salah satu sifat koligatif larutan dabn terdapat kesamaan
rumus tekanan osmotik dengan rumus gas ideal.
PV=nRT
𝑛
Jika P adalah tekanan osmotik (π), sedangkan adalah kemolaran (M), maka:
𝑉
π=MRT
dengan, π = tekanan osmotik (atm)
M = kemolaran larutan
Suatu larutan encer dapat menimbulkan tekanan osmotik yang sangat besar. Contoh,
larutan 1 molar pada suhu 0oC menimbulkan tekanan osmotik 22,4 atm. Tekanan yang sangat besar
itu mampu mengangkat raksa dalam kolom manometer setinggi 17 meter. Seandainya raksa ini
diganti oleh air, maka air akan naik setinggi 230 meter atau dua kali tinggu Tugu Monas! Tekanan
osmotik inilah yang memungkinkan air dan larutan lain dari dalam tanah dapat mencapai pucuk
pepohonan yang tinggi, sebab larutan dalam sel tumbuh-tumbuhan memiliku tekanan osmotik 40-50
atmosfer.
Di rumah sakit, larutan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh
darah haruslah bersifat isotonis (memiliki tekanan osmotik sama) dengan sel-sel darah. Jika larutan
infus itu hipertonis (tekanan osmotiknya lebih tinggi), maka terjadi krenasi (air keluar dari sel darah),
sehingga sel mengkerut dan rusak. Sebaliknya, jika larutan infus itu hipotonis (tekanan osmotiknya
lebih rendah), maka terjadi hemolisis (air masuk ke sel darah) yang menyebabkan sel
menggelembung dan pecah.
Bila sel darah merah dikelilingi oleh larutan berkonsentrasi rendah, cairan akan masuk ke dalam sel
dan menyebabkan sel pecah (hemolisis). Bila sel dikelilingi oleh larutan berkonsentrasi tinggi, cairan
akan keluar sel dan sel akan mengkerut (krenasi).