Anda di halaman 1dari 47

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kehutanan Skripsi Sarjana

2019

Dampak Banjir Bandang Terhadap


Aktivitas Masyarakat Sekitar Air Terjun
Dua Warna Sibolangit, Sumatera Utara

Husna, Zulfa
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13655
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
DAMPAK BANJIR BANDANG TERHADAP
AKTIVITAS MASYARAKAT SEKITAR AIR TERJUN
DUA WARNASIBOLANGIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ZULFA HUSNA
141201067

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


DAMPAK BANJIR BANDANG TERHADAP AKTIVITAS
MASYARAKAT SEKITAR AIR TERJUN DUA WARNA
SIBOLANGIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :
ZULFA HUSNA
141201067

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memproleh


gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Zulfa Husna
Nim : 141201067
Judul Skripsi : Dampak Banjir Bandang Terhadap Aktivitas Masyarakat Sekitar Air
Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang
penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam
penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, Februari 2019

Zulfa husna
141201067

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
ZULFA HUSNA. Dampak Banjir Bandang Terhadap Aktivitas Masyarakat
Sekitar Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara. Dibimbing oleh
ACHMAD SIDDIK THOHA.
Salah satu dampak bencana alam adalah terganggunya aktivitas masyarakat di
sekitar lokasi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas
masyarakat dan mengetahui dampak bencana banjir bandang disekitar Air Terjun
Dua Warna. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data skunder dan data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara dengan pengambilan sampel 10 % dari
jumlah populasi.Hasil dari penelitian menunjukkan aktivitas masyarakat sekitar
kawasan wisata Air Terjun Dua Warna Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yaitu pemandu wisata, pengelola parkir,
petani, buruh harian, penyewaan tenda, berdagang, dan kegiatan organisai SAR.
Adapun dampak banjir bandang wisata Air Terjun Dua Warna umumnya terlihat
jelas pada perubahan luas sungai/badan air dan ekosistem hutan rusak, yang
berdampak pada kegiatan masyarakat sekitar kawasan yang mengalami perubahan
aktivitas keseharian dari pemandu wisata menjadi buruh tani serta dari pedagang
beralih dalam mengelola lahan pertanian maupun lahan kebun campuran.

Kata kunci : Aktivitas Masyarakat, Air Terjun Dua Warna, Bencana Alam,
Tutupan Lahan

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

ZULFA HUSNA. The Impact of the Deluge Against the Activities of a


Community Around The Dua Warna Waterfall Sibolangit North Sumatra.
Supervised by the ACHMAD SIDDIK THOHA.
Natural disasters that occurred in the Dua Warna Waterfall destination
Subdistrict Sibolangit District of Deli Serdang North Sumatra is one of the
natural disasters that cause an impact on the activities of the community. This
research aims to identify the activities of the community and find out the impact of
a catastrophic flash floods around the Dua Warna Waterfall. The methods used in
this research uses qualitative descriptive method. The data collected in the form
of data primary data, skunder and primary data is data that is retrieved based on
the results of direct observation in the field and interviews with a sampling of
10% of the total population. The result of the research shows Activity society
around the Dua Warna Waterfall tour New Airport Village sub district of Deli
Serdang Regency, Sibolangit, Sumatera Utara. Guide, parking Manager,
farmers, workers ' daily, tent rental, trade organizations activity, and Dua Warna
SAR while the impact of the deluge against Community activity that occurs in
Dua Warna Waterfalls tours are generally clearly visible on the far-reaching
changes of the river/body of water and forest ecosystems are damaged, which
affects on community activities around the changing day-to-day activities of tour
guides became farm laborers as well as from traders switch in managing
agricultural land or land garden mix

Keywords: Community Activities, Dua Warna Waterfall, Natural Disasters, Social


Impacts.

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
Rahmad dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapaun skripsi
yang dibuat berjudul “Dampak Banjir Bandang Terhadap Aktivitas Masyarakat
Sekitar Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Dr. Achmad Siddik Thoha S.Hut., M.Si selaku komisi pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berterima
kasih kepada kedua orang tua bapak Abdul Gani dan Ibu Eva Yani serta kakak
dan adik yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, kesabaran,
doa dan dukungan serta materi kepada penulis.
Penulis juga berterimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Bandar Baru
khususnya masyarakat sekitar lokasi Air Terjun DuaWarna, dan kepada Bapak
Ramlan Barus selaku kepala UPT TAHURA Bukit Barisan yang telah banyak
membantu dalam memproleh data yang dibutukan dalam skripsi ini. Terakhir
penulis berterima kasih kepada rekan tim penelitian Arnidah Sari, Khairunnisa
Kudadiri Sinta Manik dan Boki Taiba Mayalibit, yang telah memberikan
semangat dan kerjasama saat melakukan penelitian

Medan, Februari 2019

Penulis

Zulfa Husna

iii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi


Sumtera Utara pada tanggal 03 Mei 1996 dari pasangan Abdul Gani dan ibu Eva
Yani. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formal di SD Negeri 050771 Pangkalan Kabupaten Langkat dan lulus
pada tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan
Berandan, Kabupaten Langkat dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014
penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih
Program Studi Kehutanan, minat Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi
baik di dalam maupun di luar kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Langkat
(HIMALA). Pada tahun 2016 dan 2017 sebagai anggota Student
Entreprenerurship Center USU (SEC). Penulis mengikuti Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2016 di Kawasan Hutan Mangrove Sei
Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Batang
Gadis (22 Januari – 22 Februari 2018).

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum .................................................................................... 3
Pengertian Bencana Alam ................................................................... 3
Bencana Banjir Bandang ..................................................................... 4
Pengertian Aktivitas ............................................................................. 5
Kriteria dan Contoh Aktivitas Masyarakat ......................................... 5
Dampak Bencana Banjir Bandang yang Berpengaruh
Terhadap Aktivitas Masyarakat............................................................ 5
Pemanfaatan Pengindraan Jauh untuk Kajian Dampak Bencana......... 6
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 12
Alat dan Bahan ..................................................................................... 12
Prosedur Penelitian............................................................................... 12
Pengumpulan Data .................................................................. ............ 13
Analisis Tipe Tutupan Lahan ............................................................... 14
Analisis Perubahan Tutupan Lahan...................................................... 14
Analisis Perubahan Aktivitas Masyarakat
Pra Bencana dan Pasca Bencana .......................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Aktivitas Masyarakat Sekitar Kawasan
Air Terjun Dua Warna................................ ......................................... 15
Dampak Banjir Bandang Terhadap Aktivitas Masyarakat................... 17
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................ .................................. 24
Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kelas Penetapan Lahan Menurut BAPLAN


Departemen Kehutanan 2015......................................................... 8

2. Data Primer dan Data Skunder dalam Penelitian........................... 13

3. Jenis Aktivitas Masyarakat Terkait Wisata Air Terjun


Dua Warna Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara ..................................... 15

4. Tutupan Lahan Tahun 2014 (pra bencana) dan 2016


(Pasca Bencana) di sekitar Air Terjun Dua Warna……………… 17

5. Akivitas Masyaraat Pra dan Pasca Bencana…………………….. 20

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian.............................................................. 12
2. Peta Tutupan Lahan di Dearah yang Berbatasan
Langsung dengan Kawasan Air Terjun Dua
Warna Desa Bandar Baru dan Sikeben...................................... 16
3. Peta Tutupan Lahan pada Kawasan Air Terjun
Dua Warna Tahun 2014.............................................................. 19
4. Peta Tutupan Lahan pada Kawasan Air Terjun
Dua Warna Tahun 2016.............................................................. 19
5. Kondisi Sungai Sekitar Sekitar
Kawasan Air Terjun Dua Warna................................................. 22
6. Kondisi Jalan Sekitar
Kawasan Air Terjun Dua Warna................................................. 22

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Dokumentasi Survey Lapangan................................................ 27
2. Kondisi Air Terjun Dua Warna Pasca
Benca Banjir Bandang Tahun 2018........................................... 27
3. Kondisi Sekitar Air Terjun Setelah Terjadi Bencana………….. 27
4. Sungai di sekitar Air Terjun…………………………………… 29
5. Villa yang Berada di Wisata Air Terjun Dua Warna……………. 29
6. Wawancara Terkait Bencana Banjir
Bandang dengan Narasumber Pengelola Villa.............................. 30
7. Wawancara dengan Narasumber Pemandu dan Pedagang............ 30
8. Wawancar Kepada Kepala UPT.TAHURA………….................. 31
9. Kondisi Kantor Kepala Desa Bandar Baru,Sibolangit…………. 31
10. Karakteristik Responden................................................................ 32
11. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Dampak Banjir Bandang...... 33
12. Matriks Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2014-2016 (Ha)……. 34

viii
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang rawan bencana, sebagian bencana seperti


gempa bumi, letusan gunung, tsunami, puting beliung terjadi di luar pengaruh
manusia. Untuk sebagian bencana lainnya, kegiatan manusia sampai tingkat
tertentu ikut menjadi faktor penyebab. Terlepas dari ada tidaknya pengaruh
aktivitas manusia dalam peristiwa bencana, fenomena bencana tampak datang
silih berganti seiring dengan perjalanan dan peredaran musim. Bahkan, bencana
yang menimpa Indonesia ditengarai semakin meningkat frekuensinya
(Nawiyanto, 2012).
Perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini ternyata berdampak
pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan
curah hujan tahunan yang relatif sama, namun dengan durasi yang singkat akan
berdampak pada meningkatnya intensitas banjir yang terjadi (Utama,2015).
Sibolangit terdiri dari beberapa daerah yang rawan terjadi pergerakan
tanah, dengan desa yang rawan terjadi longsor yaitu Desa Sibolangit, dan Desa
Bandar Baru. Kedua Desa ini memiliki kemiringan lereng yang berpotensi
terjadinya longsoran. Desa Sibolangit memiliki kemiringan lereng 80-900,
sedangkan Desa Bandar baru memiliki kemiringan lereng 60-700, yang masing-
masing desa ini memiliki curah hujan yang tinggi tiap tahunnya (Rahmad, 2018).
Hutan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan baik dari segi
ekologi, lingkungan, sosial maupun segi ekonomi. Hutan memiliki fungsi ganda
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan karena mereka terlibat
langsung dengan hutan tersebut. Pada umumnya masyarakat yang hidup di sekitar
hutan akan memiliki ketergantungan yang lebih tinggi,oleh sebab itu masyarakat
sekitar atau juga disebut masyarakat lokal tersebut akan tetap berusaha menjaga
dan mengelola hutan tersebut meskipun akan ada sebagian orang yang tidak
perduli akan fungsi hutan tersebut bagi kehidupan mereka (Ginting dkk, 2015).
Pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan
meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah
menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang

Universitas Sumatera Utara


2

dan terangkut tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut
inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk, bendungan
dan sungai (Yuwono, 2005).
Mengingat dampak banjir bandang yang terjadi di sekitar kawasan Air
Terjun Dua Warna maka pengelolaan harus terpadu antar Desa, pengelolaan
lingkungan harus tetap menjadi prioritas, Oleh karena itu perlu adanya upaya
dalam manajemen bencana. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Dampak Banjir Bandang Terhadap
Aktivitas Masyarakat Di Sekitar Air Terjun Dua Warna” Diharapkan penelitian
ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi masyarakat di sekitar kawasan
Air Terjun Dwi Warna, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penulisan dapat dirumuskan


sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan kawasan Air
Terjun Dua Warna.
2. Mengetahui dampak bencana banjir bandang terhadap aktivitas masyarakat di
sekitar kawasan Air Terjun Dua Warna.
Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan sebagai berikut:


1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam menjaga dan menanggulangi
terjadinya banjir di kawasan ekowisata Air Terjun Dua warna, Desa Bandar
Baru, Kecamatan Sibolangit.
2. Sebagai bahan dan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


3

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Air Terjun Dua Warna berada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli


Serdang Sumatera Utara. Air Terjun Dua Warna dapat dicapai melalui Medan-
Pancur Batu- Sibolangit dengan waktu tempuh 3 jam, dan Brastagi- Sibolangit 2
jam setengah. Secara geografis Kecamatan Sibolangit berada pada 98”53’602’-
98”60’797 Bujur Timur, 32”74’78’-033”99’08’ Lintang Selatan. Keadaan
topografi Air Terjun Dua Warna cenderung datar hingga agak curam 0,60% dan
berada pada ketinggian 350 -700 m dpl. Kecamatan Sibolangit memiliki luas 179,
96 Km2 yang terdiri dari 30 Desa. Pada bagian Utara Kecamatan Sibolangit
berbatasan dengan Kecamatan Pancur batu, sedangkan Bagian Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Karo, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kutalimbaru, serta sebalah Timur berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe,
Kecamatan Biru-Biru dan Kecamatan STM Hilir (BPS, 2016).
Berdasarkan Keppres No.48 Tahun 1988, Air Terjun Dua Warna
merupakan kawasan Bukit Barisan dengan fungsi hutan konservasi dan memiliki
luas 39.678 ha yang berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Langkat, Kabupaten
Karo, Kabupaten Deli serdang dan Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera
Utara.
Pengertian Bencana Alam

Bencana alam merupakan suatu peristiwa alami yang menimbulkan


dampak serius bagi manusia, seperti luka-luka atau hilangnya nyawa manusia,
rusaknya properti (seperti rumah dan bangu nan),rusaknya infrastruktur (seperti
jalan, jembatan dan saluran irigasi), musnahnya lahan budidaya (seperti lahan
pertanian). Bencana alam dikelompokkan menjadi bencana alam meteorologi,
bencana alam geologi, dan bencana alam dari ruang angkasa. Bencana alam
meteorology berhubungan dengan cuaca dan iklim. Bencana geologi berhubungan
dengan proses geologi, yaitu proses-proses yang berasal dari permukaan bumi
(eksogen) atau di bawah permukaan bumi (endogen) yang melibatkan material
batuan penyusunnya. Proses geologi bekerja membangun dan membentuk
permukaan bumi. Bencana dari ruang angkasa (ekstra teritorial) adalah bencana

Universitas Sumatera Utara


4

akibat jatuhan benda dari langit (asteroid) yang sampai ke permukaan bumi atau
bencana akibat gangguan badai matahari (Suwarsono, dkk 2010).
Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana Banjir Bandang

Banjir merupakan bagian dari perjalanan kehidupan manusia. Oleh sebab


itu sangat perlu diantisipasi dan diminimalisir sebisa mungkin, sehingga dampak
merugikan manusia bisa ditekan. Secara garis besar bencana dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bencana alam dan bencana yang disebabkan karena ulah
manusia sendiri. Dalam berbagai kasus bencana banjir, baik faktor alam maupun
faktor dari manusia secara bersama-sama menjadi faktor penyebab terjadinya
bencana. Suatu peristiwa alam dianggap sebagai bencana apabila mengakibatkan
atau berdampak pada timbulnya kerusakan, kerugian dan kesengsaraan manusia
(Ismiyah dkk, 2013).
Banjir menjadi permasalahan rutin yang sering dihadapi oleh warga
masyarakat yang tinggal pada wilayah aliran sungai. Meskipun masyarakat sadar
akan resiko bahaya dan kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir, namun
masyarakat tetap bersikeras untuk tinggal di wilayah rentan tersebut dan sulit
untuk direlokasi ke lokasi yang lebih aman dari bahaya banjir (Santoso, 2013).
Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang terjadi akibat
intensitas curah hujan yang tinggi dimana terjadi kelebihan air yang tidak
tertampung oleh jaringan pematusan suatu wilayah. Kondisi tersebut berdampak
pada timbulnya genangan di wilayah tersebut yang dapat merugikan masyarakat.
Peningkatan intensitas curah hujan secara dinamis dan signifikan yang terjadi
pada umumnya disebabkan oleh peningkatan gejala dari pemansana global berupa
kenaikan suhu di permukaan bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia
(Pamungkas dan Rachmat, 2014).

Universitas Sumatera Utara


5

Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah keaktivan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan dalam tiap bagian (KBBI, 2019). Dalam kehidupan sehari-hari
banyak sekali aktivitas, kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia, namun
berarti atau tidaknya kegitan tersebut tergantung pada individu tersebut. Menurut
Samuel Soeiteo (1982) sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan,
aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.
Kriteria dan Contoh Aktivitas Masyarakat

Aktivitas masyarakat merupakan segala sesuatu yang dilakukan atau


kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, aktivitas umum yang
dilakukan masyarakat sosial seperti gotong royong, interakasi sosial, aktivitas
dalam bekerja, sosialisasi tanggap bencana, kerja sama. Terjadinya suatu
kegiatan/aktivitas yang dilakukan manusia dimulai dari hal yang kecil hingga hal
besar, ini terjadi karena di daerah/kawasan tersebut memiliki daya tarik bagi
manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang bersipat ekonomi dan sosial. Daya
tarik tersebut dapat diartikan seperti , dimana suatu daerah, kawasan, dan kota
memiliki struktur ruang yang baik (Triharto, 2016).
Kondisi masyarakat yang mengalami perubahan akibat bencana alam
dapat berupa dampak sosial, dampak ekonomi, dampak sarana dan prasarana.
Dalam hal ini dampak sisoal dan ekonomi memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap kelangsungan hidup masyarakat, terutama para petani yang
seluruh kelangsungan hidupnya dipertaruhkan kepada pemanfaatan kawasan dan
lahan hutan untuk berani sebagai mata pencaharian utama (Hafni, 2017).
Dampak Bencana Banjir yang Berpengaruh Terhadap Aktivitas Masyarakat

Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak


langsung. Dampak langsung relative lebih mudah diprediksi dari pada dampak
tidak langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi
oleh permukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah
perdesaan yang didominasi oleh areal pertanian. Banjir yang menerjang suatu
kawasan dapat merusak dan menghanyutkan rumah sehingga menimbulkan
korban luka-luka maupun meninggal seperti yang terjadi di Wasior maupun

Universitas Sumatera Utara


6

Bohorok. Banjir juga dapat melumpuhkan armada angkutan umum (bus mikro,
truk) atau membuat rute menjadi lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan karena
menghindari titik genangan (Rosyidie, 2013).
Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur yang
disebabkan oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air,
longsornya tanah di seputar/di bawah pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan
dengan benda-benda berat yang terseret arus. kerugian fisik cenderung lebih besar
bila letak bangunan di lembah-lembah pegunungan dibanding di dataran rendah
terbuka. Banjir dadakan akan menghantam apa saja yang dilaluinya
(Sebastian, 2008).
Menurut Utomo dan Supriharjo (2012) menyatakan bahwa ada beberapa
Faktor yang berpengaruh dalam penentuan tingkat kerentanan terhadap bencana
banjir bandang adalah sebagai berikut: a) Aspek Lingkungan: curah hujan yang
tinggi, jarak dari sungai, ketinggian topografi tanah dan penggunaan lahan, b)
Aspek Fisik: persentase kerusakan jaringan jalan dan ketinggian kepadatan
bangunan, c) Aspek Ekonomi: persentase rumah tangga miskin dan pekerja yang
bekerja disektor rentan (Petani), d) Aspek Sosial: tingginya kepadatan penduduk,
tingkat laju pertumbuhan penduduk dan persentase penduduk usia tua+balita.
Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya bencana
adalah kemiskinan,pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang cepat, transisi cultural
atau perubahan dalam masyarakat, proses alam (proses geologi,geomorfologis dan
klimatologi), degradasi lingkungan, kurangnyakesadaran dan informasi yang ada
dalam masyarakat, peristiwaperang atau kerusuhan masyarakat (Sriharini, 2010).
Pemanfaatan Pengindraan Jauh untuk Kajian Dampak Bencana

Informasi terkait tutupan lahan sangat penting, karena informasi ini


berhubungan langsung dalam perumusan kebijakan keruangan di suatu wilayah.
Oleh sebab itu proses identifikasi, pemantauan dan evaluasi penutup lahan perlu
selalu dilakukan pada setiap periode tertentu. Keberadaan informasi ini diperlukan
oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Informasi ini dapat digunakan
untuk mengetahui penutup lahan pada masa lalu, saat ini dan prediksi di masa
depan, maupun untuk perencanaan, pengelolaan dan pemantauan perubahan
lingkungan, sehingga sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara

Universitas Sumatera Utara


7

optimal dan berkelanjutan. Untuk mendapatkan data terkait tutupan lahan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah melalui pemakaian
teknologi penginderaan jauh. Dengan memakai teknologi ini, maka penggunaan
sumber daya manusia, waktu dan biaya dapat lebih ditekan jika dibandingkan
dengan mendapatkan data melalui survey di lapangan (Urip, 2017).
Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah
dan informasi geospasial. Untuk memperoleh informasi geospasial, saat ini para
pengguna internet di Indonesia mulai memanfaatkan Gooogle Earth. Peta global
Google Earth dibandingkan peta konvensional maupun digital local/nasional
mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah murah, cakupan data
seluruh dunia dan informasi /citra mudah didownload melalui internet. Aplikasi
ini mampu menyajikan kondisi suatu lokasi secara visual (foto) dari berbagai
tingkat ketinggian (Yuanita, 2013).
Adapun sistem klasifikasi tutupan lahan dari BAPLAN Departemen
Kehutanan dijadikan acuan. Hal ini dilakukan karena lokasi penelitian berada
pada kawasan hutan. Penentuan kelas tutupan lahan dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan hasil kriteria BAPLAN dengan penafsiran citra satelit
terhadap penampilan lapangan atas batas-batas yang jelas di lapangan sesuaikan
dengan kondisi lapangan di wilayah penelitian.

Universitas Sumatera Utara


8

Tabel 1. Kelas Penutupan Lahan menurut BAPLAN Departemen Kehutanan, 2015

No Kelas Keterangan

1. Hutan Lahan Kering Primer Seluruh kenampakan hutan dataran rendah,


perbukitan dan pegunungan (dataran tinggi dan
subalpin) yang belum menampakan bekas
penebangan, termasuk hutan kerdil, hutan
kerangas, hutan di atas batuan kapur,hutan di atas
batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh
daun dan hutan lumut.

2. Hutan Lahan Kering


Sekunder/ bekas tebangan Seluruh kenampakan hutan dataran rendah,
perbukitan dan pegunungan yang telah
menampakkan bekas penebangan yang telah
menampakkan bekas penebangan (kenampakan
alur dan bercak bekas penebangan). Termasuk
hutan kerdil, hutan kerenges, hutan di atas batuan
kapur,hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun
jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut. Daerah
berhutan bekas tebas bakar yang ditinggalkan,
bekas kebakaran atau yang tumbuh kembali dari
bekas tanah terdegradasi juga dimasukkan dalam
kelas ini. Bekas tebangan parah bukan areal HTI,
perkebunan atau pertanian dimasukkan savanna,
semak, belukar atau lahan terbuka.

3. Hutan Rawa Primer Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa,


termasuk rawa payau dan rawa gambut yang
belum menampakkan bekas penebangan,
termasuk hutan sagu.

4. Hutan Rawa Sekunder/bekas


Tebangan Seluruh kenampakan hutan didaerah berawa,
termasuk rawa payau dan rawa gambut yang
belum menampakkan bekas penebangan,
termasuk hutan sagu dan hutan rawa bekas
terbakar. Bekas tebangan parah jika tidak
memperlihatkan tanda genangan (liputan air)
digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika
memperlihatkan bekas genangan atau tergenang
digolongkan tubuh air (rawa).

5. Hutan Mangrove Primer Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di
sekitar pantai yang belum menampakkan bekas
tebangan. Pada beberapa lokasi, hutan mangrove
berada lebih dipedalaman.

Universitas Sumatera Utara


9

Tabel lanjutan kelas penutupan lahan menurut BAPLAN Departemen Kehutanan

No Kelas Keterangan

6. Hutan Mangrove Sekunder/bekas


Tebangan Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di
sekitar pantai yang telah memperlihatkan bekas
tebangan dengan pola alur,bercak, dan genangan
atau bekas terbakar. Khusus untuk bekas
tebangan yang telah berubah fungsi menjadi
tambak/sawah digolongkan menjadi
tambak/sawah, sedangkan yang tidak
memperlihatkan pola dan masih tergenang
digolongkan tubuh air (rawa).

7. Hutan Tanaman Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah


ditanami, termasuk hutan tanaman untuk
reboisasi. Identifikasi lokasi dapat diperoleh
dengan pada Peta Persebaran hutan tanaman.

8. Semak Belukar Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah


tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan
pohon arang (alami) atau kawasan dengan
dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini
biasanya tidak menampakkan lagi bekas
alur/bercak penebangan.

9. Semak Belukar Rawa Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah


tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan
pohon arang (alami) atau kawasan dengan
dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini
biasanya tidak menampakkan lagi bekas
alur/bercak penebangan.

10. Savana/ padang rumput Kenampakkan non hutan alami berupa padang
rumput, kadang-kadang dengan sedikit semak
atau pohon. Kenampakkan ini merupakan
kenampakkan alami di sebagian Sulawesi
Tenggara. Nusa Tenggara Timur dan bagian
Selatan Papua. Kenampakkan ini dapat terjadi
pada lahan kering ataupun rawa (rumput rawa).

11. Pertanian Lahan Kering Semua aktivitas pertanian dilahan kering seperti
tegalan, kebun campuran dan lading

Universitas Sumatera Utara


10

Tabel lanjutan kelas penutupan lahan menurut BAPLAN Departemen Kehutanan

No Kelas Keterangan
12. Pertanian Lahan Kering Campur
Semak/kebun campur Semua jenis pertanian lahan kering yang
berselang- seling dengan semak, belukar, dan
hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal
perladangan berpindah, dan rotasi tanam lahan
karst. Kelas ini juga memasukkan kelas kebun
campuran.

13. Sawah Semua aktifitas pertanian lahan basah yang


dicirikan oleh pola pematang. Yang perlu
diperhatikan oleh penafsir adalah fase rotasi
tanam yang terdiri atas fase penggenangan, fase
tanaman muda, fase tanaman tua dan fase bera.
Kelas ini juga memasukkan sawah musiman,
sawah tadah hujan, sawah irigasi. Khusus untuk
sawah musiman di daerah rawa membutuhkan
informasi tambahan dari lapangan.

14. Tambak Aktivitas perikanan darat (ikan/udang) atau


penggaraman yang tampak dengan pola
pematang (biasanya) di sekitar pantai.

15. Perkebunan/kebun Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah


ditanami Identifikasi lokasi dapat diperoleh pada
Peta Persebaran Perkebunan. Perkebunan rakyat
biasanya berukuran kecil sulit diidentifikasi dari
citra maupun peta persebaran, sehingga
memerlukan informasi lain, termasuk data
lapangan.

16. Pemukiman/lahan terbangun Kawasan permukiman baik perkotaan,


pedesaaan, industri dll, yang memeperlihatkan
pola alur yang rapat.

17. Bandara /pelabuahan Kenampakkan bandara dan pelabuhan yang


berukuran besar dan memungkinkan untuk
didelineasi tersendiri.

Universitas Sumatera Utara


11

Tabel lanjutan kelas penutupan lahan menurut BAPLAN Departemen Kehutanan

No Kelas Keterangan

18. Transmigrasi Kawasan permukiman transmigrasi beserta


pekarangan di sekitaranya. Kawasan pertanian
atau perkebunan disekitarnya yang teridentifikasi
jelas sebaiknya dikelaskan menurut pertanian
atau perkebunan. Kawasan transmigrasi yang
telah berkembang sehingga polanya menjadi
kurang teratur dikelaskan menjadi pemukiman
perdesaan.

19. Lahan Terbuka Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa


vegetasi (singkapan batuan puncak gunung,
puncak bersalju, kawah vulkan, gosong pasir,
pasir pantai, endapan sungai) dan lahan terbuka
bekas kebakaran.. Kenampakan tanah terbuka
untuk pertambangan dikelaskan pertambangan,
sedangkan lahan terbuka bekas pembersihan
lahan land clearing dimasukkan kelas lahan
terbuka. lahan terbuka dalam kerangka rotasi
tanam sawah/tambak tetap dikelaskan
sawah/tambak.

20. Pertambangan Lahan terbuka yang digunakan untuk aktivitas


pertambangan terbuka, openpit (batubara, timah,
tembaga dll.) serta lahan pertambangan tertutup
skala besar yang dapat diidentifikasi dari citra
berdasar asosiasi kenampakan objeknya.
Termasuk tailing ground (penimbunan limbah
penambangan). Lahan pertambangan tertutup
skala kecil atau yang tidak teridentifikasi
dikelaskan menurut kenampakan permukaannya.

21. Awan Semua kenampakan awan yang menutupi suatu


kawasan dengan ukuran lebih dari 4 cm2 pada
skala penyajian. Jika liputan awan tipis masih
memperlihatkan kenampakan di bawahnya dan
memungkinkan di tafsir tetap didelinease.
Kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan.

22. Tubuh Air Semua kenampakan perairan, termasuk laut,


sungai, danau, waduk, terumbu karang, padang
lamun, dll. Kenampakan tambak, sawah dan
rawa-rawa telah digolongkan tersendiri.

23. Rawa Kenampakan lahan rawa yang sudah tidak


berhutan.

Universitas Sumatera Utara


12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2017 - Agustus


2018 di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit di sekitar kawasan wisata Air
Terjun Dua warna, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara. Kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan dilaboratorium
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PC (Personal Computer)


perangkat lunak Mikrosoft Exel, softrware ArcGIS 10.1, GPS (Global Positioning
System), kamera dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah citra dari Google Earth, Peta administrasi kecamatan.
Prosedur Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 jenis,


yaitu data primer dan data sekunder.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara


13

Tabel 2. Data Primer dan data sekunder dalam penelitian


No Nama Data Jenis Data Sumber Tahun
1 Data Lapangan (Ground Primer Data Lapangan
2018
Check)
2 Sekunder https://bitbucket.org/sas_team
Google Earth /sas.planet.bin/download/SAS 2016
.Planet.Release.160707.zip
3 Sekunder https://bitbucket.org/sas_team
Google Earth /sas.planet.bin/download/SAS 2014
.Planet.Release.140303.zip
4 Peta Administrasi Sekunder Balai Pemantapan Kawasan
Kecamatan Sibolangit, Hutan Medan 2013
Sungai, Jalan

Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan


langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan yaitu identifikasi aktivitas
keseharian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata Air Terjun Dua
Warna dan pengecekan lapangan (ground check). Data sekunder diperoleh dari
instansi atau lembaga terkait dan melalui studi literatur dari berbagai sumber. Data
sekunder yang mendukung penelitian ini adalah data peta administrasi, buku profil
Kecamatan Sibolangit yang diperloleh dari Kepala Desa Bandar Baru, Kecamatan
Sibolangit, Sumatera Utara.
Pengmpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


antara lain :
Observasi (Pengecekan Lapangan)
Dalam tahap observasi peneliti melakukan survei lapangan dibantu oleh
pendamping lapangan (ranger) yang mengetahui kondisi wilayah penelitian dan
mengetahui lokasi-lokasi dampak terjadinya bencana, sehingga peneliti dapat
mengamati aktivitas masyarakat di sekitar kawasan wisata, mengambil titik
koordinat, dan dkumentasi pribadi berupa foto, sehingga peneliti dapat
memperoleh informasi dampak banjir bandang terkait aktivitas masyarakat yang
berhubungan dengan kawasan wisata Air Terjun Dua Warna.
Wawancara
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap masyarakat sekitar
kawasan Air Terjun Dua Warna yaitu di Dusun 3 Desa Bandar Baru, pemilihan
responden dilakukan secara purposive. Dalam penelitian ini pengambilan data
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi pertanyaan tertentu sesuai

Universitas Sumatera Utara


14

dengan kebutuhan data peneliti, sehingga mencapai hasil dari tujuan peneliti. Pada
penelitian ini diambil sampel 10% dari jumlah populasi. Menurut Sugiarto dkk
(2001) tahap awal peneliti pemula, sampel diambil 10% dari total individu
populasi yang diteliti. Adapun jumlah individu populasi pada lokasi penelitian
terdapat 186 KK, sampel minimum pada penelitian ini adalah 18 KK, namun
dalam penelitian ini banyak sampel yang diambil sebanyak 20 KK untuk dapat
mewakili jumlah populasi yang ada di lokasi tersebut.
Analisis Tipe Tutupan Lahan
Analisis tutupan lahan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pengolahan
citra awal terdiri dari penyediaan citra, pemotongan citra dan survei lapangan,
menganalisis data dan pengumpulan data pendukung dari berbagai sumber buku
dan literatur yaitu dari lembaga atau instansi terkait dengan wisata Air Terjun Dua
Warna, serta pengolahan citra. Pengolahan citra dilakukan dengan menggunakan
PC (personal computer) dengan software ArcGis 10.1 dan citra Google Earth
tahun 2014 (pra bencana) dan tahun 2016 (pasca bencana) dan peta administrasi
desa
Analisis Perubahan Tutupan Lahan

Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan dengan membandingkan luas


dan persentase sebelum dan sesudah bencana. Adapun penentuan tipe tutupan
lahan dengan melakukan klasifikasi visual melalui proses digitasi on screen pada
citra Google Earth pro tahun 2014 (pra bencana) dan tahun 2016 (pasca bencana)
dan berdasarkan penafisiran citra. Analisis tersebut diambil melalui hasil ground
check dan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan sehingga diperoleh delapan
tipe penutupan lahan, yaitu hutan, pertanian lahan kering, kebun campuran,
permukiman, badan air lahan terbuka, semak belukar, jalan.
Analisis Perubahan Aktivitas Masyarakat Pra dan Pasca Bencana

Analisis perubahan aktivitas masyarakat dilakukan dengan


membandingkan aktivitas masyarakat pra dan pasca bencana, aktivitas masyarakat
diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner yang teah disediakan beserta
pertanyaan terkait aktivitas masyarakat pra dan pasca bencana, serta dapat dilihat
dari perubahan tutupan lahan yang terkait dengan aktivitas masyarakat, sehingga
diketahui perubahan aktivitas masyarakat pra dan pasca bencana.

Universitas Sumatera Utara


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identfikasi Aktivitas Masyarakat Sekitar Kawasan Air Terjun Dua Warna

Identifikasi aktivitas masyarakat pada daerah yang berbatasan langsug


dengan wisata Air Terjun Dua Warna yaitu Desa Bandar Baru dan Desa Sikeben
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Aktivitas Masyarakat terkait wisata Air Terjun Dua Warna Desa
Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli serdang Sumatera Utara.
No Tipe Tutupan Lahan Luas Tutupan Aktivitas Masyarakat
Lahan Tahun Tahun 2018 (pasca
2016 becana)
1 Badan air 20.07 Wisata
2 Hutan 2750.80 Buruh kayu
3 Kebun Campuran 209.98 Camping
4 Lahan Terbuka 391.72 Bertani, berkebun
5 Permukiman 99.68 Buruh tani, bertani
6 Pertanian Lahan Kering 225.48 Perkumpulan masyarakat
7 Semak belukar 113.40 Perladangan
Total 3811.13
Sumber : Hasil analisis citra tahun 2016 dan observasi tahun 2018

Tabel 3 menunjukkan hasil analisis citra tahun 2016 (pra bencana) yang
diperoleh 8 tipe tutupan lahan dan identifikasi penggunaan lahan masyarakat yang
diperoleh dari observasi lapangan pada daerah penelitian. Adapun penggunaan
lahan yang merupakan kegiatan atau aktivitas masyarakat di atas tutupan lahan
yaitu wisata, buruh kayu, camping, bertani, berkebun, buruh tani, perkumpulan
masyarakat, perladangan, serta pengelola parkir.
Pada daerah penelitian, aktivitas masyarakat yang dilakukan merupakan
upaya untuk meletarikan kawasan wisata baik dari segi ekonomi, ekologi maupun
budaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dhalyana (2013) bahwa aktivitas
masyarakat memepengaruhi hubungan sosial antar sesama masyarakat di daerah
wisata tersebut dengan tujuan untuk menarik minat pengunjung agar wisatawan
yang datang tidak hanya wisatawan lokal.
Aktivitas masyarakat dalam penggunaan lahan terdapat pada jenis tutupan
lahan yaitu badan air, hutan, lahan terbuka, kebun campuran, Pertanian lahan
kering, Permukiman dan Semak belukar. Pada lokasi penelitian, luas tutupan
lahan terbesar terdapat pada hutan dan lahan terbuka, pada tutupan lahan hutan

Universitas Sumatera Utara


16

seluas 2781.56 ha dan lahan lahan terbuka seluas 392.73 ha. Luas tutupan lahan
terbesar terdapat pada hutan dan lahan terbuka, hal ini karena lokasi penelitian
merupakan tempat wisata bagi mayarakat sehingga pasca bencana masyarakat
tidak dapat lagi masuk ke dalam kawasan wisata Air Terjun Dua Warna yang
berada di dalam hutan, namun masyarakat hanya dapat menikmati wisata di
sekitar Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.
Menurut salah satu anggota karang taruna bahwa kegiatan yang dilakukan
sebelum bencana banjir yaitu camping dan menelusuri kawasan wisata Air Terjun
Dua Warna, berenang, menikmati pesona alam air terjun, bersantai
menghangatkan tubuh sambil menyalakan api unggun, namun pasca terjadi
bencana banjir bandang pengunjung hanya diperbolehkan untuk camping pada
sekitar areal Bumi Perkemahan Sibolangit dan tidak di berikan izin untuk
memasuki kawasan Wisata Air Terjun Dua Warna.
Berdasarkan hasil klasifikasi secara visual dengan melakukan digitasi pada
citra tahun 2016 (pasca bencana) yang meliputi 2 desa yang berbatasan langsung
dengan kawasan wisata Air Terjun Dua Warna yaitu Desa Bandar Baru dan Desa
Sikeben , dapat ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Peta Tutupan Lahan di Daerah Yang berbatasan Langsung dengan


Kawasan Air Terjun Dua Warna Desa Bandar Baru dan Sikeben,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


17

Dampak Banjir Bandang Terhadap Aktivitas Masyarakat

Secara umum dampak banjir bandang yang terjadi di Dusun 3 Desa


Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang cukup merugikan.
Hasil dari klasifikasi tutupan lahan mengalami perubahan luas pada setiap tutupan
lahan. Luas tutupan lahan berdasarkan citra satelit google earth dapat dilihat pada
table berikut 4 berikut.
Tabel 4. Tutupan Lahan Tahun 2014 (pra bencana) dan 2016 (pasca bencana) di
Sekitar Kawasan Air Terjun Dua Warna
No Tipe Tutupan Lahan Luas Luas Perubahan Persentase
Tutupan Tutupan Luas Tahun perubahan
Lahan Tahun Lahan Tahun 2014-2016 (%)
2014 (Ha) 2016 (Ha) (ha)
1 Badan air 23.77 20.07 -3,70 3,89
2 Hutan 2781.56 2750.80 -30,76 32,30
3 Kebun Campuran 164.42 209.98 45,56 -47,84
4 Lahan Terbuka 392.73 391.72 -1,00 1,05
5 Peermukiman 97.62 99.68 2,06 -2,16
6 Pertanian Lahan 234.01 225.48 8,95
-8,53
Kering
7 Semak Belukar 117.02 113.40 -3,62 3,80
Total 3811.13 3811.13 100
Keterangan : (-) : Penurunan Luasan
(+) : Penambahan Luasan
Berdasarkan Table 4, diketahui tutupan lahan yang diidentifikasi berupa
badan air, hutan, lahan terbuka, kebun campuran, pertanian lahan kering,
permukiman, semak belukar dan jalan. Tutupan lahan terbesar terdapat pada hutan,
yaitu pada tahun 2014 (pra bencana) dengan luas 2781,56 ha, dan pada tahun
2016 (pasca bencana) seluas 2750,80 ha, terjadi perubahan dalam kurun waktu 2
tahun yaitu tahun 2014-2016 dengan luas sebesa 32,30%, hal ini terjadi akibat
bencana banjir bandang yang melandai wisata Air Terjun Dua Warna, dimana
terjadi kerusakan disepanjang kanan kiri sungai yang disertai longsor yang
membuat hutan disepanjang sungai mengalami kerusakan sehingga terjadi
penurunan luas hutan.
Pada tutupan lahan terbuka terjadi penurunan luas yaitu pada tahun 2014
(pra bencana ) dengan luas 392,73 ha dan pada tahun 2016 (pasca bencana) seluas
391,72 ha, terjadi perubahan dengan luas sebesar 1,05 % dalam kurun waktu 2
tahun yaitu tahun 2014 – 2016, hal ini terjadi setelah wisata Air Terjun Dua
Warna ditutup oleh pihak TAHURA, yang mengakibtkan masyarakat sekitar
kawasan sebagain besar beralih aktivitas dalam membuka lahan pertanian

Universitas Sumatera Utara


18

mengelola kebun serta bertani. Selain itu, masyarakat sekitar juga memanfaatkan
lahan tersebut sebagai tempat wisata dengan membangun suatu tempat untuk
melakukan kegiatan, hal ini terjadi karena aktivitas wisatawan yang sebelumnya
melakukan aksi dalam kawasan hutan namun setalah bencana wisatawan hanya
bisa melakukan aktivitas disekitar Bumi Perkemahan Sibolangit. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Fahreza (2016) bahwa pertumbuhan penduduk di Indonesia
semakin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan akan ruang baik ruang untuk
tempat tinggal dan aktivitas lainnya juga semakin meningkat.
Pada tutupan lahan kebun campuran terjadi penambahan luas yaitu pada
tahun 2014 (pra bencana) dengan luas 164,42 ha, dan pada tahun 2016 (pasca
bencana) seluas 209,98 ha, terjadi perubahan dalam kurun waktu 2 tahun yaitu
tahun 2014 - 2016 dengan luas sebesar 47,84%, hal ini terjadi setelah bencana
banjir bandang pada wisata Air Terjun Dua Warna dan wisata tersebut ditutup
sehingga masyarakat kehilangan aktivitas masyarakat sebagai pemanadu wisata
alam beralih profesi dalam mengelola lahan kebun maupun sebagai buruh tani.
Perubahan tutupan lahan yang terjadi di sekitar kawasan wisata Air Terjun
Dua Warna dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 berikut.

Universitas Sumatera Utara


19

Gambar 3. Peta Tutupan Lahan pada Kawasan Wisata Air Terjun Dua
Warna Tahun 2014.

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan pada Kawasan Wisata Air Terjun Dua
Warna Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


20

Pada Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan hasil klasifikasi visual dengan


melakukan digitasi on screen pada citra google earth tahun 2014 dan 2016,
Gambar 3 menunjukkan tutupan lahan tahun 2014 (pra bencana) dan Gambar 4
menujukkan tutupan lahan tahun 2016 (pasca bencana), pada gambar tersebut
dapat diketahui perbedaan antara tutupan lahan sebelum dan sesudah bencana,
terjadi perubahan yang terlihat jelas pada tutupan lahan hutan yang berada di
kawasan wisata Air Terjun Dua Warna. Pada peta tahun 2016 (pasca bencana)
diketahui terjadi bukaan lahan hutan semakin terlihat lebih luas dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, hal ini terjadi akibat terjadinya bencana banjir bandang
yang juga disertai longsor pada kawasan tersebut sehingga terjadi pengurangan
luas hutan pada tahun 2016 (pasca bencana). Hal ini juga berdampak terhadap
perubahan aktivitas masyarakat sebelm dan susudah terjadinya bencana. Berikut
perubahan aktivitas/profesi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.
Perubahan aktivitas masyarakat pada daerah kawasan wisata Air Terjun
Dua Warna dapat dilihat pada berikut.
Tabel 5. Aktivitas masyarakat Pra Bencana dan Paca Bencana

No Pra Bencana Pasca Bencana Responden

Aktivitas pra Aktivitas pasca


Bencana Bencana
1 Pengelola parkir Pengelola parkir 4 1
2 Petani Petani 2 4
3 Pedagang Pedagang 5 9
4 Buruh tani Buruh tani 2 4
5 Pengelola wisata - 1 -
6 Pengelola Pengelola 2 2
penginapan/ penginapan/
Penyewaan Penyewaan
Outdoor Outdoor
7 Pemandu wisata - 4 -

Total 20 20
Sumber : Kuisioner dan wawancara

Tabel 5. menunjukkan aktivitas masyarakat pra bencana dan pasca


bencana. Adapun aktivitas masyarakat pra bencana yaitu pengelola parkir, petani,
pedagang, buruh tani, pengelola wisata, pengelola penginapan, dan pemandu
wisata. Sedangkan aktivitas masyarakat pasca bencana yaitu pengelola parkir,
petani, pedagang, buruh tani dan pengelola penginapan. Aktivitas masyarakat

Universitas Sumatera Utara


21

yang jumlahnya betambah yaitu petani, pedagang, dan buruh tani, dan diketahui
aktivitas masyarakat yang jumlahnya berkurang yaitu pengelola parkir, sedangkan
aktivitas masyarakat sebagai pemandu wisata dan pengelola wisata sudak tidak
ada. Perubahan aktivitas tersebut terjadi pasca bencana yang mengakibatkan
masyarakat beralih kegiatan sehinga beberapa aktivitas ada yang berkurang dan
ada yang kehilangan aktivitas.
Adapun masyarakat yang aktivitasnya sebagai petani dan buruh tani tidak
merasakan dampak setelah terjadi bencana banjir bandang, sehingga sebelum
terjadi bencana dan setelah terjadi bencana aktivitas tersebut masi berjalan hingga
saat ini. Bahkan setelah terjadi bencana sebagian besar masyarakat yang terkena
dampak bencana seperti pemandu wisata beralih kegiatan dalam membuka lahan
pertanian serta sebagian masyarakat mengalihkan aktivitasnya sebagai buruh tani.
Dampak banjir bandang yang terlihat jelas terdapat pada aktivitas
masyarakat dalam kegiatan wisata di kawasan Air Terjun Dua Warna. perubahan
aktivitas tersebut terjadi pasca bencana banjir bandang sehingga wisata Air Terjun
Dua Warna ditutup oleh pihak TAHURA secara resmi. Setelah resmi ditutup
jumlah pengunjung berkurang hal tersebut yang berpengaruh terhadap masyarakat
sekitar yang membuat masyarakat kehilangan aktivitas dan mengalami perubahan
aktivitas. Sebagaimana yang dimaksudkan Mulyanto (2012) Resiko bencana
adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan
gangguan kegiatan masyarakat.
Berikut kondisi kawasan sekitar wisata Air Terjun Dua Warna tahun 2018
dapat dilihat secara nyata pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar 5. Kondisi Sungai Sekitar Gambar 6. Kondisi Jalan Sekitar


Kawasan Air Terjun Kawsasan Air Terjun
Dua Warna Dua Warna

Pada Gambar 5 menunjukkan kondisi sekitar Air Terjun Dua Warna yang
diperoleh dari hasil observasi lapangan dengan mengambil foto sekitar kawasan,
dan Gambar 6 merupakan kondisi jalan menuju Air Terjun. Pada Gambar 5 dan
Gambar 6 dapat dilihat bahwa kawasan wisata Air Terjun Dua Warna masih
mengalami rusak yang parah akibat bencana banjir bandang, sehingga kawasan
perlu ada penangan dalam upaya merehabilitas kawasan.
Adapun rencana yang akan dilaksanakan Kepala UPT TAHURA untuk
membuka kembali kawasan ekowisata Air Terjun Dua Warna, namun ada
beberapa perencanaa program pencegahan banjir bandang seperti melakukan
patroli ke kawasan Air Terjun Dua Warna, melengkapi fasilitas keselamatan
wisatawan, perbaikan pada kawasan dengan membersihkan lingkungan wisata
sehingga kawasan bisa kembali seperti sebelumnya, melengkapi dokumen resmi
perizinan ekowisata dan membangun sarana dan prasarana serta membangun kerja
sama antara pemerintah dengan masyarakat dalam peraturan yang telah ditetapkan.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun
2007 bahwa setiap rencana usaha atau kegiatan yang mempunyai dampak
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki dokumen pengelolaan lingkungan

Universitas Sumatera Utara


23

hidup dan berdasarkan kewenangan Menteri Negara Lingkungan Hidup, perlu


diambil suatu kebijakan yang dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar hukum bagi
usaha atau kegiatan.
Untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan perlu dilengkapi berbagai
fasilitas penunjang seperti pemandu wisatawan (ranger) sesuai dengan pernyataan
Khalik (2014) bahwa ancaman kenyamanan dan keamanan wisatawan dapat
dipengaruhi dan disebabkan oleh beragam faktor, seperti aksi teroris, konflik
lokal, bencana alam, perilaku sosial masyarakat sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan menurunnya rasa aman bagi wisatawan. Kenyamanan dan
keamanan bagi wisatawan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keputusan untuk melakukan suatu perjalanan ke suatu destinasi pariwisata yang
telah berjalan. Sehingga keamanan dan keselamatan pengunjung dapat terjaga.
Pencegahan banjir bandang merupakan kunci utama untuk mengatasi
masalah banjir bandang yang terjadi di Indonesia khususnya pada Desa Bandar
Baru, Kecamatan Sibolangit kawasan wisata Air Terjun Dua Warna, maka
pencegahan banjir bandang perlu ditegaskan dengan cara meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap peran penting serta fungsi hutan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan rahayu (2009) setelah terjadi bencana, kita perlu melakukan upaya
pemulihan yaitu segala upaya yang dilakukan agar kondisi kembali kepada
keadaan sebelum terjadi bencana atau kondisi yang lebih baik. Hal Dalam rangka
memulihkan kondisi, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah :
1. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.
2. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana. sumberdaya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan.
3. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air.
4. Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir.
5. Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir dimasa datang.

Universitas Sumatera Utara


24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Aktivitas masyarakat sekitar kawasan wisata Air Terjun Dua Warna Desa
Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
yaitu pemandu wisata, pengelola parkir, petani, buruh harian, penyewaan
tenda, berdagang.
2. Dampak banjir bandang terhadap aktivitas masyarakat yang terjadi pada
wisata Air Terjun Dua Warna umumnya terlihat jelas pada perubahan luas
hutan dan ekosistem hutan rusak, yang berdampak pada kegiatan masyarakat
sekitar kawasan yang mengalami peubahan aktivitas keseharian dari pemandu
wisata menjadi buruh tani serta dari pedagang beralih dalam mengelola lahan
pertanian maupun lahan kebun campuran.
Saran

Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan kawasan yang seharusnya


dilindungi, sehingga ekositem hutan tetap terjaga dan masyarakat tetap ikut
berpartisipasi dalam menjaga kelestarian hutan, serta dapat memberikan informasi
terhadap masyarakat secara mendalam atas bahaya dampaknya banjir bandang
yang telah terjadi pada Wisata Air Terjun Dua Warna Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


25

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Sibolangit Dalam Angka 2017.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. CV Rillis Grafika.
Fahreza W dan Restu. 2016. Analisis Ruang Terbuka Hijau Perumahan Nasional
di Kota Medan. Jurnal Pendidikan Geografi. 8(2) : 197-207.
Ginting Br K, Purwoko A, Simanjuntak J. 2015. Kearifan Lokal Dalam
Pengelolaan Hutan Di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe, Kabupaten
Karo. Universitas Sumatera Utara.
Hafni, Roswita. 2017. Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Petani Di Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten
Karo, Fakultas Ekonomi UMSU. Medan.
Ismiyah W . Sumardianti S, Nawiyanto. 2013. Bencana Banjir Bandang Di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember Pada Tahun 2006, Fakultas Sastra,
Universitas Jember. 1 (1) : 1-8.

[KBBI]. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2019. [Online]


Https://kbbi.web.id/aktivitas.html [Diakses 2 februari 2019].
[Keppres] Keputusan Presiden 48. 1988. Pembangunan Kelompok Hutan
Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Khalik W. 2014. Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan Di Kawasan
Parawisata Kuta Lombok, Program Studi Magister Kajian Pariwisata
Universitas Udayana. 1 (1): 23-42.

Mulyanto, Utomo H, Parikesit AN. R. 2012. Petunjuk Tindakan dan Sistem


Mitigasi Banjir Bandang, Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Semarang.

Naumar A dan Utama L. 2015. Kajian Kerentanan Kawasan Berpotensi Banjir


Bandang Dan Mitigasi Bencana Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang
Kuranji Kota Padang. 9 (1): 21-28

Nawiyanto, 2012. Bencana dan Pelestarian Lingkungan: Pandangan Etnik Jawa


dan Madura Di Wilayah Ujung Timur Jawa, Universitas Jember. 22 (1):
41-55.

Nurman A, Suib, Rahmad R. 2018. Aplikasi SIG untuk Pemetaan Tingkat


Ancaman Longsor di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. 32 (1): 1-13.

Pamungkas A, Rachmat AR. 2014. Faktor-Faktor Kerentanan Yang Berpengaruh


Terhadap Bencana Banjir Di Kecamatan Manggala Kota Makassar,
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS). 4 (1): 1-6.

Universitas Sumatera Utara


26

[KLHK] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015. Pedoman


Pemantauan Penutupan Lahan.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12. 2007. Dokumen


Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rahayu RP. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung Indonesia


Rosyidie A. 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan
Guna Lahan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan
Kebijakan Institut Teknologi Bandung. 24 (3): 241-249.

Santoso EB. 2013. Manajemen Risiko Bencana Banjir Kali Lamong Pada
Kawasan Peri-Urban Surabaya-Gresik Melalui Pendekatan Kelembagaan.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSPInstitut Teknologi
Sepuluh Nopember. 8 (2) : 48-59.

Sebastian. 2008. Konservasi Tanah dan Air, Program Pascasarjana Universitas


Sriwidjaja Palembang. 8 (2): 162-169.

Soegiyanto. 2014. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Rawan Banjir. Jurusan


Pendidikan Geografi FIS Unesa. 12 (1) : 46-58.

Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Srihariani. 2010. Membangun Masyarakat Sadar Bencana. Jurusan Pengembangan


Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 11
(2) : 157-171.

Sugiarto, Siagian D, Sunaryanto L T, DS. 2001. Teknik Sampling. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Triharto W. 2016. Kajian Keberadaan Ruang Aktivitas Masyarakat Terhadap


Koridor Jalan Mochammad Toha. Matematika Dan Ilmu Pengetahan
Alam. Universitas Indraprasta PGRI. 9 (4) : 302-312.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.

Urip L, Wahyuni E. D, Mukaromah S. 2017 Web Gis Tutupan Lahan Dengan


Menggunakan Google Map Dan Google Earth. 10 (2) : 1-11.

Utomo, Supriharjo. 2012. “Pemintakan Risiko Banjir Bandang Di Kawasan


Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso”, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). 1 (1): 58-
62.

Universitas Sumatera Utara


27

Yuwono, Nur. 2005. “Penyebab Banjir, Pengurangan Luas Lahan”, Universitas


Gadjah Mada.

Yunida R, Kumalawati R, Arisanty D. 2017. Dampak Bencana Banjir Terhadap


Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batu Benawa
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia. 4 (4): 42-52.

Universitas Sumatera Utara


28

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Survey Lapangan

A) Kondisi Air Terjun Dua Warna Pasca Benca Banjir Bandang Tahun 2018.

B). Kondisi Sekitar Air Terjun Setelah Terjadi Bencana

Universitas Sumatera Utara


29

C). Sungai di sekitar air terjun

D). Villa yang berada di wisata Air Terjun Dua Warna

Universitas Sumatera Utara


30

E). Wawancara terkait bencana banjir bandang dengan narasumber pengelola villa

F). Wawancara dengan narusumber pemandu dan padagang

Universitas Sumatera Utara


31

G). Wawancara Kepada Kepala UPT.TAHURA

H). Kondisi Kantor Kepala Desa Bandar Baru,Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara


32

Lampiran 1. KarakteristikResponden
No. Jenis Kelamin Usia Pendidikan Aktivitas/profesi
Responden
1 L 30 SMA Petugas parkir
2 P 45 SMA Pedangang
3 P 53 Diploma Pedagang
4 L 53 Tidak Tamat SD Pengelola villa
5 P 38 SMA Pedagang
6 L 24 SMA Pedagang
7 L 53 SLTP Petani
8 L 42 Diploma Pedagang
9 L 46 Diploma Petani
10 P 35 SMA Pengelola villa
11 P 54 SMA Petani
12 P 55 SMA Petani
13 L 55 Diploma Pedagang
14 L 54 Tidak Tamat SD Pedagang
15 P 37 SMA Pedagang
16 L 49 SMA Pedagang
17 L 56 SMA Buruh tani
18 L 20 SMA Buruh tani
19 L 20 SMA Buruh tani
20 L 23 SMA Buruh tani

Universitas Sumatera Utara


33

Lampiran 2. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Dampak Banjir Bandang

No Pertanyaan Responden Total

No.Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Mengetahui kejadian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
banjir
2. Masyarakat yang 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 12
berdampak
3. Pengaruh terhadap 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 12
aktivitas masyarakat
4. Pengaruh terhadap 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 9
alih profesi
5. Pengaruh terhadap 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 12
aktivitas ekonomi
6. Pengaruh penebangan 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 12
terhadap banjir
7. Pengaruh banjir 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
terhadap jumlah
pengunjung
8. Adanya kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
penanggulan oleh
instansi pemerintah
Keterangan :Ya = 1
Tidak = 0

Universitas Sumatera Utara


34

Lampiran 3. MatriksPerubahanTutupanLahanTahun 2014-2016 (Ha)

2014
Ba Htn Kc Lt Pmk Plk Sb Total

2016
Ba 19,67 0,55 3,18 0,35 23,77

Htn 0,28 2748,22 27,28 5,78 0.00 2781,56

kc 0,01 0,31 162,13 1,88 164,42

Lt 2,27 12,11 375,31 3,04 392,73

Pmk 0,35 0,63 96,65 0,00 97,62

Plk 7,55 2,94 223,51 234,01

Sb 2,00 1,62 113,40 117,02

Total 27,07 2750,79 209,98 391,72 99.68 225,48 113,40 3811.13

Keterangan : Ba = Badan air Pmk = Permukiman


Htn = Hutan Plk = Pertanian lahan kering
Kc = Kebun campuran Sb = Semak belukar
Lt = Lahan teruka

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai